Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID

DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Oleh

Nafisah Amalia Mukhtar

22020111120011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014
TYPHOID

A. DEFINISI

B. ETIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan/minuman masuk kedalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH <
2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,
gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor
pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,
bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan
menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel
khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi
Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran
ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar
limfe mesenterika, hati dan limfe. (Soedarmo, dkk, 2012).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai
organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah
hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari
ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari
darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita
melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi
menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan
kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk
dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular
yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada
darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk, 2012).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial
dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).
Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
Salmonella typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan atau
organ limfoid seperti limpa yang membesar, juga jaringan limfoid di usus kecil
yaitu plak Peyer terserang dan membesar. Membesarnya plak Peyer membuat
jaringan ini menjadi rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan yang
melaluinya. Inilah yang menyebabkan pasien tifus harus diberikan makanan
lunak, yaitu konsistensi bubur yang melalui liang usus tidak sampai merusak
permukaan plak Peyer ini. Bila tetap rusak, maka dinding usus setempat yang
memang sudah tipis, makin menipis, sehingga pembuluh darah ikut rusak
akibat timbul perdarahan, yang kadang-kadang cukup hebat. Bila berlangsung
terus, ada kemungkinan dinding usus itu tidak tahan dan pecah (perforasi).,
diikuti peritonitis yang dapat berakhir fatal

D. MANIFESTASI KLINIK
.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul
1. Hipertemia berhubungan (00007)

Ds: Ibu klien mengatakan anaknya panas

Do:

a. Suhu Tubuh klien lebih dari 36,50C


b. Kulit terasa hangat
c. Kulit terlihat kemerahan
d. Nadi klien lebih normal {anak,-anak (>120x/menit), prasekolah
(>140x/menit), dibawah 3tahun (>150x/menit), bayi
(>160x/menit)}
e. Nafas klien lebih normal { anak-anak (>30x/menit), prasekolah
(>34x/menit), dibawah 3 tahun (40x/menit), bayi (60x/menit)}
f. Apakah adanya kejang

2. Kekurangan volume cairan (00027)

Ds:

a. ibu klien mengatakan anaknya susah minum


b. klien mengatakan anaknya buang air kecil terus

Do:

a. bibir klien terlihat pecah-pecah


b. mukosa klien kering dan pucat
c. penurunan tugor kulit
d. kulit klien terlihat lembab
e. peningkatan konsentrasi urin
f. klien terlihat lemas

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)


Ds:
a. ibu klien mengatakan anaknya susah makan
b. klien mengatakan anaknya mengalami muntah
Do:
a. Klien tampak lemas dan tak memiliki stamina
b. Berat badan klien mengalami penurunan
c. Klien terlihat tidak memilki nafsu makan
d. Membra mukosa klien pucat
e. Adanya sariawan
f. Klien tanpak menghindari makanan

I. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Hipertermia NOC: NIC:
(00007) 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence behavior (pengaturan suhu)
3. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap
4. Risk control dua jam
5. Risk detection 2. Rencanakan monitoring suhu
Kriteria hasil: secara kontinyu
1. Keseimbangan antara 3. Monitor tekanan darah, nadi
produksi panas, panas yang dan respiratory rate
diterima, dan kehilangan 4. Monitor warna dan suhu kulit
panas 5. Monitor tanda-tanda
2. Seimbang antara produksi hipertermi dan hipotermi
panas, panas yang diterima, 6. Tingkatkan intake cairan dan
dan kehilangan panas nutrisi
selama 28 hari pertama 7. Selimuti pasien untuk
kehidupan mencegah hilangnya
3. Keseimbangan asam basa kehangatan tubuh
bayi baru lahir 8. Ajarkan pada orang tua pasien
4. Temperature stabil : 36,5 – cara mencegah keletihan
37,5°C akibat panas
5. Tidak ada kejang 9. Diskusikan tentang
6. Tidak ada perubahan warna pentingnya pengaturan suhu
kulit dan kemungkinan efek
7. Pengendalian risiko: negative dari kedinginan
hipertermia 10.Beritahu tentang indikasi
8. Pengendalian risiko: terjadinya keletihan dan
hipotermia penanganann emergency yang
9. Pengendalian risiko: proses diperlukan
menular 11.Ajarkan indikasi dari
10. Pengendalian risiko: hipotermia dan penanganan
paparan sinar matahari yang diperlukan yang
diperlukan
12.Berikan anti piretik jika
diperlukan
2. Kekurangan NOC NIC
volume cairan 1. Fluid balance Fluid management
(00027) 2. Hydration 1. Timbang popok jika perlu
3. Nutritional status: food and 2. Pertahankan catatan intake
fluid intake dan output yang akurat
Kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
1. Mempertahankan urine (kelembaban membrane
output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat, tekanan
dan berat badan, berat jenis darah ortostatik) jika
urine normal , HT normal diperlukan
2. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal 5. Monitor masukan makanan
3. Tidak ada tanda-tanda atau cairan dan hitung intake
dehidrasi, elastisitas turgor kalori harian
kulit baik, membran 6. Kolaborasikan pemberian
mukosa lembab, tidak ada cairan IV
rasa haus yang berlebihan. 7. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
8. Dorong masukan oral
9. Berikan nasogastrik sesuai
output
10. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
11. Tawarkan makanan
ringan (jus buah, buah segar)
untuk anak usia bermain
sampai remaja/dewasa
12. Kolaborasi dengan dokter
apabila diperlukan transfusi
Hypovolemia management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien atau orang tua
pasien untuk menambah
intake oral
8. Pemberian cairan IV monitor
untuk mengindikasi adanya
tanda dan gejala kelebihan
volume cairan yang diberikan
9. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
3. Ketidakseimban NOC: NIC
gan nutrisi 1. Nutritional status Weight Management (1260)
kurang dari 2. Nutritional status: Food 1. Bina hubungan dengan
kebutuhan tubuh and fluid intake keluarga klien
(00002) 3. Nutritional status: nutrient 2. Jelaskan keluarga klien
intake mengenai pentingnya
4. Weight control pemberian makanan,
penambahan berat badan dan
Kriteria Hasil: kehilagan berat badan
1. Adanya peningkatan berat 3. Jelaskan kelurga klien tentang
badan sesuai dengan tujuan kondisi berat badan klien
2. Berat badan ideal sesuai 4. Jelaskan resiko dari
dengan tinggi badan kekurangan berat badan
3. Mampu mengidentifikasi 5. Berikan motivasi keluarga
kebutuhan nutrisi klien untuk meningkatkan
4. Tidak ada tanda malnutrisi berat badan klien
5. Menunjukan peningkatan 6. Pantau porsi makan klien
fungsi pengecapan dari 7. Anjurkan klien makan teratur
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai