Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit TB (Tuberculosis) merupakan masalah yang besar bagi

negara berkembang termasuk indonesia, karena diperkirakan 95%

penderita TB berada di negara berkembang, dan 75% dari penderita TB

tersebut adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun) , tidak hanya

menyerang orang dewasa penyakit TB juga bisa menyerang anak – anak.

Kasus TBanak dikelompokkan dalam kelompok umur 0 – 4 tahun dan dan

5 – 14 tahun, dengan data jumlah kasus pada kelompok umur 5 – 14 tahun

yang lebih tinggi dari kelompok umur 0 – 4 tahun, jumlah kasus BTA

positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak,

sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%,

bahkan penyakit TB merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang

hingga kini masih menjadi masalah kesehatan global. (QORRY’AINA

ABATA , 2016)

Setiap tahun dilaporkan sekitar 1,7 juta orang yang meninggal

dunia akibat penyakit tuberculosis, padah pada dasarnya TB merupakan

penyakit yang dapat disembuhkan. Salah satu tujuan akhir Millenium

Development Goal dari Periserikan Bangsa – bangsa adalah mengurangi

dan menurunkan angka kejadian tuberculosis sampai separuh dan juga

mengurangi angka prevalensi dan jumlah kematian akibat tuberculosis

1
2

pada tahun 2015. Strategi pemberantasan penyakit yang sekarang ada,

telah kehilangan berbagai peluang penting untuk menghentikan transmisi

penyakit TB. (KOES IRIANTO 2016)

Penyakit tuberculosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan

dunia dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk

dunia terserang penyakit ini, sebagian besar besar berada di negara

berkembang di antara tahun 2009 – 2011 hampir 89% penduduk dunia

menderita TB. Menurut laporan WHO tahun 2011 penderita TB di dunia

sekitar 12 juta atau 178 per 100.000. dan setiap tahunnya ditemukan 8,5

juta dengan kematian sekitar 1,1 juta. Kondisi ini lebih baik dibandingkan

dengan tahun 2009 secara global dilaporkan sekitar 39% penyakit ini

menyerang di Asia terutama di 22 negara beban tinggi TB setiap tahunnya

ditemukan kasus TB baru sekitar 9,4 juta dan kematian sebesar 3,8 juta.

Dimana diperkirakan semua kasus TB yang ada di dunia sebanyak 14 juta

lebih , pada umumnya menyerang kelompok usia produktif. (Buku

Pemberantas dan Penanggulangan Tuberculosis 2017)

Di Amerika Serikat terdapat sekitar 36.000 infeksi baru setiap

tahunnya, tetapi hanya 1.800 kasus yang ber – lanjut menjadi penyakit

klinis selama tahun yang sama. Selain itu, 22.000 kasus baru muncul dari

orang yang sebelumnya terinfeksi dan dikenal sebagai “reaktor”, karena

mereka akan bereaksi terhadap uji kulit tuberkulin jika pemeriksaan ini

dilakukan, yang menunjukkan bahwa tubuh mereka mengandung bakteri

yang seringkali tidak aktif. (QORRY’AINA ABATA 2016)


3

Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara – negara

berkembang dengan mulculnya epidemi HIV / AIDS di dunia jumlah

penderita TB akan meningkat. Kematian karena kehamilan, persalinan

serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk

penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga peduduk

dunia telah terinfeksi kuman TB. (QORRY’AINA ABATA 2016)

Menurut kementerian kesehatan Bhutan pada tahun 2007

prevalensi TB di sana mencapai 0,2% , meskipun belum pernah dilakukan

studi ekologi yang berhubungan dengan kejadian TB disana dalam

kurun1993 – 2001 di United State (US) dilaporkan prevalensi resistensi

obat anti tuberculosis pada anak dan dewasa muda kelahiran luar negeri

mencapai 2,5% dan kelahiran di US sekitar 1,4%. Berdasarkan data survei

prevalensi tahun 2006 WHO meramal prevalensi TB di Indonesi sebesar

234 per 100.000. populasi semua kasus setiap tahun. (Buku Pemberantas

dan Penanggulangan Tuberculosis 2017)

Berdasarkan data dari WHO Global Tuberculosis Report 2016

menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222,

menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. TB di

Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah

penyakit kardiovaskular. Indonesia, melalui Kementerian Kesehtan

memiliki target “Indonesia Bebas TB 2050”. Untuk mencapai target

“Indonesia Bebas TB 2050”, peran serta masyarakat sangat diperlukan,

terutama dalam membantu menemukan kasus TB dan membantu


4

melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai sembuh,

agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Adanya dukungan

dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan kepatuhan pasien

untuk minum obat , masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui

tentang TB dan bagaimana mengakses pengobatan. Belum baiknya

pengetahuan masyarakat tentang TB dan adanya pengobatan gratis bisa

mengakibatkan terlambatnya mereka mencari pengobatan atau tidak

berobat yang berkontribusi pada tingginya prevalensi TB sebesar

660/100.000 atau berarti bahwa 0,65% populasi Indonesia menderita TB,

atau setara 1.600.000. kasus TB, dimana tiap tahun terjadi 1.000.000

kasus baru. Sementara case detection rate hanyalah sebesar 33% atau

sekitar 670.000 untuk kasus – kasus yang hilang. (Gerakan Masyarakat

Menuju Indonesia Bebas TB 2017)

Fenomena TB di Indonesia menurut Rikesdas , 2007 TB adalah

penyebab kematian nomor dua setelah stroke. Ironisnya menurut hasil riset

tersebut, TB merupakan pembunuh bayi yang kesembilan dan pada anak

balita yang kedelapan. Namun pada anak usia di atas 5 tahun di perkotaan

penyebab kematian keempat dan kedua bagi anak di pedesaan. Besarnya

beban TB terutama sarana infrastruktur yang masih menjadi umum

sebagai faktor kunci meningkatnya penyebaran TB setiap tahun. Selain itu,

faktor kemiskinan, menyebabkan rendahnya akses masyarakat ke

pendidikan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan fakta, memang cakupan

penemuan masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 57% dari 70%
5

pada tahun 2005. Meskipun kemajuan tren peningkatan penemuan kasus

tuberculosis di beberapa negara namun capaiannya masih di bawah target

global. (Buku Pemberantas dan Penanggulangan Tuberculosis 2017).

Berdasarkan hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004

menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara regional

untuk wilayah Sumatera adalah 160 per 100.000 penduduk. Sampai

dengan tahun 2014 program penanggulangan tuberculosis dengan strategi

DOTS di Sumatera Selatan menjangkau 100% Puskesmas, sementara

untuk Rumah Sakit baru mencapai 75%. Program dan kegiatan yang

dilakukan pada tahun 2014 dalam upaya penanggulangan Tuberculosis

pada tahun 2014 antara lain : pelacakan kasus TB di 13 Kab/Kota :

bimbingan teknis program TB ke 15 Kab/Kota dan Workshop SITT tahap

2. Kesenjangan antara target dan capaian indikator yang ada antara lain :

Belum semua RS di Sumsel melaksanakan strategi DOTS (50%); Sedikit

sekali di dapat data Pasien yang berobat ke (DPS) Dokter Praktik Swasta

(1<%); Rutan/Lapas. Klinik dan Workplace Belum berjalan maksimal;

Angka Default (pasien mangkir) banyak terdapat di RS, sistem jejaring

eksternal di beberapa kab/kota belum maksimal turn over petugas tinggi

(terutama dokter). Angka penemuan pasien baru TB BTA (Case Detection

Rate) di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun

2014 berfluktuasi, sedangkan target yang dimulai tahun 2005 sebesar 70%.

Berdasarkan cakupan penemuan kasus TB di provinsi sumatera selatan

tahun 2015 sebanyak 5.303 penderita, pada tahun 2016 penderita penyakit
6

TB sebanyak 8.616 penderita , pada tahun berikutnya 2017 terjadi

peningkatan penderita penyakit TB di provinsi sumatera selatan sebanyak

16.124 penderita dari total semua penduduk provinsi sumatera selatan

sebanyak 8.266.983. (Profil dinas kesehatan provinsi sumatera selatan)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (DinKes) Kota Palembang

selama tiga tahun ini penemuan kasus penderita Tuberculosis (TB) selalu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah kasus TB yang

ditemukan sebanyak 131/100 ribu penduduk, 2015 ditemukan sebanyak

156/100 ribu penduduk dan di tahun 2016 ditemukan sebanyak 176/100

ribu jumlah penduduk. Dari data tersebut 55,7% merupakan penderita TB

baru dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif dan negatif, 8,5%

penderita TB ekstra paru – paru dan 4,5% penderita TB anak, TB ini

disebabkan oleh micro bactery tuberculosis, yang menyerang segala usia,

terutama yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah (imunitas), seperti

perokok, penderita penyakit lain yang menyerang imunitas, diantaranya

penyakit lupus, HIV/Aids. TB juga tidak hanya pada paru – paru, ada juga

TB ekstra paru – paru, seperti di tulang atau dikelenjar getah bening

(biasanya disekitar leher). (Koran Kito 2017)

Berdasarkan data pada tahun 2015 penderita Tuberculosis Paru di

dinas Kesehatan Kabupaten Lahat tercatat 475 kasus , penderita BTA

positif diobati sebanyak 165 dari jumlah kasus yang berjenis kelamin laki

– laki sebanyak 97 penderita dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 68 penderita. Sedangkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan


7

dengan jumlah 564 kasus , penderita BTA positif diobati sebanyak 168

kasus dari jumlah penderita tuberculosis yang berjenis kelamin laki – laki

sebanyak 104 penderita dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak

64 penderita. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat)

Berdasarkan data pada tahun 2015 penderita Tuberculosis Paru di

wilayah kerja Puskesmas Selawi Lahat sebanyak 44 kasus, sedangkan

pada tahun 2016 terjadi peningkatan dengan jumlah penderita

Tuberculosis Paru menjadi 73 kasus, dan pada tahun 2017 telah terjadi

peningkatan jumlah Tuberculosis Paru menjadi 90kasus, telah terjadi

peningkatan yang sangat pesat, dengan banyaknya jumlah penderita

tuberculosis paru yang terdata di wililayah kerja puskesmas selawi lahat,

diharapkan untuk mengadakan penyuluhan langsung ke masyarakat

tentang penyakit Tuberculosis Paru di wilayah kerja puskesmas selawi

lahat, untuk menekan angka kesakitan terhadap penyakit tuberculosis

praru.

Berdasarkan data tersebut bahwa penderita Tuberculosis Paru

mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga penulis tertarik untuk

menyusun “ Asuhan Keperawatan Keluarga Tn “A” Dengan Diagnosa

Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Selawi Lahat Pada Tahun

2018.
8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

merumuskan bagaimana melaksanakan “Asuhan Keperawatan Keluarga

Tn “A” Dengan Diagnosa Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas

Selawi Lahat Tahun 2018.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melaksanakan secara nyata bagaimana pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn “A” Dengan Diagnosa

Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Selawi Lahat Tahun

2018.

1.3.2 T ujuan Khusus

1. Untuk melaksanakan pengkajian pada Tn “A” dengan

diagnosa Tuberculosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Selawi

Lahat Tahun 2018.

2. Untuk melaksanakan diagnosa keperawatan pada Tn “A”

dengan diagnosa Tuberculosis Paru di wilayah kerja

Puskesmas Selawi Lahat Tahun 2018.

3. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada

Tn “A” dengan diagnosa Tuberculosis Paru di wilayah kerja

Puskesmas Selawi Lahat Tahun 2018.


9

4. Untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn “A”

dengan diagnosa Tuberculosis Paru di wilayah kerja

Puskesmas Selawi Lahat.

5. Untuk melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan

keluarga yang telah dilakukan pada Tn “A” dengan diagnosa

Tuberculosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Selawi Lahat

Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Mahasiswa

Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat serta

mengimplementasikan dalam Asuhan Keperawatan pada Tn “A”

dengandiagnosa Tuberculosis Paru.

1.4.2 Untuk Profesi

Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan serta

saran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien denga

diagnosa Tuberculosis Paru.

1.4.3 Untuk Institusi

Sebagai umpan balik dalam penerapan teori dalam praktek

keperawatan secara terpadu oleh mahasiswa, dapat berguna bagi

peningkatan mutu pendidikan dan dapat menjadi acuan bagi

perkembangan terhadap mutu institusi pendidikan.


10

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas, tentang Karya Tulis Ilmiah ini,

untuk itu penulis menggunakan sistematika penulisan yang berisi dari V BAB

yaitu : BAB I Pendahuluan meliputi : Latar belakang penulisan, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan , dan sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teori meliputi : Definisi / pengertian, etiologi, manifestasi

klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan,

konsep keluarga dan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa, intervensi, rasional, implementasi, dan evaluasi. BAB

III berisi tinjauan kasus yang membuat semua keseluruhan keperawatan

melalui pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, analisa data,

prioritas masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB IV berisi tentang

pembahasan antara teori dan kenyataan pada kasus yang disajikan sesuai

dengan langkah langkah proses keperawatan mulai dari pengumpulan Data

Dasar , Diagnosa Keperawatan , Intervensi , Implementasi , Evaluasi. BAB V

berisi kesimpulan dan saran, dan Daftar Pustaka serta lampiran.

Anda mungkin juga menyukai