Anda di halaman 1dari 25

PARADIGMA GAYA HIDUP DAN KEBIASAAN

MAKAN

Disusun Oleh :

Kelompok IV

JULIANA 1616010074

MUHADIR 1616010104

UMMAYAL AMNI 1616010134

DOSEN PEMBIMBING : Dr.Ns.Dewi Marianthi, M.Kep, Sp.Mat


MATA KULIAH : PARADIGMA SEHAT DAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN INDONESIA
KELAS : SLTA PEGAWAI
SEMESTER : VII

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Paradigma
Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan ”.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Paradigma
Sehat dan Pembangunan Kesehatan Indonesia. Dengan segenap kerendahan hati
tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah
Paradigma Sehat dan Pembangunan Kesehatan Indonesia, yaitu Ibu Dr.Ns.Dewi
Marianthi, M.Kep, Sp.Mat.
Kami menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Banda Aceh, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................


Daftar isi...........................................................................................................................
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................
Bab II Pembahasan .........................................................................................................
2.1 Konsep Paradigma Sehat ............................................................................................
2.1.1 Definisi Paradigma...........................................................................................
2.1.2 Definisi Sehat...................................................................................................
2.1.3 Paradigma Sehat...............................................................................................
2.2 Gaya Hidup.................................................................................................................
2.2.1 Pengertian Gaya Hidup ....................................................................................
2.2.2 Jenis-jenis Gaya Hidup ....................................................................................
2.2.3 Indikator dan Pengukuran Gaya Hidup .............................................................
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup........................................................
2.2.5 Ciri-ciri Gaya Hidup Sehat............................................................................
2.3 Kebiasaan Makan .......................................................................................................
2.3.1 Pengertian Kebiasaan Makan ...........................................................................
2.3.2 Dampak Negatif Akibat Pola Makan yang Buruk ...........................................
2.3.3 Dampak Positif Akibat Pola Makan yang Sehat ..............................................
2.4 Paradigma Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan ..........................................................
Bab III Penutup ...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 memberikan batasan:


kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan
batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna,
baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni:
fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut UU No. 36 Tahun 2009, kemudian
kesehatan itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial,
spiritual, ekonomi.

Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam
arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum
memasuki usia kerja, anak dan remaja; atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun)
atau usia lanjut, berlaku produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan,
misalnya sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial
bagi usia lanjut. Kelima dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah
sebabnya, kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni:


lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Karena itu
upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus
ditujukan pada keempat faktor utama tersebut bersama – sama.

Pola hidup sehat merupakan suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-
faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan juga
olahraga. Pengertian pola hidup sehat sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan suatu pola atau gaya hidup yang diterapkan
seseorang dalam kesehariannya. Karena disebut sebagai pola hidup sehat maka pola
ini mengutamakan aspek kesehatan dalam penerapannya. Pola hidup sehat juga erat
kaitannya dengan hal-hal yang menjadikan tubuh sehat seperti makanan yang
dikonsumsi setiap hari, olahraga yang rutin, serta gaya hidup yang dapat menunjang
tubuh menjadi sehat dan bugar. Pola hidup sehat juga bisa diartikan sebagai suatu
perencanaan yang dilakukan untuk tujuan mencapai kualitas hidup yang sehat dan
terhindar dari segala jenis penyakit. Pola hidup sehat dalam konteks ini tentunya
berkaitan dengan paradigma sehat. paradigma sehat merupakan model atau cara
pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, menyeluruh,
bahwa masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor dan multidimensional yang
upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut :
a) Bagaimana konsep paradigma sehat?
b) Apa definisi gaya hidup?
c) Apa ciri-ciri gaya hidup?
d) Bagaimana hubungan antara gaya hidup dan kebiasaan makan berdasarkan
paradigma sehat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Memahami konsep paradigma sehat
b) Memahami definisi gaya hidup
c) Memahami ciri-ciri gaya hidup
d) Memahami hubungan antara gaya hidup dan kebiasaan makan berdasarkan
paradigma sehat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Paradigma Sehat

2.1.1 Definisi Paradigma

Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindakan atas fenomena yang
ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berfikir yang
menjelaskan suatu fenomena. Mengandung berbagai konsep yang terkait dengan
fokus keilmuannya. (Konsep Dasar Keperawatan. Oleh Ns. Asmadi, S.Kep )
dalam Hudaya, Isna. (2010).

Beberapa pengertian dari Paradigma:

1. Paradigma adalah hubungan teori-teori yangmembentuk susunan


yang mengukur teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga
menimbulkan hal-hal yang perlu diselidiki. (Depkes RI, 1980)
2. Paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek
tertentu dari setiap kenyataan. (Fegurson)
3. Menurut Thomas Kuhn (1979) paradigma sebagai model, pola atau
pandangan dunia yang dilandasi pada dua karakteristik yaitu penampilan
dari kelompok yang menunjukkan keberadaannya terhadap sesuatu yang
diyakini dan terbuka untuk penyelesaian masalah dalam kelompoknya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Paradigma
Kesehatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai
fenomena yang ada dalam bidang kesehatan.

2.1.2 Definisi Sehat

Menurut WHO (World Heath Organisatin) definisi sehat merupakan suatu


keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
“ Health is a state of complete physical, mental, and social well – being and
not merely the absence of diseases or infirmity “

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960, Bab I


Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Dan menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam definisi sehat yaitu:

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat


seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk,
nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh
fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain
dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat
“(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai
berikut:

a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan
menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.

b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah
takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah
secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial

Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit
diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat
kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki,
kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman
damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai
kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO


dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan
untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti
ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis
dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai
“Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang
hanya bersifat idealistik semata-mata.

2.1.3 Paradigma Sehat

Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model


pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Cara pandang ini menekankan
pada melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan. Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif. (Hudaya, Isna. 2010).

Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik


secara makro maupun mikro.

a. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus


memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi
sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.
b. Secara makro, berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif.
Menurut Kamus Populer Kesehatan Lingkungan (2002) Paradigma Sehat atau
cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat holistic,
menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi banyak factor dan
multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan yang lebih dikenal dengan preventif dan promotif.

Perubahan pemahaman tentang konsep sehat dan sakit serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab
penyakit yang multifactorial, telah menggugurkan paradigma pembangunan
kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitative. Pentingnya penerapan paradigm pembangunan kesehatan baru,
yaitu paradigm sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa
yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan
kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang
lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif. Paradigma sehat ini pertama kali disampaikan oleh Menteri Kesehatan
RI Prof. Dr. F. A. Moeloek dalam Rapat Sidang DPR komisi VI pada tanggal 15
September 1998. (Kebidanan Komunitas, 2007)
2.2 Gaya Hidup

2.2.1 Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup atau Lifestyle adalah gambaran tingkah laku, pola dan cara hidup
yang ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang, minat dan ketertarikan serta apa
yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri sehingga membedakan statusnya
dari orang lain dan lingkungan melalui lambang-lambang sosial yang mereka miliki.

Gaya hidup berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Gaya
hidup menjadi upaya untuk membuat diri menjadi eksis dengan cara tertentu dan
berbeda dari kelompok lain. Berdasarkan pengalaman sendiri yang diperbandingkan
dengan realitas sosial, individu memilih rangkaian tindakan dan penampilan mana
yang menurutnya sesuai dan mana yang tidak sesuai untuk ditampilkan dengan ruang
sosial.

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam tiga hal,
yakni cara menggunakan waktunya, sikap, dan pendapatnya mengenai diri dan
lingkungannya. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan gaya hidup sebagai
bagaimana orang-orang hidup, menggunakan uangnya, dan mengalokasikan waktu
mereka.

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi gaya hidup dari beberapa sumber
buku:
 Menurut Sumarwan (2011:57), Gaya hidup sering digambarkan dengan
kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interests, and opinions).
Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang
mungkin dengan cepat mengganti model dan merek pakaiannya karena
menyesuakan dengan perubahan hidupnya.
 Menurut Weber (Damsar, 2002:120), gaya hidup merupakan selera pengikat
kelompok dalam (in group) aktor-aktor kolektif atau kelompok status,
berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber-
sumber budaya.
 Menurut Plummer (1983:131), gaya hidup adalah cara hidup individu yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan)
dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
 Menurut Kotler dan Keller (2012:192), Gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang
dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.

Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan


di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Gaya
hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan
lingkungannya. Gaya hidup seseorang merangkum sesuatu yang lebih daripada kelas
sosial seseorang, kita dapat menduga beberapa hal mengenai perilaku orang tersebut
tetapi tidak banyak mengenai kegiatan, minat, dan bakatnya. Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia
(Kotler & Amstrong 2008). Secara luas, gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup
yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan
apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri (pendapat). Gaya hidup suatu
individu akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Namun demikian, gaya hidup
tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen
(Sutisna 2001). Gaya hidup juga dapat menentukan bentuk pola konsumsi pangan.

2.2.2 Jenis-jenis Gaya Hidup

Menurut Mowen dan Minor, terdapat sembilan jenis gaya hidup yaitu sebagai
berikut (Sumarwan, 2011:45):

1. Funcionalists. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting. Pendidikan


rata-rata, pendapatan rata-rata, kebanyakan pekerja kasar (buruh). Berusia
kurang dari 55 tahun dan telah menikah serta memiliki anak.

2. Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah. Mereka berfokus pada


membesarkan anak, baru membangun rumahtangga dan nilai-nilai keluarga.
Pendidikan diatas rata-rata.
3. Aspirers. Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi dengan
membelanjakan sejumlah uang di atas rata-rata untuk barang-barang
berstatus, khususnya tempat tinggal. Memiliki karakteristik Yuppie klasik.
Pendidikan tinggi, pekerja kantor, menikah tanpa anak.
4. Experientials. Membelanjakan jumlah di atas rata-rata terhadap
barangbarang hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience). Pendidikan rata-
rata, tetapi pendapatannya diatas rata-rata karena mereka adalah pekerja
kantor.
5. Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan
berpendidikan tinggi. Pendapatan tertinggi dari kesembilan kelompok.
Menghabiskan banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri.
Menghabiskan uang di atas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan.
6. Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk organisasi pendidikan,
masalah politik dan gereja. Berada pada tahap empty-nest. Pendapatan
tertinggi kedua. Pencari nafkah tunggal.
7. The golden years. Kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi pendapatannya
tertinggi ketiga. Melakukan pembelian tempat tinggal kedua. Melakukan
pengeluaran yang besar pada produk-produk padat modal dan hiburan.
8. Sustainers. Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah pensiun. Tingkat
pendapatan terbesar dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan alkohol.
Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua.
9. Subsisters. Tingkat sosial ekonomi rendah. Persentase kehidupan pada
kesejahteraan di atas rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga
dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal jumlahnya di atas rata-rata
kelompok minoritas.

2.2.3 Indikator dan Pengukuran Gaya Hidup


Menurut Sunarto, terdapat tiga indikator gaya hidup seseorang yaitu sebagai
berikut (Mandey, 2009:93):

1. Kegiatan (Activity) adalah apa yang dikerjakan konsumen, produk apa yang
dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dilakukan untuk mengisi waktu
luang. Walaupun kegiatan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan
tersebut jarang dapat diukur secara langsung.
2. Minat (Interest) adalah objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan
yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus kepadanya. Interest
dapat berupa kesukaan, kegemaran dan prioritas dalam hidup konsumen
tersebut. Minat merupakan apa yang konsumen anggap menarik untuk
meluangkan waktu dan mengeluarkan uang. Minat merupakan faktor pribadi
konsumen dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
3. Opini (Opinion) adalah pandangan dan perasaan konsumen dalam
menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan sosial. Opini digunakan
untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan
mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa
datang dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau
menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup


Menurut Amstrong faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang
adalah sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, persepsi,
kelompok referensi, kelas sosial, keluarga dan kebudayaan (Nugraheni, 2003:15).
Adapun penjelasan untuk masing-masing faktor yang mempengaruhi gaya hidup
adalah sebagai berikut:

1. Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan
lingkungan sosialnya.
2. Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi
pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari
semua tindakannya di 1masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang
akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat
membentuk pandangan terhadap suatu objek.
3. Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4. Konsep Diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah
konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas
untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image
merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat
terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan
menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
5. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh
tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu
besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada
gaya hidup hedonis.
6. Persepsi. Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.

2.2.5. Ciri-ciri gaya hidup sehat

Adapun ciri-ciri gaya hidup sehat adalah :


1. Makan secara sehat dan seimbang

Cara hidup sehat yang utama adalah asupan gizi yang baik. Agar tubuh dapat tumbuh
dan berkembang serta menjalankan fungsinya dengan maksimal, maka dibutuhkan
asupan gizi yang seimbang. Cara memasaknya pun sebisa mungkin tidak merusak zat
gizi dan serat sehingga masih memberi manfaat bagi yang mengonsumsinya.

2. Makan dan minum sealami mungkin

Begitu banyak makanan dan minuman yang kini diproduksi oleh industri, di mana
produksi dilakukan secara masal, proses produksi yang panjang memerlukan waktu
yang lama untuk sampai pada konsumen. Hal ini menyebabkan makanan dan
minuman tersebut membutuhkan bahan pengawet. Mulailah untuk menggunakan
bahan pangan alami.
Cara hidup sehat lain adalah berhenti merokok atau mengonsumsi minuman
beralkohol, terutama jika tubuh berisiko atau sudah menderita penyakit diabetes,
artritis, atau penyakit jantung.
3. Olahraga secara teratur
Hidup sehat yang sering kali dilewatkan oleh masyarakat yang tinggal di kota besar
adalah olahraga. Olahraga dengan cara yang benar dan waktu yang tepat dapat
membuat peredaran darah menjadi lancar, menguatkan otot dan tulang.

4. Hindari stres

Beban hidup yang yang berat, terkadang mendatangkan stres. Gejala fisik yang
ditimbulkan adalah sakit kepala, sakit perut, meningkatnya tekanan darah tinggi,
dada terasa sakit hingga susah tidur.
Mengelola stres dapat dilakukan dengan mengambil waktu untuk rileks, melakukan
hobi, yoga atau meditasi agar budaya hidup sehat dapat tercipta.

5. Istirahat cukup

Istirahat cukup adalah kunci mendapatkan tubuh dan pikiran yang sehat. Pastikan
jam tidur terpenuhi dengan membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama.
Mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik dapat menjadi aktivitas
menjelang tidur yang membantu tubuh untuk istirahat.

2.3 Kebiasaan Makan

2.3.1 Pengertian Kebiasaan Makan

Makan menjadi kebutuhan manusia untuk mendapatkan asupan yang akan


diubah menjadi energi untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Idealnya makan
yang teratur adalah tiga kali sehari, yaitu di pagi hari, siang hari, dan sore atau
menjelang malam. Namun banyak orang yang terkadang menyepelekan waktu
makan. Hal inilah yang akan memunculkan penyakit maag serta beberapa gangguan
kesehatan lainnya. Dengan waktu makan yang tidak teratur, tentunya dapat
berdampak pada jumlah asupan yang dibutuhkan tubuh menjadi berkurang.
Kebiasaan makan ialah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan
pemilihan makanan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada
distribusi makanan antar anggota kelompok (Khumaidi 1988). Kebutuhan makan
tidak hanya bermanfaat untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga
memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Suhardjo (1989)
mendefinisikan perilaku makan sebagai cara individu memilih pangan dan
mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial, dan
budaya. Khumaidi (1988) juga menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah rakitan-
rakitan dari bermacam-macam segi yang bersifat multidimensional.
Kebiasaan makan adalah berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan, dan
bagaimana makanan siap di atas meja untuk disantap. Cara seseorang atau kelompok
memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya, dan sosial juga disebut kebiasaan makan (Suhardjo et al. 1998).
Frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari yang terdiri dari sarapan
pagi, makan siang, dan makan malam. Menurut Khomsan (2003), apabila kita makan
hanya satu atau dua kali per hari, sulit secara kuantitas dan kualitas untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
Keterbatasan lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam
jumlah banyak. Berdasarkan waktu makan, kebiasaan dibagi menjadi tiga, yaitu
sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Sarapan pagi ialah makan di waktu
pagi dengan tujuan untuk persiapan bekerja.

2.3.2 Dampak Negatif Akibat Pola Makan yang Buruk

Diantara tiga waktu makan, sarapan menjadi kategori yang paling banyak
ditinggalkan oleh sebagian orang. Padahal kebutuhan nutrisi ini sangat penting untuk
otak serta tubuh dalam melakukan aktivitas pagi hingga siang hari. Banyak alasan
mengapa sarapan menjadi kebiasaan yang ditinggalkan, antara lain malas, terburu-
buru berangkat kerja atau sekolah, timbul rasa ngantuk setelah sarapan, bosan dengan
menu yang disajikan, dan lain-lain. Selain sarapan, makan malam pun kadang
banyak ditinggalkan dengan alasan diet bagi sebagian orang. Padahal kebiasaan
makan tidak teratur inilah yang dapat memicu berbagai gangguan kesehatan
diantaranya:
a. Gangguan Penyerapan Gizi
Kebiasaan makan tidak teratur dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi
pada tubuh. Hal ini disebabkan oleh sistem yang membutuhkan gizi dan berbagai
macam vitamin yang diperlukan tubuh untuk melakukan proses metabolisme yang
dapat menghambat aktivitas. Selain itu, jika mengalami kekurangan zat tersebut
dapat berakibat pada tubuh yang mengambil vitamin dan gizi dari bagian tubuh yang
lain. Padahal vitamin dan gizi tersebut sudah memiliki peranannya masing-masing.
b. Gangguan Pencernaan
Makanan yang dikonsumsi akan memberikan sumber tenaga untuk
beraktivitas. Sedangkan tubuh kita bekerja selama 10 hingga 12 jam setiap hari. Jika
pola makan Anda tidak teratur maka tubuh yang terus bekerja akan terganggu.
Dengan tiadanya asupan makanan yang masuk, maka tidak akan ada yang
dikonsumsi, padahal sistem pencernaan tetap akan bekerja. Dampaknya sistem
pencernaan tersebut akan melukai organ pencernaan sendiri.

c. Timbulnya Penyakit
Penyakit yang sering muncul jika pola makan tidak teratur adalah maag. Hal
ini disebabkan oleh organ lambung kita tidak bekerja sesuai dengan waktunya.
Lambung akan sangat tidak terbiasa dengan pola makan yang terus berganti-ganti.
Akibatnya lambung tidak bisa menyesuaikan waktu kerjanya, sehingga dapat
merusak bagian lambung itu sendiri.

2.3.3 Dampak Positif Akibat Kebiasaan Pola Makan yang Sehat

1. Hidup lebih panjang


Melakukan diet sehat artinya Anda akan memiliki berat badan ideal yang tak
hanya proporsional, tapi juga bisa membuat Anda menikmati hidup lebih
lama.
2. Energi lebih banyak
Dengan mengatur pola makan, tanpa disadari Anda akan lebih merasa
berenergi. Ini artinya, Anda akan lebih semangat beraktivitas, kerja lebih
nyaman, dan olahraga pun terasa menyenangkan.
3. Memori lebih baik
Salah satu hal yang bisa Anda dapatkan dari makanan bernutrisi adalah
memori atau ingatan yang lebih baik. Anda juga akan lebih fokus dalam
bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Berat badan ideal
Siapa yang tidak menginginkan berat badan yang ideal? Bukan kurus, tapi
tubuh Anda terlihat proporsional. Memiliki perasaan puas dengan bentuk
tubuh sendiri pastinya akan membuat Anda lebih percaya diri.
5. Kurangi risiko penyakit
Dengan mengatur pola makan sehat, Anda pun mengurangi risiko tubuh
untuk terserang berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes,
obesitas, atau beberapa jenis kanker.

2.4 Paradigma Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan

Gaya hidup sehat sangat berkaitan dengan konsep sehat-sakit dan juga
paradigma kesehatan. Definisi sehat sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang
waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-
tanda penyakit atau kelainan (White, 1977).
Terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, yaitu
pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan. Dalam menjelaskan
konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya
penyakit, para ahli biasanya menggunakan segitiga epidemiologi. Hal ini sangat
komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat
tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. Keadaan di masyarakat
dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan antara host
(pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan). Pada saat terjadi
ketidakseimbangan antara host, agent dan environment akan menimbulkan penyakit
pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat. Agen penyakit dapat berupa
benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang kadang untuk penyakit
tertentu penyebabnya tidak diketahui.
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu benda biotis
dan abiotis. Benda biotis merupakan bibit penyakit yang berasal dari benda hidup
atau mikroorganisme dan menyebabkan penyakit karena infeksi, contohnya raja
singa. Benda abiotis merupakan agent yang berasal dari benda tak hidup/ mati,
contohnya tumor payudara. Penyebab penyakit abiotis sendiri dikelompokkan
menjadi 4 :
- Agen nutrisi berupa kelebihan protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral dan lainnya.
- Agen kimiawi berupa panas, dingin, radiasi, kelembaban, tekanan,
cahaya dan kebisingan.
- Agen fisik dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes, uremia
dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu, sengatan matahari
dan lainnya.
- Agen mekanik berkaitan dengan aktivitas manusia berupa gesekan,
benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh
host (penjamu).
Pada skenario kasus muntaber, agennya berupa bakteri Vibrio cholera. Host
atau pejamu merupakan vektor yang mendapat penyakit, yaitu manusia.
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan
tergantung pada karakteristik masing-masing yang dimiliki individu antara
lain :
- Keturunan
- Umur menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti
penyakit campak pada anak-anak, tumor pada usia pertengahan serta
osterophorosis pada usia lanjut,

- - Mekanisme pertahanan tubuh


- Jenis kelamin menyebabkan adanya perbedaan penyakit pada pria dan
wanita. Seperti penyakit sifilis pada pria dan keputihan pada wanita.
- Ras pada hubungannya dengan penyakit tergantung pada tradisi, adat
istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang
hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro.
- Status perkawinan
- Pekerjaan memiliki hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan
seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis dan lainnya.
- Kebiasaan hidup yang buruk akan menyebabkan penyakit pada diri
individu.

Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau 9 sekelompok


orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi
(Suhardjo 1989). Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), gaya hidup biasanya
diukur menggunakan teknik psikografik. Teknik ini fokus mengukur kegiatan
(activities), minat (interest), dan opini (opinion) individu yang biasa disebut dengan
AIO inventories.
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi,
agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar,
berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi
dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan
lemak (Soekirman & Atmawikarta 2011). Konsumsi makan yang baik haruslah
beraneka ragam dan terdiri dari sumber karbohidrat, protein (hewani dan nabati),
vitamin, dan mineral.

Dalam mengkaji kebiasaan makan, jenis makanan perlu diperhatikan karena


untuk memenuhi kebutuhan makanan individu, diperlukan pemenuhan gizi yang
seimbang. Makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan oleh setiap individu dalam melakukan kebiasaan
makannya. Karena tubuh tidak hanya membutuhkan satu jenis makanan saja.

Makanan yang sehat harus mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan


oleh tubuh. Makanan yang beragam dijamin dapat member manfaat yang lebih besar
terhadap kesehatan (Khomsan & Anwar 2008). Pengelompokan jenis makanan ini
diantaranya adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah buahan, dan makanan
jcamilan. Pantangan ialah suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu,
karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman apabila dilanggar. Pantangan
berdasarkan larangan agama bersifat absolut dan tidak bisa ditawar lagi oleh
penganut agama tersebut. Selain pantangan karena agama, ada juga pantangan yang
sudah diwariskan dari leluhur melalui orang tua dan akan berlanjut sampai generasi-
generasi berikutnya. Individu yang menganut pantangan ini biasanya percaya bahwa
pantangan tersebut dilanggar akan 12 memberikan kerugian yang menurutnya
sebagai suatu hukuman (Suhardjo 1989).
Keadaan (status) kesehatan juga sangat memengaruhi kebiasaan makan.
Individu dengan penyakit tertentu biasanya dianjurkan untuk menghindari beberapa
jenis makanan (Khumaidi 1988). Keadaan yang bersifat terpaksa ini tidak jarang
mengakibatkan menurunnya konsumsi zat gizi.
Kebiasaan Makan dan Faktor-faktor Pembentuknya Kebiasaan makan mulai
terbentuk sejak kecil, saat anak berada dalam lingkungan keluarganya. Akan tetapi
perilaku konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, masih
ada faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Kebiasaan makan ini dapat dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dapat terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis. Sedangkan
faktor eksternal antara lain terdiri dari kondisi sosial budaya, gaya hidup, perubahan
sosial, faktor ekonomi, dan perubahan teknologi. Setiap individu juga mengalami
proses pembelajaran dalam perilaku konsumsi makan. Hal inilah yang menyebabkan
kebiasaan makan seseorang dapat berubah karena semakin dewasa seseorang maka
faktor-faktor yang memengaruhinya pun semakin banyak dan kompleks.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan


kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis
dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan
hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Untuk itu diterapkan konsep hidup
sehat H.L Blum. Yakni derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi faktor
lingkungan, gaya hidup, pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dengan tujuan
mencapai derajat sehat yang optimal, sehingga perlu adanya suatu indikator untuk
menilai derajat kesehatan masyarakat.

Pola hidup sehat merupakan suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-
faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan juga
olahraga. Pengertian pola hidup sehat sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan suatu pola atau gaya hidup yang diterapkan
seseorang dalam kesehariannya. Karena disebut sebagai pola hidup sehat maka pola
ini mengutamakan aspek kesehatan dalam penerapannya. Pola hidup sehat juga erat
kaitannya dengan hal-hal yang menjadikan tubuh sehat seperti makanan yang
dikonsumsi setiap hari, olahraga yang rutin, serta gaya hidup yang dapat menunjang
tubuh menjadi sehat dan bugar.

Gaya hidup dan kebiasaan makan sangat mempengaruhi faktor baik buruknya
status kesehatan seseorang. Paradigma Gaya hidup sehat dalam masyarakat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat.
Pengetahuan sikap dan perilaku mempunyai hubungan yang sangat erat dalam
mewujudkan pola hidup sehat. Selain itu tindakan promosi kesehatan juga berperan
dalam menentukan sasaran yang akan ditujui. Sasaran promosi kesehatan terbagi
menjadi 3 yaitu sasaran primer, sekunder, dan tertier. Pada kasus terjadi
ketidakseimbangan antara host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan
environment (lingkungan) sehingga menimbulkan penyakit dan masalah kesehatan.

3.2 Saran

Dengan diterapkannya paradigma sehat, diharapkan mampu mendorong


masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif, serta pentingnya mengubah gaya hidup dan kebiasaan makan
yang sesuai dengan pola hidup yang sehat dan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Dodiet. 2008. Paradigma Sehat. Surakarta

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti

Ewles dan Simnet, 1994, dalam Maulana, Heri D.J,. 2009. Promosi Kesehatan.
Jakarta: EGC

Hudaya, Isna. 2010. Paradigma Sehat. Januari 2010.

Maulana, Heri D.J,. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Nafsiah, Siti. 2000. Prof. Hembing Pemenang The Star of Asia Award Pertama di
Asia Ketiga di Dunia. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.

Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Ed.2. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta
 Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya
dalam Pemaasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
 Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
 Plummer, R. 1983. Life Span Development Psychology: Personality and
Socialization. New York: Academic Press.
 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran.
Jakarta: Erlangga.
 Mandey, Silvya L. 2009. Pengaruh Faktor Gaya Hidup Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen. Jurnal Vol. 6. No. 1.
 Nugraheni, P. N. A. 2003. Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis
Pada Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal. Surakarta: Fakultas
Psikologi UMS.
 1. Hidup lebih panjang
 Melakukan diet sehat artinya Anda akan memiliki berat badan ideal yang tak
hanya proporsional, tapi juga bisa membuat Anda menikmati hidup lebih
lama.
 2. Energi lebih banyak
 Dengan mengatur pola makan, tanpa disadari Anda akan lebih merasa
berenergi. Ini artinya, Anda akan lebih semangat beraktivitas, kerja lebih
nyaman, dan olahraga pun terasa menyenangkan.
 3. Memori lebih baik
 Salah satu hal yang bisa Anda dapatkan dari makanan bernutrisi adalah
memori atau ingatan yang lebih baik. Anda juga akan lebih fokus dalam
bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari.
 4. Berat badan ideal
 Siapa yang tidak menginginkan berat badan yang ideal? Bukan kurus, tapi
tubuh Anda terlihat proporsional. Memiliki perasaan puas dengan bentuk
tubuh sendiri pastinya akan membuat Anda lebih percaya diri.
 5. Kurangi risiko penyakit
 Dengan mengatur pola makan sehat, Anda pun mengurangi risiko tubuh
untuk terserang berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes,
obesitas, atau beberapa jenis kanker.

Anda mungkin juga menyukai