Anda di halaman 1dari 39

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN KASUS


KERACUNAN
1. Tiara Anggita P.
2. Diofani Kurnia H.
3. Ni Made Dyah Ayu S.
4. Billiam Nasta K.
DEFINISI
• Racun adalah zat atau senyawa yang masuk
ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respon pada sistem biologis
dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
• Keracunan, sekeliling kita ada racun alam
yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan. Beberapa contoh keracunan
antara lain keracunan obat dan zat kimia,
gigitan ular dan serangga, dan keracunan
gas.
JENIS-JENIS KERACUNAN
Keracunan pada sistem pencernaan
• Keracunan bahan kimia, Keracunan Makanan

Keracunan Sirkulasi
• Gigitan ular dan serangga

Keracunan Gas
• Karbon monoksida
• 226949301-Pathway-Poison-Keracunan.doc
Keracunan pada sistem 2. Manifestasi Klinis
pencernaan Sianosis
 keracunan bahan kimia Takipnoe, dispnea
1. Etiologi Nadi lemah

Baygon Takikardi
Aritmia jantung
Iritasi mulut, rasa terbakar pada
Amphetamin selaput mukosa mulut dan
esofagus, mual dan muntah
Malaise
Morpin
PENATALAKSAAN
Antidote
Pada pasien yang sadar :
• bilas lambung
• Inj. sulfas atropin 2 mg (8 ampul) IM
• 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30
menit sampai terjadi artropinisasi.
• Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM tiap
4 jam selama 24 jam .
permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi,
tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan fungsi
kardioaskuler dan pantau EKG.
Pada pasien yang tidak sadar
injeksi sulfus Atropin 4 mg IV(16 ampul)
30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM, diulangi setiap 30 menit
sampai klien sadar.
Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM sampai tercapai
atropinisasi, ditandai dengan midriasis, fotofobia, mulut kering, takikardi,
palpitasi, dan tensi terukur.
Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1 ampul) IM tiap 4 jam
selama 24 jam.
Penanganan syok, dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan
dengan kerja kardio depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran
vena di ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai
dengan meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler dengan
mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan
fungsi kardioaskuler dan pantau EKG.
TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan khusus, misalnya pengukuran kadar AChE
dalam sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik.
2. Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25 –
50 %, setiap individu yang berhubungan dengan
insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru
diizinkan bekerja kembali bila kadar AChE telah
meningkat > 75 % N.
Keracunan Makanan
Ciri-ciri makanan beracun yaitu sebagai berikut:
a) Warna lebih terang disebabkan penggunaan
pewarna
b) Lihat dan sentuh makanan tersebut, jika
terlalu lembut dan gurih bisa saja
menggunakan penyedap rasa yang
berlebihan
c) Saat membeli ikan atau daging coba cek
apakah menggunakan formalin atau tidak.
Jangan terkecoh, jika ikan tidak dikerungi
lalat maka kemungkinan besar ikan
menggunakan formalin
JENIS-JENIS KERACUNAN
MAKANAN
MANIFESTASI KLINIS KEJENGKOLAN
1. Jengkol
Rasa nyeri (kolik) di daerah pinggang atau daerah
pusar (ari - ari) dan kadang disertai kejang - kejang
Mual, muntah
Output urine sedikit, adakalanya urine berwarna
merah bercampur putih seperti air pencuci beras
(dalam urine terdapat sel - sel darah merah dan
sel darah putih)
Perut kembung dan susah BAB)
Nafas dan Urine berbau jengkol
PENATALAKSANAAN
1) Beri klien air putih yang banyak supaya kadar asam jengkolat
lebih encer, sehingga lebih mudah dibuang melalui urin.
2) Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak
dapat minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium
bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan
anak 2-5 mEq/kg berat badan natrium bikarbonat diberikan
secara infus selama 4-8 jam.
3) Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder.
2. Singkong
GEJALA KLINIS
1) Biasanya gejala akan timbul
beberapa jam setelah makan
singkong. Gejalan keracunan
singkong ini antara lain:
2) Gangguan saluran pencernaan
seperti mual, muntah dan diare.
ETIOLOGI 3) Sesak nafas , takikardi, cyanosis dan
Penyebab keracunan singkong ialah asam hipotensi
sianida yang terkandung didalamnya.
4) Perasaan pusing, lemah,kesadaran
menurun ( apatis- koma)
5) Renjatan atau kejang
6) Syok
PENATALAKSANAAN

• Stabilisasi pasien melalui penatalaksanaan jalan nafas, fungsi pernafasan


dansirkulasi.
• Bila makanan diperkirakan masih ada dilambung (kurang dari 4 jam
setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat
penderita muntah.
• Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena
perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
• Bila timbul cyanosis dapat diberikan oksigen.
• Beri 10 cc Na Nitrit 5% iv dalam 3 menit.
• Beri 50 cc Na thiosulfat 25% iv dalam 10 menit
• Bila gejala sangat berat, bawa kerumah sakit.
PENCEGAHAN KERACUNAN
Kenali jenis singkong dengan cara jika pada singkong terdapat
bercak biru sebaiknya tidak dikonsumsi, kemungkinan
kandungan HCNnya tinggi dan tidak banyak berkurang
walaupun sudah dicuci dan dimasak.
Keracunan Sirkulasi
1. Gigitan ular
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur.
Bisa tersebut bersifat: Kardiotoksin: merusak serat-serat
Eurotoksin: berakibat pada saraf otot jantung yang menimbulkan
perifer atau sentral kerusakan otot jantung.

Haemotoksin: menyebabkan Cytotoksin: dengan melepaskan


koagulasi dengan mengaktifkan histamin dan zat vasoaktifamin
protrombin. lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.
Myotoksin: yang menyebabkan
Enzim-enzim: termasuk
kerusakan ginjal dan hiperkalemia
hyaluronidase sebagai zat aktif pada
akibat kerusakan sel-sel otot.
penyebaran bisa
MANIFESTASI KLINIS
Efek lokal : bengkak hebat ,berdarah dan melepuh, juga dapat mematikan
jaringan sekitar sisi gigitan luka.
Perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ abdomen.
Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.

Efek sistem saraf, menghentikan otot-otot pernafasan, Awalnya, korban


menderita masalah visual, kesulitan bicara, bernafas, dan kesemutan.

Kematian otot,Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein, menyebabkan gagal ginjal

Mata, semburan bisa, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan


sementara pada mata.
2. Gigitan Serangga
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis)
 Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
Terkejut (shock), dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan
selaput lendir (angioedema)
Pusing dan kacau
Mual, diare, dan nyeri pada perut
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
b . Reaksi racun dari serangan labah, tawon, atau semut api
Tawon penyengat dapat Penyakit serum (darah)
menyebabkan sangat banyak menyebabkan rasa gatal dengan
reaksi alergi bintik-bintik merah dan bengkak
serta diiringi gejala flu
Infeksi virus (nyamuk) dapat menyebarkan
virus West Nile, menyebabkan inflamasi pada infeksi kulit pada bagian
otak (encephalitis). gigitan atau serangan

Reaksi kulit yang lebar Infeksi parasit (nyamuk) dapat


pada bagian gigitan menyebabkan menyebarnya malaria
atau serangan
MANIFESTASI KLINIS
mengakibatkan bengkak pada
gigitan serangga tenggorokan dan kematian, sakit pada
otot dan gagal ginjal.

kemerahan, bengkak, nyeri, dan


gatal-gatal di sekitar area yang
gejala dari reaksi yang
terkena gigitan atau sengatan
disebut anafilaksis.
desahan, sesak napas, pingsandan
hampir meninggal dalam 30 menit

Jika luka tersebut tidak dirawat,


Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan maka akan mengakibatkan
terinfeksi jika daerah yang terkena peradangan akut
gigitan tersebut terluka
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan Gigitan Ular:
• Antidote
Mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti
cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka
dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi
jantung.Es atau torniket tidak digunakan.
• Penanganan syok
Pasang IV line
Lakukan pemeriksaan whole blood clotting time (WBCT).
Jika terjadi gangguan pada pernafasan akibat paralysis, persiapkan
untuk intubasi dan pemasangan ventilator eksternal.
•Bidai
- Cara melalukan pembalutan pada gigitan ular:
•Pasang balut “pressure bandage” lebar dari bagian bawah
ke arah atas termasuk pada bagian gigitan secepat
mungkin dari kejadian gigitan.
•Jangan lepaskan celana atau pakaian di tempat gigitan krn
pergerakan pada tempat gigitan memperbesar peluang
meluasnya racun ke peredaran darah.
•Balutan harus seketat seperti pada kejadain terkilir. Korban
harus menghindari gerakan yang tidak diperlukan.
•Perluas balutan selebar mungkin
•Setelah pembalutan pertama, lakukan pembidaian dengan
meletakkan bidai yang panjangnya menutupi dua sendi
dari tungkai yang terkena gigitan.
•Rekatkan dengan pembalutan dengan stabil. Jangan
biarkan korban berjalan.
• Penatalaksaan gigitan serangga
Segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan
menggunakan minyak pelumas .Setelah terlepas (kepala dan tubuh
serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi calamine
(berfungsi untuk mengurangi gatal) atau krim antihistamin seperti
diphenhidramin (Benadryl).Bila tersengat lebah, ambil sengatnya
dengan jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau
kompres es bagian yang tersengat.
TES DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah,
hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji
silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, hitung
trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah, BUN dan
elektrolit.
• Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi
bekuan.
Keracunan Gas
1. Karbon monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan
karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna.
MANIFESTASI KLINIS
Awal gejalanya yaitu :sakit kepala, mual, muntah,
lelah, lesi pada kulit, berkeringat banyak, pyrexia,
pernapasan meningkat, mental dullness dan
konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi,
hipotensi, myocardinal, dan ischamea.
Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida :
1. Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada gejala.
2. Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak.
3. Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu, mual, nadi dan
pernapasan meningkat sedikit.
4. Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit kepala berat,
kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan.
5. Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala kebingungan makin
meningkat dan setengah sadar.
6. Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak sadar, kehilangan
daya mengkontrol feses dan urin.
7. Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%, gejala koma, nadi menjadi tidak
teratur, kematian karena kegagalan pernapasan
PENATALAKSAAN
• Antidote
1. Bawa pasien ke udara segar dengan segera, buka semua pintu
dan jendela.
2. Longgarkan semua pakaian ketat.
3. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlukan.
4. Cegah menggigil, bungkus pasien dalam selimut.
5. Pertahankan pasien setenang mungkin.
6. Jangan berikan alkohol dalam bentuk apapun.
• Penanganan syok
melakukan ABC (airway, Breathing and Circulation) bukan mencari penyebab Keracunan.
Stabilisasi
Lakukan stabilisasi dengan mengutamakan masalah utama yang ada.
-Langkah stabilisasi adalah sebagai berikut:
• Perhatikan dan tangani jalan nafas
• Perhatikan perdarahan dan kontrol perdarahan jika ada.
• Segera cegah dan tangani syok dengan pemberian produk darah jika perlu.
