Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH:

INDRI RAMADANTI
21220026

Dosen Pembimbing : Agus Suryaman S.Kep., Ns., M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untukmengantarkan darah yang kaya
oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra
Saferi, 2013)
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada konsisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani,2015)
Saat ini dikenal istilah gagal jantung kiri, kanan dan kombinasi atau
kongestif.Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan
vasokontriksi perifer yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan.Gagal jantung
kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena
jugularis.Gagal jantung kongestif merupakan gabungan kedua gambaran
tersebut.Namun demikian, definisi tersebut tidak terlalu bermanfaat karena baik
kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara bersamaan (Muttaqin,
2014).

B. ETIOLOGI
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
1. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septumventrikel
2. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensisistemik
3. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA,kardiomiopati
4. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif
konstriktif, tamponadejantung
5. Gangguansirkulasi:Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui
respon mekanis
6. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa
jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yangmeningkat
7. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejaksi
ventrikelkanan
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme
kontrol pernapasan
Gejala:
a. Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas.Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau di
cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan
menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi,
bahkan saat tidur.
c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum
berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil
katabolisme.Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.
e. Ronkhi
f. Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan
dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik Gejala :
a. Oedem perifer
b. PeningkatanBB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pittingedema
g. Anoreksia
h. Mual
3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan
rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas danpanas
d. Ekstrimitasdingin
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi aldosteron
dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut:
1. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang disertai
adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal. Tempat adanya
infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura
2. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah lekosit
meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung. Keadaan asam
basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru dan
fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit menurun walaupun kadar natrium total
bertambah. Berat jenis urine meningkat.Enzim hepar mungkin meningkat dalam
kongesti hepar.Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
atau hipoksi dengan peningkatan PCO2.BUN dan kreatinin menunjukan penurunan
perfusi ginjal.Albumin/ transferin serum mungkin menurun sebagai akibat
penurunan masukan protein atau penurunan sintesis proteindalam hepar mengalami
kongesti. Kecepatan sedimentasi menunjukan adanya inflamasiakut.
3. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga
abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar dan lien
kadang sulit diperiksa secara manual saat disertaiasites.
4. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemik(jikameliputi:Elektrolitserumyangmengungkapkankadarr natrium yang
rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi

E. PENTALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerjajantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkanoedema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penuruna
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia.
c. Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi

impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

pengosongan ventrikeldanpeningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian

ventrikel kiri dapat diturunkan.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Kasus
Tn “F” mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Klien mengeluh nyeri dada
3 minggu sebelum MRS, timbul terutama saat batuk dan sesak nafas sejak 2 hari
MRS. Dan apabila melakukan aktifitas sehar-hari bertambah sesak, tidak berkurang
dengan pemberian obat dari dokter serta tidur menggunakan bantal lebih dari 2.
Riwayat hipertensi klien sekitar 5 tahun yang lalu. klien mengatakan perut semakin
membesar, mudah kenyang, makan < 1 piring, nafsu makan baik. pemeriksaan mata :
penglihatan klien menurun, Pemeriksaan leher terjadi pembesaran vena jugularis (+),
pada bagian abdomen terasa nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, pada bagian
ekstremitas kekuatan ¾. Klien mengatakan mudah terbangun pada malam hari karena
sesak. Tanda-tanda TD 140/90 mmHg, N 100 x/m, RR 20x/m, T 36,5 oC, CRT 2-3
detik. Pemeriksaan paru gerakan simetris, ronchi (+), vocal fremitus kuat dan simetris.
Pemeriksaan radiologi : CTR >50% (Kardiomegali). EKG pertama :irama sinus , ST
elevasi pada V4, Q patologis pada V1-V3 . EKG kedua : irama sinus, HR 110 x/m
irreguler, axis, LAD. Pemeriksaan laboratorium : HB 11,9, Hematokrit 35, Leukosit
6300, Trombosit 255.000, AGD , PH 7.492, Po2 133,4, Pco2 23,6, HCO3 17,9, Sat
O2 98,8, Na 138, K 5,3, CI 101, Ureum 14, Kreatinin 210, SGOt 111,3, SGPT 360,
Albumin 3,8 , Gula darah puasa97, Ck771, CKMB 100

2. Pertanyaan Klinis
Apakah terapi distraksi bisa dilakukan pada kasus CHF untuk meminimalisir
atau mengurangi nyeri pada klien An. A ?

3. PICO
P : CHF
I : Distraksi
C : Tidak ada pembanding
O : Nyeri
4. Searching Literature (Journal)
Setelah dilakukan Searching Literature (journal) di Goggle Sholar, didapatkan 180
journal yang terkait dan dipilih 1 jurnal dengan judul “Distraksi Menonton Efektif
Menurunkan Nyeri Ringan Pasien Congestive Heart Failure (CHF) “
a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus

5. VIA
a) Validity
- Desain : Penelitian menggunakan desain quasi eksperimental yaitu
dengan memberikan perlakuan kepada kelompok kasus berupa terapi
komplementer teknik distraksi menonton dan kelompok kontrol diberikan
teknik relaksasi nafas dalam.

- Sampel : Sampel menggunakan tehnik Concecutuve sampling dimana


pengambilan data dilakukan terlebih dahulu pada kelompok kasus sampai
dengan besar sampel yang diinginkan tercapai, Djamil, Distraksi
Menonton Efektif Menurunkan Nyeri Ringan Pasien selanjutnya
pengumpulan data pada kelompok kontrol.

- Kriteria inklusi dan eksklusi : kriteria insklusi penelitian yaitu pasien


CHF dengan nyeri ringan sampai sedang (skala nyeri 1-6). Sedangkan
kriteria eksklusi yaitu terpasang oksigen, sesak nafas. Berdasarkan kriteria
tersebut, maka sampel dibagi menjadi 2 kelompok intervensi yaitu:
Kelompok yang diberikan teknik distraksi menonton dan Kelompok yang
diberikan teknik relaksasi nafas dalam.

- Randomisasi : Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan


sampel, dilakukan pemberian teknik distraksi menonton dan Kelompok
yang diberikan teknik relaksasi nafas dalam. kriteria penelitian yaitu
pasien CHF dengan nyeri ringan sampai sedang (skala nyeri 1-6)

b) Importance dalam hasil


- Karakteristik subjek :
Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi distribusi nyeri
sebelum dan sesudah tindakan distraksi menonton pada pasien CHF,
distribusi nyeri sebelum dan sesudah tindakan relaksasi nafas dalam pada
pasien CHF, perbedaan selisih rerata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan distraksi menonton dan relaksasi pada pasien CHF.

- Beda proporsi :
Berdasarkan tabel 1 Distribusi Nyeri Sebelum dan Sesudah Tindakan
Di terlihat bahwa dari 30 responden pada kelompok sebelum tindakan
distraksi menonton pada pasien CHF didapatkan rata-rata nilai nyeri 5,14
dengan standar deviasi 0,900 sedangkan sesudah intervensi tindakan
distraksi menonton nilai rata-rata nyeri 3,57 dengan standar deviasi 0,976.
Hasil uji statistik di dapatkan nilai 0,000 (p-value=0.000, di mana pvalue
Berdasarkan tabel 2 Distribusi Nyeri Sebelum dan Sesudah Tindakan
Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien CHF. terlihat bahwa dari 30
responden pada kelompok sebelum tindakan relaksasi nafas dalam pada
pasien CHF didapatkan rata-rata nilai nyeri 5,29 dengan standar deviasi
0,756 sedangkan sesudah intervensi tindakan relaksasi nafas dalam nilai
rata-rata nyeri 3,57 dengan standar deviasi 0,787. Hasil uji statistik di
dapatkan nilai 0.001 (pvalue=0,000, dimana p-value.
Berdasarkan tabel 3 Perbedaan Selisih Rerata Nyeri Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Tindakan Distraksi Menonton dan Relaksasi pada
Pasien CHF. Rata-rata penurunan nilai nyeri pada kelompok tindakan
distraksi menonton adalah 1,571 dengan standar deviasi 0,535, sedangkan
kelompok untuk tindakan relaksasi rata-rata penurunan nilai nyeri adalah
1,714 dengan standar deviasi 0,756. Hasil uji statistik didapat nilai p-
value=0,000 berarti pada ∝ (alpha) 5% terlihat ada perbedaan pengaruh
tindakan distraksi menonton dan tindakan relaksasi pada pasien CHF di
Ruang Tulip RSUD dr.H.Abdul Moeloek Propinsi Lampung 2018.

- Beda mean
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden pada
kelompok sesudah tindakan distraksi menonton pasien CHF didapatkan
ratarata nilai nyeri 3,57 dengan standar deviasi 0,976 nilai nyeri minimal 2
dan nilai nyeri maksimal 5. Sedangkan untuk kelompok relaksasi di
peroleh data dari 30 responden pada kelompok sesudah tindakan relaksasi
pada pasien CHF didapatkan nilai rata-rata nyeri 3,57 dengan standar
deviasi 0,787 nilai nyeri minimal 3 dan nilai nyeri maksimal 5.
Hal ini sesuai dengan teori Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan
bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru,
meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stres baik stres fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Sedangkan manfaat yang di rasakan oleh klien setelah melakukan teknik
nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri , ketentraman hati dan
berkurangnya rasa cemas.

