Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
NAMA : SRI NADIA NINGSIH

TINGKAT `: 1A

PRODI : S1 KEPERAWATAN

NIM : 2020-01-14201-035

DOSEN PENGAJAR : Agustina Nugrahini., S.Kep. Ners, Msi.

A. KOMUNIKASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN INDERA DAN PERSEPSI SENSORI


1. Apa itu Ganguan Persepsi Sensori (Halusinasi) ?
perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
2. Klien dengan gangguan penglihatan.
Menurut Sheldon (2009), hilang penglihatan atau kebutaan menyebabkan defisit
komunikasi karena penglihatan memungkinkan orang melihat pembicara dan
ekspresi wajah serta gesturnya. Hilang penglihatan memberikan kerugian bagi
pasien karena tidak keseluruhan pesan diterima. Klien dengan gangguan
penglihatan, komunikasinya sangat tergantung pada pendengaran dan sentuhan.
3. Klien dengan gangguan penglihatan
 Hambatan
Komunikasi Pada Klien Yang Buta.
 Teknik
Komunikasi pada Klien Yang Mengalami Gangguan Penglihatan.
 Hal-hal
Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan Penglihatan.
4. Klien dengan gangguan pendengaran
Teknik komunikasi yang dilakukan :
 Orientasikan kehadiran perawat dengan cara menyentuh klien atau posisi diri
didepan klien.
 Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana, bicara perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerakan bibir perawat.
 Usahakan bicara dengan posisi tepat didepan klien, pertahankan sikap tubuh
dan mimik wajah yang lazim.
5. Klien dengan gangguan pendengaran
 Perawat jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah sesuatu.
 Gunakan gerakan pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana
dan perlahan.
 Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan.
 Apabila ada sesuatu yg sulit untuk dikomunikasikan, coba dalam bentuk
tulisan atau simbol/gambar.
6. Klien dengan gangguan wicara
Disartria adalah kelainan pada sistem saraf sehingga mempengaruhi otot yang
berfungsi untuk berbicara. Hal ini menyebabkan gangguan bicara pada
penderitanya. Disartria tidak memengaruhi kecerdasan atau tingkat pemahaman
penderitanya, namun tetap tidak menutup kemungkinan penderita kondisi ini
memiliki gangguan dalam kedua hal tersebut.
7. Klien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), cara berkomunikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar, perawat
juga perlu menggunakan komunikasi terapeutik walaupun pada pasien tidak
sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Dimana, komunikasi
teraputik tersebut merupakan suatu komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien (Damaiyanti,
2008).
8. Teknik komunikasi yang dilakukan
 Menjelaskan
 Memfokuskan
 Memberi informasi
 Mempertahankan ketenangan

Menurut pastakyu (2010), pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar,
hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Berhati-hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien, organ


pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan
penerimaan rangsang. Individu yang tidak sadar sering kali dapat mendengar
suara dari lingkungannya walaupun ia tidak mampu meresponnya sama
sekali.
 Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan
mengucapakan kata-kata dengan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan didekat klien.

Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar, hal-
hal yang perlu diperhatikan :

 Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.


 Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu
klien fokus pada komunikasi.
9. Rendahnya Pengetahuan
 Usia
 Tingkat pendidikan
 Pekerjaan
 Minat
 Pengalaman
 Sumber informasi
10. Cara komunikasi yang baik
 Gunakan bahasa yang dapat dipahami klien dan keluarga.
 Bantu klien untuk memahami apa yang dikatakan dokter.
 Ingatkan klien tentang penyakit yang diderita jikalau pengetahuan klien
kurang mengenai penyakit.

A. KOMUNIKASI PADA KLIEN HOSPITALISASI


TENTANG PASIEN PADA ANAK
1. Pengertian Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena
alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu
dalam kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya
kegairahan, tidak responsif, kurus, pucat, nafsu makan buruk, tidur terganggu,
episode demam, hilangnya kebiasaannya menghisap dan nampak tidak bahagia.
Gangguan ini dapat pulih kembali dengan anak dalam waktu 2-3 minggu
(Bastaman et al, 2004).
2. Persepsi Anak Tentang Hospitalisasi Menurut (Lau Dan Tse, 1994)
 Pengabaian
 Hukuman
 Takut katastrofi
 Takut akan Kematian
3. Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi
 Faktor Lingkungan rumah sakit;
 Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti;
 Faktor kurangnya informasi
 Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian
 Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Bereaksi Terhadap Hospitalisasi
a. Umur dan perkembangan kognitif Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait
lebih mempengaruhi anak-anak dibanding dengan orang dewasa. Anak-anak
memang jelas tidak memiliki kemampuan emosi dan kognitif yang setara
dengan orang dewasa. (Lau & Tse, 1994 ; Chung, 2014).
b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Kecemasan Orangtua Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak
dihospitalisasi. Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat
meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang tidak menjawab
pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya karena khawatir
anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat bingung anak dan
menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James & Ashwill, 2007).
c. Persiapan anak dan orang tua Metode yang dapat dilakukan untuk
menyiapkan anak dalam menjalani hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan
tentang dari anak tersebut. Petugas kesehatan harus mempertimbangkan
umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu, status fisik dan
psikologi anak, faktor sosial budaya dan pengalaman terhadap sakit maupun
pengalaman merawat anak. (James & Ashwill, 2007).
d. Ketrampilan koping anak dan keluarga Koping merupakan suatu proses dalam
menghadapi kesulitan untuk mendapatkan penyelesaian masalah. Koping
anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap kejadian
yang dialami, hospitalisasi sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak.
Menurut (James & Ashwill, 2007).
5. Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk rumah sakit,
selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit. Perubahan perilaku
temporer dapat terjadi selama anak dirawat di rumah sakit sampai pulang dari
rumah sakit. Perubahan ini disebabkan oleh :
1. Hilangnya kesempatan untuk membentuk hubungan baru, dan
2. Perpisahan dari orang-orang terdekat,
3. Lingkungan yang asing ( Wong et al, 2003).

Kekhawatiran Yang Paling Sering Dikeluhkan Anak Yang Dirawat Inap Adalah

 Kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-temannya,


 Ketakutan terhadap orang dan lingkungan yang asing,
 Ketidakpastian tentang peraturan rumah sakit dan harapan,
 Persepsi sebelum hospitalisasi,
 Ketakutan terjadi mutilasi anggota tubuh atau kematian,
 Ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan
 Pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman
 Kehilangan kontrol emosi dan fisik,
 Persepsi tentang perubahan fisik,
 Kehilangan kemandirian dan identitas, serta
 Takut ditolak .
SIMPULAN :
Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir mengalami
peningkatan pesat. Mereka memerlukan hospitalisasi dalam jangka lama seperti,
bayi baru lahir yang sakit, anak anak dengan cedera dan anak-anak dengan
disabilatas/kecacatan yang bertahan hidup karena kemajuan tekhnologi kesehatan
atau menderita penyakit kronis. Hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman
yang penuh dengan stress, baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua serta
keluarga lainnya.
Hospitalisasi dapat menjadi krisis pertama yang dihadapi seorang anak. Pada
kenyataannya terjadi ketegangan yang disebabkan perubahan dalam kondisi
kesehatan dan lingkungan yang baru, dan anak-anak memiliki mekanisme
penyesuaian yang kurang dalam mengatasi krisis, sehingga anakanak adalah
kelompok umur yang rentan terhadap krisis yang ditimbulkan hospitalisasi.
KASUS :
Seorang ibu yang cemas dengan membawa anaknya ke RS Bunda, anak tersebut
berinisial A dan berumur 5 tahun yang mengalami Diare. Waktu dirawat An.A selalu
mengeluh sakit bahkan menangis ketika perasaanya kurang nyaman atau merasa
sakit terhadap tubuhnya.Jadi bagaimana tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
perawat.
PENYELESAIAN KASUS :
Di usia pra sekolah kemampuan anak berkomunikasi tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana dan
spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau
sesuatu yang tidak diketahui.Dalam menjalankan komunikasi dengan pasien,
perawat memiliki cara tersendirikarena setiap pasiennya memiliki latar belakang
dan masalah yang beragam. Demikian juga cara perawat berkomunikasi dengan
pasien anak-anak. Pada saat pertama anak masuk ke rumah sakit, anak akan
merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru dan bertemu dengan orang- orang
baru atau disebut juga dengan Hospitalisasi anak. Maka dari itu diperlukan
komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dengan pasien anak. Selain itu
komunikasi yang dilakukan perawat kepada anak dengan dampingan orang tua juga
bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan anak dan memudahkan
pasien anak untuk menerima tindakan keperawatan. Dalam meningkatkan
efektivitas komunikasi terapeutik secara efektif komunikasi terapeutik pada anak
maka perlu dilakukan tahap pra interaksi dan interaksi yaitu tahap sebelum
bertemu dengan klien dan perkenalan dengan klien untuk mempermudah sikap
perawat dalam komunikasi terapeutik pada anak prasekolah agar patuh saat
dilakukan tindakan keperawatan. Jadi perawat akan melakukan pendekatan kepada
An.A menggunakan metode permainan, menggambar dan mengungkapkan
keinginan. Model komunikasi tersebut dikenal sebagai komunikasi transaksional
model permainan. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-
macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga kepribadian manusia
yaitu, Orang Tua, Orang Dewasa, dan anak. Apabila anak memperoleh kesenangan
melalui interaksi sosial dengan orang lain maka anak akan mengulangi kegiatan
sosial tersebut sebagai salah satu kegiatan yang menyenangkan hatinya.Dengan
perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien. Pasien anak mau
menerima tindakan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat. Selain itu
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dengan orang membatu
memberi edukasi kepada orang tua pasien tentang tindakan keperawatan yang
akan diberikan sehingga orang tua An.A menjadi mengerti dan mau menyetujui
tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada An.A .
B. KOMUNIKASI PADA BERBAGAI TINGKAT USIA
A. Komunikasi Terapeutik Anak
1. Komunikasi terapeutik pada bayi dan anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak, perawat perlu memerhatikan usia
dan tingkat tumbuh kembang anak.
2. Apakah aspek penting yang harus dilakukan dalam berkomunikasi pada bayi
dan anak ? Bagaimana Teknik dan penerapannya
Aspek penting komunikasi pada anak. Aspek penting dalam komukasi supaya
anak bisa kumunikasi sebagai berikut :
1. Orang dewasa harus menggunakan bentuk Bahasa yang bermakna bagi
anak yang diajak berbicara.
Contoh :
1. Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika objek
tersebut ingin dilihat anak.
2. Memilih kata-kata secara tepat dan setruktur bahasanya yang mudah
dipahami anak.
3. Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain. Maksudnya
sebagai berikut :
1. Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan
keinginan atau mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa paham.
2. Semakin besar anak, komunikasi dengan isyarat semakin kurang
diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik
Bentuk-Bentuk Komunikasi Pada Bayi Dan Anak :
Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dan kata-kata, bayi melakukan
komunikasi melalui kode-kode khusus untuk menyampaikan keinginannya
sebagai bentuk komunikasinya. Bentuk komunikasi prabicara ada empat, yaitu
tangisan, celoteh, isyarat, dan ekspresi emosional. Berikut ini akan diuraikan
tentang 4 bentuk komunikasi prabicara.
Teknik-Teknik komunikasi pada anak secara umum ada dua Teknik
berkomunikasi yang digunakan pada anak yaitu Teknik komunikasi verbal dan
nonverbal sebagai berikut :
• Teknik komunikasi nonverbal
Nonverbal yang sering digunakan antara lain adalah bercerita, bibliotherapy,
mimpi, menyebutkan permintaan, bermain dan permainan melengkapi
kalimat, serta Teknik pro dan kontra.
• Teknik komunikasi verbal
Verbal dapat berupa menulis,menggambar, Gerakan gambar keluarga,
sociogram, menggambar Bersama dalam keluarga, dan Teknik bermain.
Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering mendapat
kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya.
Soal Kasus :
Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis
thypus abdominalis. Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui bahwa suhu anak
380C, banyak keluar keringat dan kadang-kadang muntah. Anak selalu ingin
bergerak dan bermain. Anak mengatakan takut disuntik dan tidak mau di rumah
sakit. Pasien direncanakan terapi secara intra vina (IV line therapy) untuk
mempertahankan keseimbangan (balance) cairan dan pemberian obat.
B. Komunikasi Pada orang dewasa
1. Komunikasi terapeutik pada orang dewasa
Dari segi psikologis, orang dewasa dalam situasi. Komunikasi mempunyai sikap-
sikap tertentu yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa
itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk
mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus,
manusia punya perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan
menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling
mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
2. Suasana komunikasi pada klien dewasa
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan
orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
3. Hambatan dalam komunikasi terapeutik
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
anseitas yang dialaminya. Klien merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbaliasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang
menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Perilaku resisten biasanya
diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak
berisi proses penyelesaian masalah.
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien, mengalami perasaan
dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
dalam kehidupannya dimasa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah
ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan.
3. Kontransferens
Kontransferens Kebutuhan terapeutik yang dibuat perawat bukan oleh
klien, merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien
yang tidak tepat dalam isi maupun hubungan terapeutik atau
ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat membenci, reaksi
sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas (Ridhyalla,
2015:43).
4. Model – model dalam komunikasi pada pasien dewasa
1. Model Komunikasi Shanon & Weaver
2. Model Komunikasi Leary
3. Model Interaksi King
4. Model Komunikasi Kesehatan
5. Model Komunikasi Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa
sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran
kepada penerima. Dengan kata lain model shannon & weaver
mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di
komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar
(Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan
saluran yang digunakan. Suatu konsep penting dalam model ini adalah
adanya gangguan (Noise) yang dapat menganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep
komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber
informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa
perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat
nya hubungan tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.
6. Model Komunikasi Leary
 Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini
menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada hubungan
interaksional antara 2 (dua) orang, dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.
 Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ;
pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi:
1). Dominan -Submission, dan
2). Hate – love.
 Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien.
Selama beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission
dan profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan
dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan
profesional.
7. Model Interaksi king
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat
- klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan
bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada
klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien
sZSecara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang
orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Keputusan
berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan
proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan
relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi.
Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-
klien.
8. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan -
klien. 3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu :
1). Relationship,
2). Transaksi, dar
3). Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal,
bagaimana seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut.
Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang
pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien
adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant order)
penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien
untuk mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan kesepakatan
interaksi antar partisipan di dalarn proses komunikasi tersebut. Konteks yaitu
kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien
dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi
Kasus Komunikasi Pada orang dewasa :
Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa Erikson (1985)
dalam Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa
terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa
sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak
jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak
mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya
benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan
baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Orang dewasa bukan
seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan
bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru untuk
mengubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa, kalau ia sendiri yang
ingin belajar hal baru, dia akan terdorong mengambil langkah untuk
mencapai sesuatu yang baru itu. Pada tahap ini, orang dewasa mampu belajar
membagi perasaan cinta kasih, minat, dan permasalahan dengan orang lain.
Pada masa ini, orang dewasa mempunyai cara-cara tersendiri dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Cara-cara spesifik yang biasa mereka
lakukan adalah terkait dengan pengetahuan, pengalaman, sikap, kemapanan,
harga diri, dan aktualisasi dirinya.
C. Komunikasi Pada Lansia
1. Pengertian Komunikasi Dan Lanjut Usia
Komunikasi adalah elemen dasar dari manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang
lain, ( Potter dan Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia
bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
dan hubungan intim yang terapeutik. Lansia adalah periode yang dimana
organisme telah mencapai kemasakkan dan ukuran dan fungsi dan juga telah
menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu, badan kesehatan dunia (who)
menetapkan pada 65 tahun sebagai manusia yang menunjukkan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Komunikasi Pada Lansia :
Dalam komunikasi dengan lansia harus di perhatikan faktor fisik, psikologi,
Lingkungan, keterampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan
waktu yang tepat:
a. Keterampilan komunikasi
Listening atau pendengaran yang baik yaitu:
• Mendengarkan dengan penuhperhatikan.
• Memahami dengan sepenuh hati, keiklasan dengan hati yang jernih.
• Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b. Teknik komunikasi dengan lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansian, selain
pemahaman yang memadai tentang karakterristik lansian petugas kesehatan
atau perawatan juga harus mempuyai teknik teknik khusus agar komunikasi yang
di lakukan dapat berlangsung secara lancer dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
1. Teknik asertif
2. Responsif
3. Fokus
4. Supportif
5. Klarifikasi
6. Sabar dan iklas
2. Kendala-Kendala dan Hambatan dalam Berkomunikasi dengan Lansia
1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan
berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering
dan lain-lain.
2. Penurunan daya piker sering menyebabkan gangguan dalam
mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan "nenck", "sayang", dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian
Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan
saling percaya.
5. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan,
non-verbal
7. Overload" dari sensoris terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau
banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif
berkurang
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capel, kandung kemih
penuh,udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9. Hambatan pada pribadi penurunan sensoris, ketidak nyamanan fisik, efek
pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungusi psikososial karena
depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
10. Hambatan dalam suasana lingkungan tempat wawancara: ribut/berisik
terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama,terlalu banyak orang
yang ikut bicara, perbedaan budaya ,perbedaan bahasa, prejudice,dan
strereotipes.
3. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1. Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis merupakan suatu pendekatan komunikasi yang
dilakukan kepada lansia dengan cara mengubah perilaku seorang
komunikator. Peran seorang perawat atau dokter sebagai komunikator
adalah mengubah perilakunya dengan cara menyesuaikan dengan
komunikannya, yaitu lansia.
2. Pendekatan fisik
Pendekatan fisik dalam komunikasi pada lansia ini merupakan lawan dari
pendekatan psikologis. Jika pendekatan psikologis berhubungan dengan
psikis lansia maka pendekatan fisik ini berhubungan dengan fungsi organ
tubuh pada lansia.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan sosial merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada
lansia. Pendekatan sosial ini ditujukan agar lansia dapat dengan bebas
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Pendekatan spiritual
Pendekatan spiritual ini merupakan salah satu pendekatan komunikasi
pada lansia yang berhubungan dengan nilai keagamaan.
5. Teknik Pendekatan dalam Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
a. Kenali segera reaksi penolakan klien
b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri
c. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat
6. Penerapan model komunikasi pada lansia
Model Komunikasi Shannon Weaver tujuan komunikasi pada lansia dengan
reaksi penolakaan adalah adanya perubahan perilaku lansia dari penolakaan
menjadi kooperatif. Kelebihan : dalam komunikasi ini melibatkan anggota.
7. Keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia
a. Keterampilan komunikasi terapeutil, dapat melalui :
 Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan lamanya wawancara.
 Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
 Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi pasien sesuai dengan kondisi
latar belakang sosialkulturalnya.
 Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berpikir abstrak.
 Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengankan
memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung,
duduk dan menyentuh pasien.
 Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada.
 Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
 Perawat harus memastikan respon pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasikan.
 Tempat mewawacarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
 Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
 Lingkungan harus dimodifikasikan sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitive terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
 Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasin
atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
 Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
8. Prinsip-prinsip Etika Pada Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayan pada derita usia
lanjut.
1. Empati
Pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang di alami oleh
penderita.
2. Yang harus dan “jangan”.
Keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan menghindari
tindakkan yang menambah penderitaaan (harm) bagi penderita.
3. Otnomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya dan mengemukakan keinginannya sendiri.
4. Keadilan
Memberikan perlakukan yang sama bagi semua penderita.
Kasus :
Ny. R, 60 tahun, janda, baru saja dimasukkan ke panti wreda oleh keluarganya.
Ketika baru datang. Perawat seringkali melihat ny,R menangis. Bila ditanya oleh
perawat ny.R hanya diam dan tidak mau bicara dan menjauh. Tidak jarang ny.R
berdiam diri di kamar.
Pengkajian pada Ny.R :
Nama/nama panggilan : Ny.R
Tempat tanggal lahir/usia : Semarang, 14 januari 1950/60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Spg
Alamat : Semarang
a. Riwayat Psikososial
Klien dulunya tinggal bersama anak dan menantunya. Klien dititipkan dipanti
wreda karena kesibukan anaknya agar klien lebih terurus dan banyak teman.
Sejak saat klien masuk panti wreda, klien merasa terbuang dan cenderung
menarik diri dari lingkungan sosial dipanti tersebut. Seringkali klien
menangis, diam tak berbicara walau diajak berkomunikasi.
B. Riwayat spiritual
Meski terlihat apatis, klien tetap ibadah seperti biasanya.
D. PERSEPEKTIF,TREND,ISUE KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Pendahuluan :
Pelayanan Keperawatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Perawat
dituntut untuk profesional dan mengedepankan perkembangan dan kemajuan
teknologi di bidang kesehtaan di mana pasien/ klien yang membutuhkan asuhan
keperawatan dapat terakses pelayanan kesehatan keperawatan jarak jauh.
1. Tren dan isue dalam komunikasi pelayanan kesehatan
 Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini
dan kejadiannya berdasarkan fakta.
 Isu adalah suatu persitiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang naamun belum jelas faktanya.
2. Komunikasi dalam pelayanan kesehatan serta kolaborasi nterprofesional
 Kolaborasi interprofesional merupakan strategi untuk mencapai
kualitas hasil yang diinginkan secara efektif dan efisen dalam
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas keperawatan dan
keselamatan pasien.
 The american Nurses Association ( ANA, 2010 ) Menggambarkan
komunikasi efektif sebagai standar praktik keperawatan profesioanl.
KOMPETENSI PROFESIONAL.
3. Penyebab trend dan isue
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan interaksi dengan klien
Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komuikasi
dua arah secara terapeutik.
2. Lemahnya peerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Telekomunikasi :
 Telekomunikasi memungkinkan penyedia layanan Kesehatan
berkomunikasi dengan klien di lokasi yang berbeda menggunakan
telepon dan komputer.
 Komputer digunakan untuk memprogramkan pemeriksaan dan
pelayanan, mengumpulkan data klien untuk tujuan perencanaan yang
memudahkan pemeriksaan kondisi klien dan mendiagnosis kondisi
medis tanpa mengharuskan klien datang ke fasilitas.

pelayanan konsultasi perawat :

Pelayanan konsultasi perawat memberi saran melalui media teknologi


informasi kepada para klien yang memerlukan bantuan untuk
memutuskan apakah perlu dan kapan mencari bantuan medis. Perawat
menggunakan protokol terkomputerisasi yang telah disepakati
sebelumnya untuk mengkaji masalah dan memberi saran.

4. Pentingnya komunikasi dan faktor yang mempengaruhinya


Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dankonsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja dirumah sakit, baik hubungan
secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsurpenunjang lainnya,
unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran darisisi konsumen
internal. Konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa
pelayanan, yaituklien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada dirumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya system
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Definisi telenursing :
Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet didesain untuk
membantu pasien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem ini
mempunyai tiga jenis informasi.
1. Email
2. Vital Sign Data
3. Video Mail
5. Pengertian : email,vital sign data, finger plethysmography dan video mail
Email :
Pasien dapat mengisi pada lembaran pertanyaan tentang kesehatan. Mereka
dapat memberikan score pada status kesehatan mereka saat ini dengan
visual analogue scale dari 1 (excellent) sampai 5 (poor).
Vital sign data :
Tekanan darah, deyut nadi, pernafasan, dan temperature dapat diukur oleh
pasien. Vital sign data diketik oleh pasien.
Finger plethysmography :
Dipasang dari jari klien untuk mengukur gelombang tubuh sebagai indikator
kesehatan klien. Data plethysmography ini ditransfer secara otomatis melalui
laptop via data kabel.
Video mail :
Penggunaan video-mail membantu menyampaikan informasi nonverbal
seperti perubahan ekspresi dan penampilan yang sulit dijelaskan dengan
kata-kata.
Kelebihan telenursing :
1. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu
2. Mempersingkat hari rawatan dan mengurangi biaya perawatan
3. Membantu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
4. Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah terisolasi
5. Mendorong tenaga kesehatan dan daerah mengakses penyediaan layanan
melalui mekanisme : video dan internet
6. Berguna untuk perawatan dirumah karena adanya jarak yang jauh dari
pelayanan kesehatan

Kekurangan telenursing :

1. Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi
kualitas pelayanan kesehatan
2. Kemungkinan kegagalan teknologi, meningkatkan risiko terhadap keamanan
dan kerahasian dokumen klien

Kendala dalam telenursing :

Membutuhkan sumber daya perawat yang memiliki kemampuan lebih dalam


memahami dan memanfaatkan teknologi serta teknologi informasi. Pemanfaatan
komputer untuk semua pihak terkait dengan layanan keperawatan akan
membutuhkan banyak biaya. Minimalnya infrastruktur untuk menerapkan
system informasi di dunia pelayanan.
Cara mengatasi kendala :

1. Adanya strategi dan kebijakan mengenai pengembangan praktek


keperawatan
2. Adanya penyediaan pelayanan asuhan keperawatan
3. Adanya pendidikan keperawatan menggunakan model informasi kesehatan
yang berbasis internet

Telenursing sangat dibutuhkan diIndonesia. Telenursing dapat membantu


menyelesaikan kekurangan perawat, menurunkan jarak, waktu kunjungan, dan
menjaga pasien yang sudah keluar dari rumah sakit. Dengan adanya
pengetahuan mengenai telenursing dapat meningkatkan pemahaman perawat
tentang telenursing sehingga perawat mampu mengaplikasikan telenursing
degan efektif dan efesien dalam pelayanan praktek keperawatan.

Contoh kasus 1 :

Word Health Organisation ( WHO ) telah menetapkan Coronavirus Disease 2019


(Covid 19) sebagai pandemi dunia pada bulan maret 2020Tingginya kasus infeksi
dan kematian akibat Covid-19 menyebabkan masyarakat takut untuk berkunjung
ke rumah sakit, karena rumah sakit dianggap sebagai episentrum penyebaran
Covid 19.Perawat sebagai profesi dengan jumlah besar dalam pelayanan
kesehatan di tuntut mempu memberikan asuhan keperawatan yang aman dan
berkualitas di masa pandemi. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan
teknologi dan informasi dalam pelayanan kesehatan yaitu konsultasi online
dengan perawat atau Telenursing Praktik Telenursing memungkinkan perawat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien tanpa mengharuskan perawat
bertemu langsung dengan pasien sehingga dapat mengurangi penyebaran covid
19.

Contoh kasus 2 :

Isue keperawatan pada saat ini salah satunya Euthanasiakini masih menjadi
kontroversi. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara tidak
menyakitkan. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan individu yang akan mengakhiri hidupnyaMisalkan
pasien A tidak sadarkan diri pasca melahirkan. Ketidakadaan biaya dan harapan
Pasien A hiduo normal lagi membuat pihak keluarga meminta kepada pihak RS
untuk menyuntik mati pasien A.Hal tersebut terjadi pro dan kontra.Di mana
argumen pro euthanasia mendukung karena beranggapan bahwa setiap individu
memiliki hak untuk menentukan masa depan kehidupannya. Argumen lainnya
menyatakan dengan melegalkan euthanasia terhadap pasien dengan keadaan yg
tidak dapat disembuhkan, tenaga dan oerawat kesehatan dapat dialihkan untuk
pasien yg memiliki harapab sembuh lebih besar dan memerkujan perawatan
intensif Argumen kontra euthanasia Di mana tindakan ini menyakahi kehendak
maha kuasa. Di mana kematian bukan berada pada tangan manusia.

E. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KLIEN,


KELUARGA, DAN TENAGA KESEHATAN
A. Komunikasi Efekti
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. tujuan komunikasi efektif
adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan
antara pemberi dan penerima pesan sehingga bahasanya lebih jelas, lengkap,
pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa non
verbal yang baik. Bentuk dan karakteristik komunikasi meliputi komunikasi
verbal efektif dan komunikasi non verbal.
B. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dan pihak lain
yang sering terjadi saat berhadapan langsung titik ini merupakan tingkat
komunikasi yang paling sering digunakan dalam proses keperawatan dan
berada pada inti praktek komunikasi ini terjadi dalam konteks sosial dan
mencakup pengiriman berbagai simbol dan petunjuk serta penerimaan arti.
C. Komunikasi hubungan keperawatan professional
Hubungan profesional dibentuk oleh penerapan pengetahuan pemahaman
mengenai perilaku dan komunikasi serta komitmen dalam perilaku etis.
Memiliki filosofi yang berdasarkan pada kepedulian dan penghormatan pada
orang lain dan membantu perawat untuk berhasil dalam membentuk
hubungan sebagai berikut :
1. Hubungan bantuan perawat-klien
Hubungan bantuan ( helping relationship ) merupakan pondasi dari
praktik keperawatan klinis titik di dalam hubungan ini perawat memiliki
peran sebagai penolong profesional dan mengenali klien sebagai individu
yang memiliki kebutuhan kesehatan, respon, dan pola hidup yang unik.
2. Hubungan perawat-keluarga
Prinsip yang sama pada hubungan pribadi juga dapat diterapkan jika klien
merupakan suatu unit keluarga perbedaannya adalah bahwa komunikasi
dalam keluarga membutuhkan pemahaman lebih lanjut tentang
kompleksitas dinamika keluarga, kebutuhan dan hubungannya.
3. Hubungan perawat-tim kesehatan
Komunikasi disini berfokus pada pembentukan tim fasilitasi proses
kelompok, kolaborasi, konsultasi, supervisi, kepemimpinan dan
manajemen. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan
dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan
klien, sejawat, dan rekan kerja.
Kesimpulan :
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup
semua aspek komunikasi seperti konsep utama komunikasi interpersonal
terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak
seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, di mana mungkin
ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindakan komunikatif.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi titik tujuan
komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan
yang disampaikan antara pemberi dan penerima pesan sehingga
bahasanya lebih jelas lengkap pengiriman dan umpan balik seimbang, dan
melatih penggunaan bahasa non verbal yang baik.
Contoh kasus :
Nn. Supiani dan kakaknya Tn. Akmal yang berumur 18 tahun dan 21
tahun. Pada hari Minggu pergi ke rumah neneknya dengan mobil
pribadinya. Mobil tersebut dikemudikan oleh Tuan Akmal, mobil tersebut
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kiri Nn. supiani patah
dan harus diamputasi sedangkan kakaknya meninggal dunia. Setelah 2
hari dirawat Nn. supiani baru sadar kan diri dan dia sangat depresi setelah
mengetahui kakinya diamputasi dan ia menanyakan keadaan kakaknya,
dalam kondisi ini perawat pun berusaha untuk membuat pasien serta
keluarga pasien agar tetap terkendali dan sabar dalam menghadapi
keadaan tersebut dengan melakukan beberapa hal baik melalui sentuhan
maupun secara lisan yang akan membuat pasien lebih tenang.

DAFTAR PUSTAKA
https://onesearch.id
http://www.jim.unsyiah.ac.id
http://repository.umy.ac.id
http://www.slideshere.net
http://jak.stikba.ac.id
http://pdfcoffee.com
https://pdfcoffee.com
 

Anda mungkin juga menyukai