Anda di halaman 1dari 15

NILAI DAN NORMA DALAM SOSIOLOGI KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Masitah Effendi, M.Sosio

Disusun Oleh:
Amalia Putri Afanani (I03219006)
Afifah Hajar ` (I73219035)
Dwi Nur Hasanah (I03219015)
Laily Nadhifah (I03219019)
M. Farid Zainal Abidin (I03219023)
Nur Indah Maulidiyah (I03219028)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya yang senantiasa dilimpahkan kepada
penulis sehingga dapat terselesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam juga selalu
tercurah kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di
akherat kelak. Amin. Terimakasih penulis ucapkan kepada ibu Masitah Effendi, M.Sosio mata
pelajaran kuliah sosiologi kesehatan , yang telah memberikan arahan terkait tugas laporan
penelitian ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penulis tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan. Penulis menyadari laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya
laporan penelitian ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Mudah-mudahan
bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
a.Latar Belakang............................................................................................................4
b. Rumusan Masalah......................................................................................................4
c. Tujuan Penelitian.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
a. Nilai dan Norma Sosiologi Kesehatan......................................................................5
b. Fungsi Nilai Budaya.................................................................................................6
c. Norma Sosial Masyarakat Indonesia ........................................................................7
d. Fungsi Pranata Sosial................................................................................................8
e. Urgensi Memahami Nilai dan Norma dalam Pelayanan Kesehatan ........................9
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan .................................................................................................................10
b. Saran............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi kesehatan merupakan cabang yang masih relatif baru dalam sosiologi.
Cabang sosiologi ini semula dikenal dengan berbagai nama, salah satunya adalah sosiologi
medis. Sosiologi medis ini mula-mula berkembang di Amerika Serikat melalui beberapa tahap
sejak tahun 1920-an. Sosiologi medis oleh Robert Straus diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya
sosiologi mengenai bidang medis menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis.
Kajian ini dilakukan oleh para sosiolog dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi.
Sosiolog kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi
dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan motif
masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian dan pengajaran
yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Selain oleh sosiologi, masalah kesehatan
dipelajari pula oleh disiplin ilmu lain, seperti antropologi (antropologi medis) dan ilmu
ekonomi (ekonomi kesehatan). Di samping itu, masalah kesehatan juga dikaji oleh cabang-
cabang ilmu sosial lainnya, seperti ilmu hukum, ilmu politik, ilmu sejarah, dan psikologi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi mengenai nilai dan norma dalam sosiologi kesehatan?
2. Apa fungsi nilai budaya dalam sosiologi kesehatan?
3. Bagaimana norma sosial mempengaruhi kesehatan masyarakat indonesia?
4. Bagaimana fungsi pranata sosial dalam mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat
indonesia?
5. Urgensi apa yang dapat memahami nilai dan norma dalam pelayanan kesehatan

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai dan norma dalam sosiologi kesehatan.
2. Menjelaskan fungsi nilai budaya dalam sosiologi kesehatan.
3. Mengetahui apa saja norma sosial yang mempengruhi aspek kesehatan masyarakat.
4. Mengetahui fungsi pranata sosial yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.
5. Menjelaskan urgensi dalam nilai dan norma dalam pelayanan kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai dan Norma Sosiologi Kesehatan


Nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat sangat mempengaruhi persepsi
masyarakat mengenai benda yang dikonsumsi. Oleh karena itu, ketika ada beberapa orang
bertemu dengan latar belakang budaya berbeda pula maka akan menunjukkan persepsi masing-
masing mengenai makanan yang dikonsumsi. Pola masyarakat modern cenderung
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Hal ini mereka lakukan karena tingginya jam
kerja atau tingginya kompetisi hidup yang membutuhkan kerja keras. Makanan atau sesuatu
yang dikonsumsi oleh manusia memiliki potensi mengandung makna budaya yang berbeda
antara budaya mayoritas (dominant culture) pada satu masyarakat dengan budaya mayoritas
yang ada dalam masyarakat lainnya. Contoh: daun ganja bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya dipersepsikan sebagai salah satu daun psikotropika yang termasuk kategori zat
adiktif terlarang di Indonesia karena bisa membuat orang fly (memabukkan). Namun berbeda
dengan masyarakat di Nagroe Aceh Darussalam yang notabene mayoritas penduduknya Islam,
telah sejak lama menjadikan daun ganja sebagai bahan untuk menyedapkan masakan. Bagi
rakyat Aceh, daun ganja adalah sayuran dan tidak pernah mempersepsikannya sebagai
makanan yang diharamkan. Kedua persepsi tersebut, kemudian dapat menjelaskna bahwa
kedua masyarakat yang berbeda pandangan itu sesungguhnya menggunakan patokan nilai dan
norma yang berlaku untuk mempersepsikan makanan.
Nilai merupakan ukuran , patokan , keyakinan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat mengenai apa yang benar , pantas , patut , dan baik untuk dilakukan maupun
diperhatikan .Robin Williams menyatakan bahwa nilai adalah kriteria atau standar yang dibuat
untuk melakukan penilaian. nilai menjadi ukuran / standar bagi manusia dalam menentukan
pilihan yang ‘’baik’’, yang akan dilakukannya sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat .
Namun , setiap masyarakat mempunyai tata nilai yang berbeda-beda . Oleh karena itu , nilai
bersifat relatif yakni apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu baik bagi
masyarakat yang lain , karena itu dalam bermasyarakat kita harus bisa dan pandai
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat . Norma merupakan
aturan atau kaidah , petunjuk atau pedoman hidup yang berisi larangan atau perintah yang
berlaku dalam masyarakat dan digunakan sebagai tolak ukur , untuk menilai apakah tindakan
yang dilakukan adalah tindakan yang wajar dan dapat diterima atau tindakan yang menyimpang
. Dalam kehidupan sehari-hari , manusia sebagai makhluk sosial tidak

5
dapat hidup tanpa keberadaan orang lain . Manusia harus berhubungan dan berinteraksi dengan
manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya . Oleh karena itu
, harus ada norma yang menjadi pedoman manusia dalam bertingkah laku agar terciptanya
suatu hubungan yang baik tanpa adanya pihak yang dirugikan . Selain itu , adanya norma
membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bertingkah laku karena di dalam norma terdapat
sanksi-sanksi yang tegas dan mengikat , dapat berupa tegurandenda , pengucilan , atau
hukuman fisik.

B. Fungsi Nilai Budaya


Suatu contoh, jika bertemu dengan salah seorang dari suku Jawa, maka untuk
bersalaman antara seorang anak dengan ibu-bapaknya yang keturunan ningrat (priyayi), si anak
akan duduk bersimpuh di hadapan orang tua, kemudian baru menghaturkan sembah
(bersalaman). Berbeda jika di suku Sunda, salaman dengan orang tua, selain dengan duduk ala
suku Jawa, bersalaman dengan berdiri pun masih diterima (ditolerir). Menurut suku Jawa,
bersalaman dengan cara berdiri sudah termasuk sebuah tindakan yang tidak sopan dan
melanggar norma. Sementara bagi suku Sunda masih bisa diterima atau dimaafkan. Inilah
sebagian perbedaan sistem nilai dan norma yang ada di masyarakat Indonesia. Selain yang
ditemukan tersebut, masih banyak lagi yang memungkinkan adanya perbedaan sistem nilai dan
norma tersebut. Bagi warga negara yang hidup di masyarakat yang pluralis, akan ditemukan
keanekaragaman sistem nilai dan norma. Hal demikian, akan sangat dirasakan dan mudah
ditemukan di negara Indonesia. Rokeach melihat ada tiga fungsi nilai yaitu ukuran baku untuk
mengarahkan perilaku, rencana global dalam menyelesaikan masalah, dan motivasi. Dengan
memahami nilai budaya seorang tenaga kesehatan dapat berusaha keras untuk menunjukkan
perilakunya supaya sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya saja kalau
seorang calon tenaga medis ditugaskan di masyarakat yang taat beragama, maka dia harus
berusaha untuk menunjukkan penghargaan terhadap nilai agama yang berlaku tersebut, baik
dalam tutur kata, pakaian, maupun dalam praktik pelayanan kesehatannya itu sendiri. Sehingga
pada akhirnya, saat akan memberikan pelayanan kesehatan, si perawat tersebut dapat
menggunakan pola pikir nilai budaya masyarakat untuk menyusun kerangka pelayanan
kesehatannya. Seiring dengan ini George England melihat ada dua fungsi nilai budaya yaitu
penyalur perilaku (behavior channeling) dan penyaring persepsi (perceptual screening). Yang
dimaksud dengan penyaring persepsi adalah seseorang yang menggunakan pemahamannya
tentang nilai untuk mengukur sebuah perilaku, apakah nilai itu sejalan dengan nilai panutan
masyarakat atau tidak.

6
C. Norma Sosial Masyarakat Indonesia
Nilai atau value lebih tinggi daripada norma atau moral. Nilai merupakan keyakinan (belief)
yang sudah merupakan milik diri dan akan menjadi barometer actions and will, sedangkan
norma baru merupakan keharusan yang lebih bersifat operasional karena adanya sanksi.
Semenetara moral menurut Piaget lebih bersifat tuntutan dari luar (masyarakat/kehidupan)
karena kiprah umum dan/atau praktika nyata. Namun demikian keseluruhannya memuat hal
yang dianggap/dinyatakan baik atau berharga atau positif. Norma sosial (social norm) adalah
suatu ukuran atau pandangan tentang suatu ataupun sejumlah tingkah laku yang diterima dan
disepakati secara umum oleh warga suatu masyarakat. Sumber-sumber norma sosial dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Ajaran Agama. Umumnya mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan hal-hal
yang baik dan melarang berbuat yang tidak baik. Perbuatan baik atau tidak baik yang
berkaitan dengan tata kehidupan. Agama memiliki aturan mengenai makanan, perilaku,
dan cara pengobatan yang dibenarkan secara hukum agama. Dipandang dari sudut
pandang agama apapun, pada prinsipnya mereka mengajarkan kebaikan. Sumber
agama merupakan dasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal itu berarti
bahwa berbuat baik dianggap melaksanakan perintah Tuhan, di mana perintah tersebut
dianggap sebagai moral yang baik dan benar. Sedangkan larangan Tuhan adalah
sebagai hal yang salah dan buruk. Persepsi yang demikian mencerminkan pola berpikir
yang berpedoman pada teori etika. Pada pemahaman ini, agama dianggap mampu
memberi arahan dan menjadi sumber moralitas untuk tindakan yang akan dilaksanakan.
Pada dasarnya, aturan-aturan etis yang penting diterima oleh semua agama, maka
pandangan moral yang dianut oleh agama agama besar pada dasarnya hampir sama.
Agama berisi topik-topik etis dan memberi motivasi kepada penganutnya untuk
melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma dengan penuh kepercayaan.
b. Ajaran Moral. Moral tumbuh dari hati nurani manusia untuk menjunjung tinggi harkat
dan derajat manusia sehingga berbeda dengan makhluk lain. Untuk sekedar contoh,
berdasarkan Undang-Undang Kesehatan, tidak ada pasal atau ayat yang menjelaskan
kewajiban bagi seorang dokter untuk menolong orang yang terkena musibah tabrakan.
Artinya jika dirinya tidak menolong korban tabrakan tersebut tidak akan dikenai sanksi
hukum. Tetapi secara moral dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat akan
mendorong dirinya untuk bertindak cepat dalam membantu orang sakit.
c. Ajaran Adat Istiadat. Setiap kelompok masyarakat memiliki adat istiadat dan kebiasaan
yang menjadi nilai-nilai yang dianggap baik atau buruk dan berlaku bagi kelompok

