Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA KLIEN
DENGAN KERACUNAN MAKANAN

Ariffatul Azizah P27820119007


LovitaSalsabila Balkis P27820119022
Keracunan Makanan
Definisi Klasifikasi
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan A. Menurut waktu terjadinya keracunanD. Klasifikasi berdasarkan jeni
untuk merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara 1. Keracunan akut bahan kimia
tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011) 2. Keracunan kronik 1. Alkohol
menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan 2. Fenol
yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh. B. Menurut cara terjadinya keracunan 3. Logam berat
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang 3. Self Poisoning
terjadi setelah menyantap makanan yang 4. Attempted Suicide
mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang 5. Accidental Poisoning
terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri 6. Homicidal Poisoning
(Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan
keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu C. Klasifikasi menurut organ yang
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang terkena
mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai 7. Racun pada Sistem Saraf Pusat
keracunan makanan (neurotoksik)
8. Racun Jantung (kardiotoksik)
9. Racun Hati
10. Racun Ginjal
11. Darah dan sistem hematopoietic
Etiologi Manifestasi Klinis

Keracunan makanan dapat disebabkan


oleh pencemaran bahan-bahan kimia
beracun, kontaminasi zat-zat kimia, Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala
mikroba, bakteri, virus dan jamur yang pada sistem saraf dan saluran cerna. Suarjana (2013)
masuk ke dalam tubuh manusia menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada
(Suarjana, 2013). saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah,
Di Indonesia ada beberapa jenis bahkan dapat menyebabkan diare. Tanda gejala yang
makanan yang sering mengakibatkan biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa
keracunan, antara lain lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan
1. Keracunan botolinu (paralisis) otot pernafasan (Arisman, 2009).
2. Keracunan bongkrek
3. Keracunan jamur
4. Keracunan jengkol
5. Keracunan ikan laut
6. Keracunan singkong
Patofisiologi Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan

Makanan yang kita konsumsi


dalam keseharian bermacam- 1. Pemeriksaan 1. Penatalaksanaan Kegawatan
macam, baik ragam jenis makanan Laboratorium 2. Resusitasi
itu. Makanan yang sehat dapat 3. Pemberian cairan intravena untuk
dikatakan makanan yang layak pasien penurunan kesadaran
untuk tubuh dan tidak
2. Gas Darah Arteri 4. Pemberian norit/zat karbon aktif
menyebabkan sakit, baik seketika 5. Kumbah Lambung
maupun mendatang. Dalam 3. Uji Fungsi Ginjal 6. Pemberian antidot/penawar
mengkonsumsi makanan perlu 7. Pemberian antibiotik
diperhatikan tentang kebersihan 4. Osmolalitas Serum 8. Penilaian Klinis
makanan, kesehatan, serta zat gizi 9. Terapi suportif, konsultasi, dan
yang terkandung didalam makanan 5. Elektrokardiogram rehabilitasi
tersebut

6. CT-Scan
Asuhan Keperawatan Teori

Pengkajian Diagnosa
Keperawatan
Pengkajian Sekunder
A. Pengkajian Primer
1. Riwayat Kesehatan
a. Airway 1. Pola nafas tidak efektif
2. Pemeriksaan fisik : b.d depresi pusat
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh
- Tanda-tanda vital
sputum/lendir. Cepat dan dangkal pernafasan d.d pola nafas
- Mata
b. Breathing abnormal (SDKI,
- Mulut
Sesak napas (RR meningkat), Irama pernafasan : D.0005)
- Kulit
cepat, Kedalaman : dangkal
- Abdomen
c. Circulation 2. Hipovolemia b.d
- Sistem saraf
Tekanan Darah pasien menurun atau meningkat, kehilangan cairan aktif
3. Pemeriksaan diagnostik d.d tekanan darah
nadi meningkat atau menurun, EKG
- Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan sinus bradikardia. menurun, volume urin
- Pemriksaan darah lengkap
d. Disability menurun, merasa lemah
- Foto thorax
Penurunan status neurologis (respon (SDKI, D.0023)
- Pemeriksaan EKG
kesadaran/GCS, respon pupil negatif), Nyeri
Kepala
e. Exposure /Enviroment /Event
Keadaan fisik lemah, pruritus, gangguan
pengelihatan, turgor kulit menurun
Intervensi keperawatan : Manajemen jalan nafas (SIKI,
Intervensi Keperawatan 1.01011)

Observasi
Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Rasionalisasi: untuk mengetahui frekuensi, kedalaman, usaha
Diagnosa 1 : nafas pada pasien
Pola nafas tidak efektif b.d depresi Monitor bunyi nafas tambahan
pusat pernafasan d.d pola nafas Rasionalisasi: untuk mengetahui apakah ada suara nafas
abnormal (SDKI, D.0005) tambahan atau tidak
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan
Terapeutik
selama 1x24 jam diharapkan pola
Posisikan semi fowler atau fowler
nafas menjadi efektif
Rasionalisasi: supaya pernafasan pasien lancar
Berikan oksigen, jika perlu
Kriteria hasil : (SLKI, L.01004)
Rasionalisasi: supaya pasien tidak mengalami kesulitan
1. Frekuensi nafas membaik
bernafas

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik,
jika perlu
Rasionalisasi: supaya jalan nafas pasien lancar
Intervensi Keperawatan : Manajemen Hipovolemia
Intervensi Keperawatan (SIKI, 1.03116)

Observasi :
Periksa tanda dan gejala hipovolemia
onitor intakee dan output cairan
Diagnosis Prioritas :
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d Terapeutik
tekanan darah menurun, volume urin Hitung kebutuhan cairan
menurun, merasa lemah (SDKI, D.0023) Berikan posisi modified
Berikan asupan cairan oral
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 × 24 jam Edukasi
diharapkan status cairan membaik Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kriteria Hasiil : (SLKI, L. 03028)
Turgor kulit meningkat
Kolaborasi
frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl. RL)
membran mukosa membaik
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana Tahap terakhir adalah evaluasi terhadap


tindakan untuk mencapai tujuan yang telah asuhan keperawatan yang diberikan
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi dengan melihat perkembangan masalah
juga meliputi pengumpulan data klien seberapa jauh diagnose
berkelanjutan, mengobservasi respon klien keperawatan, rencana tindakan, dan
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
serta menilai data yang baru. Pada proses Evaluasi dilakukan berdasarkan SOAP
keperawatan, implementasi adalah fase (Subjective, Objective, Assesment, Plan)
ketika perawat mengimplementasikan yang dilakukan pada respon dan tujuan
intervensi keperawatan yang telah yang sudah dicapai atau belum
direncanakan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai