Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING


Dosen Pengampu:Hj.Iftikhatun Afifah, S.Kep

Disusun Oleh:
1. Elen Rosalina 20.014
2. Ikhlasul Amal 20.025
3. Ita Purnama Sari 20.060
4. Khoerunnisa Dian Maulida 20.027
5. Ummu Hani 20.055
6. Hajar Nazila 20.059

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kami ucapkan. Atas rahmat
dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kami kelak. Adapun judul makalah ini yaitu “Perawatan Luka Modern
Dressing” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Perawatan Luka.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan juga penulis.

Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik
yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Benda,08 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

A. LATAR BELAKANG....................................................................

B. RUMUSAN MASALAH................................................................

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................

A. DEFINISI........................................................................................

B. KONSEP MANAJEMEN LUKA.................................................

C. TUJUAN PEMILIHAN BALUTAN LUKA................................

D. KRITERIA BALUTAN YANG IDEAL......................................

E. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMILIH


BALUTAN LUKA .........................................................................

F. JENIS-JENIS BALUTAN MODERN..........................................

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................

A. KESIMPULAN...............................................................................

B. SARAN............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Balutan luka (wound dressing) saat ini berkembang pesat, prinsip lama yang
menyebutkan penanganan luka harus dalam keadaan kering, ternyata dapat menghambat
penyembuhan luka, karena menghambat proliferasi sel dan kolagen, menghancurkan fibrin
clot yang sudah terbentuk dalam proses pengantian balutan, dan luka yang terlalu basah
juga akan menyebabkan maserasi kulit sekitar luka. Perawatan luka menggunakan prinsip
kelembapan seimbang (moisture balance) dikenal sebagai metode modern dressing.
Perawatan luka dengan suasana lembap akan mempercepat fibrinolisis, mempercepat
angiogenesis, menurunkan risiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan
mempercepat pembentuk-an sel aktif. Pada keadaan lembap, invasi neutrofil yang diikuti
oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini (Kartika,
2015).

Seni perawatan luka pasca operasi merupakan sejarah kuno,dimana


evidensinya dikenal sejak 4000 tahun yang lalu. Usaha-usaha terdahulu di bidang
perawatan luka meliputi tekhnik-tekhnik yang bermanfaat, seperti menjahit luka,
merekatkan tepi-tepi luka dengan balutan, mengepak/membungkus balutan, membidai dan
menggunakan obat-obatan topikal untuk membantu penyembuhan luka dan mencegah
infeksi. Namun, sejak dari zaman Hippocrates sampai abad ke-19, dikemukakan bahwa
luka kronik seharusnya dibiarkan terbuka dan didorong untuk mengalir ( cairan lukanya ).
Suatu karya oleh Pasteur, Koch, dan Lister mengenai penyebab infeksi bakterial
menimbulkan pengenalan balutan antiseptik yang menggunakan kassa yang dicelupkan
pada asam karbolik (phenol). Pada tahun 1958, Odland mengobservasi bahwa bula
( blister ) sembuh 40% lebih cepat jika dibiarkan tidak dipecahkan.

Pada tahun 1962, Winter mendemonstrasikan bahwa luka partial-thickness


pada babi (percobaan), mengalami re-epithelisasi dua kali lebih cepat pada keadaan
tertutup dibandingkan dengan luka yang terpapar udara. Pada tahun berikutnya, Hinnan
dan Maibach menyokong temuan Winter yang dilakukan pada manusia. Oleh sebab itu,
sejak tahun 1960-an telah terdapat pertumbuhan penjelasan teori mengenai sejumlah
balutan luka oklusif yang bertujuan untuk menyediakan lingkungan luka yang lembab
(Romangnolo, SC & Benedetto AV,2004).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari perawatan luka modern dressing?


2. Apa konsep perawatan luka modern dressing?
3. Apa saja prinsip perawatan luka modern dressing?
4. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dan memilih balutan luka?
5. Apa kriteria balutan yang ideal?
6. Apa saja prinsip pemilihan balutan luka?
7. Apa saja jenis balutan luka modern dressing?
8. Apa saja keuntungan dan kerugian balutan luka?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen


2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perawatan luka modern dressing
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING


Definisi luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan, dan lama penyembuhannya.
1. Berdasarkan sifat, yaitu: abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi,
puncture,sepsis, dan lain-lain.
2. Berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi: superfi sial, yang melibatkan
lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak,
fascia, dan bahkan sampai ke tulang.
3. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Penyembuhan primer (healing by primary intention) Tepi luka bisa
menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang.
Biasanya terjadi setelah suatu insisi. Penyembuhan luka berlangsung
dari internal ke eksternal.
b) Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) Sebagian
jaringan hilang.proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
c) Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka
secara manual.
4. Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis.
Luka dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan
luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam
jangka lebih dari 4 6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika
proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal,
tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Di era yang semakin modern dan menutut kecepatan ini, semua hal ingin
diselesaikan dan ditempuh dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Begitu pula
dalam hal pengobatan dan perawatan pasien. Perawatan luka misalnya. Pasien dan
keluarga menginginkan luka yang dialami pasien dapat sembuh dengan waktu yang
cepat, dan mengharapkan kondisi pasien kembali seperti semula. Hal itulah yang
mendorong para tenaga kesehatan untuk melakukan inovasi di bidang perawatan luka,
yang kemudian disebut dengan perawatan luka modern.
Perawatan Luka Modern adalah pelayanan yang diberikan berupa perawatan
luka dengan menggunakan teknik dan bahan modern, sesuai standar Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan standar Internasional. Perawatan ini
menggunakan modern dressing (balutan modern) berbasis lembab atau “moist wound
healing dan moist wound dressing” untuk penyembuhan luka yang optimal, baik
dilihat dari kualitas integritas jaringan, waktu proses penyembuhan,
peningkatan quality of life dengan memperhatikan patient safety.

B. KONSEP MANAJEMEN LUKA MODERN


Konsep manajemen atau penyembuhan luka dewasa ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat dengan beberapa fungsi kerja yang umum maupun spesifik, serta
menciptakan kelembaban pada area dan sekitar luka. Beberapa fungsi kerja
manajemen area perawatan luka yang modern saat ini mencakup :

1. Mengoptimalkan kerja dari neutrofil, makrofag, fibroblast, protease (enzime


debinder)
2. Meminimalkan rasa sakit (mengurangi sakit pada ujung syaraf larena kondisi
luka dalam keadaan lembab)
3. Meminimalkan infeksi (sel-sel meningkatkan daya tahan tubuh, lebih sedikit
jaringan kring yang mati sehingga mengurangi timbulnya mikroorganisme)
4. Mengurangi kemungkinan adanya luka baru pada saat penggantian balutan
luka
5. Mengurangi risiko perpindahan mikroorganisme
6. Mengurangi pencemaran udara pada saat penggantian balutan luka
7. Menjaga luka pada temperatur optimum agar penyembuha luka lebih cepat
8. Balutan dapat digunakan untuk beberapa hari, sehingga mengurangi frekuensi
penggantian balutan.
C. PERBEDAAN PEMAKAIAN BALUTAN LUKA (WOUND DRESSING)
DALAM PENANGANAN LUKA SECARA TRADISIONAL DAN SECARA
MODERN.
Terdapat perbedaan pemakaian balutan luka (wound dressing) dalam penanganan luka
secara tradisional dan secara modern, yang antara lain dijelaskan pada tabel berikut
ini.

No Pokok-Pokok Penanganan Luka Secara Penanganan Luka Secara


Tradisional Modern

1. Jenis balutan/ wound Penanganan luka secara Penanganan luka secara


dressing yang tradisional biasanya modern dressing
dugunakan menggunakan material menggunakan balutan
sebagai berikut : luka (wound dressing)
modern, seperti :
a. Penggunaan
antiseptik  Hidrocolloid
b. Zat pewarna (dye)  Hydrogel
c. Antibiotik yang  Absorbent dressing
biasanya diberikan  Alginate (hydrofiber)
secara topikal
 Foam
d. Larutan saline 0.9%
 Transparan film
e. Kassa sederhana
f. Plester
2. Hal-hal yang perlu Kelemahan dari balutan a. Pada balutan luka
diperhatikan luka (wound dressing) (wound dressing)
tradisional, antara lain modern, hal-hal
dijelaskan sebagai yang tidak
berikut : diinginkan yang
terjadi pada
a. Dapat melekat pada
penanganan luka
luka serta
secara tradisisonal
menyebabkan
dengan
kerusakan dan
menggunakan
kesakitan ketika
dilakukan balutan tradisional
penggantian balutan dapat dihindari
b. Hal ini akan karena tidak
membuat luka melekat dan tidak
kembali ke fase awal menyebabkan
dimana terjadi kerusakan pada
proses inflamasi luka.
c. Akibatnya, proses b. Pada penanganan
penyembuhan luka luka terkini/modern
menjadi lebih lama prinsip yang perlu
diingat pada saat ini
adalah membuat
luka yang kering
menjadi basah dan
luka yang basah
menjadi kering
c. Dengan membuat
luka tetap lembab
(moist), maka
diharapkan proses
penyembuhan luka
bisa menjadi lebih
cepat.

D. TUJUAN PEMILIHAN BALUTAN LUKA


Tujuan utama memasang balutan luka adalah menciptakan lingkungan yang kondusif
terhadap penyembuhan luka. Tidak ada balutan yang sesuai untuk setiap luka atu
setiap orang. Oleh karena itu, pemilihan balutan harus ditentukan setelah mengkaji
kebutuhan individu dan luka. Pemahaman tentang fisiologi penyembuhan luka dan
berbagai macam balutan serta cara kerjanya diperlukan agar dapat diperoleh
penyembuhan yang optimal.

Adapun tujuan pemilihan balutan dan alasan mengapa balutan diperlukan,


antara lain :
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap penyembuhan, yaitu dengan
mempertahankan kelembaban
2. Melindungi luka dan jaringan sekitarnya

3. Membuang jaringan mati, benda asing, dan partikel dari luka.


4. Mampu mengontrol kejadian infeksi/melindungi luka dari trauma dan invasi
bakteri.
5. Mencegah dan mengelola infeksi klinis pada luka
6. Mengurangi nyeri dengan mengeluarkan udara dari ujung-ujung syaraf.
7. Mempertahankan temperatur pada luka
8. Mengontrol dan mencegah perdarahan
9. Memobilisasi bagian tubuh yang ter injury/ mengalami trauma
10. Mengurangi stress pada pasien dan keluarganya dengan melakukan penutupan
luka.
11. Menampung cairan/eksudat
12. Meningkatkan kenyamanan
13. Memberikan kompresi terhadap perdarahan atau stasis vena
E. KRITERIA BALUTAN YANG IDEAL
Balutan luka yang ideal seharusnya memenuhi hal-hal berikut ini :

1. Mengupayakan pengangkatan eksudat yang berlebih dan benda asing tanpa


menimbulkan trauma terhadap jaringan baru
2. Memungkinkan pertukaran gas (bila diperlukan)

3. Mempercepat proses penyembuhan luka


4. Melindungi terhadap trauma mekanis, nisalnya tekanan, gesekan atau
pergeseran
5. Tidak menyebabkan sensitivitas atau reaksi alergi
6. Mudah dalam pemasangan/pemakaiannya dan nyaman dipakai
7. Dapat beradaptasi pada bagian-bagian tubuh
8. Memberikan barrier (penghalang) terhadap pathogen
9. Cost-effective

F. PRINSIP PEMILIHAN BALUTAN LUKA


Menurut Hartman (1999) dan Ovington (1999), pada dasarnya prinsip pemilihan
balutan yang akan digunakan untuk membuat luka harus memenuhi kaidah-kaidah
berikut ini:

1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka
(mengabsorbsi)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi
risiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian
antibiotik ke seluruh bagian tubuh.

G. CARA PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING


Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan
prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode
konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal
sebagai metode modern dressing.
Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka
tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya
seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks
nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor
pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan
menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya.
Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan
kondisi kurang lembap menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel
dan jaringan matriks.
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci
luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka,
sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan
menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan
serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian
terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik
alami).
Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai lima hari, sehingga tidak
sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan. Jenis modern
dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan
perdarahan.
H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN SEBELUM MEMILIH
BALUTAN

Sebelum memilih balutan, pertimbangkan hal-hal berikut ini:

1. Frekuensi mengganti balutan


2. Jumlah eksudat
3. Ada tidaknya goa /undermining /cavity
4. Siapa yang akan mengganti balutan
I. PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MODERN WOUND DRESSING
1. Prinsip dan kaidah
Prinsip dan Kaidah Balutan luka (wound dressings) telah mengalami perkembangan
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka
dengan suasana lembap antara lain:
a. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh neutrofi 1 dan sel endotel dalam suasana lembap.
b. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
c. Menurunkan nsiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan perawatan kering.
d. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
e. Mempercepat pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembap, invasi neutrofil yang
diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.

J. PERBEDAAN ANTARA ‘PRIMARY DRESSING’ DAN ‘SECOND


DRESSING’
1. Primary dressing merupakan balutan yang kontak dengan luka

2. Secondary dressing merupakan balutan yang menutupi/melapisi balutan


primer/primary dressing
K. KUALITAS PENANGANAN BALUTAN LUKA YANG EFEKTIF

Kualitas penanganan balutan luka yang efektif, seharusnya memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Mudah dalam pemasangannya (easy to apply):
Keuntungan utama balutan luka modern adalah balutan-balutan tersebut sangat
sederhana dan cepat dalam pemasangannya/penggunaannya.
2. Dapat menyesuaikan dengan bentuk tubuh (comformatibility): Balutan yang
mampu menyesuaikan dengan bentuk luka memungkinkan untuk membantu
mempertahankan lingkungan yang lembab dan juga memberikan barrier
(penghalang) yang efektif terhadap bakteri.
3. Mudah melepasnya (easy to remove):
a. Jika balutan mudah dalam melepasnya, maka hal ini mengurangi kemungkinan
merusak jaringan yang baru terbentuk pada luka.
b. Balutan yang mudah dilepas, juga kurang menimbulkan rasa sakit pada pasien.

4. Nyaman dipakainya (comfortable to 'wear'):


a. Keuntungan lain dari balutan luka modern adalah nyaman dipakai pasien pada
waktu balutan luka terpasang.Hal ini berarti bahwa pasien berkeinginan untuk
menyesuaikan tindakan yang diberikan.
b. Penurunan dalam frekuensi ganti balutan membantu mengurangi kesempatan
penurunan temperatur pada permukaan luka. (Penurunan temperatur potensial
terjadi pada saat ganti balutan)
L. PERKEMBANGAN BALUTAN LUKA (WOUND DRESSING)
Tabel berikut ini merupakan uraian dari perkembangan balutan luka dari masa ke
masa:

N0 Pokok-pokok Uraian
1. Klasifikasi balutan luka Balutan luka, bisa diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Tradisional
b. Konvensional
c. Advance
2. Kriteria balutan luka tradisional Kriteria balutan luka tradisional, antara lain:
a. Menyerap darah dan eksudat luka
b. Melindungi luka dari trauma dan
gangguan serangga
c. Menyembunyikan luka dari pandangan
d. Contoh:Kasaa,Kapas atau kombinasinya
Kekurangan balutan luka tradisional:
e. Melekat pada luka
f. Membuat luka kering karena dehidrasi
g. Meninggalkan serabut-serabut pada luka
3. Kriteria balutan luka konvensional Kriteria balutan luka konvensional, antara lain:
a. Melindungi luka dari trauma dan
kontaminasi bakteri
b. Bersifat absorbent, menyerap darah dan
eksudat.
c. Tidak meninggalkan serat pada luka.
d. Hampir tidak melekat pada luka
e. Aman dipakai
f. Contoh: kassa anti lengket atau
kombinasinya.

4. Kriteria balutan luka advance: Kriteria balutan luka advance, antara lain:
Setelah ditemukan konsep proses a. Mempertahankan permukaan luka tetap
penyembuhan luka lembab pada lembab denge mengontrol eksudat luka.
tahun 1962oleh Dr. George Winter, b. Kedap air dan kedap bakteri
maka diproduksi balutan luka c. Tembus uap air dan oksigen.
advance. d. Tidak perlu sering diganti.
e. Bisa menjaga temperatur luka di atas
28°C
f. Tidak melekat pada luka
g. Aman bagi pasien dan perawat
5. Contoh balutan advance (1):FILM a. Keunggulan
1) Memenuhi seluruh kriteria balutan
luka advance
2) Ditambah hal-hal berikut ini:tembus
pandang,tipis elastis,mengikuti lekuk
permukaan tubuh,mudah dipasang
b. Kekurangan
Kurang tepat untuk luka bereksudat
banyak.
6. Contoh balutan advance 1. Keunggulan
(2):FOAM/BUSA a) Memenuhi kriteria balutan luka
advance
b) Ditambah hal-hal berikut ini:
berdaya serap tinggi,cocok untuk
luka-luka bereksudat banyak.
2. Kekurangan
Tidak tembus pandang.

7. Contoh balutan advance a. Keunggulan


(3):HIDROGEL 1) Berbentuk gel
2) Menjaga Kelembaban luka
3) Sedikit efek debridement
4) Menyerap kelebihan eksudat
5) Bisa untuk luka-luka dalam
6) Bentuknya lembaran,granul dan
powder
b. Kekurangan
Kotor, berbau, menyebabkan maserasi
pada kulit utuh sekitar luka, melekat
pada tepi luka.
8. Contoh balutan advance (4): a. Keunggulan
ALGINATE 1) Saat kontak dengan eksudat
membentuk
2) Berdaya serap sedang
3) Berfungsi haemostar
4) Mudah digunakan
5) Bentuk kassa, film, lembaran, kapas
semacam rumput laut
b. Kekurangan
melekat pada luka kering, pada luka
dalam sulit dibersihkan.
9. Contoh balutan advance (5): a. Keunggulan
BAHAN POKOK GULA 1) Cocok untuk luka terinfeksi dan
bereksudat banyak karena gula
menyerap eksudat
2) Mengurangi edema
3) Bisa mengatasi infeksi (pH: 3,7)
4) Sedikit efek debridement.
b. Kekurangan
1) Kotor
2) Menyebabkan rasa sakit waktu
dipakai
3) saat pembalut jenuh, bakteri dan
jaringan mati yang sudah terangkat
bisa jatuh lagi ke permukaan luka
10 Klasifikasi baluta luka yang a. balutan luka aktif:
baru termasuk balutan luka tradisional dan
konvensional. Tidak membantu proses
penyembuhan
b. balutan luka interaktif:
balutan luka advance. Membantu
memperlancar proses penyembuhan.
c. balutan luka bioaktif.
balutan luka baru yang mengandung
growth factor yang bisa mengontrol
pertumbuhan sel. Mempercepat proses
penyembuhan.

M. MACAM-MACAM DRESSINGS/PRIMARY DRESSING:

1. Pengantar

a) Macam-macam dressing yang disebutkan di bawah ini disebut jenis


balutan dikenal dengan sebutan 'Occlusive Dressing
b) Occlusive dressing adalah jenis balutan yang mempertahankan lingkungan
dalam keadaan optimal, saat penggantian balutan akan tampak peluruhan
jaringan nekrosis/slough dengan dasar luka bersih.
c) Macam-macam balutan (dressing) ini sebagian telah dijelaskan pada
'perkembangan balutan luka' di atas.
2. Macam-macam dressing/primary dressing/occlusive dressing tersebut,antara lain:

a) Gauze/kassa
b) Transparant film
c) Hydrogels
d) Calcium alginate
e) Hydrogels
f) Calcium alginate
g) Hydrocellulosa
h) Foam
i) Silver
j) Antimicrobial

N. GAUZE / KASA KERING SERAT ALAMI (NATURAL FIBRE DRY


DRESSING):

1) Deskripsi:
a. Material/bahan yang mengandung katun, rayon, dan/atau polyester
b. steril dan non steril
2) Fungsi:
a. Absorbsi eksudat minimal hingga banyak.
b. Material/bahan penampung (packing)

3) Indikasi:
a. Luka partial thickness dan full thickness
b. Luka infeksi
c. Luka ber-rongga atau ada salurannya (terowongan)
4) Keuntungan:
a. Dapat berfungsi sebagai 'absorbent/penyerap' dan pelindung
b. Memberikan lingkungan penyembuhan luka kering (jika diperlukan). Bisa
digunakan untuk kompres lembab/basah.
c. Dapat digunakan untuk debridement mekanik pada luka nekrotik/alat
membersihkan, untuk membungkus rongga luka, atau untuk menyerap
eksudat luka. Sangat sedikit kepuasan yang didapatkan dari yang
dikatakan sebagai 'balutan
5) Perhatian/Kerugian:
a. Sangat sedikit kepuasan yang didapatkan dari yang dikatakan sebagai
balutan ideal

O. KASSA ANTI LENGKET (NON ADHERENT)


1. Deskripsi
a) Beberapa jenis kassa anti lengket, lapisan atasnya non-woven
mencegah bakteri masuk dan eksudat tidak tembus keluar/bocor
b) Permukannya tidak menempel pada luka
c) Memberi suasana ideal pada luka
d) Balutan anti lengket berbahan rayon sisntesis yang dirajut
2. Indikasi
a) Luka superfisual dengan eksudat ringan sampai sedang
b) Luka bakar
c) Luka post operasi
d) Donor dites
3. Keuntungan
a) Menciptakan kelembapan disekitar daerah luka
b) Balutan kering tidak lengket
c) Balutan tidak lengket pada luka, mudah saat dibuka dan tidak nyeri.
(dalam hal ini, balutan dapat diganti tanpa menyebabkan trauma dan
rasa sakit, tidak lengket pada luka dan tidak mengiritasi pada kulit)
d) Tidak menimbulkan sensivitas
e) Efektif menimbulkan luka terhadap infeksi yaitu mencegah
pertumbuhan mikroorganisme/bakteri dan air kedalam luka
f) Kurang menimbulkan efeksamping terhadap pelpasan serat/fiber
g) Dapat dibiarkan pada luka selama beberapa hari
h) Penyerapan eksudat merata dan tidak luber
4. Kerugian
a) Tidak absorbent(tidak menyerap)
b) Memerlukan balutan sekunder

P. BALUTAN KERING ANTI LENGKET YANG DILAPISI TRANSPARENT


FILM (NON-ADHERENT DRY OR FILM COATED DRESSING)
1. Deskripsi
a) Transparent film polyster perforasi tipis, direkatkan pada pad
(bantalan) absorbent berbahan katun atau acrylic.
b) Permukaan tidak lengket bias berlapis tunggal atau dobel/rangkap
c) Balutan kering tidak lengket seringkali digunakan sebagai lapisan yang
kontak pada island dressing/balutan pelindung.

2. Keuntungan
a) sesuai untuk luka-luka epidermis atau luka yang penyembuhannya ‘
first intention’
b) Transparent film daya lengket rendah mencegah pelepasan serat / fiber
pada luka
c) Jika eksudat minimal akan memberikan akan memberikan daya serap
cukup dan mencegah balutan menggores permukaan luka.
Alhasil,membuat nyaman dan pengangkatan / pelepasan balutannya
tidak menimbulkan traumatic

3. Kerugian
a) Tidak sesuai untuk balutan pada luka bereksudat banyak.
b) Jika eksudat banyak, balutan bias menimbulkan goresan dan
mengeringkan sehingga menyebabkan jaringan yang baru tumbuh
menjadi traumatic pada saat pengangkatan balutan
c) Diperlukan balutan sekunder (secondary dressing)

Q. BALUTAN POST OPERASI (POST OPERATION DRESSING


1. Deskripsi
a) Penyerapan eksudat merata dan tidak tembus keluar karena memiliki
lapisan non-woven
b) Biasanya terbuat dari bahan perekat adhesive yang tidak akan
meninggalkan sisa prekat ketika dressing/balutan dilepas
c) Balutan ini umumnya digunakan pada luka bereksudat sedikit atau luka
peneyembuhan ‘primary intention’
2. Kerugian
a) Tidak sesuai luka dengan eksudat banyak
b) Tidak direkomendasikanuntuk klien yang diketahui alergi terhadap
bahan berperekat
c) Beberapa balutan ini tidak water proof (tahan air)
3. Keuntungan
a) Sesuai luka untuk bereksudat sedikit atau luka dengan penyembuhan
b) Mengkombinasikan balutan dan pengaman berperekat
c) Jika eksudat sedikit, akan memberikan pnyerapan yang cukup

R. TRANSPARANT FILM

1. Deskripsi

a) Trasnparent, tipis
b) Komposisi : clear polyurethane yang disertai perekat adhesive / tidak
adhesive film
2. Fungsi

a) Melindungi luka dari air, bakteri dan jamur dengan tetap menjaga
sirkulasi udara disekitar luka karrna lapisan film pada transparent film
berdiofat semi porneable
b) Sangat elastis dengann daya rekat yang kuat
3. Indikasi

a) Primary atau secondary dressing


b) Dapat digunakan pada luka yang memerlukan dressing fiksasi yang
tahan air
c) Bisa digunakan sebagai fiksasi tahan air untuk kateter dan peralatan
medis

S.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Luka

1. Anamnesa
1) Tanggal dan waktu pengkajian Mengetahui perkembangan penyakit
2) Biodata →nama.umur jenis kelamin pekerjaan, alamat
3) Keluhan utama
4) Riwayat kesehatan kesehatan sekarang (PQRST), riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga dan status perkembangan
5) Aktivitas sehari-hari
6) Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan kulit
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui
metode inspeksi dan palpasi
1. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti :
a. Adanya perdarahan
b. Proses inflamasi (kemerahan dan pembengkakan)
c. Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaksi inflamasi pada saat
pembekuan berkurang)
d. Adanya parut atau bekas luka ( scar) akibat fibroblas dalam jaringan

2. Melihat adanya benda asing atau baha-bahan yang berkontaminasi pada luka,
misalnya tanah, pecahan kaca atau benda asing lain

3. Melihat tipe ukuran, kedalaman, dan lokasi luka

 Tipe Luka.
a) Luka akut.

Secara sederhana luka akut dapat didefinisikan sebagai luka bedah


yang sembuh melalui primary intention healing. (Keryin Carville).
Biasanya luka trauma. Dapat berbentuk irisan, abrasi, laserasi, luka
bakar atau luka traumatic lainnya. Luka akut biasanya berespon
terhadap perawatan dan sembuh tanpa komplikasi. (Carol Dealay).

b) Luka Kronis

Luka kronis terjadi manakala proses penyembuhan luka tidak


sesuaidengan jangka waktu yang diharapkan serta sembuh dengan
disertaiadanya komplikasi. (Keryln Carville). Luka yang membutuhkan
waktu lama atau merupakan kekambuhan dari luka sebelumnya
(Fowler, 1990).

 Ukuran
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka saat ini telah berkembang
banyak metode untuk pengukuran luka, antara lain:
1. Photografy (baik itu kamera konventional, polaroid atapun digital).
2. Wound Tracing. Menggunakan plastik transparan dan spidol transparan,
kemudian diletakkan diatas luka lalu tepi luka digambar (dijiplak).
3. Stereophotogrammetry (SPG). Kombinasi kamera video dan software.
Luka direkam kemudian didownload ke komputer. Dengan
menggunakan bantuan software luas permukaan luka dapat dikalkulasi.
4. Wound Molds. Alginate diletakkan pada permukaan luka, bila telah
menebal maka ditmbung beratnya. Hasil dari pengukuran berat alginate
dapat menggambarkan status penyembuhan luka.
 Kedalaman
1. Superficial Thickness:
a. Kedalaman luka hanya melibatkan epidermis.
b. Luka ini ditandai masih utuhnya epidermis namun terjadi perubahan
warna lainnya.
c. Tidak disertai adanya eksudat.
2. Partial Thickness.
a. Kedalaman luka melibatkan epidermis dan dermis.
b. Kulit sekitar kadang crythema dan kadang menimbulkan nyeri, panas
dan edema.Eksudat minimal hingga sedang.
 Lokasi
Luka pada daerah lipatan cenderung aktif bergerak dan tertarik sehingga
memperlambat proses penyembuhan akibat sel-sel yang telah beregenerasi
dan bermigrasi trauma. Contohnya luka pada lutut, siku, dan telapak kaki.
Begitu juga dengan area yang sering tertekan atau daerah penonjolan
tulang seperti pada daerah sacrum. Selain itu proses penyembuhan luka
sangat bergantung pada baik tidaknya vascularisasi daerah yang terkena.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka


2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3.Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
perawatan luka
4. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan jaringan parut pada kulit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri, imobilisasi, kelemahan fisik
C. Intervensi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Resiko infeksi Setelah dilakukan -Kaji jenis luka a. Menentukan
berhubungan dengan perawatan selama 12x24 -Buat kondisi balutan intervensi yang tepat
kurangnya perawatan jam tidak kurangny dalam keadaan bersih sesuai denganjenis luka
pada daerah luka terjadi infeksi dan terjadi dan kering b. Menghindari
perbaikan pada -Lakukan perawatan kontaminasi komensal
jaringan lunak dengan luka: dan akan menyebabkan
kriteria hasil: *Lakukan perawatan respon inflamasi lokal
a. Pada hari ke 12 tidak luka steril dan akan memperlama
ada tanda-tanda infeksi *Bersihkan luka penyembuhan luka
dan peradangan pada dengan cairan *Perawatan luka
area luka antiseptik jenis sebaiknya tidak
b. Leukosit dalam batas iodine providum dilakukan setiap hari
normal dengan cara untuk menurunkan
c. TTV dalam batas swabbing dari kontak tindakan
normal arah dalam ke luar dengan luka yang
*Bersihkan bekas dalam kondisi steril
sisa iodine providum schingga mencegah
dengan kontaminasi kuman ke
alkohol 70% atau luka bedah
normal salin dengan *Pembersihan debris
cara swabbing dari (sisa fagositosis,
arah dalam ke luar jaringan mati) dan
*Tutup luka dengan kuman di sekitar luka
kasa steril dan tututp dengan antiseptik
dengan plester
adhesif yang
menutupi kasa secara
menyeluruh
*Kolaborasi
penggunaan
antibiotik
2 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji lokasi nyeri, a.Untuk mengetahui
dengan terputusnya perawatan selama 3x24 karakteristik, tingkatan nyeri yang
onset/durasi,
kontinuitas jaringan jam pasien menunjukkan frekuensi dan dialami pasienn
respon nyeri yang tingkat keparahan sehingga dapat
nyeri
berkurang dengan b. Observasi tanda menentukan obat
kriteria hasil: tanda nteri non yang tepat dan
verbal
a. Pasien mengatakan kemungkinan yang
c. Kaji factor yang
rasa nyeri berkurang menyebabkan terjadimya
b. Pasien menggunakan nyeri gangguan lain
d.
teknik manajemen Berikan obat b. Tanda tanda nyeri
nyeri analgesic untuk non verbal yang
dimunculkan oleh
mengoptimalkan
pasien dapat
menghilangkan rasa
dignakan sebagai
nyeri
indicator mengukur
derajat nyeri
c. Penting untuk
mengetahui
penyebab nyeri
sehingga penyebab
itu dapat diobati
d. Obat ana analgesic
penting diberikan
kepada pasien untuk
mengurangi rasa
nyeri
3 Ansietas yeng Setelah dilakukan a .Monitor a.mengevealuasi
perawatan selama derajat/tingkat
berhubungan dengan kelemahan
1x24jam pasien dan krasadaran
kurangnyapengetahuan keluarga secara subjektif fisik,seperti komsestrasi
melaporkan rasa cemas khususnya ketika
mengenai perawatn kelemahan
berkurang dengan melakukan
luka kriteria hasil: perubahan TTV, komunikasi verbal
a. Pasien mampu
gerakan yang b.Memberikan
mengungkapkan kesempatan untuk
perasaan kepada berulang-ulang ,
berkomunikasi,
perawat catat kesuesusai kejelasan dari asa
b. Pasien dapat respon verbal dan takut dan
tidur dan mengurangi rasa
istirahat dengan non verbal selama cemas
baik komunikasi c.Meningkatkan
relaksasi dan
b.Anjurkan pasien menurunkan
mengungkapkan kecemasan
dan dan
mengekspresikan
rasa takutnya
c. Beri edukasi
tentang perawatan
luka
d. Kolaborasi
dengan pemberian
anticemas sesuai
indikasi
4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan a.Berikan stimulasi a. Memberi
yang berhubungan perawatan selama dukungan
positif mengenai
yang besar
dengan jaringan parut 1x24jam klien dapat penerimaan klien kepada klien
kulit menerima atau dapat terhadap dirinya perlahanlaan
menerima
melakukan adaptasi b.Berikan pujian keadaannya
terhadap [perubahan kepada klien b. Kemajuan
yang dialami
citra tubuh yang dialam mengenai
klien
klien dengan kriteria kemajuan positif merupakan
hasil: yang dialami satu tindakan
klien positif
a. Klien mamp klien dalam
menerima c. Dorong klien menrima kien
terhadap
keadaannya untuk merawat diri
dirinya
b. Body image c. Menyertakan
positif klien dalam
memberikan
c. Klien mampu perawatan diri
menunjukan Dapat
meningkatkan
interaksi dengan
oranglain
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. Kaji respon a. Sebagai
perawatan selama terhadap parameter
berhubngan dengan
1x24jam klien mampu aktivitas untuk
nyeri imobilitasi, beraktivitas sehari-hari pasien menentukan
dengan kriteria hasil b. Kaji tanda tingkat
kelemahan fisik
a. Klien dapat tanda vital kemampuan
melakukan c. Observasi pasien dalam
aktivitas selama pasien selam beraktivitas
perawatan beraktivitas b. Sebagai
b. Pasien tampak d. Anjurkan indicator
rileks pasien untuk terhadap
c. TTV dalam melakukan perubahan
keadaan normal relaksasi TTV akibat
aktivitas
c. Mengurangi
kelelahan otot
dapat
membantu
mengurangi
nyeri
D. Implementasi

No. Diagnosa implementasi


1. Resiko infeksi berhubungan a. Mengkaji jenis luka
dengan kurangnya b. Membuat balutan dalam keadaan bersih
perawatan pada daerah luka c. melakukan perawatan luka
a. meakukan perawatan luka
steril
b. membersihkan luka dengan
cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara
swabbing dari arah dalam luar
c. membersihkan iodine dengan
alcohol 70 atau normal salin
swabbing dari arah dalam ke
luar
d. menutup luka dengan kassa
steril dan tutup dengan
plester adhesive yang
menutupi kasa secara
menyeluruh
e. Kolaborasi dengan
pengguanaan antibiotik
2. Nyeri berhubungan dengan a. mengkaji lokasi nyeri, karakteristik,
terputusnya kontinuitas onset/durasi, frekuensi dan tingkat
jaringan keparahan nyeri
b. mengobservasi tanda tanda nteri non
verbal
c. mengkaji factor yang menyebabkan nyeri
d. memberikan obat analgesic untuk
mengoptimalkan menghilangkan rasa
nyeri
3. Ansietas yeng berhubungan a. memonitor kelemahan fisisk, seperti
dengan kurangnya kelemahan perubahan TTV, gerakan yang
pengetahuan mengenai berulang-ulang , catat kesuesusai respon
perawatn luka verbal dan non verbal selama komunikasi
b. menganjurkan pasien mengungkapkan
dan dan mengekspresikan rasa takutnya
c. memberi edukasi tentang perawatan luka
d. mengkolaborasikan dengan pemberian
anticemas sesuai indikasi
4. Gangguan citra tubuh yang a. memerikan stimulasi positif mengenai
berhubungan dengan jaringan penerimaan klien terhadap dirinya
parut kulit b. memberikan pujian kepada klien
mengenai kemajuan positif yang dialami
klien
c. mendorong klien untuk merawat diri

5. Intoleransi aktivitas a. Mengkaji respon terhadap aktivitas


berhubungan dengan nyeri pasien
imobilitasi, kelemahan fisik b. Mengkaji tanda tanda vital
c. Mengobservasi pasien selam beraktivitas
d. Menganjurkan pasien untuk melakukan
relaksasi

E. Evaluasi

No. Diagnosa evaluasi


1. Resiko infeksi berhubungan S : pasien mengatakan
dengan kurangnya
perawatan pada daerah luka O : tidak ada tanda tanda infeksi dan peradangan
pada luka, leukosut dalam batas normal, TTV
dalam batas normal

A : resiko intervensi teratasi

P : hentikan iintervensi

2. Nyeri berhubungan dengan S : pasien mengatakan sudah tidak terasa nyeri


terputusnya kontinuitas dudaerah sekitar luka
jaringan
O : pasien tampak tenang

A : nyeri teratasi

P : hentikan intervensi

3. Ansietas yeng berhubungan S : pasien mengatakan sudah lebih tenang dan


dengan kurangnya tidak cemas
pengetahuan mengenai
perawatn luka O : pasien mampu mengungkapkan perasaannya
kepada perawat, pasien dapat
mendemonstrasika ketramplan pemecahan
masalah

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

4. Gangguan citra tubuh yang S : -


berhubungan dengan jaringan
parut kulit O : kulit klien lukanya masih lecet
dan jaringannya masih belum menyatu

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

5. Intoleransi aktivitas S : -
berhubungan dengan nyeri
imobilitasi, kelemahan fisik O : klien tampak mampu melakukan aktivitas
secara mandiri

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
BAB IV

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. Pengertian

Melakukan tindakan perawatan terhadap luka, mengganti balutan dan membersihkan


luka

2. Tujuan

Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cidera mekanik


Mencegah luka dari kontaminasi bakteri.
Memberikan rasa nyaman pada pasien
3. Penatalaksanaan
A. Bak instrumen yang berisi:
c) Pinset anatomi 2
d) Pinset cirurgis 1
e) Gunting jaringan 1
f) Kom 1
B. Peralatan lainnya yaitu:
a) Handscoon
b) Kassa steril
c) Hipafix atau plester
d) Gunting plester
e) NaCl 0,9%
f) Intrasit Gel (Hidrogel)
g) Bengkok
h) Perlak
C. Prosedur Pelaksanaan
a) Tahap Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi data
- Mempersiapkan pasien
b) Tahap Orientasi
- Memberikan salam dan meyapa pasien
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
- Menanyakan kesiapan pasien
c) Tahap Kerja
- Membaca Basmallah.
- Menjaga privasi pasien.
- Mencuci tangan.
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan agar luka terlihat
jelas.
- Memasang perlak.
- Mendekatkan bengkok.
- Membuka peralatan.
- Menggunakan handscoon.
- Membuka balutan.
- Melakukan pengkajian luka menggunakan Battes-jansen.
- Melakukan pencucian luka menggunakan NaCl 0,9% atau dapat
menggunakan air mengalir yang sudah matang (air yang sudah
dapat diminum)
- Melakukan debridement
- Melakukan pencucian luka kembali.
- Mengeringkan luka menggunakan kassa.
- Memberikan hydrogel pada luka.
- Menutup luka menggunakan kassa steril dan plester.
- Merapihkan pasien dan alat

d) Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Menyampaikan rencana tindak lanjut
- Mendoakan pasien dan mengucap Hamdallah
- Berpamitan dengan pasien
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

luka adalah suatu keadaan gangguan pada kulit berupa kerusakan kontinuitas jaringan
pada kulit atau organ lainnya, baik disengaja atau tidak disengaja akibat dari trauma. Luka
dapat bersifat akut dan kronis. Tanda dan gejala luka ialah rubor, kalor, tumor, dolor dan
fungsio. Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase tanpa memandang penyebabnya,
yaitu fase inflamasi, fase poliferasi, dan fase maturasi. Komplikasi yang terjadi pada saat
luka adalah infeksi, perdarahan, Dehiscence dan Eviscerasi (komplikasi yang terjadi pada
saat post operasi yang serius). Prioritas penatalaksanaan luka adalah mengatasi perdarahan
(hemostasis), mengeluarkan benda asing yang menyebabkan infeksi; melepaskan jaringan
yang devitalisasi, krusta yang tebal dan pus; menyediakan temperatur, kelembaban, dan
pH yang optimal untuk sel-sel yang berperan dalam proses penyembuhan.

Perawatan Luka Modern adalah pelayanan yang diberikan berupa perawatan luka dengan


menggunakan teknik dan bahan modern, sesuai standar Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan standar Internasional. Perawatan ini menggunakan modern
dressing (balutan modern) berbasis lembab atau “moist wound healing dan moist wound
dressing” untuk penyembuhan luka yang optimal, baik dilihat dari kualitas integritas
jaringan, waktu proses penyembuhan, peningkatan quality of life dengan
memperhatikan patient safety.

B. Saran

Setelah selesainya makalah ini,kami menyadari masih banyak kekurangan dalam


menyusunnya.maka kami selaku penyusun,berharap kritik dan saran-sarannya yang
bersifat membangun.karena kami masih dalam tahap belajar.Atas saran-sarannya penulis
mengucapkan terima kasih.Semoga pembaca dan penulis dapat menambah wawasan
tentang makalah katarak ini.Dan semoga penjabaran tersebut dapat bermanfaat bagi kita
semua

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/409530706/Sop-Wound-Modern-Dressing
https://id.scribd.com/doc/310345693/Asuhan-Keperawatan-Luka
https://id.scribd.com/doc/283540106/Perawatan-Luka-Modern-Dressing

Anda mungkin juga menyukai