• Cari dan perhatikan adanya cidera yang berkaitan dengan proses penyakit lain
• Kaji, tetapkan, tangani status asam basa dan elektrolit.
• Perhatikan status jantung (denyut nadi, suara, aliran dll) lakukan pemeriksaan singkat,
dengan penekanan pada wilayah-wilayah yang mungkin memberi petunjuk ke arah diagnosis
toksikologi,meliputi :
-Tanda-tanda vital
-Evaluasi yang teliti terhadap tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu dan tingkat kesadaran.
• Mata
tanda- tanda toksikologis.
• Mulut
tanda-tanda terbakar yang disebabkan oleh unsur korosif yang menjadi
cirikas dari suatu bahan toksik.
• Kulit
kemerahan atau keluar keringat yang berlebihan.
• Abdomen
Perubahan bising usus biasanya menyertai perubahan tingkat kesadaran.
Pada kesadaran tingkat III biasanya bising usus negatif, dan pada tingkat IV
selalu negatif.
• Sistemsaraf
Seizure fokal atau deficit motorik menunjukkan adanya lesi struktural
daripada toksik atau ensefalopati metabolic.
PENATALAKSAAN
Oksigen Hiperbarik
• Terapi oksigen hiperbarik
menggunakan ruang bertekanan
untuk meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah. Tekanan
udara di dalam ruang oksigen
hiperbarik adalah sekitar dua
setengah kali lebih besar dari
tekanan normal di atmosfer. Hal ini
membantu darah membawa
oksigen lebih banyak ke organ dan
jaringan tubuh.
TES DIAGNOSTIK
• ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PENGKAJIAN
1. Primary Survery
a) Airway and cervival control
b) Breathing and ventilation
c) Circulation and hemorrhage control
d) Disability
e) Exposure and Environment
2. Secondary survey
f) Focus assessment
g) Head to toe assessment
h) Survey sekunder dilakukan setelah survey primer selesai, resusitasi dilakukan dari
penderita stabil.
i) Survey sekunder adalah pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan tanda tanda
vital.Survey sekunder hanya dilakukan apabila penderita sudah stabil.
Diagnosa Keperawatan
1. Airway
a) Bersihan jalan nafas
b) Tidak efektifnya jalan nafas
c) Resiko respirasi
2. Breathing
d) Resiko pola nafas tidak efektif
e) Gangguan pertukaran gas
3. Circulation
f) Kurang volume cairan
g) Gangguan perfusi jaringan
Perencanaan
1. Airway
Airway harus dijaga dengan baik pada penderita tidak sadar. Jaw
trust atau chin lift dapat dipakai pada beberapa kasus, pada
penderita yang masih sadar dapat dipakai naso-pharyngeal airway.
Bila penderita tidak sadar dan tidak ada reflek bertahan dapat
dipakai oroparingeal airwayta yang airway terganggu.
2. Breathing
Adanya tenson pneuomotoraks mengganggu ventilasi dan bila
dicurigai, harus segera dilakukan kompresi ( tusuk dengan jarum
besar, disusul WSD) setiap penderita trauma diberikan oksigen.
Bila tanpa intubasi, sebaiknya oksigen diberikan dengan fas mask
3. Circulation
Bila ada gangguan sirkulasi harus segera dipasang 2 jalur IV line. Penderita
diinfus cepat dengan 1,5-2 liter cairan kristaloid, atau ringer laktat. Bila tidak ada
respon dengan pemberian cairan kristaloid, berikan darah segolongan.
4. Kateter Urin dan Lambung
Pemakaian kateter urin dan lambung harus dipertimbangkan.
• Kateter Urin
Produksi urin merupakan indicator peka untuk menilai kedaan hemodinamik
penderita.
• Kateter lambung
Kateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi dan mencegah muntah.
kateter lambung harus dipasang melalui mulut ntuk mencegah masuknya NGT
dalam rongga torak.
5. Monitoring
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada laju napas, nadi, tekanan
nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan kesadaran penderita:
1. Laju nafas dipakai untuk menilai airway dan breathing, ETT dapat berubah
posisipada saat penderita berubah posisi.
2. Pulse oxymetry sangat berguna. Plse oxymetri mengukur secara kolorigrafi
kadar saturated O2 bukan PaO2.
3. Pada penilaian tekanan darah harus didasari bahwa tekanan darah ini
merupakan indicator yang kurang baik untuk menilai perfusi jaringan.
4. Monitoring EKG dianjurkan pada semua penderita truma.
5. Tindakan resusitasi ddilakukan pada saat masalahnya dikenali, bukan setelah
survey primer dilakukan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai