Alhamdulillahirabbilalamin, segalapuji hanyalah untuk Allah Tuhan sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami para penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KEGUNAAN DAN PENERAPAN
SOSIOANTROPOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAAN MASYARKAT”
Dalam penyusunan tugas ini, kami para penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan
segenap keluarga besar kami para penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini
bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami para penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami para penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami para penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
PENDAHULUAN
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek
dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pe1ngemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran,
cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi
kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu
sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang hubungan ilmu
Antropologi kesehatan dan penerapannya dalam Ilmu kesehatan masyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian antropologi?
1.3 TUJUAN
ISI
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan
masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita
ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan
masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu
seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek
fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan
Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu
antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi
Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu
kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang mempeng
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya
merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang
dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni dan
ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya
mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan,
perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap
sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut. Secara umum
kegunaan penerapan sosioantropologi di bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui pola perilaku masyarakat artinya kita dapat memahami bagaiman
pola pikir masyarakat setempat yang mana hal ini merupakan satu kunci pertama yang
harus diketahui oleh petugas kesehatan, ketika kita sudah mengetahui unsur budaya
ataupun pola pikir dan tingkah laku maka dengan mudah kita bisa memberikan pengaruh
dalam hal ini tenaga kesehatan masyarakat yakni dalam menangani masalah tabu dan
mengetahui bagaimana mengayomi atau memberlakukan masyarakat setempat sehingga
akan mempermudah proses penyuluhan ataupu sosialisasi terhadap masyarakat.
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai petugas
kesehatan sesuai dengan harapan warga masyarakat.
Dengan mempelajari ilmu budaya atapun unsur – unsur budaya maka secara langsung
ataupun tidak langsung akan tertanam dalam pikiran kita peran kita sebagai petugas
kesehatan, betapa dibutuhkan keberadaan kita dalam menangani permasalahan kesehatan
masyarakat, sehingga penyuluhan atau perbaikan kesehatan yang dilakukan sesuai dengan
kondisi masyarakat.
3. Dengan mengkaji kasus – kasus maupun unsur – unsur budaya yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat maka akan memperluas wawasan kita, mengenai pemecahan
masalah kesehatan melalui budaya suatu masyarakat.
Budaya merupakan satu pegangan, satu pedoman dan aturan yang diyakini kebenarannya
oleh masyarakat, sehingga tenaga kesehatan wajib mengetahui aturan ataupun budaya dan
menghormati budaya masyarakat setempat, sehingga terdepat hubungan yang selaras
antara petugas kesehatan dan masyrakat itu sendiri. masyarakat akan menerima,
membantu serta mempermudah kita melakukan penyuluhan, karena pada dasarnya
keseimbangan saling menghormati antara petugas kesehatan dengan masyarakat yang
dilandasi dengan pengetahuan petugas kesehatan dengan budaya setempat
Dengan mempelajari kasus yang berkaitan dengan budaya masyarakat setempat maka
seorang petugas kesehatan akan mengetahui masalah yang sedang terjadi di masyarakat,
sehingga petugas kesehatan mampu menyelesaikan masalah tersebut misalnya masalah
gizi masyarakat tanpa melanggar aturan atau budaya masyarakat setempat, yakni dengan
melakukan pendekatan secara perlahan – lahan dan mempelajari budaya masyarakat,
apakah masalah gizi tersebut timbul karena adat atau budaya seperti pantangan atau tabu,
jika hal tersebut disebabkan oleh hal – hal yang tabu, maka petugas kesehatan atau
kader gizi bisa memberikan penyuluhan atau nasihat dan gambaran kepada masyarakat
bahwa tabu itu menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan.
Perilaku adalah kegiatan manusia atau makhluk hidup lain yang dapat dilihat secara langsung
pada waktu tertentu di satu tempat tertentu . Sedangkan perilaku sehat adalah perilaku yang
didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan (Ircham, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010),
Perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku kesehatan pada
dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo,
2003).
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau
menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah
kesehatan dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan. Contoh: makan dengan
gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minuman keras (Notoatmodjo,
2010). Sedangkan menurut Sunaryo (2004) Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan
individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi : cara seseorang memantau
tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan suatu upaya
penyembuhan, penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
1. Bentuk perilaku
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
b. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).
- Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang
ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan,
jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
a. Jenis ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.
b. Jenis kelamin
erbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari–hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria
disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminim.
c. Sifat fisik
Perilaku individu akan berbeda beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu
yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d. Sifat kepribadian
Pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Marasmis (1999) adalah keseluruhan
pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha
adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya. Sedangkan kepribadian menurut
masyarakat awam adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi
individu lainnya.
e. Bakat pembawaan
Menurut Notoatmodjo (1997) bakat merupakan kemampuan Individu untuk melakukan
sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut. Bakat
merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya
kesempatan untuk pengembangan.
f. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak . Intelegensi
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Individu yang intelegen yaitu individu
yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya
bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan
bertindak lambat.
- Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada sekitar individu, baik fisik, biologis
maupun sosial. lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
b. Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar
mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat menjadi dapat.
c. Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian
seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku
individu.
d. Sosial ekonomi
Keluarga yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan
fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut.
e. Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar, serta dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam arti sempit kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia. Hasil kebudayaan
manusia akan memengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
Pengobatan tradisional menurut WHO adalah keseluruhan pengetahuan, keahlian, dan kemahiran
yang berdasarkan sebuah teori, keyakinan dan pengalaman masyarakat asli dari berbagai budaya,
apakah dapat digunakan atau tidak dapat digunakan untuk memelihara kesehatan, sejak dari
pencegahan, diagnosis, penyembuhan, dan pengobatan penyakit baik fisik maupun mental.
Pengobatan tradisional merupakan salah satu jenis dari pengobatan alternatif. Pengobatan
tradisional adalah suatu pengobatan atau perawatan dengan cara melihat pada pengalaman dan
sebuah keterampilan secara turun-temurun. Namun, sekarang juga masih ada sebagian dari
masyarakat kita khususnya di Indonesia yang mana masyarakat masih melestarikan suatu budaya
pengobatan tradisional yang merupakan warisan dari nenek moyang. Dengan menggunakan
bahan-bahan alami sebagai obatnya.
Selain dari itu, ada faktor lain yang menyebabkan adanya pengobatan alternatif (tradisional)
diantaranya :
- Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
- Tingkat Pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan suatu pengobatan tradisional
- Terbatasnya akses dari keterjangkauan pelayanan kesehatan modern
- Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
1. Etnomedisin
Secara etimologi berasal dari kata “ethno” (etnis) dan “medicine” (obat). Etnomedisin
merupakan sesuatu yang memaparkan pengetahuan lokal dari berbagai etnis dalam
menjaga kesehatan masyarakat.
Etnomedisin juga adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula
suatu penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok dari masyarakat
tertentu. Etnomedisin juga merupakan aspek yang muncul seiring dengan perkembangan
terhadap kebudayaan manusia. Cabang ini juga sering disebut dengan pengobatan
tradisionil, pengobatan primitif, juga etnomedisin ini terasa lebih netral (Foster dan
Anderson, 1986:62).
Menurut etnomedisin, suatu penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, suatu
penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, lelembut, makhluk halus,
manusia, dan yang lainnya. Pandangan ini juga disebut pandangan Personalistik. Penyakit
juga dapat disebabkan karena terganggunya terhadap keseimbangan tubuh.
Khusus untuk pengobatan penyakit Naturalistik, biasanya digunakan suati bahan-bahan
dari tumbuhan (herbalmedicine) dan hewan (animalmedicine), atau gabungan dari
keduanya. Sementara untuk penyakit Personalitik banyak digunakan untuk pengobatan
dengan ritual dan magis.
- Konsep pengobatan Naturalistik
Konsep pengobatan naturalistik ialah:
a. Patologi humoral Yunani
Yang mana konsep ini berdasarkan konsep humor (cairan) dalam tubuh manusia
yang muncul sejak abad ke-6 sebelum Masehi. (Chadwick dan Mann, 1950:5)
b. Ayurveda India
Konsep dari pengobatan Ayurveda yang beasal dari India ini memiliki beberapa
kesamaan dengan konsep patplpgi humoral. Menurut paham Ayurveda, suatu
penyakit dapat disembuhkan dengan makanan. Karena makanan mempunyai
khasiat memanaskan dan mendinginkan (Jellife, 1957:135). Menurut konsep ini,
alam itu terdiri dari 5 undur yaitu api, tanah, air, udara, dan eter. Terganggunya
keseimbangan 5 unsur ini, juga akan mengganggu kesehatan. Maka kesehatan
juga terganggu akibat terganggunya keseimbangan 3 cairan tubuh yang disebut
konsep Tridhosa (Beck, 1969:562).
c. Yin dan Yang dari Cina
Konsep pengobatan tradisional Cina ini berdasarkan pada konsep Yin dan Yang.
Yin dan Yang adalah dua kekuatan yang berinteraksi secara seimbang dan terus
menerus berada didalam alam. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka alam
akan tergoncang. Bila ketidakseimbangan terjadi didalam tubuh, maka tubuh akan
merasakan sakit. Konsep ini berkembang sejak abad 2-3 sebelum Masehi. Jadi,
konsep Yin dan Yang adalah suatu konsep harmoni alam (Croizier, 1968:17)
2. Etnopsikiatri
Etnopsikiatri terdiri dari dua kata yaitu etno dan psikiatri. Etno adalah ilmu yang
menyangkut tentang pembahasan terhadap suatu kebudayaan, yang erat hubungannya
dengan kepercayaan masyarakat akan penyebab terjadinya suatu penyakit. Sedangkan
psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan mental. Dokter
spesialis pada bidang psikiatri disebut psikiater. Mental artinya menyangkut tentang
keadaan dan kestabilan hati dan pikiran manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-
hari. Secara singkat dapat dikatakan bahwa etno berhubungan erat dengan kebudayaan,
sedangkan psikiatri berhubungan erat dengan kepribadian. Jadi dapat disimpulkan bahwa
etnopsikiatri adalah suatu ilmu yang membahas mengenai terjadinya gangguan kesehatan
mental dikaji dalam konsep kebudayaan yang ada pada setiap golongan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal dan akses
layanan yang meningkat dari masyarakat. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar
membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber
daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan
baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang
profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber
daya dana (pembiayaan Kesehatan).
a. Petugas kesehatan yang profesional
b. Sarana bangunan dan pendukung
c. Pembiayaan kesehatan
d. Masalah Genetik
Menurut Young (1980) untuk memilih tempat berobat ditentukan oleh 4 hal antara lain;
a. Daya tarik (gravity) yakni tingkat keparahan yang dirasakan
oleh kelompok referensi individu.
b. Pengetahuan tentang cara penyembuhan yang popular.
c. Kepercayaan (faith) yakni kepercayaan individu terhadap
keberhasilan dari berbagai pilihan pengobatan.
d. Kemudahan (accessibility) meliputi; biaya, tersedianya fasilitas
pelayanan kesehatan.
SOSIAL BUDAYA
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang masalah
kesehatan reproduksi dari aspek antropologi sosial budaya.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan:
1) Dukungan sosial terhadap program kia dan kespro
2) Perspektif masyarakat terkait penggunaan kontrasepsi
3) Perilaku seks berisiko kaitannya dengan gaya hidup
masyarakat
4) Penyakit-penyakit terkait ibu hamil yang berhubungan
dengan antropologi
5) Budaya pernikahan pada masyarakat
6) Perubahan anatomi manusia terkait sistem reproduksi
Alat reproduksi pada manusia terdiri dari beberapa bagian yang disebut system reproduksi.sistem
reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang digunakan
dalam perkembangbiak,istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi
pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm,m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang berkembang.
Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik
yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual
sekunder, perubahan komposisi tubuh serta perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri
dengan epifisis yang tertutup serta terbentuk perawakan akhir dewasa.
Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan
yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang
berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh
perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses
pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan
menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara,
pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan
produksi minyak tubuh,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat. Pada anak laki-laki awal
pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, yang pada umumnya terjadi pada
usia 9 tahun. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau
tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai
tumbuh pada usia 11-12 tahun. mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke
terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi,
tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan meningkat pada
tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak sebelum pubertas.
paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya (40-60 tahun) terdapat pada
perubahan-perubahan kemampuan seksual mereka.Wanita memasuki masa menopause atau
perubahan hidup.pria mengalami masa klimaterik pria.yang berkembang bahwa perubahan
tersebut merupakan bagian yang normal dari pola kehidupan dan juga
diketahui bahwa perubahan-perubahan psikologis selama usia madya lebih merupakan akibat
dari tekanan emosional dari pada gangguan fisik. Beberapa perubahan pasa sistem
reproduksi yaitu menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara, pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk
bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi
yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya
secara materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
dsb).
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil
dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam
kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.
- Masalah Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi tidak merasakan apa-apa dan
langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita,
terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang menyerang organ kelamin seseorang dan
sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal.
- HIV
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus
yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan
macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan
yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh
-AIDS
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan
berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi
HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya
berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi
AIDS.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Permasalahan penyakit
biasanya dapat pula ditimbulkan karena adanya permasalahan lingkungan, baik kondisi fisik
lingkungan, maupun budaya-budaya yang ada di dalam suatu lingkungan.
Faktor Agent
1. Biologis : virus, bakteri, dan jamur
2. Kimia : pestisida, limbah industri, obat-obatan, dll
3. Nutrisi
4. Mekanik
5. Fisik : suhu, radiasi, kelembapan udara, dll.
Faktor Penjamu (Host)
1. Manusia Sebagai Makhluk Biologis
a. Umur, jenis kelamin, ras, keturunan
b. Bentuk anatomi tubuh
c. Fungsi fisiologis tubuh
d. Keadaan gizi dan status kesehatan
2. Manusia Sebagai Makhluk sosial
a. Adat istiadat, agama, hubungan keluarga
b. Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan
c. Kebiasaan hidup (hidup sehat)
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik ini ada yang terbentuk secara alamiah dan yang
timbul akibat perbuatan manusia. Lingkungan fisik meliputi :
a. Udara, cuaca, geografis, dan geologis
b. Air sebagai sumber kehidupan
c. Unsur kimia : radiasi, pencemaran udara
2. Lingkungan Sosial
Merupakan semua bentuk kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, sistem
organisasi, serta institusi peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakat. Meliputi :
a. Sistem hukum, administrasi, sistem ekonomi
b. Pekerjaan : pekerjaan di desa dan dikota sangatlah berbeda. Pada
masyarakat pedesaan pada umumnya pekerjaanya masih petani, berbeda
denegan masyarakat perkotaan umumnya masyarakat perkotaan bekerja di
pabrik, yang mana asap polusi pabrik akan mencemari udara dan limbah
dari pabrik akan mencemari air dan tanah di sekitarnya
c. Sistem pelayanan Kesehatan masyarakat serta kebiasaan hidup sehat
masyarakat setempat : Pemahaman masyarakat akan pentingnya berpe-
rilaku sehat saja tidak cukup, Namun implementasi dari hal tersebut juga
diperlukan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat kurang
berpartisipasi dalam menjaga lingkugannya, antara lain : tingkat pendidi-
kan yang rendah, tenaga ahli yang sangat minim, sehingga
pengetahuan mengenai pentingnya men-jaga kesehatan dan lingkungan
sangat sedikit.
d. Kepadatan penduduk : Migrasi penduduk desa ke daerah pemukiman
miskin (slums) yang padat di perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai
masalah kesehatan. Di daerah miskin, kondisi kehidupan penduduknya
amat padat, kotor, dan tidak bersih. Sering kali tidak terdapat sistem
pengadaan air dan penyakit yang ditularkan lewat air, terutama disentri,
merupakan penyakit endemik.
e. Perkembangan ekonomi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Antropologi kesehatan mempelajari bagaimana kesehatan individu, formasi sosial yang lebih
luas dan lingkungan dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dan spesies lain, norma budaya
dan institusi sosial, politik mikro dan makro, dan globalisasi. Budaya memiliki kaitan yang erat
dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pngertian budaya itu sendiri mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Ini dikarenakan budaya
bersifat dinamis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan.
3.2 SARAN
Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat, pemahaman akan budaya
masyarakat sangat penting dalam memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat.