Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH:

INDRI RAMADANTI
21220026

Dosen Pembimbing : Marwan Riki Ginanjar S.Kep., Ns., M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang
dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel)
dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan
A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi
sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit
sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
B. ETIOLOGI
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma
Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena
terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh,
sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan
sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
C. MANIFESTASI KLINIK
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis
atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu,
atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di
seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri
(right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen
dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan
akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba
mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat
meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang
terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak
darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang
terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).

2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik
Wahab, 1996)..

E. PENTALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan dengan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat dirawat
jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu
berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat
IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010). Berikut
penatalaksanaannya:
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III dan
IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total
dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi
abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
-  Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
-  Membuat posisi knee chest atau fetus
-  Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan
c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk
mencegah asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-17
gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis
rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan
defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya
koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat
badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat
dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan dengan
arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan
cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
serangan sianosis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kasus
Batita perempuan usia 2 tahun dirawat diruang anak dengan keluhan kebiruan pada
saat menangis lama. Anak didiagnosis tetralogy of fallot (TOF). Saat ini anak belum
diperbolehkan pulang. Ibu pasien bertanya apakah yang dilakukan jika anak
mengalami kebiruan. Anak perempuan usia 2 tahun 10 bulan dengan berat badan 12
Kg, datang dengan keluhan sesak, batuk dan pilek lama, bengkak seluruh tubuh,
demam 1 minggu, disertai sianosis. Lahir cukup bulan, sianosis (+). Hasil
echocardiografi menunjukkan RA, RV dilatasi; TR ringan, PS sedang; tampak
vegetasi di katup pulmonal UK 0.6x0.04; dan septum ventrikel VSD defek IVS 1.17 L
to R shunt. Kesimpulan hasil echocardiografi TOF + vegetasi katup pulmonal + PS
sedang+ TR ringan. Disarankan untuk dilakukan operasi BT shunt. Pemeriksaan fisik
didapatkan jalan nafas bebas, frekuensi nafas 28 kali/menit, tidak ada ronkhi dan
wheezing, SpO2 65%, perfusi hangat sianotikdengan tekanan darah 90/50
mmHg,Nadi 128 kali/menit. Pasien sadar tampaklemah. didapatkan abdomen sedikit
distensi dan ada asites. Ekstremitas dijumpai pitting edema, clubbingfinger, dan
sianotik. Pemeriksaan foto ronsenthorak didapatkan jantung tidak dapat dievaluasi,
efusi pleura kiri masif. Konfirmasi dengan USG thorak didapatkan efusi pleura kiri.
Dilakukan echocardiografi ulang, didapatkan hasil multiplethrombus LV 1,89 X 2,05
cm, thrombus di RA 2,75 X 3,4 cm, MPA 0,89 X 1,01 cm, di RVOT 0,7 X 0,7 cm.
Hasil pemeriksaan MSCT Cardiac: kardiomegali terutama pembesaran dari RA dan
LV disertai thrombus pada LV ukuran terbesar 3.8 x 2 x 1.2 cm, pada PA ukuran 4.3
x 2.6 x 2.9 cm, dan multiple pada RV ukuran terbesar 0.3 x 0.4 x 0.5 cm;
Brachiocephalicveintampak prominen dengan thrombus yang luas pada dindingnya;
VSD sepanjang 1.74 cm lokasi dekat dengan aorticknob; efusi perikardium minimal
dan efusi pleura kiri; dan hepatomegali. Pasien kemudian didiagnosis dengan TOF +
Endokarditis + DilatedCardiomyophaty + Multiple Trombus + Heartfailure. Hasil
laboratorium dalam batas normal, dengan analisa gas darah sedikit asidosis metabolik
dengan pH 7,33.
2. Pertanyaan Klinis
Apakah terdapat pengaruh pemenuhan kebutuhan oksigen untuk mengatasi
gangguan pernapasan pada klien An. A ?

3. PICO
P : TOF
I : Terapi memenuhi kebutuhan Oksigenasi
C : Tidak ada pembanding
O : Memberikan intervensi dengan gangguan pernapasan dan sistem
kardiovaskuler

4. Searching Literature (Journal)


Setelah dilakukan Searching Literature (journal) di Goggle Sholar, didapatkan 180
journal yang terkait dan dipilih 1 jurnal dengan judul “APLIKASI TEORI
KONSERVASI LEVINE PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DIRUANG PERAWATAN ANAK“
a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus

5. VIA
a) Validity
- Desain : Jenis penelitian yang menggunakan desain studi kasus. Kasus
yang diambil sebanyak 5

- Sampel : Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang dirawat di


PICU dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen diantaranya kasus
(VSD), Pneumonia aspirasi, bronkopneumonia, ARDS, kasus spinal
muscular atropy dan kasus aspirasi benda asing.

- Kriteria inklusi dan eksklusi : kriteria inklusinya yaitu klien dengan


gangguan pernapasan dan gangguan kardivaskuler diantaranya kasus
(VSD), Pneumonia aspirasi, bronkopneumonia, ARDS, kasus spinal
muscular atropy dan kasus aspirasi benda asing. Sedangkan kriteria ekslusi
yang tidak ada gangguan gangguan pernapasan dan gangguan
kardivaskuler.
- Randomisasi : Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan
sampel, dilakukan pemberian teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan desain studi kasus, kriterianya anak yang dirawat di ruang
PICU dengan permasalahan gangguan pernapasan dan gangguan
kardiovaskular.

b) Importance dalam hasil


- Karakteristik subjek :
Karakteristik subjek dalam penelitian ini asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, merumuskan tropicognosis, menentukan hipotesis, intervensi
dan evaluasi dengan kasus gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
antara lain Ventricular Septal Defect (VSD), Pneumonia aspirasi,
bronkopneumonia, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Spinal
Muscular Atropy (SMA) dan kasus aspirasi benda asing

- Beda proporsi :
Kasus pertama Ventricular Septal Defect (VSD), dengan masalah
keperawatan utama yaitu pola nafas tidak efektif dan intoleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan yang telah diberikan antara lain memantau TTV,
memantau dan kepatenan jalan napas dan meberikan posisi prone,
pemberian obat-obatan. Selama perawatan 10 hari diruang PICU anak
mengalami perbaikan satrasi mencapai 90-95%.
Kasus kedua Distress Syndrome (ARDS), hasil evaluasi setelah
perawatan sampai dengan tanggal 23 desember 2012 menunjukkan hasil
bahwa anak belum dilakukan pemasangan trakheoostomi sesuai dengan
perencanaan dokter. Anak masih dilakukan perawatan diruang rawat PICU
Kasus ketiga bronkopneumonia dengan tetrallogi of fallot (TOF), telah
dilakukan tindakan antara lain : menjaga keefektifan jalan nafas dengan
melakukan pemberian nebulizer dengan ventolin dan pumicort, melakukan
fisoterapi dada dan melakukan suction sesuai advis dokter, memberikan
posisi untuk meningkatkan ventilasi dan mengurangi aspirasi sekret
dengan posisi prone, selain itu juga merubah posisi setiap 4 jam sekali
dengan semi fowler, miirng dan selain itu juga merubah posisi setiap 4 jam
sekali dengan semifowler, miring dan saat sianosis diberikan posisi knee
chest. setelah dilakukan perawatan selama 8 hari di PICU pada tanggal 21
november 2011 anak pindah ruang rawat anak dengan kondisi sebagai
berikut : anak minum neocate 8x50 ml melalui NGT, waktu luang anak
lebih banyak digunakan untuk tidur, angun saat lapar dan haus, kesadaran
apatis.
Kasus keempat Spinal Muscular Atropy (SMA), implementasi yang
dilakukan menukur TTV setiap 1-2 jam, memantau pernapasan (sesak,
sianosis, gerakan dinding dada dan respon terhadap pemerian ventilator,
memberikan posisi untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler),
berkolaborasi dengan petugas fisoterapis dan unit rahabilitasi medis untuk
pelaksannaa fisioterapi dada.
Kasus kelima bronskopi untuk ekstraksi benda asing, implementasi
yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain
menjaga kepatenan jalan nafas dengan melakukan suction, posisi miring
kekanan atau kekiri. Pada tanggal 18 april 2012 anak menjalani bronskopi
untuk pengambilan benda asing yang masih tersisa di ruang operasi IGD.
Pada tanggal 19 april 2012 anak sudah mulai bernafs dengan spontan
namun masih batuk dan sedikit keluar sputum dari mulut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat kita simpul kasus Ventricular
Septal Defect (VSD), Pneumonia aspirasi, bronkopneumonia, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Spinal Muscular Atropy (SMA)
dan kasus aspirasi benda asing menunjukkan klien mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang dimanifestasikan dengan adanya
sputum, batuk dipsnea, sesak napas dan keleihan. Selain itu ditemukan
data dari penkajian fisik berupa konjungtiva anemis, retraksi dada,
sianosis perifer, jari tabuh, waktu pengisian kapiler > 3 detik, murmur,
penurunan saturasi oksigen, adanya ronkhi, adanya stridor dan kurang
gizi.

- Beda mean
Hal tersebut sesuai dengan prinsip konversi levine. Karya ilmiah ini
membahas aplikasi teori konservasi levine dalam asuhan keperawatan pada
anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diruang
perawatan anak. Fokus bahasan pada penggunaan teori konservasi Levine
dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi pada anak.

- Nilai p value
Hasil akhir dari penerapan konservasi Levine mampu meningkatkan
kemampuan anak dalam beradptasi terhadap perubahan yang terjadi
namun respon organismik terhadap tindakan masing-masing. Klien
berbeda tergantung dari kemampuan dan penyakit yang diderita.

c) Applicability
- Dalam diskusi : Menurut berman dan synder (2012) yang
merujuk pada NANDA internasional (2009) menyebutkan masalah utama
pada anak dengan gangguan pemenuhan oksigenasi antara lain pola napas
tidak efektif, intoleransi aktivitas, gangguan pertukaran gas, bersihan jalan
napas tidak efektif.
Sehingga peran perawat menurut levine adalah meningkatkan adaptasi
klien terhadap perubahan yang terjadi pada setiap lingkungan klien dan
mempertahankan kesehatan secara keseluruhan (Alligood, 2010).
Intervensi diberikan berdasarkan prinsip prinsip atau konsep levine yaitu
konservasi energi, integritas struktural, integritas personal dan integritas
sosial (Alligood, 2010)
Pada anak dengan gangguan oksigenasi yang sakit kritis, nutrisi diperlukan
untuk mempertahankan dang meningkatkan fungsi kerdiovaskuler dan
respirasi, meningkatkan sistem imunitas, meminimalisir efek puasa,
mencegah defisiensi nutrisi dan memberikan dukungan nutrisi sampai
respon inflamasi fase akut berakhir (Hagau & Culcithi, 2010).
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk meningkatkan konservasi
integritas struktur adalah dengan memberikan posisi untuk meningkatkan
ventilasi (Pronasi, setengah duduk dan berbaring miring), melakukan
fisioterapi dada, melakukan penghisapan sekret, mementau TTV
memantau fungsi neurologis, memantau respon klien terhadap pemberian
ventilator dan kolaborasi pemberian obat. Pemberian posisi bertujuan
untuk meningkatkan oksigenasi, meningkatkan mekanika pernapasan,
mengurangi jumlah daerah atelektasis, memfasilitasi pengeluaran sekret
dan mengurangi cedera paru terkait dengan ventilator (Pelozi, Brazzi &
Gattinoni, 2002)

- Karakteristik penelitian : Ventricular Septal Defect (VSD), Pneumonia


aspirasi, bronkopneumonia, Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), Spinal Muscular Atropy (SMA) dan kasus aspirasi benda asing.

- Fasilitas biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang


digunakan

6. Diskusi ( membandingkan jurnal dan kasus)


Berdasarkan jurnal menunjukkan bahwa hasil pengkajian didapat pada lima kasus
menunjukkan klien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang
dimanifestasikan dengan adanya sputum, batuk dipsnea, sesak napas dan keleihan.
Selain itu ditemukan data dari penkajian fisik berupa konjungtiva anemis, retraksi
dada, sianosis perifer, jari tabuh, waktu pengisian kapiler > 3 detik, murmur,
penurunan saturasi oksigen, adanya ronkhi, adanya stridor dan kurang gizi. Potter dan
perry (2006) serta berman dan snyder (2012) menyebutkan bahwa pengkajian pada
klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, akan ditemukan adanya
keletihan dipsnea, batuk, wheezing, nyeri, kongjungtiva pucat, membran mukosa bibir
sianosis, bernapas melalui mulut, distensi vena jugularis, retraksi dada, pernapasan
cuping hidung, sianosis perifer, sianosis sentral, edema, jari tabuh dan adanya suara
napas tambahan. Lodha et al (2003) menyebutkan bahwa anak dengan hipoksemia
(Sturasi oksigen < 90%) menunjukkan gejala pernapasan cepat, sianosis, retraksi
interkostal dan penurunan kemampuan untuk makan.
Berdasarkan hasil penerapan teori konservasi Levine pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, mampu meningkatkan kemampuan klien dalam
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan innternal maupun
eksternal guna mempertahankan dan meningkatkan konservasi energi, integritas
struktural, integritas personal dan integritas sosial. Namun respon organismik
terhadap tindakan masing-masing klien berbeda-beda tergantung dari kemampuan dan
penyakit yang diderita.
BAB III
KESIMPULAN
Tetrallogy of Fallot (TOF) dijumpai pada 10 % kasus penyakit jantung kongenital,
TOF ditandai dengan adanya Ventricular Septal Defect (VSD), Overriding aorta, right
ventricular hypertrophy, stenosis pulmonal (infundibular atau subvalvular, valvular,
supravalvular atau kombinasi).
Berdasarkan hasil penerapan teori konservasi Levine pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, mampu meningkatkan kemampuan klien dalam
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan innternal maupun eksternal
guna mempertahankan dan meningkatkan konservasi energi, integritas struktural, integritas
personal dan integritas sosial. Namun respon organismik terhadap tindakan masing-masing
klien berbeda-beda tergantung dari kemampuan dan penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JKep/article/view/278

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-
sitiistian-6715-2-

babii.pdf&ved=2ahUKEwi5htSWsbrsAhVv73MBHdfPA3MQFjADegQIARAB&usg=AOv
Vaw2hBtwnZ6AVv3MB93u2hVIk

https://www.nerslicious.com/posisi-pasien/

Anda mungkin juga menyukai