Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU FORTOFOLIO

Disusun Oleh :
Nama : Debora Rika Aprilia Puji Astuti
Nim : 202241018

STIKES SANTA ELISABETH SEMARANG


PRODI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI
TAHUN AJARAN 2022/2023
I. SPIRITUALITAS EKOLOGIS
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah atau tempat
hidup dan logos yang bermakna ilmu. Secara harfiah ekologi dimaknai sebagai ilmu
yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain
mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya.

Spiritualitas erat kaitannya dengan hidup rohani, dengan Tuhan, dengan kitab
suci dan tradisi hidup rohani gereja. Dalam gereja katolik, spiritualitas umumnya
dihubungkan dengan kaum religius atau klerus yang menghidupi suatu kualitas hidup
kristiani berdasarkan tuntutan injil. Spiritualitas bersumber pada iman dan penyataan
diri Allah, yang dijadikan semangat dan roh utama dari kehidupan seseorang atau
sekelompok orang.

Spiritualitas, yang erat kaitannya dengan pengalaman akan Allah,


sesungguhnya tidak pernah dapat dipisahkan dari pengalaman “intra-mundan”
(pengalaman duniawi dengan sesama manusia dengan sesama manusia dan sesama
ciptaannya). Karena itu menggali kekayaan spiritualitas ekologis dalam kazanah iman
kristiani menjadi utama.

II. LAUDATO SI
Laudato Si (bahasa Italia) diadopsi dari nyanyian Santo Fransiskus dari Asisi,
orang kudus dalam sejarah Gereja Katolik, yang versi panjangnya Laudato Si, mi'
Signore; artinya Terpujilah Engkau Tuhanku.
Merawat ekosistem mengandaikan pandangan melampaui yang instan, karena
orang yang mencari keuntungan cepat dan mudah, tidak akan tertarik pada pelestarian
alam. Pada bagian-bagian pembuka ensiklik laudato si, Paus Fransiskus langsung
menyentil akar persoalan ekologis, bahwa motivasi dan moral yang dangkal menjadi
sebab krisis ekologi sekarang ini.
Ia dengan tegas menentang konsumerisme dan sikap instan umat manusia
yang mengabaikan tugas penting dalam menjaga kelestarian ekosistem. Dengan basis-
basis teologisnya, ensiklik ini merunut berbagai persoalan alam dalam ajaran iman
Katolik. "Ekosistem hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
kompleks dan hampir mustahil dinilai sepenuhnya, namun ketika hutan tersebut
terbakar atau ditebang untuk tujuan perkebunan, dalam waktu beberapa tahun spesies
yang tak terhitung jumlahnya punah dan wilayah itu sering berubah menjadi lahan
telantar dan gersang.

III. JPIC ( Justice, Peace, and Integration of Creation )


JPIC ( Justice, Peace, and Integration of Creation) merupakan nilai-nilai pokok
dan mendasar dalam spritualitas St. Fransiskus; dihidupi dan diwujudkan oleh St.
Fransiskus selama hidupnya. Dengan mengikuti dorongan pembaharuan hidup
religius yang ditekankan oleh konsili vatikan II dan oleh gereja katolik sesungguhnya,
para pengikut St. Fransiskus dalam kapitel-kapitel mereka mulai secara serius
merefleksikan dan merumuskan kembali spritualitas fransiskan serta relevansinya
untuk dunia masa kini yang berjuang keras mewujudkan keadilan, perdamaian dan
keutuhan ciptaan sebagai bagian utuh dari spritualitas fransiskan.
Nilai-nilai keadilan, perdamaian dan keeutuhan ciptaan semakin memudar dari
situs moral manusia masa kini dengan akibat manusia modern dihujam berbagai
problematika. Dunia masa kini menentang para pengikuit fransiskan mewujudkan
komitmen total mereka pada nilai-nilai yang merupakan warisan luhur dari
spriritualitas St. Fransiskus Asisi. Persaudaraan fransiskan bukan hanya mencakup
sesama manusia, tetapi makhluk ciptaan adalah juga suadara-suadari kita, yang
memiliki hak untuk diperlakukan adil, dijaga, dan dipelihara sebagai sesama ciptaan
Tuhan.

JPIC ( Justice, Peace, and Integration of Creation) atau keadilan, perdamaian,


dan keutuhan ciptaan menjadi rangkuman dari spritualitas Fransiskan. Supara
spiritualitas ini menjadi gerakan, dibentuklah lembaga JPIC-OFM Indonesia.
kegiatan-kegiatan JPIC-OFM Indonesia meliputi 5 bidang yaitu: Animasi, Litbang,
Sosial Karitatif, Ekologi dan Advokasi.

Anda mungkin juga menyukai