Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIPOGLIKEMIA
Ariffatul Azizah P27820119007
LovitaSalsabila Balkis P27820119022

Tingkat III Reguler A


Pengkajian
Pengkajian Primer 3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan
1. Airways nadi. Pada umumnya terjadi kebas, kesemutan dibagian
Menilai akan kepatenan jalan napas meliputi pemeriksaan ekstermitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemas,
mengenai adanya obstruksi atau sumbatan jalan napas akibat tekanan darah menurun (Solehati, 2017).
penumpukan sekret akibat dari kelemahan reflek batuk. jika
terdapat obstruksi maka melakukan suction, chin lift / jaw 4. Disability
trust, intubasi trakhea dengan leher  ditahan. Selain itu Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, serta fungsi
dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan neuromuskuler. Pada umumnya lemah, terjadi penurunan
seperti snoring (Solehati, 2017). kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi keotak
(Solehati, 2017).
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernapasan dengan menilai frekuensi napas, 5. Exposure
apakah ada  penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka /
dinding dada dan adanya sesak  napas, kaji adanya suara napas jejas. Pada exposure melakukan pengkajian secara
tambahan. Pada umumnya klien dengan hipoglikemia merasa menyeluruh, hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien
kekurangan oksigen dan napas tersenggal - senggal, sianosis dengan riwayat diabetes mellitus (dr. Tjin Willy, 2019)
(Solehati, 2017). harus dikaji apakah terdapat luka luka/infeksi pada tubuh
klien.
Pengkajian Sekunder
1. S (Signs and Symptoms) 4. P (Post Illness)
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang
antara lain: pernah diderita, obat yang pernah dikonsumsi
a. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, (Solehati, 2017).
gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk. Efendi Husni pada gooddoctor 2020 menuliskan
b. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, bahwa hipoglikemia ini paling umum terjadi pada
perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi, penurunan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa dialami
kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya oleh orang yang tidak menderita diabetes (non-
diabetic). (dr. Tjin Willy, 2019).
2. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti
obat,obatan, makanan tertentu, lingkungan (Solehati, 2017).
5. L (Last Meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
rentang waktu konsumsi dengan kejadian. Terlambat
3. M (Medications)
makan atau tidak makan sama sekali atau menyuntik
Obat – obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani
insulin terlalu pagi dapat menyebabkan hipoglikemi.
pengobatan penyakit tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat
(Hans Tandra, 2014).
(Solehati, 2017).
Sedang mengonsumsi obat-obatan seperti obat penurun gula
darah, antimalaria, antibiotic, antiaritmia, atau obat
antiinflamasi nonsteroid. (dr. Tjin Willy, 2019).
6. E (Event leading to injury or illness) Identitas
Hal - hal yang berasal dari luar dan bersangkutan
dengan sebab cedera (kejadian yang menyebabkan Identitas klien meliputi : nama, umur,
adanya keluhan utama) (Solehati, 2017). jenis kelamin, agama,  pendidikan, pekerjaan,
Pada Diabetes alamat,, status perkawinan, suku bangsa,
7. Overdose insulin nomor register, tanggal masuk rumah sakit,
8. Asupan makanan berkurang atau tidak teratur atau diagnosa medis dan no. medis, sedangkan
tidak makan. (Hans Tandra, 2014) identitas penanggung jawab terdiri dari :
9. Aktivitas berlebihan. nama, umur, jenis kelamin, agama,
10.Gagal ginjal pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat
11.Hipotiroid. dan hubungan dengan klien (Saputra, 2017).
Pada Non Diabetes Hipoglikemia sering terjadi pada usia
12.Peningkatan produksi insulin neonatal. Risiko hipoglikemia juga
13.Paska aktivitas senantiasa meningkat seiring dengan
14.Konsumsi makanan rendah kalori bertambahnya usia dari penderita. (Billy
15.Konsumsi alkohol (Hans Tandra, 2014) Gani, 2019)
16.Post melahirkan
17.Post gastroctomy
18.Penggunaan obat-obatan
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan Kaji adanya penyakit yang diderita seperti
 penurunan konsentrasi, lemas, sering kesemutan, diabetes mellitus, hepatitis, sirosis hepatis, gagal
jantung berdebar kencang (PERKENI, 2015) ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan
dengan hipoglikemia. Kaji riwayat  penggunaan
b. Riwayat Penyakit Sekarang  penggunaan obat, konsumsi konsumsi alkohol,
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa alkohol, aktivitas aktivitas fisik yang dilakukan
yang dirasakan klien dan apa saja yang sudah dan asupan makanan (Saputra, 2017).
dilakukan untuk mengatasi sakitnya (Saputra, Hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien
2017). dengan riwayat diabetes mellitus (dr. Tjin Willy,
dr. Tjin Willy pada Alodokter (2019) menuliskan 2019).
bahwa hipoglikemia yang terlambat ditangani bisa
mengakibatkan penurunan kesadaran dan kejang, d. Riwayat Penyakit Keluarga
hingga kerusakan permanen pada otak. Selain itu, Berisi tentang penyakit yang diderita oleh
dapat terjadi penurunan fungsi kognitif, kegagalan keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia
fungsi otak, koma dan kematian (Andi Makbul, seperti diabetes mellitus, hepatitis (Saputra,
2018). 2017).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menurut Saputra (2017) :
1. Pernafasan (B1) 
Pernafasan cepat dan dalam, frekuensi frekuensi meningkat, meningkat,
nafas  berbau aseton.
2. Kardiovaskuler (B2)
Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu normal, perubahan
TD postural, hipotensi, nadi menurun, ulkus pada kaki dan penyembuhan
luka yang lama.
3. Persyarafan (B3)
Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda,  parestesia  parestesia
bibir dan jari, kejang, kejang, penurunan kesadaran-koma, letargi, gangguan
memori, reflek tendon menurun,  penurunan sensasi.
4. Perkemihan (B4)
Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus, nocturia, ISK,
urine encer, dapat menjadi oliguria/anuria  bila terjadi hipovolemia berat,
glukosuria.
5. Pencernaan (B5)
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,  bising  bising usus
meningkat, meningkat, polifagi polifagi dan polidipsi, polidipsi, Rasa lapar
timbul akibat efek pelepasan epinefrin (adrenalin).
https://
www.klinikdiabetesnusantara.com/articles/detail/7 6. Muskuloskeletal dan integument (B6)
/hipoglikemia Kelemahan dan mudah capek saat melakukan aktivitas, sulit bergerak,
kulit/membrane mukosa kering.
Pemeriksaan Penunjang
Gula Darah Puasa diperiksa Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c)
01 untuk mengetahui kadar gula 02 memberikan indeks rata-rata pengendalian
glukosa darah selama 2-3 bulan
darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan sebelumnya, target 7% atau kurang
nilai normalnya antara 70-
110mg/dl. Skrining lipid, target kadar kolesterol total
04 <5,2 mmol/L dan trigliserida  puasa < 2,0
mmol/L
Glukosa darah 2 jam post prandial
03 (normal < 140 mg/dl/2 jam)

Urin untuk mencari albumin dan


05 mikroalbumin, serta leukositosis

(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007) https://caiherang.com/hipoglikemia /


Penatalaksanaan
Menurut Tjokroprawiro (2015) tata laksana hipoglikemia dibagi menjadi :
1. Terapi Hipoglikemia Ringan
a. Glukosa 15 – 20 g (2 – 3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air
b. Jika pada pemantauan gula darah mandiri setelah 15 menit pengobatan, hipoglikemia masih
ada maka pengobatan dilanjutkan.
c. Jika pada pemantauan gula darah mandiri kada gula darah sudah normal, klien diminta untuk
makan makanan berat atau snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia.
2. Terapi Hipoglikemia Berat
Jika terdapat gejala neuroglikopeni, maka diperlukan terapi parenteral
a. Dekstrose 40% 25 ml, diikuti dengan infuse D5% atau D10%, gunakanlah rumus 3-2-1-1.
b. Lakukanlah pemantauan gula darah setiap 1 – 2 jam, kalau terjadi hipoglikemia berulang
pemberian dekstrose 40% dapat diulang.
c. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.

Apabila setelah 15 menit tetap gagal dilanjutkan dengan:


d. Injeksi metilprednisolon 62,5 – 125 mgIV dan dapat diulang, serta dapat dikombinasi dengan injeksi
fenitoin 3 x 100 mg sebelum makan.
e. Jika diperlukan, inejksi efedrin (kontra indikasi : penyakit jantung, hipertensi, glaukoma dll) 25 – 50
mg atau injeksi glucagon 1 mg i.m.
Pathway
Diagnosa Keperawatan
1 2 3
Perfusi Perifer Tidak
Penurunan Curah Efektif b.d penurunan
Jantung b.d perubahan aliran darah arteri/vena
Risiko Gangguan
irama jantung d.d d.d pengisian kapiler >3
Sirkulasi Spontan
palpitasi (berdebar), detik, nadi perifer
d.d penurunan
takikardia, gambaran menurun atau tidak
tingkat kesadaran.
EKG aritmia atau teraba, akral teraba
(D. 0006)
gangguan konduksi. dingin, warna kulit pucat,
(D. 0008) turgor kulit menurun,
parastesia. (D. 0009)

SDKI (2016)
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor EKG 12 sadapan
Jantung b.d perubahan keperawatan selama 1x24 jam Rasional: untuk mengetahui gambaran EKG
irama jantung d.d diharapkan curah jantung klien klien.
palpitasi (berdebar), meningkat dengan kriteria hasil 2. Monitor aritmia
takikardia, gambaran 1. Gambaran EKG aritmina Rasional: untuk agar mengetahui
EKG aritmia atau menurun perkembangan klien, aritmia menurun.
gangguan konduksi. (D. 2. Takikardia menurun 3. Berikan oksigen untuk mempertahankan
0008) 3. Palpitasi menurun saturasi oksigen >94%
(SLKI, L. 02008) Rasional: untuk memenuhi kebutuhan O2
sehingga takikardia dan palpitas menurun.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Rasional: untuk memonitor fungsi renal
klien.
5. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Rasional: Agar klien dapat memperoleh
penanganan lebih lanjut.
(SIKI, 1. 02075)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer
b.d penurunan aliran darah keperawatan selama 1x24 jam Rasional: untuk mengetahui pengisian
arteri/vena d.d pengisian diharapkan perfusi perifer klien kapiler pada diri klien.
kapiler >3 detik, nadi perifer meningkat dengan kriteria hasil 2. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
menurun atau tidak teraba, 1. Denyut nadi perifer specimen di area keterbatasan perfusi
akral teraba dingin, warna meningkat Rasional: untuk menghindari rasa terbakar
kulit pucat, turgor kulit 2. Warna kulit pucat menurun atau penyumbatan.
menurun, parastesia. (D. 3. Parastesiia menurun 3. Lakukan hidrasi
0009) 4. Pengisian kapiler cukup Rasional: untuk memulihkan kesadaran
membaik klien.
5. Akral cukup membaik 4. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
6. Turgor kulit cukup membaik sirkulasi
(SLKI, L. 02011)
Rasional: untuk memperbaiki kondisi klien.
(SIKI, 1. 02079)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional

Risiko Gangguan Sirkulasi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas


Spontan d.d penurunan tingkat keperawatan selama 1x24 jam Rasional: untuk mengetahui usaha napas klien.

kesadaran. (D. 0006) diharapkan tingkat aspirasi klien Rasional: untuk mengetahui adanya akumulasi
meningkat dengan kriteria hasil sekret.
1. Tingkat kesadaran meningkat 3. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan dead-
(SLKI, L. 01006) tilt dan atau chin lift atau jaw-thrust
Rasional: untuk menghindari sumbatan jalan
napas.
4. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi.
Rasional: untuk memulihkan kondisi klien
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
Rasional: untuk mengeluarkan akumulasi sekret.
(SIKI, 1. 01011)
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan Evaluasi keperawatan merupakan tahapan
oleh perawat untuk mengimplementasikan dalam proses keperawatan pada tahap evaluasi
intervensi keperawatan. (Tim Pokja SIKI DPP ini dilakukan kembali pengkajian ulang
PPNI, 2018). Tindakan keperawatan ini mengenai respon pasien terhadap tindakan yang
dilaksanakan sesuai intervensi yang telah sudah diberikan oleh perawat. Tujuan evaluasi
direncanakan agar mendapatkan hasil yang adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
maksimal. Tindakan keperawatan ini ada 2 jenis mencapai tujuan yang disesuaikan dengan
yaitu tindakan mandiri perawat (observasi, kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
terapeutik, dan edukasi) dan tindakan 2012).
kolaboratif.
Daftar Pustaka
Solehati, Dian. 2017. Laporan Pendahuluan Hipoglikemia di Ruang IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.
https://pdfcoffee.com/laporan-pendahuluan-hipoglikemia-di-ruang-igd-rsup-dr-kariadi-semarang-5-pdf-free.html
(Diakses Pada tanggal 25 Agustus 2021)

Saputra, Firman. 2017. Asuhan Keperawatan pada Ny “S” dengan Diagnosa Medis Hipoglikemia di Ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Mataram.
https://www.scribd.com/document/367642073/ASKEP-HIPOGLIKEMIA (Diakses Pada tanggal 25 Agustus
2021)

Willy, dr. Tjin., Alodokter. 2019. Hipoglikemia. https://www.alodokter.com/hipoglikemia (Diakses pada tanggal
25 Agustus 2021.

Tandra, Hans. 2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes Mellitus dari Kepala sampai Kaki. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

Gani, Billy. 2019. Memahami Diabetes Lebih dalam Untuk Usia diatas 50 Tahun.
https://www.eannovate.com/blog/2205_memahami-diabetes-lebih-dalam-untuk-usia-diatas-50-tahun.html
(Diakses pada tanggal 25 Agustus 2021).

Anda mungkin juga menyukai