7
tersebut. Setiap tenaga medis dituntut untuk menjunjung tinggi nilai dan norma yang
bersumber dari adat atau budaya masyarakat. Prinsip ini merupakan bagian dari prinsip
menghargai individu yang mempunyai kebebasan untuk menentukan diri sendiri. Allah
memberi kebebasan kepada pasien ini, perawat memberikan hanya sebatas tidak
mengganggu pengobatan yang dilakukan tim medis. Dengan menghargai pasien atau
keluarga dengan menggunakan cara tradisional, berarti kita suka bersikap menghormati
pasien dalam menentukan diri sendiri karena kita memberi kesempatan kepada pasien
untuk melakukan apa yang dilakukan oleh pasien untuk melakukan ritual sesuai
kepercayaannya, sejauh tidak mengganggu proses pengobatan. Menghormati budaya
pasien ini juga diperlukan sikap menerima pasien apa adanya sehingga meskipun
perawat tidak sepaham dengan budaya pasien tetapi tetap menghormatinya sebagai
bagian dari diri pasien.
d. Aspek Hukum. Semua peraturan atau perundang-undangan yang berlaku dan dibuat
oleh yang berwenang wajib dipatuhi oleh semua warga. Norma hukum yang perlu
dipahami itu, baik norma hukum secara umum, maupun norma hukum dalam bidang
kesehatan pada khususnya.
e. Kode Etik Profesi. Selain keempat sumber di atas ada satu sumber lagi yang dapat
dijadikan sebagai rujukan pengembangan nilai dan norma profesi kesehatan yaitu kode
etik profesi. Jika ke empat sumber norma sebelumnya itu lebih cenderung berasal dari
luar orang yang melaksanakan layanan kesehatan, sumber yang terakhir ini bersumber
dari posisi dan profesi dirinya sendiri. Oleh karena itu, kendatipun ada tuntutan untuk
menghormati nilai dan norma masyarakat yang berlaku, pelaku layanan kesehatan tidak
boleh melanggar kode etik profesinya sendiri.

D. Norma Sosial Masyarakat Indonesia


Norma sosial masyarakat di Indonesia adalah serangkaian petunjuk hidup yang mengatur
tata tertib dalam masyarakat Indoesia, norma sosial di Indonesia wajib ditaati oleh setiap
masyarakat; apabila terdapat pihak yang melanggar maka akan diberikan tindakan oleh
pemerintahan dan pihak berwajin di negara Indonesia. Norma sosial di Indonesia bagian dari
struktur sosial yang diperlukan untuk menempatkan masyarak pada pola yang teratur; sehingga
masyarakat Indonesia akan terhindar dari keadaan chaos atau kacau. Nilai dan norma sosial
dalam sosialisasi difungsikan sebagai pedoman hidup bagi anggota masyarakat Indonesia serta
untuk mengikat setiap anggota masyarakat pada peraturan yakni, Norma Agama, Norma

8
Kesopanan, Norma Kesusilaan, Norma Hukum. Bagi pihak yang melanggar akan dikenai
sanksi berupa teguran hingga dihukum penjara.
Norma sosial terbagi menjadi beberapa jenis meliputi; usage, folkways, mores, custom dan
laws. Untuk lebih memahami serta mengenal apa yang menjadi contoh norma sosial dalam
masyarakat, berikut akan diuraikan dengan contoh norma sosial di Indonesia dan di Dunia.
• Jenis norma sosial yang pertama yakni Usage merupakan bentuk perbuatan atau cara
melakukan sesuatu, norma sosial jenis ini memiliki sanksi yang lemah atau bahkan tidak
mendapat sanksi apabila terdapat pihak yang melanggarnya. Contoh dari norma sosial usage di
antaranya adalah: Membuang sampah pada tempatnya, Memakai baju yang tertutup sebagai
bentuk sopan satun di Indonesia.
• Jenis norma sosial kedua Folksways merupakan norma sosial yang biasa disebut sebagai
norma kebiasaan. Apabila terdapat pihak yang melanggar norma jenis ini maka ia akan
mendapatkan sanksi berupa teguran. Contoh dari norma sosial folkways di antaranya adalah:
Mengunyah makanan dengan tanpa mengeluarkan suara sebagai bentuk sopan santun di
Indonesia, Membungkuk saat berjalan bila melewati orang lebih tua sedang berada atau duduk
pada posisi rendah dari posisi kita merupakan bentuk sopan santun di Indonesia.
• Jenis norma sosial yang ketiga Mores merupakan norma sosial yang diakui sebagai tata
kelakukan atau kesusilaan. Tata kelakuan ini berupa kebiasaan masyarakat yang telah
dikukuhkan menjadi norma pengatur dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh dari norma
sosial mores di antaranya adalah: Memanggil orang tua tidak langsung menyebut nama mereka
melainkan dengan sebutan ayah dan ibu atau istilah lain yang memiliki makna yang serupa di
Indonesia, Tidak menggunakan obat-obatan terlarang seperti narkoba ataupun jenis lainnya,
Tidak mencuri barang milik orang lain, Patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas, misalnya
berhenti saat lampu merah dan kembali melaju saat lampu hijau.
• Jenis norma sosial yang keempat adalah Norma Sosial Custom. Custom merupakan norma
sosial yang kerap diakui sebagai adat-istiadat. Jenis norma ini memiliki ikatan yang paling kuat
daripada jenis norma fashion, usage, folkways, mores. Apabila terdapat pihak yang melanggar
norma ini, maka ia akan dikenakan sanksi yang keras bahkan sampai dikucilkan bila
diperlukan. Contoh dari norma sosial custom di antaranya adalah: Larangan duduk di depan
pintu pada masyarakat Jawa, Larangan untuk bercerai bagi suami istri di Lampung, Tradisi
potong jari apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang meninggal di Papua, Sebuah
perkawinan dapat dianggap tidak sah bila tidak dijalankan sesuai aturan adat
• Jenis norma sosial yang kelima dan terakhir yakni Norma Sosial Laws. Laws atau lebih akrab
dikenal dengan norma hukum merupakan norma sosial yang memiliki sanksi tertulis. Hukum

9
merupakan rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat dengan memuat
ketentuan-ketentuan, perintah-perintah, kewajiban serta larangan untuk menciptakan suatu
ketertiban dan keadilan. Pihak yang melanggar jenis norma hukum dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan termasuk dapat dikenakan hukuman penjara.
Berikut contoh dari norma hukum di antaranya adalah: Melakukan pencurian akan dihukum
denda senilai tertentu atau dihukum penjara dengan waktu sesuai berat kesalahan yang
diperbuatnya, Melakukan perampokan akan dihukum denda senilai tertentu atau dihukum
penjara dengan waktu sesuai berat kesalahan yang diperbuatnya, Melakukan pemerkosaan
akan dihukum denda senilai tertentu atau dihukum penjara dengan waktu sesuai berat
kesalahan yang diperbuatnya, Melakukan penyebaran hoax akan dihukum denda senilai
tertentu atau dihukum penjara dengan waktu sesuai berat kesalahan yang diperbuatnya.
Pengertian norma sosial diambil dari kata dasar norma yang memiliki makna sebagai aturan,
tata kelakuan atau tata aturan yang terbentuk secara makro. Norma dapat tertuang dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, konstitusi, konvensi hingga aturan tak tertulis pun juga
bisa. Sementara kata dasar sosial itu mengacu pada kehidupan sosial yang tidak memiliki
batasan luas.
Ada yang unik norma sosial yang berlaku di Indonesia yakni Indonesia ada norma yang
tidak tertulis yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Apalagi di tiap daerah memiliki
norma sosial yang berbeda-beda dan menjadi sebuah pedoman yang tidak berani untuk
dilanggar. Sementara ada juga norma sosial yang berlaku untuk masyarakat yang kuat secara
agama, norma sosial yang diterapkan adalah norma yang diambil dari ajaran dan larangan yang
disampaikan oleh hadis, Al Quran, Al Kitab dan aturan kitab masing-masing agama yang
dianut. Berikut adalah ciri-ciri norma sosial di Indonesia :
1. Dibuat dalam aturan tidak tertulis
Ciri-ciri norma sosial ada yang diatur secara tertulis. Namun banyak juga yang dibuat
secara tidak tertulis. Mungkin selama ini kita hanya berfikiran norma sosial dalam
bentuk yang lebi luas lagi. Ternyata norma sosial yang dibuat oleh keluarga inti juga
banyak.
2. Disepakati bersama
Ciri norma sosial yang kedua, aturan yang dibuat disepakati bersama. Bahkan jika kamu
tidak menyepakati, dan banyak yang bersepakatan, maka suara minoritas mau tidak
mau sepakat dengan aturan yang ada.
3. Ditaati bersama

10
Norma sosial ditaati bersama. Jadi norma sosial tidak akan terbentuk jika tidak ada
satupun yang sepakat. Untuk bisa menghasilkan kesepakatan bersama, dibutuhkan
diskusi, musyawarah terlebih dahulu. Orang yang tidak ikut dalam musyawarah,
dianggap setuju dengan kesimpulan yang dibuat.
4. Bersifat Berubah-ubah
Ternyata norma sosial memiliki sifat yang mudah berubah-ubah. Umumnya norma
sosial akan berubah sesuai dengan perkembangan zaman yang berlaku dan perubahan
perilaku, sikap, gaya hidup masyarakatnya.
5. Umum dan Abstrak
Ciri-ciri norma sosial memuat nilai dan batasan-batasan yang diinginkan. Tentu saja
cita-cita yang dimaksud adalah harapan baik. Dimana aturan atau patokan yang dibuat
untuk masyarakat sebagai bentuk pedoman umum untuk mengetahui mana yang layak,
patut dan boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

E. Fungsi Pranata Sosial


Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat kepada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat. Pranata
sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi
yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono
Soekanto. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan
yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pranata
sosial dalam sosiologi kesehatan, Fungsi Manifes yaitu, Membantu pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan masyarakat, sebagai pusat layanan kesehatan (mulai
dari dinas kesehatan sampai posyandu), lahirnya pranata kesehatan dijadikan sebagai salah satu
lapangan usaha atau profesi bagi seseorang selanjutnya ada Fungsi Laten yaitu, Menciptakan
manusia menjadi orang yang tidak mandiri dan kurang mampu menjaga serta merawat
tubuhnya sendiri, meningkatkan status sosial seseorang di masyarakat. Peran dan Fungsi
Pranata Sosial Menurut Sumner dalam Soekanto(2012 :173) mengatakan pranata adalah
sebagai cita-cita, perbuatan, sikap, dan perlengkapan kebudayan, bersifat kekal serta bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi.
Dan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka bertingkah laku
atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah, terutama yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan.

11
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.
Adanya pranata sosial dalam dunia kesehatan tentunya juga membantu masyrakat, salah
satu contoh nya adalah memberikan pengobatan gratis, meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat, memberikan penyuluhan terkait tindakan penyegahan penyakit, melayani
masyarakat dalam menjaga kesehatan, menanamkan pola hidup sehat kepada masyarakat dan
memberikan penyuluhan untuk berobat dan hidup sehat. Dalam negara pun juga dijelaskan
sebagaimana hak manusia dalam mendapatkan kesehatan atau pelayanan kesehatan. Menurut
Indra Perwira hak atas kesehatan meliputi dua kategori yaitu :
1. Unsur-unsur yang berkaitan dengan perawatan kesehata (health care) yang didalamnya
termasuk perawatan kuratik dan prefentif.
2. Unsur-unsur yang berkaitan dengan prakondisi untuk menunjang kesehatan, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi yang layak, nutrisi dan gizi yang layak, informasi
kesehatan, lingkungan yang bersih dan sehat, serta tempat kerja yang sehat.
Terhadap kedua kategori tersebut negara memiliki beberapa tanggung jawab yang
wajib dipenuhi. Pertama kewajiban untuk menghormati akses-akses kesehatan atas pelayanan
kesehatan dan tidak membatasi orang-orang atau kelompok tertentu terhadap pelayanan
kesehatan. Kedua, kewajiban untuk melakukan legislasi ataupun tindakan lainnya yang
menjamin persamaan akses terhadap pelayanan kesehatan apabila dilaksanakan oleh pihak
ketiga. Ketiga, kewajiban untuk memenuhi dengan membuat kebijakan kesehatan nasional dan
menyediakan anggaran Negara untuk anggaran kesehatan serta kewajiban untuk menyediakan
jasa-jasa kesehatan yang penting atau menciptkan kondisi di mana setiap individu dapat
memperoleh kesehatan yang layak.

F. Urgensi Memahami Nilai dan Norma dalam Pelayanan Kesehatan


Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, beberapa kewajiban rumah sakit sebgaimana
yang diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 yakni memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, dan menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit sebagai bagian dari tata
tertib klinis yang baik. Kualitas layanan dimulai dengan kebutuhan pelanggan dan diakhiri
dengan persepsi pelanggan. Artinya citra yang baik tidak didasarkan pada pandangan atau
persepsi penyedia jasa, tetapi pada pandangan atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang
mengkonsumsi dan menikmati layanan perusahaan, sehingga merekalah yang menentukan

12
kualitas layanan. Kualitas menyediakan pelanggan dengan motivasi untuk membangun
hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan ini memungkinkan
perusahaan untuk melihat lebih dekat harapan dan kebutuhan pelanggan. Kualitas adalah
kondisi dinamis yang terkait dengan produk, layanan manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melampaui harapan. Pengertian kualitas pelayanan atau service quality
menitikberatkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk menyeimbangkan harapan pelanggan. Tujuan pelayanan kesehatan
adalah untuk memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menghilangkan
atau mengatur segala masalah kesehatan atau segala penyimpangan yang ada dalam
masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat,
kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin tinggi, dan tidak ada lagi yang
dapat dilakukan selain meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dan memberikan pelayanan
kesehatan sebaik mungkin.
Setelah memperdalam mengenai ilmu tentang pelayanan Kesehatan, maka selanjutnya
adalah urgensi pemahaman terhadap pelayanan nilai dan norma dalam pelayanan Kesehatan.
Hal hal tersebut adalah
a. Tenaga Kesehatan tidak membeda bedakan pasien.
b. Sebelum melakukan Tindakan, maka tenaga Kesehatan memberitahukan Tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien
c. Tenaga Kesehatan mengakui otonomi pasien
d. Mendahulukan Tindakan sesuai prioritas masalah
e. Melakukan Tindakan untuk kebaikan dan menghindari hal yang membahayakan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya penanggulangan penyakit masyarakat tidak hanya menjadi tanggung
jawab profesi kedokteran saja, melainkan tanggung jawab bersama para petugas
kesehatan. Selain itu pendekatan terhadap masalah kesehatan masyarakat pun
diperluas, dari penyakit menjadi kesehatan. Sejalan dengan kondisi tersebut
berkembang ilmu sosiologi kesehatan yang lebih luas daripada sosiologi kedokteran
yang membahas perilaku kesehatan, pengaruh norma sosial terhadap perilaku
kesehatan, serta interaksi antar petugas kesehatan dan antara petugas kesehatan dengan
masyarakat. Sosiologi Kesehatan ini dipelajari dan dikembangkan oleh ahli sosiologi
yang mengkhususkan diri pada bidang kesehatan, terutama untuk studi-studi
epidemiologi, seperti misalnya masyarakat, struktur sosial, masalah sosial, peran,
sosialisasi, kepercayaan, norma, survei sosial, dan sebagainya.
Tujuan dari pembahasan topic ini adalah untuk melihat bagaimana kehidupan
sosial memiliki dampak terhadap morbiditas dan tingkat kematian, dan sebaliknya.
Aspek sosiologi ini berbeda dari sosiologi medis karena cabang sosiologi ini
mempelajari kesehatan dan keadaan sakit berkaitan dengan institusi sosial seperti
keluarga, pekerjaan, dan sekolah. Sosiologi medis terbatas pada hubungan pasien-
praktisi dan peran pakar kesehatan dalam masyarakat.[2] Sosiologi kesehatan dan
penyakit mencakup patologi sosiologis (sebab penyakit dan keadaan sakit), alasan
mencari jenis bantuan medis tertentu, dan kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien
dengan persyaratan medis.
B. Saran
Beberapa saran yang bisa disampaikan dalam makalah ini adalah sosiologi
kesehatan harus dijadikan pedoman dalam dan harus terus dikembangkan karena
bidang ilmu ini sangat penting bagi semua praktisi kesehatan baik dokter, perawat
maupun institusi terkait untuk mempelajari dan memahami pola perilaku hidup sehat
pada masyarakat sehingga penanggualangan penyakit bisa dilakukan secara
menyeluruh secara efektif dan efesien.

14
Daftar Pustaka

Anderson (1986). Antropologi Kesehatan. Diterjemahkan Priyanti Pakan Suryadarma dan


Meutia F. Hatta Swasono. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Helman, Cecil. (1994). Culture, Health and Illness. An Introduction for Health Professionals.
Elsevier Health Science Division.

Lumenta, Benyamin. (1989). Dokter: Citra, Peran dan Fungsi: Tinjauan Fenomena Sosial
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: BPS

Mechanic, David. (1968). Medical Sociology: A Selective View. New York: The Free Press.

Husaini, Fauzie Rahman dkk. (2017). buku ajar antropologi sosiologi Kesehatan. Banjar
Baru: Medika Press

Sarjono. Agus R (Editor). (1999) . Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Soekanto, Soerjono. (1990) . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Soemardjan, S dan Breazeale, K. (1993) . Cultural Change in Rural Indonesia; Impact of


Village Development. Honolulu: UNS-YISS-East West Center.

Sorokin, Pitirim A. (1957) . Social and Cultural Dynamics. Boston: Sargent.

15

Anda mungkin juga menyukai