Anda di halaman 1dari 79

KONSEP

KEPERAWATAN
ANAK SAKIT

Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ners. M.Kep


Definisi

Hospitalisasi merupakan suatu Hospitalisasi adalah suatu


keadaan krisis pada anak saat keadaan tertentu atau darurat
sakit dan dirawat di rumah sakit. yang mengharuskan seorang
Keadaan ini terjadi karena anak anak untuk tinggal di rumah
berusaha untuk beradaptasi sakit, menjalani terapi perawatan
dengan lingkungan asing dan sampai pemulangannya ke
baru yaitu rumah sakit, sehingga rumah (Supartini, 2014).
kondisi tersebut menjadi faktor
stresor bagi anak dan
keluarganya (Kristiyanasari,
2014).
Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi

1. Ansietas dan 2. Ansietas 3. Kehilangan


ketakutan perpisahan control

Bagi banyak anak Ansietas terhadap Ketika dihospitalisasi,


memasuki rumah sakit perpisahan merupakan anak mengalami
adalah seperti kecemasan utama anak kehilangan kontrol
memasuki dunia asing, di usia tertentu. Kondisi secara signifikan
sehingga akibatnya ini terjadi pada usia
terhadap ansietas dan sekitar 8 bulan dan
ketakutan. Ansietas berakhir pada usia 3
seringkali berasal dari tahun.
cepatnya awalan
penyakit dan cedera,
terutama anak memiliki
pengalaman terbatas
terkait dengan penyakit
dan cidera
Reaksi Ortu Terhadap Hospitalisasi Anak

1. Perasaan cemas dan takut 2. Perasaan sedih 3. Perasaan frustrasi

Rasa cemas paling tinggi Perasaan ini muncul Pd kondisi anak yg telah
dirasakan org tua pd saat terutama pd saat anak dlm
dirawat cukup lama dan
menunggu informasi ttg kondisi terminal dan org tua
mengetahui bahwa tdk ada dirasakan tdk mengalami
diagnosis peny anaknya perubahan serta tdk
(Supartini, 2000) lagi harapan anaknya utk
sbh adekuatnya dukungan
Rasa takut muncul pd org tua psikologis yg diterima
terutama akibat takut Pd saat menghadapi
kehilangan anak pd kondisi anaknya yg menjelang ajal, org tua, baik dari
sakit yg terminal (Brewis, rasa sedih dan berduka keluarga maupun
1995). akan dialami org tua kerabat lainnya maka
Perilaku yg sering ditunjukan org tua akan merasa
org tua berkaitan dgn adanya Pd kondisi ini org tua putus asa, bahkan
perasaan cemas dan takut ini menunjukkan perilaku isolasi frustrasi.
adl : sering bertanya atau atau tdk mau didekati org
Sering kali org tua
bertanya ttg hal sama lain, bahkan bisa tdk
kooperatif thd petugas menunjukkan perilaku
berulang-ulang pd org yg bbd, tdk kooperatif, putus asa,
gelisah, ekspresi wajah kesehatan (Supartini, 2000).
tegang dan bahkan marah menolak tindakan,
(Supartini, 2000) bahkan menginginkan
pulang paksa
Reaksi Saudara Sekandung Terhadap Hospitalisasi

Reaksi saudara kandung


terhadap anak yang sakit dan
dirawat di rumah sakit adalah
kesiapan, ketakutan, khawatiran,
marah, cemburu, benci, iri dan
merasa bersalah. Orang tua
sering kali memberikan
perhatian yang lebih pada anak
yang sakit dibandingkan dengan
anak yang sehat. Hal tersebut
menimbulkan perasaan cemburu
pada anak yang sehat dan
merasa ditolak.
Takut karena sesuatu yang tidak
Perpisahan dengan orang tua
diketahui

DAMPAK
HOSPITALISASI

- Injuri pada tubuh, tidak nyaman,


Kehilangan kontrol dan otonomi nyeri
- Takut akan kematian
UNTUK MENCEGAH DAMPAK
PERPISAHAN
• Melibatkan orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak denga cara rooming in
• Jika tidak memungkinkan rooming in beri
kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap
saat
• Modifikasi ruang perawatan dengan cara
membuat situasi ruang rawat seperti di rumah
• Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
UNTUK MENCEGAH PERASAAN
KEHILANGAN KONTROL
• Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat
kooperatif terhadap petugas kesehatan
• Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan,
bermain dan aktivitas lain dalam perawatan untuk
menghadapi perubahan/kegiata sehari-hari.
• Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya
untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
memberi kesempatan untuk mengambil keputusan
dan melibatkan ortu dalam perencanaan kegiatan
askep.
MEMINIMALKAN RASA TAKUT

• Mempersiapkan psikologis anak dan ortu untuk tindakan


prosedur yang menimbulkan nyeri
• Lakuka permainan telebih dahulu sebelum melakukan
persiapan fisik anak, misalnya dengan cara bercerita,
menggambar dll.
• Pertimbangkan untuk menghadirkan ortu pada saat
anak dilakukan tindakan atau prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat
menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya.
• Tunjukan sikap empati
• Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan orientasi
terlebih dahulu.
MEMINIMALKAN INJURI

• Tehnik manipulasi prosedural untuk setiap kelompok


umur dapat mengurang ketakutan terhadap
cedera tubuh. Intervensi yang paling mendukung
adalah dengan prosedur secepat mungkin dan
mempertahankan kontak orang tua dengan anak.
(Wong et al, 2003)
• Modifikasi lingkungan
Faktor Yang Mempengaruhi Hospitalisasi

1 3

Sistem Faktor
Pendukung 2 Lingkungan 4
RS
Rasa Sakit Pengalaman
Pada Tubuh
MANAJEMEN
TERPADU
BALITA SAKIT

Ns. Nuniek Tri Wahyuni, M.Kep


definisi
• Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
atau Integrated Management of Childhood
Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
terpadu dalam tatalaksana balita sakit
Modul-1
PENGANTAR
Proses manajemen kasus  BAGAN
Menilai & membuat klasifikasi anak
sakit umur 2 bln-5 thn

Menentukan tindakan & memberi


pengobatan

Memberi konseling bagi ibu

Manajemen terpadu bayi muda


umur < 2 bln

Memberi pelayanan tindak lanjut


TUJUAN
 Mengajarkan proses manajemen
kasus kepada perawat, bidan,
dokter dan tenaga kesehatan lain
yang menangani balita sakit & bayi
muda di faskes (PKM, Pustu,
polindes, BP, kunjungan rumah)
METODE & MATERI
Pengantar

Penilaian & klasifikasi anak sakit umur 2 bln – 5 thn

Menntukan tindakan & memberi pengobatan

Konseling bagi ibu

Manajemen terpadu bayi muda umur < 2 bln

Tindak lanjut

Pedoman penerapan MTBS di PKM


Cara memilih bagan : manajemen
kasus secara tepat

Tentukan umur anak

Anak belum genap 2 bln  bagan


2 bln – 5 thn  bagan PENILAIAN
PENILAIAN, KLASIFIKASI &
& KLASIFIKASI ANAK SAKIT
PENGOBATAN BAYI MUDA
UMUR 2 BLN SAMPAI 5 THN
UMUR KURANG DARI 2 BLN
Modul-2
PENILAIAN & KLASIFIKASI ANAK SAKIT
UMUR 2 BLN-5 THN
1.0 Menanyakan kepada ibu mengenai
masalah anaknya

TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN


Tanggal kunjungan : _______________

Nama anak : ___________________ L / P Umur :_____ BB :____ kg PB/TB ____ cm Suhu : ___oC

Tanyakan: Anak sakit apa ? ___________________________ Kunjungan pertama?___ Kunjungan ulang? ___
2.0 Memeriksa tanda bahaya
umum
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang KLASIFIKASI TINDAKAN
ditemukan)

Ada tanda bahaya


MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM umum? Ingatlah
Ya___Tidak___ untuk merujuk setiap
Ingatlah adanya tanda anak
• Tidak bisa minum  Letargis atau tidak bahaya umum dalam yang mempunyai tanda
atau menyusu. sadar. menentukan klasifikasi bahaya umum
• Memuntahkan
semuanya.
• Kejang.
3.0 Penilaian & klasifikasi batuk
atau sukar bernapas
3.1 Menilai batuk atau sukar bernapas
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN

APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS? Ya ___ Tidak ___


1. Hitung napas dalam 1 menit.
 Sudah berapa lama? ____kali/menit. Napas cepat ?
___ hari 1. Lihat tarikan dinding dada kedalam
2. Dengar adanya stridor

Nafas cepat :
2-12 bln : ≥ 50x/mnt
12 bln – 5 thn : ≥ 40x/mnt
Klasifikasi batuk atau sukar bernafas
4.0 Penilaian & klasifikasi diare
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN

APAKAH ANAK Ya ___ Tidak ___


DIARE? 1. Lihat keadaan umum anak:
- Letargis atau tidak sadar
1. Sudah berapa - Gelisah atau rewel
lama? 1. Lihat apakah mata cekung?
____ hari 2. Beri anak minum:
1. Adakah darah - Tidak bisa minum atau malas minum
dalam tinja ? - Haus, minum dengan lahap
1. Cubit kulit perut, apakah kembalinya:
- Sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
- Lambat?
Klasifikasi diare
5.0 Penilaian & klasifikasi demam
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN

APAKAH ANAK DEMAM? Ya ___Tidak ___ Lakukan


( anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu ≥ 37,5oC ) pemeriksaan RDT
Hasil :RDT (+) / (-)
Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi - Rendah - Tanpa Risiko.
Jika Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan :
Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Lakukan
Jika Ya, tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi. pemeriksaan SDM
(mikroskopis)
Ambil sediaan darah: (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko)
Periksa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir. ATAU
Periksa mikroskopis darah jika sudah dilakukan RDT dlm 28 hari terakhir

• Sudah berapa lama anak demam? ___hari • Lihat dan raba adanya kaku kuduk
• Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari? • Lihat adakah pilek
• Apakah anak pernah mendapat anti malaria dalam 2 minggu • Lihat tanda-tanda CAMPAK:
terakhir? - Ruam kemerahan di kulit yang
• Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir? • menyeluruh DAN
- Salah satu dari: batuk, pilek atau mata merah

Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir: •
• Lihat adanya luka di mulut.
Jika ya, apakah dalam atau luas?
• Lihat adakah nanah di mata
• Lihat adakah kekeruhan di kornea

Klasifikasikan Demam Berdarah jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari



 Apakah demam mendadak tinggi dan terus menerus? • Perhatikan tanda-tanda syok:
 Apakah ada perdarahan dari hidung atau gusi yang berat? • Ujung ekstremitas teraba dingin dan nadi sangat
 Apakah anak muntah? lemah atau tak teraba.
Jika ya : • Lihat adanya perdarahaan dari hidung atau gusi
- Apakah sering? yang berat
- Apakah berdarah/ seperti kopi? • Lihat adanya bintik perdarahan di kulit (petekie)
 Apakah beraknya berwarna hitam? Jika sedikit dan tak ada tanda lain dari DBD, lakukan uji
 Apakah nyeri ulu hati atau gelisah? Torniket jika mungkin.
Klasifikasi demam
6.0 Penilaian & klasifikasi
masalah telinga
PENILAIAN (lingkari semua gejala yang KLASIFIKASI TINDAKAN
ditemukan)

APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH


TELINGA ? Ya__ Tidak__
 Apakah ada  Lihat adanya nanah /
nyeri telinga ? cairan keluar dari telinga.
 Adakah nanah /  Raba adanya
cairan keluar pembengkakan yang
dari telinga ? nyeri di belakang telinga.
Jika ya, sudah
berapa lama ?
____ hari
Klasifikasi masalah telinga
7.0 Memeriksa status gizi
PENILAIAN (lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN

MEMERIKSA STATUS GIZI


 Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus.
 Lihat adanya pembengkakan di kedua punggung kaki
 Tentukan berat badan menurut panjang badan atau
tinggi badan :
- BB/TB (PB) < -3 SD ____
- BB/TB (PB) ≥ -3 SD − < - 2 SD ____
- BB/TB (PB) -2 SD − + 2 SD ____

*video
Klasifikasi status gizi
8.0 Memeriksa anemia

PENILAIAN (lingkari semua gejala yang KLASIFIKASI TINDAKAN


ditemukan)
MEMERIKSA ANEMIA
1. Lihat adanya kepucatan pada telapak
tangan:
- Sangat pucat
- Agak pucat

*video
9.0 Memeriksa status imunisasi anak

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI Imunisasi yang diberikan


(Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini) hari ini:

____ ____ ____ ____ ____


BCG HB-0 HB-1 HB-2 HB-3 ______________

_____ _____ _____ ______


DPT-1 DPT-2 DPT-3 Campak

_____ ______ _____ _____


Polio-1 Polio-2 Polio-3 Polio-4

. Dibutuhkan vitamin A : Apakah diberi


MEMERIKSA Ya ___ Tidak ___ vit. A hari ini?
PEMBERIAN VIT. A ya __ tidak __
MODUL 3
Menentukan tindakan &
Memberi Pengobatan
YA, dirujuk 2
1 Menentukan
Menentukan tindakan & 3
perlunya pengobatan pra Merujuk anak
rujukan segera rujukan

TIDAK dirujuk

4
Menentukan tindakan &
pengobatan utk anak yg tidak
memerlukan tindakan segera
1.0 Menentukan perlunya dilakukan
rujukan segera
Rujukan untuk klasifikasi berat  perhatikan klasifikasi
berat pada buku bagan yang berwarna merah muda…!!!
1.Pneumonia berat atau penyakit sangat berat
2.Diare dehidrasi berat
3.Diare persisten berat
4.Penyakit berat dengan demam
5.Campak dengan komplikasi berat
6.DBD
7.Mastoiditis
8.Sangat kurus dan/ atau edema
9.Anemia berat
2.0 Menentukan tindakan/ pengobatan pra
rujukan
 Tindakan penting pra rujukan yang pada buku bagan
tercetak tebal
1. Beri dosis pertama AB yg sesuai
2. Beri dosis pertama artemeter
3. Beri dosis pertama Vit A
4. Beri cairan IV pada anak DBD dengan syok
5. Cegah gula darah tidak turun
6. Beri dosis pertama suntikan AB
7. Beri dosis pertama obat antimalaria oral
8. Beri dosis pertama parasetamol pada demam tinggi
9. Beri tetes/ salep mata tetrasiklin atau kloramfenikol
tanpa kortikosteroid
10. Beri ASI dan larutan oralit selama perjalanan ke RS
3.0 Merujuk anak
Jelaskan pentingnya rujukan, minta persetujuan
1
keluarga

Hilangkan kekhawatiran ibu & bantu mengatasi


2 masalah

3 Tulis surat rujukan untuk dibawa ke RS

Beri ibu instruksi & peralatan yang diperlukan


4 selama perjalanan
4.0 Menentukan tindakan dan pengobatan untuk
anak yang tidak memerlukan rujukan
Memberi AB oral yg sesuai

Memberi obat antimalaria oral

Memberi parasetamol utk


demam tinggi
Memilih obat oral yg sesuai
Memberi Vit A

Memberi zat besi

Memberi obat cacingan


4.2 Memberi cairan tambahan & tablet Zn untuk
diare & melanjutkan pemberian makan
Rencana terapi A

Penanganan diare di rumah

Rencana Terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/ sedang


dengan oralit

Rencana terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan


cepat
Pemberian tablet Zn untuk
semua penderita diare
Semua anak diare kecuali bayi muda

Dosis ( 1 tablet = 20 mg) selama 10 hari :


• Umur 2 bln – 6 bln : ½ tablet
• Umur > 6 bln : 1 tablet
• Menangani diare persisten  perlu
makanan khusus, nasehati ibu cara
pemberian makan anak.
• Mengobati disentri  AB yang sesuai
• Tindakan & pengobatan infeksi lokal :
Mengobati infeksi mata, mengeringkan
teling, mengobati luka di mulut,
meredakan batuk & melegakan
tenggorokan
TINDAK LANJUT
KONSEP NEONATUS
ESENSIAL
DEFINISI

Menurut Muslihatun (2010)


neonatus adalah bayi yang
baru mengalami proses
kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterine ke
kehidupan ekstra uterine.
Neonatus adalah masa
kehidupan pertama diluar
rahim sampai dengan usia
28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat
besar dari kehidupan di
dalam rahim menjadi diluar
rahim
CIRI - CIRI NEONATUS
• Berat badan 2500 – 4000 • Genetalia. Pada perempuan
gram; labia mayora sudah menutupi
• Panjang badan 48 – 52 cm; labia minora.Pada laki – laki
• Lingkar dada 30 – 38 cm; testis sudah turun, skrotum
• Lingkar kepala 33 – 35 cm; sudah ada;
• Frekuensi jantung 120 – 160 • Refleks hisap dan menelan
kali/menit; sudah terbentuk dengan baik;
• Pernafasan ± 40 – 60 • Refleks morrow atau gerak
kali/menit; memeluk bila dikagetkan
• Kulit kemerah-merahan dan sudah baik;
licn karena jaringan subkutan • Refleks graps atau
cukup; menggenggam sudah
• Rambut lanugo tidak terlihat, baik;(7)
rambut kepala biasanya • Refleks rooting mencari
sudah terlihat; puting susu dengan
• Kuku agak panjang dan rangsangan taktil pada pipi
lemas; dan daerah mulut terbentuk
dengan baik;
• Eliminasi baik, mekonium
akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

1. Sistem pernapasan 2. Jantung dan sirkulasi darah


Darah yang meninggalkan jantung
Selama di dalam uterus neonatus menjadi sepenuhnya
janin mendapatkan suplai mengandung oksigen ketika berada
oksigen dan pertukaran gas dalam paru dan mengalir ke seluruh
jaringan tubuh yang lain. Dalam waktu
melalui palsenta, setelah
singkat perubahan – perubahan besar
bayi baru lahir pertukaran- tekanan telah berlangsung pada bayi baru
pertukaran gas terjadi pada lahir, sekalipun perubahan –
paru-paru, proses ini terjadi perubahan ini secara anatomi tidak
setelah dilakukan selesai dalam hitungan minggu,
pemotongan tali pusat penutupan fungsional foramen ovale dan
duktus arteriosus terjadi segera
setelah kelahiran, yang paling penting
Pernapasan pertama pada
untuk dipahami adalah bahwa
neonatal normalnya terjadi perubahan – perubahan sirkulasi dari
30 menit setelah kelahiran. janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak
dengan kecukupan fungsi respirasi
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

3. Saluran pencernaan 4. Hepar

Pada umur kehamilan 4 bulan saluran Fungsi hepar janin dalam kandungan dan
pencernaan telah cukup terbentuk. segera setelah lahir masih dalam keadaan
Janin dapat menelan air ketuban imatur (belum matang), hal ini dibuktikan
dalam jumlah yang cukup banyak, dengan adanya ketidakseimbangan hepar
aborsi air ketuban terjadi melalui untuk meniadakan bekas penghancuran
mukosa seluruh saluran pencernaan. peredaran darah.
Janin meminum air ketuban dapat
dibuktikan dengan adanya Segera setlah lahir, hati menunjukkan
mekonium. perubahan kimia dan morfologis, dimana
terjadi kenaikan kadar protein serta
Pada masa neonatal saluran penurunan lemak dan glikogen.
pencernaan mengeluarkan tinja Sel-sel hemopoetik juga mulai berkurang,
pertama biasa dalam 24 jam walaupun memakan waktu agak lama.
pertama berupa mekonium (zat yang Enzim hati belum sepenuhnya aktif pada
berwarna hitam kehijauan) bayi baru lahir, selain itu daya detofikasi
hati pada neonatus juga belum sempurna
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

5. Metabolisme Pada jam-jam pertama


energi didapatkan dari
Luas permukaan tubuh pembakaran karbohidrat
neonatus relatif lebih luas dan pada hari kedua energi
dari tubuh orang dewasa, berasal dari permukaan
sehingga metabolisme basal lemak.
per kg berat badan (BB)
akan lebih besar. Setelah bayi memperoleh
susu kurang elbih pada hari
BBL harus menyesuaikan ke-6, pemenuhan
diri dengan lingkungan baru kebutuhan energi bayi 60%
sehingga energi dapat didapatkan dari lemak dan
diperoleh dari metabolisme 40% didapatkan dari
karbohidrat dan lemak karbohidrat.
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

6. Produksi panas (suhu Mekanisme kehilangan


tubuh) panas tubuh BBL yaitu:
BBL belum dapat mengatur
suhu tubuh mereka, sehingga a. Konduksi
BBL memiliki kecenderungan b. Konveksi
mengalami stress fisik akibat c. Radiasi
perubahan suhu diluar uterus. d. Evaporasi

Pada lingkungan yang dingin,


pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil
merupakan usaha utama bayi
untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya.
EVAPORASI
• Adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri.

• Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi


tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan
dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
KONDUKSI
• Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

• Meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih


rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di
atas benda benda tersebut
KONVEKSI
• Adalah kehilangan panas tubuh pada saat bayi terpapar
udara yang lebih dingin.

• Contoh : ruangan ber AC.


RADIASI
• Adalah kehilangan panas tubuh pada saat bayi karena
bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

• Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena


benda benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

• Contoh bayi lahir diletakan di letakkan di dekat jendela


dalam keadaan terbuka
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

8. Keseimbangan cairan Pada neonatus fungsi ginjal


dan fungsi ginjal belum sempurna dikarenakan :
Tubuh neonatus
mengandung lebih banyak a. Jumlah nefron matur belum
air dan kadar natrium lebih sebanyak orang dewasa
besar daripada kalium., hal b. Tidak seimbangnya luas
tersebut dapat terjadi glomerulus dan volume
karena luasnya ruangan tubulus proksimal
esktraseluler. c. Aliran darah ginjal (renal
Hingga bayi berumur 3 hari blood flow) pada neonatus
ginjalnya belum dipengaruhi
relatif kurang jika
oleh pemberian air minum ,
sesuadh 5 hari ginjal baru dibandingkan dengan orang
memproses air yang dewasa
didapatkan setelah lahir.
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

9. Keseimbangan asam 10. Susunan saraf


basa
Kehamilan pada triwulan terakhir
Glikolisis anaerobik hubungan anatar saraf dan fungsi
saraf oto-otot menjadi lebih
menyebabkan derajat
sempurna, sehingga janin dilahirkan
keasaman (pH) darah diatas usia 32 minggu dapat hidup
pada waktu lahir rendah. diluar kandungan.
Dalam 24 jam neonatus
telah mengkompensi Sistem neurologis bayi secara
asidosis anatomik atau fisiologi belum
berkembang sempurna.
Bayi baru lahir menunjukkan
gerakan-gerakan tidak terkoordinasi ,
pengaturan suhu yang labil, kontrol
otot yang buruk, mudah terkejut,
dan tremor pada ekstremitas.
Adaptasi Bayi Baru Lahir
terhadap Kehidupan Diluar Uterus

11. Imunologi 10. Susunan saraf

Neonatus hanya Kehamilan pada triwulan


mempunyai terakhir hubungan antar saraf
dan fungsi saraf oto-otot
immunoglobulin gamma G
menjadi lebih sempurna,
(IgG) yang dibentuk banyak sehingga janin dilahirkan diatas
dalam bulan ke-2 setelah usia 32 minggu dapat hidup
kelahiran, IgG pada janin diluar kandungan.
berasal dari ibu melalui
plasenta. Sistem neurologis bayi secara
sistem imunitas pada BBL anatomik atau fisiologi belum
berkembang sempurna.
belum matang sehingga
Bayi baru lahir menunjukkan
menyebabkan neonatus gerakan-gerakan tidak
rentan terhadap berbagai terkoordinasi , pengaturan suhu
macam infeksi dan alergi. yang labil, kontrol otot yang
buruk, mudah terkejut, dan
tremor pada ekstremitas.
IMD
Pencegahan
ASI Ekslusif
hipotermi

PERAWATAN
Pencegahan NEONATAL
ESENSIAL Perawatan tali
infeksi
pusat

Deteksi dini tanda


Pemberian bahaya dengan
imunisasi pemeriksaan fisik
Manajemen bayi baru lahir dengan asfiksia adalah sebagai
berikut :

a. Melakukan resusitasi pada bayi jika pada penilaian awal diketahui air ketuban bercampur, umur kehamilan tidak

cukup bulan, bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap, dan tonus otot bayi tidak baik atau bayi tidak

bergerak aktif.

b. Jika pada saat penilaian awal bayi diketahui mengalami asfiksia segera melakukan pemotongan tali pusat,

kemudian lakukan langkah awal asuhan bayi baru lahir, meliputi :


1. Jaga bayi tetap hangat
2. Mengatur posisi bayi
3. Mengisap lendir
4. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil
5. Reposisi

c. Setelah melakukan langkah awal asuhan bayi baru lahir kemudian lakukan penilaian kembali apakah bayi

bernapas normal atau tidak bernapas/ bernapas megap-megap. Jika bayi bernapas normal segera lakukan

asuhan pasca resusitasi (memantau tanda bahayaperawatan tali pusat, inisiasi meyusu dini, pencegahan

hipotermi, pemberian vit K1, salep/ tetes mata, pemeriksaan fisik dan melakukan pencatatan dan pelaporan).
d. Namun jika setelah dilakukan penilaian bayi tetap tidak bernapas /bernapas
megap-megap, segera meletakkan sungkup dan melakukan ventilasi sebanyak
2x dengan tekanan 30 cm air, jika pada saat dilakukan ventilasi dada bayi tidak
mengembang maka cek perlekattan sungkup. Namun jika pada saat dilakukan
ventilasi dada mengembang, ventilasi dilanjutkan kembali sebanyak 20x
selama 30 detik dengan tekanan 20 cm air.
e. Setelah melakukan ventiasi, nilai keadaan napas kembali apakah bayi mulai
bernapas normal atau bayi tidak bernapas/ bernapas megap-megap.
f. Jika bayi mulai bernapas normal, hentikan ventilasi yang dilakukan dan memberi
asuhan pasca resusitasi.
g. Namun jika bayi tidak bernapas/ bernapas megap-megap segera mengulangi
ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik, dan melakukan penilaian napas bayi
setiap 30 detik. Jika bayi tetap tidak bernapas spontan setelah dilakukan
resusitasi selama 2 menit segera menyiapkan rujukan dan menilai denyut
jantung.
h. Jika bayi dirujuk melakukan konseling kepada keluarga, melanjutkan resusitasi,
memantau tanda bahaya, perawatan talipusat, melakukan pencegahan hipotermi,
pemberian vit K1 dan salep/ tetes mata, melakukan pencatatan dan pelaporan.
i) Jika setelah dilakukan ventilasi selama 10 menit dengan melakukan rujukan bayi
tetap tidak bernapas spontan dan denyut jantung bayi tidak terdengar, petugas
kesehatan segera menghentikan resusitasi, melakukan konseling dan melakukan
pencatatan serta pelaporan
PENCEGAHAN KEHILANGAN
PANAS

1. Ruang bersalin yang hangat, 6. Jangan segera menimbang atau


suhunya minimal 25ºC, menutup memandikan bayi baru lahir.
Penimbangan dilakukan setelah 1 jam
semua jendela dan pintu.
bayi kontak kulit dengan ibu dan
2. Mengeringkan seluruh tubuh selesai menyusu. Sebaiknya selimuti
bayi tanpa membersihkan tubuh bayi dengan kain yang bersih
verniks, terutama pada tangan dan kering agar tidak mudah
bayi. Verniks dapat membantu kehilangan panas tubuh. Berat bayi
tubuh bayi tetap hangat. Jangan dapat dihitung dari selisih bayi
berpakaian/ selimut dengan berat
lupa mengganti handuk yang
pakaian/ selimut. Sementara
basah dengan kain /handuk yang memandikan bayi pada jam-jam
kering. pertama akan menyebabkan bayi
3. Meletakkan bayi di dada atau mengalami hipotermi.
perut ibu agar agar ada kontak 7. Rawat gabung
kulit ibu ke kulit bayi (skin to 8. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
9. Trasnportasi yang hangat
skin).
10. Pelatihan untuk petugas kesehatan dan
4. Melakukan insiasi menyusu dini konseling untuk keluarga
(IMD)
5. Menggunakan pakaian hangat
(baju, topi, selimut).
PEMOTONGAN DAN
PERAWATAN TALI PUSAT

Memotong tali pusat 2 menit Tali pusat diusahakan agar tetap


pasca bayi lahir yang kering dan bersih, hingga
sebelumnya dilakukan mengering dan terlepas dengan
penyuntikan oksitosin terlebih sendirinya. Jika puntung tali
dahulu. Biarkan puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan
pusat terbuka dan tidak air desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
memberi atau mengolesi cairan dan sabun, kemudian tali pusat
apapun pada puntung tali dikeringkan kembali
pusat. Mengoleskan atau menggunakan kain bersih.
penggunaan alkohol atau Memperhatikan tanda-tanda
povidon yodium masih infeksi pada tali pusat seperti
diperkenankan apabila kemerahan pada kulit sekitar tali
terdapat tanda infeksi, namun pusat, bernanah atau bau
tidak dikompreskan karena
kaan membuat tali pusat
lembab dan basah.
IMD

Inisiasi menyusu dini (IMD) Perilaku bayi saat menyusu


dilakukan dengan beberapa pertama kali dapat dilihat pada
langkah, yaitu: tabel berikut:

1. Melahirkan, melakukan Langkah Perilaku yang Teramati Perkiraan Waktu


penilaian awal dan 1 Bayi beristirahat dan melihat 30-40 menit
mengeringkan tubuh pertama
bayi 2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan 40-60 setelah lahir
2. Melakukan kontak kulit membawa jarinya ke mulut dengan melakukan
3 Bayi mengeluarkan air liur kontak kulit dengan
antara ibu dan bayi (skin
4 Bayi menendang, menggerakkan kulit terus menerus
to skin), minimal kaki, bahu, lengan dan badannya ke tanpa terputus.
dilakukan selama 1 jam arah dada ibu dengan
3. Membiarkan bayi mengandalkan indra penciumannya
5 Bayi meletakkan mulut ke puting
mencari dan
menemukan puting ibu
dan mulai menyusu.
PENCEGAHAN PERDARAHAN

Sistem pembekuan darah pada bayi


baru lahir belum sempurna,
sehingga BBL akan beresiko
mengalami perdarahan baik
perdarahan pada kejadian ikutan
pasca imunisasi ataupun
perdarahan intrakranial. Perdarahan
tersebut dapat dicegah dengan
melakukan pemberian suntikan
vitamin K1 (phytomenadion)
sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intramuskular pada anterolateral
paha kiri. Suntikan Vit.K1 diberikan
setelah proses IMD dan sebelum
pemberian imunisasi Hepatitis B
PENCEGAHAN INFEKSI MATA

Salep atau tetes mata yang


digunakan untuk
pencegahan infeksi diberikan
segera setelah proses IMD
dan bayi selesai menyusu
atau sebaiknya 1 jam setelah
lahir. Pencegahan infeksi
dianjurkan menggunakan
salep antibiotik tetrasiklin
1%.
PEMBERIAN IMUNISASI

Pemberian imunisasi hepatitis B


dilakukan 1-2 jam setelah
pemberian imunisasi vitamin K1
secara intramuskular. Imunisasi
Hepatitis dilakukan untuk
mencegah infeksi hebatitis B pada
bayi terutama pada jalur
penularan ibu-bayi baik secara
vertikal (penularan ibu ke bayi
pada waktu persalinan) atau
secara horizontal (penularan dari
orang lain).
PEMBERIAN IDENTITAS

Undang-undang nomor 23 tahun 2002


tentang perlindungan anak
menjelaskan bahwa setiap anak
berhak mendapatkan identitas.
Pemberian identitas pada bayi
bertujuan agar tidak tertukar. Tanda
pengenal yang digunakan berupa
gelang yang berisi identitas nama ibu,
ayah, jam lahir, dan jenis kelamin.
Apabila fasilitas kesehatan
memungkinkan juga dilakukan cap
telapak pada kaki dan tangan bayi
pada rekam medis kelahiran.
ANAMNESIS PEMERIKSAAN
FISIK BAYI

Pemeriksaan pada bayi


bertujuan mengetahui sedini
mungkin kelainan yang
terjadi pada bayi.
PEMULANGAN BAYI LAHIR
NORMAL
Bayi yang dilahirkan normal dan tanpa
masalah pada saat proses pengawasan di
fasilitas kesehatan minimal dipulangkan 24
jam setelah kelahiran, sementara tenaga
kesehatan dapat meninggalkan tempat
persalinan paling cepat 2 jam setelah
kelahiran. Sedangkan

pada bayi yang dilahirkan dirumah, bayi


dianggap dipulangkan pada saat tenaga
kesehatan meninggalkan tempat bersalin.
Sebelum bayi dipulangkan,tenaga kesehatan
terlebih dahulu melakukan pemeriksaan
secara lengkap dan memastikan bayi tidak
bermasalah. Setelah itu petugas kesehatan
memberikan konseling tanda bahaya, jadwal
kunjungan dan perawatan bayi baru lahir

Anda mungkin juga menyukai