Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : SOSIO ANTROPOLOGI


MODEL SOSIAL DALAM KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :

1. ADELAIDE LUCIEN
CARRISSA
2. FANICA FHASYA
3. NADYA RIDENA APRILIA
AP

PRODI S1 KEBIDANAN
STIKES PELITA ILMU DEPOK

TA.2022/2023
Jl. Raya Bojongsari No.34 Bojongsari Depok JawaBarat
Telp/Fax 021 7409559 Email :pelitailmu@gmail.com/akbidpi@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,

Kami dapat menyelesaikankan makalah ini dengan judul “ Konseling masa hamil yang

berkaitan dengan aturan umat beragama”.

Dalam peyusunan makalah ini. Kami banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

Ibu Dr. Hj Emi Nurjasmi M.Kes Selaku ketua Yayasan Bina Keluarga Bahagia

STIKes Pelita Ilmu.

Ibu Dr. Hj Ade Jubaedah., SSiT, MM, MKM Selaku Ketua STIKes Pelita Ilmu.

Ibu Tita Oktya SST, M.Keb Selaku Wali Kelas STIKes Pelita Ilmu.

Ibu Siva Fajiah SST, MKM Selaku Wali Kelas STIKes Pelita Ilmu.

Ibu Merya Trisna, S.Psi., M.Si Selaku Dosen Pangampu Sosio Antropologi

Ibu Miskah Indah S, S.Tr.Keb, M.Keb Selaku Dosen Pengampu Sosio Antropologi

Ibu Leza Fidyah Restiana, SST, M.Keb Selaku Dosen Pengampu Sosio Antropologi

Dan seluruh pihak yang terkait yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Untuk itu mohon maaf atas

kekurangan dan kekhilafan penulis.

Depok, September 2022


Penyusun

Daftar Isi

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Manfaat penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Model Sosial dalam Kesehatan
2.2 Perspektif teori mayor dalam sosio antropologi kesehatan
2.3 Tradisi metodologi penelitian dalam bidang kesehatan inovasi terkini kesehatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosio Antropologi adalah bidang ilmu yang mempelajari seputar hubungan antara
masyarakat di ambil dari kata “sosio” yang berarti (Hubungan masyarakat atau hubungan
antara manusia), yang meliputi kultur atau budaya dari masyarakat tersebut. Budaya atau
kultur tersendiri di ambil dari kata “Antropologi” berarti ilmu yang mempelajari
mengenai manusia khususnya mengenai asal usul, bentuk fisik, adat istiadat atau budaya.

Sebagai calon tenaga kesehatan (Bidan) sangatlah di haruskan untuk mempelajari ilmu
sosio antropologi. Yang dengan demikian calon tenaga kesehatan ini dapat dengan mudah
beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan juga untuk berinterkasi dan memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat secara menyeluruh, serta di harapakan dengan
bekal pengetahuan ilmu sosio antropologi ini dapat mempermudah calon tenaga
kesehatan (Bidan) dan dapat mengoptimalkan kinerjanya sebagai tenaga kesehatan.

Jadi, dapat di artikan bahwa Sosio Antropologi dalam kesehatan ini adalah ilmu yang
mempelajari mengenai hubungan antara tenaga kesehatan dengan masyarakat ( pasien /
calon pasien ) yang di maksudkan dapat mengarahkan masyarakat agar dapat kebiasaan
pola hidup atau budaya hidup sehat.

Semakin berkembangnya jaman, maka kebiasaan pola hidup masyarakat akan terus
berubah. Kebiasaan ini dapat berpengaruh untuk perspektifnya dalam dunia kesehatan
ataupun dalam menjalankan hidupnya sehari hari. Sehingga di harapkan calom tenaga
kerja kesehatan (Bidan) dapat memanfaatkan ilmu Sosio Antropologi untuk mengubah
perspektif negatif yang di miliki masyarakat, menjelaskan serta menganalisa masalah
masalah yang di miliki oleh pasien, dan juga meluruskan isu isu maupun masalah sosial
yang bertentangan ataupun melenceng dari kebenaran yang ada.

Jadi, tenaga kesehatan yang sudah di bekali dengan Ilmu sosio Antropologi ini di
harapkan dapat memberikan realita yang ada dan tidak menjadikan masyarakat turut larut
dalam isu isu dan juga masalah sosial yang ada tanpa kejelasan.

Dengan terus belajar, sehingga harapan tersebut dapat tercapai. Demikian penulisan
makalah ini yang berkaitan dengan Sosio Antropologi serta membahas seputar :

Model sosial dalam kesehatan


1. Perspektif teori mayor dalam Sosio Antropologi kesehatan
2. Tradisi metodologi penelitian dalam bidang kesehatan dan inovasi terkini
Yang di harapkan calon tenaga kesehatan (Bidan) dapat memahami modal sosial
dalam kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana model sosial dalam kesehatan ?


2. Bagaimana perspektif teori mayor dalam sosio antropologi kesehatan ?
3. Bagaimana tradisi metodologi penelitian dalam bidang kesehatan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yang berjudul “Pemahaman Modal Sosial dalam
kesehatan” sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa dapat memahami model sosial dalam kesehatan


2. Agar mahasiswa dapat memahami seputar teori mayor dalam Sosio Antropologi
kesehatan
3. Agar mahasiswa dapat memahami tentang tradisi metodologi penelitian dalam bidang
kesehatan

1.4 Manfaat penulisan


1. Sebagai bahan pemenuh tugas dari mata kuliah Konsep Kebidanan
2. Menambah pengetahuan penulis
3. Sebagai sarana belajar dalam proses menutut ilmu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Model Sosial Kesehatan


Model dari KBBI dapat di artikan sebagai “Pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang
akan di buat atau di hasilkan”, sedangkan Sosial dapat di artikan sebagai hubungan
antara masyarakat atau antara mahkluk hidup (individu-individu, kelompok-kelompok,
individu-kelompok), dan Kesehatan yang di artikan sebagai keadaan normal atau posisi
dimana keadaan tubuh serta psikologi yang baik.

Jadi Model Sosial Kesehatan dapat di artikan sebagai mana jenis hubungan antara
tenaga kesehatan dengan pasien yang di jadikan contoh dan mengacu pada kesehatan
tubuh serta psikologi pasien tersebut.

Hubungan antara pasien dan juga tenaga kesehatan tidak dapat di bangun begitu saja.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan sehingga hubungan tersebut dapat berjalan
dengan semestinya. Kita harus memiliki dasar atau modal dalam membangun hubungan
tersebut.

Dasar modal sosial :


• Kepercayaan (Keyakinan seseorang)
Dengan membangun kepercayaan seorang pasien dapat lebih yakin atau percaya
sehingga resiko dan perasaan ragu dapat di hilangkan. Sehingga hubungan tersebut
dapat terjalin dengan kerja sama yang baik.

• Norma (Aturan atau larangan)


Dalam membangun hubungan pasti ada norma atau aturan serta larangan yang harus
kita taati. Salah satunya seperti privasi dari pasien, kita harus menjaga untuk hal hal
pribadi mereka yang sudah kita ketahui ataupun membatasi diri terhadap privasi
tersebut. Secara langsung maupun tidak ketaatan tenaga kesehatan terhadap norma
tersebut dapat menjaga kepercayaan, jadi apabila kita tidak menjalani norma (kode etik
tenaga kesehatan) apa yang sudah susah payah kita bangun (seperti kepercayaan) dapat
hancur begitu saja dan hubungan sosialpun akan gagal terjalin.

• Jaringan Sosial (Hubungan sosial)


Setelah kepercayaan yang sudah terjalin serta terus menjaga norma norma yang ada
jaringan sosial dapat terwujud. Proses interaksi antara pasien serta tenaga kesehatan
dapat lebih lancar.
2.2 Perspektif teori mayor dalam Sosio Antropologi kesehatan
Perspektif teori mayor atau pandangan utama yang kita lihat dalam Sosio Antropologi
kesehatan terdapat 2 konsep sebagai berikut :

1. Pendekatan Holistik atau pendekatan secara keseluruhan


Pendekatan ini adalah pendekatan yang memahami gejala sebagai suatu metode
atau cara. Dimana suatu kebiasaan, perilaku, norma masyarakat yang tidak dapat di
pelajari sendiri-sendiri karena dapat terlepas dari hubungannya.

