Anda di halaman 1dari 17

HOSPITALISASI PADA ANAK

CHILD HOSPITALIZATION

Modul Keperawatan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kecukupan SKP


Perpanjangan STR Pada Ranah Praktik Profesional

Oleh : HAFIDZ ALI


NIRA. 64030612104

DEWAN PENGURUS DAERAH KUTAI KARTANEGARA


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL MAKALAH : HOSPITALISASI PADA ANAK


NAMA : HAFIZ ALI
NIRA : 64030016608
TEMPAT BEKERJA : KLINIK ULTRA MEDICA TENGGARONG
KOMISARIAT : KUTAI DARAT

Modul ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan sebagai Pengganti
Praktik Profesional ( Ranah A Poin 1 )

Menyetujui Verifikator SKP Zona,

Ns. Feni Windri Kristiana, S.Kep


NIRA.64030057743
KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat Rahmat dan karunia-
Nya, maka saya dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Hospitalisasi Pada
Anak”.
Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kecukupan SKP Ranah A Poin 1 Praktik Profesional Pemberi Asuhan Langsung ke
Pasien untuk Perpanjangan STR Perawat.
Penulis sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat
harapkan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga
modul ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyakmembantu penulis dalam penyusunan modul ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan balasan yang
setimpal atas bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpah
Kasih Sayang-Nya kepada kitasemua.

Loakulu, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………….. i


HALAMAN PERSETUJAN……………………………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..…. iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………… 3
BAB III SIMPULAN……………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara besar di dunia, dengan populasi


mencapai 237,6 Juta penduduk pada tahun 2010, lebih dari sepertiganya
adalah penduduk berusia 0-17 tahun yaitu 34,66 persen. Aset tersebut harus
disiapkan dengan baik guna menyongsong masa depan bangsa yang lebih
cemerlang. (Amanullah et al, 2012)
Sekitar 30 persen dari anak-anak setidaknya satu kali pernah
mengalami hospitalisasi dan sekitar 5 persen beberapa kali. (Kazemi, et al
2012). Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir
mengalami peningkatan pesat. (Moghaddan et al, 2011) Semakin
meningkatnya populasi anak yang dirawat di rumah sakit, dimana
hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh dengan stress,
baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua. Banyaknya stressor yang dialami
anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang
mengganggu perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan
penyebab stress dan kecemasan pada anak. Berdasarkan data Perhimpunan
Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang
menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun
(McAndrews, 2007 dalam Roberts, 2010).
Hospitalisasi dianggap sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat stres
pada anak. Stressor yang diterima anak selama dirawat dapat berupa
lingkungan rumah sakit yang asing, kondisi fisik seperti rasa sakit dan
penyakit yang anak alami, prosedur perawatan dan pemeriksaan medis di
rumah sakit. Stres pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan
nafsu makan, dan gangguan perkembangan sehingga hal tersebut dapat
menunda proses penyembuhan penyakit (Kazemi et al, 2012).
Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan dapat
merupakan pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat menimbulkan
ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau
tingkah laku beberapa minggu atau bulan sesudah anak keluar dari rumah
sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al, 2011).
Penelitian Coyne (2006) menyimpulkan bahwa anak-anak yang di rawat
inap mengalami banyak stres, ketakutan dan kecemasan, (terutama cemas
perpisahan dengan orang tua) dan lain-lain. Halstorme dan Elander
menyatakan kesimpulan dari penelitian mereka bahwa orang tua dari anak-
anak yang di rawat inap juga membutuhkan dukungan dan adanya perasaan
aman. (Goodman, 2010; Commodori, 2010)
BAB II.
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana
karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah.
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak
yang dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran
ibu dalam kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya
kegairahan, tidak responsif, kurus, pucat, nafsu makan buruk, tidur terganggu,
episode demam, hilangnya kebiasaannya menghisap dan nampak tidak
bahagia. Gangguan ini dapat pulih kembali dengan anak dalam waktu 2-3
minggu. (Bastaman et al, 2004).
2. Persepsi Anak Tentang Hospitalisasi (Lau Dan Tse, 1994)
a. Pengabaian: .
b. Hukuman:
c. Takut katastrofik:
d. Takut akan kematian:
3. Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi
a. Faktor Lingkungan rumah sakit;
Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan
dilihat dari sudut pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang
tidak familiar, wajah-wajah yang asing, berbagai macam bunyi dari
mesin yang digunakan, dan bau yang khas, dapat menimbulkan
kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. (Norton-
Westwood, 2012).
b. Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti;
Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda yang
familiar digunakan sehari- hari, juga rutinitas yang biasa dilakukan
dan juga berpisah dengan anggota keluarga lainnya (Pelander & Leino-
Kilpi, 2010).
c. Faktor kurangnya informasi
Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika
akan menjalani hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses
hospitalisasi merupakan hal yang tidak umum di alami oleh semua
orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi juga merupakan hal yang
rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan (Gordon et al, 2010).
d. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian
Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang
dijalani seperti tirah baring, pemasangan infus dan lain sebagainya
sangat mengganggu kebebasan dan kemandirian anak yang sedang
dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).
e. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;
Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit,
maka semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya
(Pelander & Leino-Kilpi, 2010). f. Faktor perilaku atau interaksi dengan
petugas rumah sakit. Mengingat anak masih memiliki keterbatasan
dalam perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi. (Pena & Juan,
2011).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam
Bereaksi Terhadap Hospitalisasi
a. Umur dan perkembangan kognitif
Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait lebih mempengaruhi
anak-anak dibanding dengan orang dewasa. Anak-anak memang jelas
tidak memiliki kemampuan emosi dan kognitif yang setara dengan
orang dewasa. (Lau & Tse, 1994 ; Chung, 2014) b) Reaksi orang tua
terhadap hospitalisasi
b. Kecemasan Orangtua
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak
dihospitalisasi. Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat
meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang tidak menjawab
pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya karena
khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat
bingung anak dan menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James &
Ashwill, 2007)
c. Persiapan anak dan orang tua
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam
menjalani hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan tentang dari anak
tersebut. Petugas kesehatan harus mempertimbangkan umur, tingkat
perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu, status fisik dan psikologi
anak, faktor sosial budaya dan pengalaman terhadap sakit maupun
pengalaman merawat anak. (James & Ashwill, 2007)
d. Ketrampilan koping anak dan keluarga
Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan
untuk mendapatkan penyelesaian masalah. Koping anak terhadap
hospitalisasi dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap kejadian yang
dialami, hospitalisasi sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak.
(James & Ashwill, 2007)

5. Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk
rumah sakit, selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit.
Perubahan perilaku temporer dapat terjadi selama anak dirawat di
rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit. Perubahan ini disebabkan
oleh (1) perpisahan dari orang-orang terdekat, (2) hilangnya kesempatan
untuk membentuk hubungan baru, dan (3) lingkungan yang asing
( Wong et al, 2003).
Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat
inap adalah (a) kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-
temannya, (b) ketakutan terhadap orang dan lingkungan yang asing, (c)
ketidakpastian tentang peraturan rumah sakit dan harapan, (d) persepsi
sebelum hospitalisasi, (e) ketakutan terjadi mutilasi anggota tubuh atau
kematian, (f) ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan, (g)
pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman, (h) kehilangan kontrol
emosi dan fisik,(i) persepsi tentang perubahan fisik, (j) kehilangan
kemandirian dan identitas, serta (k) takut ditolak . Hampir semua,
rumah sakit adalah lingkungan asing yang mengganggu aktivitas
hidup sehari-hari.
(Berz, 2000). Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan, juga dapat
berupa regresi dan adanya rasa malu (Lau & Tse, 1994)

6. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh petugas medis dalam
memberikan pencegahan dampak hospitalisasi pada anak, adalah :
a. Persiapan hospitalisasi
Proses persiapan hospitalisasi yang dapat dilakukan adalah
dengan pemberian informasi secara verbal dan tertulis, kunjungan
keliling rumah sakit, pertunjukan menggunakan boneka dan permainan
yang menggunakan miniatur peralatan rumah sakit yang nanti akan
dijumpai anak pada saat proses pengobatan. Persiapan bisa juga
menggunakan buku-buku, video atau film yang menceritakan seputar
kondisi di rumah sakit. (Bonn. 1994 ; Karling, 2006; Wong et al, 2003;
Turket et al, 2009; Gordon et al, 2010)
b. Mencegah dan mengurangi perpisahan
Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu mengurangi
kecemasan anak. Orang tua diharapkan terlibat dalam aktivitas
pengobatan sehingga orang tua dapat berpartisipasi terhadap
pengobatan. (Wong et al, 2003) Lingkungan yang akrab juga
meningkatkan penyesuaian anak terhadap perpisahan. Jika orang tua
tidak dapat melakukan rawat gabung, mereka harus membawa barang-
barang kesukaan anak dari rumah ke rumah sakit seperti selimut, alat
bermain, botol, peralatan makan, atau pakaian.(Price & Gwin, 2005)
c. Mencegah kehilangan kontrol
Kehilangan kontrol dapat terjadi akibat perpisahan, restriksi fisik
dan perubahan rutinitas. Kehilangan kontrol dapat dicegah dengan
meningkatkan kebebasan bergerak, mempertahankan rutinitas anak,
mendorong kemandirian dan meningkatkan pemahaman. (Wong et al
2003)
d. Mencegah dan mengurangi ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri
Anak akan dihantui rasa takut akan mengalami cedera tubuh dan
nyeri dalam menghadapi prosedur yang menyakitkan. Tehnik manipulasi
prosedural untuk setiap kelompok umur dapat mengurang ketakutan
terhadap cedera tubuh. Intervensi yang paling mendukung adalah
dengan prosedur secepat mungkin dan mempertahankan kontak orang
tua dengan anak. (Wong et al, 2003)
e. Penataan Ruang Rawat Inap dan Ruang Bermain di Rumah Sakit
Anak yang sakit dimungkinkan dirawat di rumah sakit khusus
anak atau di rumah sakit umum yang memiliki fasilitas ruangan khusus
untuk anak. Perlu mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan
anak, dengan mempersiapkan sarana di unit perawatan anak dengan
perabotan yang berwarna cerah dan sesuai dengan usia anak, dekorasi
ruangan yang menarik dan familiar bagi anak, serta adanya ruang
bermain yang dilengkapi berbagai macam alat bermain (Price &
Gwin,2005).
7. Penanganan Dampak Hospitalisasi
a. Terapi Bermain
Melalui bermain dapat mengetahui persepsi seorang anak ketika
hospitalisasi. Bermain juga bagi seorang anak adalah suatu
kesempatan untuk menghilangkan stres, ketika berada ditempat
dimana dia merasa tidak berdaya dan cemas. Melalui bermain,
terutama dengan peralatan medis, anak dapat mengembangkan rasa
kontrol.
(Webb, 1995; Homeyer & Morrison, 2008)
Terapi bermain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang tergantung
dengan kebutuhan perkembangan anak maupun lingkungan seperti
ketika dihospitalisasi, dan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk
yang di antaranya adalah pertunjukan wayang interaktif, seni
ekspresi atau kreatif, permainan boneka, dan lain-lain permainan
yang berorientasi pengobatan (Koller, 2008). Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa terapi bermain adalah efektif dalam
menurunkan kecemasan dan ketakutan anak pada saat harus segera
masuk rumah sakit untuk operasi dan pada saat keluar dari rumah
sakit Koller, 2008).
b. Terapi Badut
Terapi Badut di bagian anak adalah bermain dengan lemah lembut
dan penuh tawa bersama anak-anak yang menderita sakit sehingga
mereka dapat mengekspresikan emosinya, memenuhi rasa kontrol
dan dapat berinteraksi sosial selama hospitalisasi. Terapi Badut
bertujuan untuk mengurang stres anak dan keluarga selama rawat
inap dan menjalani pengobatan. (Koller & Gryski, 2008)
c. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu metode yang dilakukan untuk
mengurangi stres pada anak yang mengalami hospitalisasi. Berbagai
penelitian telah menunjukkan efek fisologis dan psikologis dari musik
terhadap anak yang mengalami hospitalisasi. ( Berz, 2000 ; Kazemi,
et al, 2010).
d. Penggunaan premedikasi ansiolitik dan sedatif
Tujuan premedikasi dengan sedatif adalah menurunkan
kecemasan anak saat akan dilakukan induksi anestesi, terutama
pada penggunaan masker. Efek premedikasi telah dipelajari baik
secara tunggal maupun berkaitan dengan intervensi lain seperti
kehadiran orang tua atau program persiapan. Midazolam digunakan
untuk menurunkan kecemasan pada saat induksi anestesi (Karling,
2006)
BAB III.
SIMPULAN

Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir


mengalami peningkatan pesat. Mereka memerlukan hospitalisasi dalam jangka
lama seperti, bayi baru lahir yang sakit, anak- anak dengan cedera dan anak-
anak dengan disabilatas/kecacatan yang bertahan hidup karena kemajuan
tekhnologi kesehatan atau menderita penyakit kronis. Hospitalisasi pada anak
merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak itu sendiri
maupun orang tua serta keluarga lainnya. Hospitalisasi dapat menjadi krisis
pertama yang dihadapi seorang anak. Pada kenyataannya terjadi ketegangan
yang disebabkan perubahan dalam kondisi kesehatan dan lingkungan yang
baru, dan anak-anak memiliki mekanisme penyesuaian yang kurang dalam
mengatasi krisis, sehingga anak- anak adalah kelompok umur yang rentan
terhadap krisis yang ditimbulkan hospitalisasi
Beberapa faktor stresor hospitalisasi antara lain ; lingkungan rumah
sakit, berpisah dengan orang yang sangat berarti, kurangnya informasi,
kehilangan kebebasan dan kemandirian, pengalaman yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan dan perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi anak terhadap
hospitalisasi yaitu ; umur dan perkembangan kognitif, reaksi orang tua,
persiapan anak dan orang tua, dan keterampilan koping anak dan keluarga.
Reaksi psikologis terhadap hospitalisasi bisa dialami oleh anak, orang
tua dan saudara kandung. Reaksi psikologis anak berupa cemas perpisahan,
kehilangan kontrol, ketakutan terhadap cedera tubuh dan nyeri, regresi dan
malu. Pencegahan dampak hospitalisasi dilakukan dengan melakukan
persiapan dengan pemberian informasi secara verbal dan tertulis, kunjungan
keliling rumah sakit, pertunjukan menggunakan boneka dan permainan yang
menggunakan miniatur peralatan rumah sakit yang nanti akan dijumpai anak
pada saat proses pengobatan. Persiapan bisa juga menggunakan buku-buku,
video atau film yang menceritakan seputar kondisi di rumah sakit.Pencegahan
juga dilakukan dengan meningkatkan peran serta orang tua, penataan ruang
rawat inap dan adanya ruang bermain. Penanganan dampak hospitalisasi
antara lain melalui terapi bermain, terapi badut, terapi musik dan penggunaan
premedikasi ansiolitik dan sedatif.
DAFTAR PUSTAKA

Amanullah, G. Krismawati, Trisnowati, M. Pardosi, T. Sumarwanto ,Winarsih,W.


Santoso, D. Suprapto. Sucipto, Bungsu, AP. Angraini, S &Lukitasari, I.
2012. Profil Anak Indonesia 2012. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA). CV. Miftahur Rizky.
Jakarta pp 7-8

Bastaman, Tun. K. (2003). Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa & Psikiatrik Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Bonn, M 1994. The Effects of Hospitalisation on Children: A Review.


Curationis, VoL 17, No. 2, diunduh 06-10-2014

Brez, Courtney 2000, Review of Literature Effects of Hospitalization.


www.musicasmedicine.com/internprojects/upload/courtney.pdf di
unduh 12-11-2014

Chung, Ashley 2014, ― Long-term Hospitalization and the Impact on


Emotional Well-being of a Child‖, Thesis, the Department of Sociology
University at Albany

Commodori, 2010. Children staying in hospital: a research on psychological


stress of caregivers Italian Journal of Pediatrics
http://www.ijponline.net/content/36/1/40 diunduh 11-09- 2014

Coyne, I. 2006 b. Children’s experience of hospitalization. Journal of Child


Health Care, 10 (4), 326
-336 diunduh 05-09-2014

Coyne, I. 2006a . Disruption of parent participation: nurses’ strategies to


manage parents on children’s wards. Journal of Clinical Nursing, 17,
3150–3158 diunduh 11-09-2014

Cullberg, J., & Lundin, T. (2006)Crisis and development .5th ed. Stockholm:
Natur och kultur. p 76- 79

Friedman, M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan aplikasi,
edisi bahasaIndonesia. Jakarta: ECG.

Goodman NF. (2010) The Impact of pediatric cancer on children and families:
why we neeed to change the landscape of pediatric cancer research.
Presentation to the congress of pediatric cancer caucus childhood
cancer summit.September 16, 2010. Diunduh dari
www.kidsvcancer.org diunduh 2-03- 2014.
Gordon B. K., T. Jaaniste , K. Bartlett , M. Perrin, A. Jackson, A. Sandstrom , R.
Charleston, dan S. Sheehan.2010 Child and parental surveys about
pre-hospitalization information provision. Child: care, health and
development diunduh 07-09-2014

Homeyer LE and Morrison MO, 2008 Play Therapy Practice, Issues, and Trends.
American Journal of play. the University of Illinois. article-play-
therapy diunduh 06-11-2014

James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children : principles & practice.
Third edition.
St. Louis : Saunders Elsevier.

Karling, Mats. 2006. Child behaviour and Pain after Hospitalization, Surgery
and Anaesthesia .
Sweden.Print Media, Umeå diunduh 06-11-2014

Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S., Kashani, L. 2012. Music and
anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and diagnostic
reseach. Vol 6(1), 94-96 diunduh 07-11- 2014

Koller C and Gryski C, 2008. Review The Life Threatened Child


and the Life Enhancing Clown: Towards a Model of Therapeutic
Clowning. eCAM 2008;5(1)17–25 diunduh 05-11- 2014

Koller, Donna, 2008. Therapeutic Play in Pediatric Health Care: The Essence of
Child Life Practice. Research Institute Hospital for Sick Children
Toronto, Ontario, Canada ebpplaystatement-complete. Diunduh 27-
10-2014

Moghaddam KB, Basiri-Moghaddam M; Sadeghmoghaddam L, & Ahmadi F


2011. The Concept of Hospitalization of Children from the View Point
of Parents and Children. Iran J Pediatr; Vol 21 (No 2); pp 201-208
diunduh 14-10-2014

Norton-Westwood, D. 2012. ―The health-care environment through the


eyes of a child—Does it soothe or provoke anxiety?‖. International
Journal of Nursing Practice. Diunduh 05- 11-2014

Pelander, T., & H. Leino-Kilpi. 2010 ― Empirical Studies; Children’s best and
worst experiences during hospitalization”. Finland Scand J Caring Sci,
diunduh 07-11-2014

Pena., A., L., N, & Juan, L., C. 2011 The experience of hospitalized children
regarding their interactions with nursing professionals. Enfermagem
Original Article

Price, D.,L, & J.F. Gwin,. Thompson’s Pediatric Nursing, an Introductory Text
(ed., 9th). Elsevier Inc, St Louis. 2005.
Roberts, CA 2010. ―Unaccompanied Hospitalized Children: A Review of the
Literature and Incidence Study‖. Journal of Pediatric Nursing, 25,
470–476. Diunduh 15-10-
2014

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Turkel SB,Julienne J, & Maryland, P 2009. Children's Reaction to Illness and


Hospitalization in Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 9th Edition Editors: Sadock, Benjamin J.; Sadock,
Virginia A.; Ruiz, Pedro . New York. Lippincott Williams & Wilkins

Webb, JR, 1995 , Play Therapy with Hospitalized children. International Journal
of Play Therapy vol (4) 1, pp. 51-59 diunduh 01-12-2014

Wong, DL, Hockenberry, MJ, & Wilson, D. 2003. Whaley and Wong’s
nursing care of infants and children. (7th ed.). St. Louis Missour

Anda mungkin juga menyukai