- Nilai p value
Hasil penelitian menyatakan bahwa dengan relaksasi nafas dalam dan
distraksi menonton dapat menurunkan nyeri pada pasien dengan CHF hal
ini dapat dilihat pada hasil diperoleh data rata-rata penurunan nilai nyeri
pada kelompok tindakan distraksi menonton adalah 1,571 dengan standar
deviasi 0,535, sedangkan kelompok untuk tindakan relaksasi rata-rata
penurunan nilai nyeri adalah 1,714 dengan standar deviasi 0,756.Hasil uji
statistik diperoleh nilai p-value=0.000 berarti pada ∝ (alpha) 5 % terlihat
ada perbedaan pengaruh tindakan distraksi menonton dan tindakan
relaksasi pada pasien CHF di Ruang Tulip RSUD dr.H.Abdul Moeloek
Propinsi Lampung 2018.

c) Applicability
- Dalam diskusi : Distraksi menonton sangat efektif dalam
mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa cemas, ketakutan, dan depresi
yang dialami pasien namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Asmadi (2008), faktor yang mempengaruhi distraksi menonton
yaitu komunikasi antar perawat dan klien, media distraksi yang dipakai,
jangka waktu yang digunakan serta tingkat stres, cemas maupun depresi
yang dialami pasien. Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri,
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi retikuler, yaitu menghambat
stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup
atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke
otak (nyeri berkurangatau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus sensori
yang menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Distraksi bekerja
memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk
mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya
selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
Perawat dapat mengkaji aktivitasaktivitas yang dinikmati klien sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai distraksi. Aktivitas tersebut dapat meliputi
kegiatan menyanyi, berdoa, menceritakan foto atau gambar dengan suara
keras, mendengarkan musik, dan bermain. Sebagian besar distraksi dapat
digunakan di rumah sakit, di rumah, atau pada fasilitas perawatan jangka
panjang (Tamsuri, 2007).

- Karakteristik penelitian : Distribusi nyeri sebelum dan sesudah tindakan


distraksi menonton pada pasien CHF, distribusi nyeri sebelum dan sesudah
tindakan relaksasi nafas dalam pada pasien CHF, perbedaan selisih rerata
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan tindakan distraksi menonton dan
relaksasi pada pasien CHF..

- Fasilitas biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang


digunakan

6. Diskusi ( membandingkan jurnal dan kasus)


Relaksasi bisa mengurangi nyeri dan membuat nyaman sesorang. Relaksasi secara
umum akan membantu menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara
fisiologis relaksasi merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran getah
bening, sehingga oksigen, zat makanan dan sisa makanan dibawa secara efektif dari
jaringan tubuh. Artinya ada perbedann yang signifikan rata-rata nyeri setelah
dilakukan intervensi pada kelompok disrtaksi maupun relaksasi. Berdasarkan
keterangan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa terapi non framakologis yaitu
relaksasi nafas dalam dan distraksi menonton sama-sama menurunkan nyeri. Namun
teknis distraksi menonton lebih efektif dibanding dengan teknik relaksasi nafas dalam
karena penggunaan teknik ini pasien merasa lebih nyaman, santai dan merasa berada
pada suatu yang lebih menyenangkan. Selain itu juga distraksi menonton sangat
efektif dalam mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa cemas, ketakutan, dan
depresi yang dialami pasien, sehingga pasien teralihkan dari rasa nyeri.
BAB III
KESIMPULAN

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis yang berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal. Pemberian asuhan keperawatan komplementer dengan
metode distraksi menonton dapat membantu menurunkan nyeri ringan sampai sedang pada
pasien gagal jantung kongestif. Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh distraksi
menonton terhadap nyeri ringan pasien dengan CHF.Hasil penelitian menunjukkan terapi
distraksi menonton berpengaruh terhadap nyeri ringan pasien dengan CHF.
DAFTAR PUSTAKA

Ngudi Basuki. (2007). Pengaruh teknik distraksi menonton dan relaksasi terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstrem. m, http://www.poltekkessoepraoen.
ac.id/?prm=artikel&var=detail&id=27

Sarfika, R., Yanti, N., & Winda, R. (2017). Pengaruh Teknik Distraksi Menonton
Kartun Animasi Terhadap Skala Nyeri Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus Di
Instalasi Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang. NERS Jurnal Keperawatan, 11(1),
32-40.

Anda mungkin juga menyukai