WAHAM
A. Masalah Utama
Gangguan proses pikir : waham
5. Jenis-Jenis Waham
Adapun jenis-jenis waham menurut Maramis (2009) waham terbagi atas beberapa
jenis, yaitu:
a. Waham agama : waham dengan tema keagamaan.
b. Waham kejaran: misalnya pasien yakin bahwa ada orang atau kelompok yang
sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, atau dimata-matai, atau
dikejar.
c. Waham kebesaran: yaitu bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian
atau kekayaan yang luar biasa, misalnya Ratu adil, dapat membaca pikiran orang
lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
d. Waham somatik atau hipokondrik: keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya tidak
mungkin benar, misalnya otaknya sudah cair, ususnya sudah busuk, ada seekor
kuda di dalam perutnya.
e. Waham dosa: keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar,
yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian
yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, pikirannya tidak baik.
f. Waham pengaruh atau curiga : yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya
diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
g. Waham sindiran (ideas of reference): pasien merasa dibicarakan orang lain.
h. Waham nihilistik: klien yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sudah
meninggal tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
i. Waham bizar
1) Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
2) Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
D. Pohon Masalah
Skema pohon masalah waham adalah sebagai berikut: (Fitria, 2012)
G. Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Gangguan proses pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
2.3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
3.5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
4.3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
5.1. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
5.2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
5.3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
5.4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
6.1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
6.2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed. 1. Nuha
Medika: Yogyakarta
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kusumawati, F & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Maramis, Willy F, Albert Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi-2. Surabaya:
Airlangga University Press
Stuart, G.W., & Laraia, M.T 2009. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing 9th Ed. St
Louis : Mosby year book
Yosep, Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian putih,
tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan:
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
b. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
d. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Orientasi:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Safarotul Hidayah, panggil saya Safa. Saya
mahasiswa STIKES. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
Fase Kerja:
“Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan apa yang bapak rasakan?”
“O... jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri bapak sendiri?”
“O... bagus bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya bapak ingin ada kegiatan di ruangan ini ya.”
Terminasi:
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi dan kita bercakap-cakap tentang
kemampuan yang pernah bapak miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau di sini lagi?”
Orientasi
“Selamat pagi bapak.”
“Bagaimana bapak. sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bapak minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Fase Kerja
“Bapak berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bapak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat, mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa banyak minum ”.
“Sebelum minum obat ini bapak mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama
bapak tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bapak tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bapak
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan siang minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Bapak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
Orientasi
“Selamat pagi bapak, bapak masih ingat nama saya siapa?”
“ Oh bapak lupa, baik kita kenalan lagi ya pak, nama saya perawat Safa, nama bapak
siapa? Panggilannya? wah nama panggilannya bagus sekali.”
“Bapak bagaimana perasaannya hari ini? wah bapak lagi seneng ya?”
“Baik, sekarang kita akan belajar berhubungan dengan realita, bagaimana apakah
bapak bersedia? Kalau begitu bapak mintanya kita ngobrol berapa menit? Dimana
kita ngobrolnya? Bagaimana kalau kita ngobrol sambil duduk di kursi taman atau
seperti sebelumnya?
Fase Kerja
“Kita mulai ya bapak ngobrolnya, bapak itu menganggap diri bapak itu siapa?”
“Baik pak, bapak adalah pasien kami, bapak itu sudah punya istri dan dua orang anak,
bapak ingat?”
“Pekerjaan bapak kan seorang pegawai di dinas kesehatan. Orang lain yang memakai
baju sama seperti bapak itu teman bapak, dan yang memakai baju putih-putih adalah
perawat yang bertugas merawat dan membantu bapak, sekarang kita ada di rumah
sakit pak, tempat untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang bapak hadapi.”
“Nanti kalau bapak kesepian, saya ajak bapak bermain dengan teman-teman yang lain
ya, biar kita bisa kenalan sama mereka dan bapak punya banyak teman. Bagaimana
bapak mau? Bagus sekali, kalau bapak mau.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol dengan saya? syukur, kalau bapak
senang. Saya juga senang sekali bisa ngobrol dengan bapak.
“Baik, tadi kan kita sudah ngobrol masalah realita, bapak bisa ceritakan kembali
kepada saya bapak itu siapa dan sedang dimana ? Wah pintar sekali bapak. bapak
nanti kalau ada apa-apa, bapak bisa menghubungi saya atau perawat yang ada
disini.”
“Kalau begitu berhubung ini sudah 15 menit, berarti waktu ngobrol kita sudah selesai,
terima kasih bapak, silahkan bapak lanjutkan aktivitas bapak lagi, saya permisi dulu.”
Orientasi
“Selamat pagi bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke bapak ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
Fase Kerja
“Sekarang anggap saya bapak yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila bapak sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki
bapak. Bagus bu.”
“Sekarang coba cara memotivasi bapak minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal. Bagus sekali, ternyata ibu sudah mengerti cara merawat
bapak”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada bapak?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat bapak?”
“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu membesuk
bapak.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kita kembali bertemu dan kita
akan mencoba lagi cara merawat bapak sampai ibu lancar melakukannya?”
“Jam berapa bisa bertemu ibu? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya
bu”
Orientasi
“Selamat pagi bu, karena bapak rencana mau pulang, bagaimana kalau kita
berbincang tentang perawatan lanjutan untuk bapak?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah? Mari Ibu duduk di sini”
“Berapa lama ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Ibu menyelesaikan
administrasi di depan.”
Fase Kerja
“Bu, ini jadwal bapak yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua? Jangan lupa memperhatikan bapak, agar ia tetap menjalankan
jadwal di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T
(tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
suami ibu selama di rumah. Kalau misalnya bapak mengaku sebagai seorang nabi
terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
kontrol ke rumah sakit ya”
Terminasi
“Apa yang ingin Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Ibu? Sudah siap melanjutkan di
rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apa Ibu boleh juga menghubungi
kami. Terima kasih ibu, hati-hati di jalan!”