Di susun oleh:
Kelas MZW 5B
Kelompok 3 :
1. Ardian Luthfi Firdaus (1820410037)
2. Mia Damayanti (1820410046)
3. Lailatul Rohmah (1820410050)
A. Latar Belakang
Didalam masyarakat sering terjadi perkara-perkara perdata yang melibatkan
dua pihak atau lebih. Yang dimaksud dengan perdata, yaitu perkara sipil atau segala
perkara selai perkara kriminal atau pidana. Ketika menghadapi masalah perdata, kita
dapat mengajukan surat gugatan perdata kepada pengadilan setempat ( Pengadilan
Negeri). Maka dari itu hukum Indonesia harus memenuhi asas berkeadilan. Dimana
apabila ada pelanggaran baik perdata maupun pidana maka penegakan hukum harus
didirikan. Selain itu pula hukum di Indonesia memberikan ruang dalam masyarakat
yang merasa dirugikan dalam permasalahan tersebut untuk dapat mengajukan gugatan
atau permohonan di pengadilan.
Gugatan atau permohonan merupakan sebuah pengajuan perkara di
pengadilan. Dalam Peradilan Agama gugatan atau permohonan diajukan kepada
Ketua Pengadilan Agama atau ilimpahkan kepada hakim. Gugatan dan permohonan
memilikipebedaan. Perbedaan utama gugatan dan permohonan adalah, dimana
gugatan memiliki perkara sengketa yang harus diselesaikan dan putus oleh
pengadilan. Sedangkan permohonan tidak adanya sengketa didalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gugatan dan permohonan ?
2. Bagaimana isi dan ciri-ciri dari surat permohonan dan surat gugatan ?
3. Bagaimana tata cara mengajukan permohonan dan gugatan?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abullah Tri Wahyudi, Pengadilan Agama di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2004), 126
2
Wulan Soentantio, Retno dan Iskandar, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar
Maju, 1997), 10
d. Keputusan hakim mengikat terhadap semua orang.
Permohonan atau gugatan pada prinsipnya secara tertulis namun apabila para
pihak tidak mampu membaca dan menulis (buta huruf) permohonan/gugatan dapat
diajukan secara lisan ke Ketua Pengadilan Agama atau dilimpahkan kepada hakim
untuk disusun permohonan/gugatan kemudian dibacakan dan diterangkan maksud dan
isinya kepada pihak kemudian ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama atau
hakim yang ditunjuk.3
Pihak-pihak yang dapat membaca dan menulis dapat menyampaikan gugatannya
secara lisan ke Pengadilan Agama dengan menyampaikan maksudnya kepada petugas
Pengadilan Agama untuk dibuatkan permohonan/gugatan oleh yang bersangkutan dan
ditandatangani oleh yang bersangkutan.
B. Isi dan Ciri-Ciri Surat Gugatan dan Permohonan
1. Isi dan ciri-ciri permohonan :
a. Dalam membuat permohonan pada dasarnya memuat :
1) Identitas pemohon
2) Uraian Kejadian (posita)
3) Permohonan (petitum)4
b. Permohonan ini merupakan kepentingan sepihak dari pemohon yang tidak
mengandung sengketa dengan pihak lain. Ciri dari voluntair ini antara
lain :
1) Masalah yang diajukan berisi kepentingan sepihak
2) Permasalahan yang diselesaikan di pengadilan biasanya tidak
mengandung sengketa.
3) Tidak ada pihak lain atau pihak ketiga yang dijadikan lawan.5
2. Isi dan ciri-ciri gugatan :
a. Isi gugatan secara garis besar memuat hal-hal sebagai berikut :
1) Identitas para pihak
Identitas para pihak meliputi nama, alamat, umur, pekerjaan,
agama, kewarganegaraan.
3
Abullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-Surat dalam Praktik Hukum
Acara di Peradilan Agama, (Bandung : Mandar Maju, 2018), 93
4
Abullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-Surat dalam Praktik Hukum
Acara di Peradilan Agama. 93
5
Abul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992), 41
2) Uraian Kejadian (posita)
Berisi uraian kejadian atau fakta-fakta yang menjadi dasar adanya
sengketa yang terjadi dan hubungan hukum yang menjadi dasar
gugatan. Posita juga disebut fundamentum petendi.
3) Permohonan (petitum)
Petitum atau tuntutan berisi rincian apa saja yang diminta dan
diharapkan penggugat untuk dinyatakan dalam putusan penetapan
kepada para pihak terutama pihak tergugat dalam putusan perkara.6
3. Ciri-ciri dari gugatan ini diantaranya :
a. Ada pihak yang bertindak sebagai penggugat dan tergugat.
b. Pokok permasalahan hukum yang diajukan mengandung sengketa diantara
para pihak.7
9
H.A.Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, hal 59
10
H.A.Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, hal 60
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian atau kata-kata dalam pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa
sub pokok pembahasan yang sesuai dengan rumusan masalah dalam makalah ini.
Surat gugatan adalah yang diajukan oleh penggugat kepada Ketua Pengadilan
yang berwenang, yang berisi tuntutan hak yang di dalamnya mengandung suatu
sengketa, dan merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian
kebenaran suatu hak.
Perbedaan dari gugatan dan permohonan adalah bahwa permohona itu tuntutan
hak perdata yang didalam kepentingannya itu bukan suatu perkara sedangkan gugatan
adalah surat yang diajukan oleh penggugat terhadap tergugat yang menuntut tuntutan
hak yang yang didalamnya berisi suatu perkara. Alam gugatan inilah yang disebut
dengan pengadilan yang sesungguhnya dan produk hokum yang dihasilkan adalah
putusan hukum.
Tata cara pengajuan gugatan dan permohonan itu sendiri terbagi menjadi empat
tahap antara lain yaitu:
1. Melalui tahap persiapan
2. Melalui tahap pembuatan permohonan dan gugatan
3. Melalui tahap pendaftaran permohonan atau gugatan
4. Memalui tahap pemeriksaan permohonan atau gugatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arto, H.A Mukti. 2008. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Muhammad, Abdul Kadir. 1992. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Retno, Wulan Soentantio dan Iskandar. 1997. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek. Bandung: Mandar Maju.
Wahyudi, Abdullah Tri. 2018. Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh
Surat-Surat dalam Praktik Hukum Acara di Peradilan. Bandung: Mandar Maju
Wahyudi, Abdullah Tri. 2004. Pengadilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.