Contoh :
Menanyakan keluhan pasien, memahai apa yang pasien rasakan, dan dapat
menganalisa masalah yang pasien miliki. Sehingga tenaga kesehatan dapat
memberikan solusi dari keseluruhan apa yang sudah ia dengar. Tapi untuk solusi ini
tidak dapat di ambil asal begitu saja, tenaga kesehatan harus dengan benar
memahami apa yang sudah ia pelajari dalam bidangnya sehingga solusi yang ia
berikan mendasar dan dapat di pertanggung jawabkan.

2. Relativisme Budaya
Padangan ini yang berarti relativisme (Pandangan yang di batasi dari akal maupun
pengetahuan yang terbatas) serta Budaya (Kebiasaan). Jadi dapat di artikan bahwa
Relativisme Budaya ini adalah pandangan yang di batasi oleh suatu kebiasaan.

Yang pada dasarnya suatu aktifitas dapat di lakukan apabila hal tersebut di nilai baik
oleh pendukungnya sehingga pantas untuk di lakukan. Ada kemungkinan juga hal itu
tidak baik atau di nilai negatif sehingga di nilai tidak pantas oleh masyarakat lainnya

Contoh :
Pasien yang menanggap enteng mengenai kondisi kesehatannya selama hamil
sehingga ia tidak menerapkan pola makan ATIKA (ati, telur, ikan) yang sudah di
anjurkan bidan agar tidak pusing dan tubuhnya tidak mudah sakit dengan
tercukupinya nutrisi.

2.3 Tradisi metodologi penelitian dalam bidang kesehatan


Tradisi metodologi penelitian dalam bidang kesehatan adalah kebiasaan penilaian
terhadap cara penelitian yang sudah ada hingga di nilai paling baik serta dapat
menghasilakan pembaruan terkini di dunia kesehatan. Dengan metode penelitian yang
tidak terlalu mengikat tapi efektif (dapat membuahkan hasil) dari menggali masalah
teoretis (berdasarkan pada teori) masalah yang ada di lapangan dan praktik yang di
hadapi dalam berbagai program kesehatan.

Di harapakan hasil dari penelitian tersebut dapat mengembangkan serta meningkatkan


dunia kesehatan. Dari hasil yang di capai ataupun masalah yang di alami dapat juga
menambah pengetahuan serta pelajaran untuk pertimbangan di hari mendatang sebagai
pelajaran.
Apabila penelitian sudah teruji maka penelitian tersebut dapat beperan sangat penting
untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan
baru.
Kerlinger dalam Wibowo
(2014)mengutarakan empat cara untuk memperoleh pengetahuan:

1. Metode keteguhan (Method of tenacity), yaitu berpegang teguh pada pendapat


yang sudah diyakini kebenarannya sejak lama.
2. Metode otoritas(Method of authority), yaitu merujuk pada pernyataan para ahli
atau yang memiliki otoritas.
3. Metode Intuisi(Method of intuition), yaitu berdasarkan keyakinan yang
kebenarannya dianggap terbukti dengan sendirinya atau tidak perlu pembuktian
lagi.
4. Metode Ilmiah (Method of science), yaitu berdasarkan kaidah keilmuan, sehingga
walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda-beda namun dapat menghasilkan
kesimpulan yang sama.

Adapun 2 jenis penelitian yang dapat di lakukan sebagai berikut :


1. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitan yang di lakukan untuk mendapatkan
jawaban dengan cara mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku dalam ilmu
kesehatan seperti :

• Konkrit atau Empiris


Berdasarkan pengalaman terutama yang di peroleh dari penemuan, percobaan,
dan pengamatan yang telah di lakukan (KBBI)

• Obyektif Terukur
Berdasarkan keadaan yang sebenarnya tanpa di pengaruhi pendapat atau
pandangan pribadi dan layak (KBBI)

• Rasional
Berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang logis atau masuk akal

• Sistematis
Teratur berdasarkan susunan teori, pandangan, serta asas yang berlaku
dengan data hasil penelitian yang diperoleh yang berupa angka-angka serta
analisis menggunakan metode statistika (metode pengumpulan data dari
penyelidikan serta kesimpulannya berdasarkan bukti yang ada dan berupa
angka)

Peneliti harus menentukan akan melakukan

• Intervensi atau hanya akan melakukan pengamatan saja tanpa intervensi (campur tangan)
• Penelitian secara retrospektif yaitu melakukan evaluasi atau penilaian suatu peristiwa yang
telah terjadi sebelumnya

• Prospektif yaitu mengikuti subyek untuk meneliti suatu peristiwa yang belum terjadi
Desain Penelitian Observasional

Desain ini adalah desain dimana peneliti tidak melakukan intervensi (campur tangan).
Mereka hanya melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial yang terjadi, dari sampel
penelitian yaitu populasi dan memerlukan data yang banyak. Hasil penelitiannya kemudian
di sederhanakan pada populasi yang lebih luas.

Penelitian ini di kelompokan menjadi 2 :


1. Deskriptif (Survei deskriptif)
Desain penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam
populasi tertentu. Dalam kesehatan penelitian ini di gunakan untuk menggambarkan
masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Hasil
penelitian yang diperoleh berupa distribusi frekuensi dalam bentuk persentase atau
proporsi, mean, median dll.

Contoh :
Gambaran pengelolaan rekam medis di bagian filing, tinjauan pelaksanaan pelepasan
informasi resume medis, gambaran kelengkapan dokumen rekam medis, dll.

Jenis masalah survei deskriptif dapat digolongkan ke dalam hal-hal sebagai berikut:
• Survei rumah tangga (household survey), yaitu suatu survey yang ditujukan kepada
rumah tangga. Data berasal dari anggota keluarga terutama kepala keluarga (keadaan
anggota keluarga, informasi rumah dan lingkungannya). Biasanya penelitian ini di
lakukan pada Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas)
Contoh :
Tentang family folder, pengetahuan atau kepuasan keluarga tentang BPJS

• Survei Morbiditas (morbidity survey), yaitu survei yang mengetahui distribusi, insidensi
(persitiwa penyebaran penyakit), atau prevalensi (jumlah kasus penyakit yang terjadi
pada waktu tertentu disuatu wilayah)
Contoh :
Informasi kesehatan adalah laporan 10 besar penyakit di rumah sakit atau puskesmas,
distribusi kelengkapan dokumen rekam medis dalam analisis kuantitatif, distribusi
jumlah kunjungan pasien berdasarkan pasien baru dan pasien lama, jenis kepesertaan,
rawat inap dan rawat jalan, poliklinik yang dituju.

• Survei analisis jabatan (functional analysis survey), yaitu survei yang dilakukan untuk
mengetahui tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan serta kegiatan para tenaga
terkait dengan pekerjaannya serta hubungan antara atasan dengan bawahan, situasi
dan kondisi kerja termasuk fasilitas yang mendukung dalam pekerjaannya.
Contoh :
Gambaran kinerja petugas rekam medis dilihat dari faktor internal dan eksternal,
gambaran kinerja petugas rekam medis berdasarkan standar pelayanan minimal rumah
sakit seperti: distribusi kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai
pelayanan, distribusi informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas,
jumlah rata-rata waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan dan
rawat inap.

• Survei pendapat umum (public opinion survey), yaitu survei yang di lakukan untuk
mendapatkan gambaran atau pendapat publik (masyarakat) terhadap suatu program
kesehatan atau masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Contoh :
Seperti di bidang kesehatan tanggapan masyarakat terhadap program pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)dan juga pada bidang rekam medis dan informasi kesehatan seperti
untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap program BPJS, mengetahui kepuasan
pasien terhadap pelayanan pendaftaran rawat jalan dan sebagainya.

2. Desain penelitian analitik


Desain penelitian ini adalah untuk sebab suatu fenomena terjadi melalui sebuah analisa
statistik (penyelidikan terhadap data yang ada) seperti korelasi (hubungan timbal balik)
antara sebab dan akibat atau faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko tersebut
terhadap akibat atau efek.

Macam penelitian analitik :


• Rancangan atau desain Cross Sectional
Adalah hubungan yang mempelajari mengenai korelasi (hubungan timbal balik) dari
penjelasan atau faktor resiko independen (tidak terikat) serta efek dependen ( terikat).
Dengan pengumpulan data yang di lakukan serentak atau bersamaan dalam satu waktu
antara faktor resiko dan efeknya. Berarti semua variable (independen &dependen) di
observasi (dicek atau ditinjau) pada waktu yang sama.

Contoh:
Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan kinerja
petugas
P-care.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian beserta perannya masing-masing
a) Variabel dependen: kinerja
b) Variabel independen: karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja, jenis kelamin)
- Menetapkan populasi dan sampel. Populasi penelitiannya pada penelitian ini adalah
petugas P – care di puskesmas di kota atau kabupaten X. Petugas P – care di tiap
puskesmas sekitar 1 – 3 orang. Pada penelitian kuantitatif besar sampel harus
diperhatikan karena memerlukan sampel yang cukup banyak. Bila jumlah populasinya
sedikit maka dapat diambil seluruhnya menjadi sampel penelitian dengan menggunakan
teknik pemilihan sampel total sampling.
- Melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.
- Mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh saat pengumpulan data. Hasil
analisis membuktikan apakah ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen ataukah sebaliknya tidak ada hubungan.

• Rancangan atau desain Case Control

Desain ini adalah penelitian analitik (penelitian yang menguraikan) yang mempelajari sebab
kejadian secara retrospektif ( evaluasi suatu peristiwa yang telah terjadi sebelumnya). Dalam
kesehatan penyakit di indentifikasi (kenali) saat ini kemudian paparan atau penyebabnya di
identifikasi pada waktu lalu

Contoh:

Tujuan penelitian: untuk membuktikan hubungan faktor risiko (ASI eksklusif, pola MP ASI,
pola asuh, BBLR, dan penghasilan keluarga) dengan terjadinya gizi buruk pada anak dibawah
dua tahun (baduta).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi variabel dependen (efek) dan variabel independen (faktor risiko).


Variabel dependen: terjadinya gizi buruk pada baduta
Variabel independen: ASI eksklusif, pola MP ASI, pola asuh, BBLR, penghasilan keluarga
2. Menetapkan populasi dan sampel. Populasinya adalah semua anak usia di bawah dua
tahun (6-23 bulan) di kota atau kabupaten X. Sampelnya adalah sebagian dari anak usia
di bawah dua tahun (6-23 bulan) di kota atau kabupaten X. Misalnya ditentukan sampel
dipilih di suatu desa atau kecamatan dengan kasus gizi buruk tertinggi di kota atau
kabupaten X.
3. Mengidentifikasi kasus, yaitu anak usia baduta yang menderita gizi buruk. Kasus diambil
dari populasi yang telah ditentukan sejumlah hasil perhitungan menggunakan rumus
besar sampel.
4. Memilih sampel sebagai kontrol. Kontrols seperti anak usia baduta yang sehat.
Jumlah sampel kasus dan kontrol setara atau sama. Pemilihan sampel kontrol
berdasarkan kesamaan karakteristik dengan sampel kasus seperti lokasinya yang
berdekatan atau masih satu daerah dengan sampel kasus. Dan untuk meminimalisir
terjadinya bias (penentangan), dilakukan pengendalian pada saat seleksi atau pemilihan
sampel, dengan cara dilakukan matching antara kelompok kasus dengan kelompok
kontrol dengan kriteria: berjenis kelamin sama, memiliki usia setara atau maksimal
selisih usia 3 bulan.
5. Melakukan pengukuran retrospektif untuk melihat penyebab atau faktor risiko.
Pengukuran variabel-variabel penelitian terhadap kasus dan kontrol ditanyakan melalui
ibunya dengan menggunakan instrumen kuesioner.
6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel kasus
dengan variabel-variabel kontrol. Analisis data dilakukan dengan membandingkan
proporsi faktor risiko yang positif dan negatif pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol, sehingga diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara variabel
faktor risiko (ASI eksklusif, Pola MP ASI, Pola asuh, BBLR, penghasilan keluarga) dengan
terjadinya gizi buruk pada baduta.

• Rancangan atau desain Cohort

Desain ini adalah penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko dan efek yang
di lakukan secara prospektif (memiliki harapan) kedepannya sebelum terjadi efeknya. Subjek
(hal pokok) tersebut di ikuti serta di amati secara terus menerus sampai jangka waktu
tertentu. Secara umum subjek dapat terpapar faktor resiko dan juga tidak. Subjek yang
terpapar faktor resiko menjadi hal yang di teliti dan yang tidak terpapar menjadi kelompok

Anda mungkin juga menyukai