COVER.....................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
ii
2.5 faktor yang mempengaruhi penyembuhan perawatan luka.............................4
3.1 kesimpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
Kelompok 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut
biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan
isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari luka?
2. Apa saja jenis-jenis Luka?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka?
4. Apa saja faktor vang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
5. Bagaimana Cara merawat luka?
6. Bagaimana prosedur perawatan luka sederhana dan modern
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian luka.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka.
3. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.
4. Untuk mengetahui cara merawat luka.
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur perawatan luka sederhana dan modern.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
2.2.5 Luka Laserasi
Terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara tidak disengaja.
biasanya disebabkan oleh kecelakaan
2.2.6 Luka Penetrasi
Terjadi bila benda yang terdorong masuk ke kulit atau membran
mukosa. Merupakan luka yang tidak disengaja. Benda yang masuk seperti
pecahan metal atau peluru, berada dalam jaringan di bawah kulit; projektil
meninggalkan suatu saluran melewati jaringan yang dapat tertutup secara
lengkap.
2.3 Proses Penyembuhan luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang
mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi.
Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan
didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal. Penyembuhan luka dapat
terjadi secara:
Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per
primam, Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka
jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan
kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi Penyembuhan dimulai dari
lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka
selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih,
tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan
komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur
baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan
tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi, pemakaian
obat-obatan, kondisi metabolik).
vii
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan
atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan
luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan
berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.
2.4 Fase Penyembuhan Luka
Proses regenerasi penyembuhan luka menggambarkan 3 fase, yaitu :
2.4.1 Fase Inflamasi
Fase Inflamasi terlihat selama beberapa hari pertama setelah cedera (0-5 hari)
waktu fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
2.4.2 Fase Proliferasi
Fase Proliferasi dimulai pada 4-5 hari setelah cedera dan selesai dalam
waktu dua minggu. Disebut juga dengan fase granulasi yaitu adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka.jaringan granulasi terdiri dari
Fibroblats,sel inflamasi,dan pembuluh darah.
2.4.3 Fase Maturasi atau remodelling
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan
akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk, Fase ini dapat
berlangsung berbulan-bulan sesuai jenis luka.
2.5 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan perawatan luka
Jika ada satu atau lebih faktor resiko, luka dapat tidak sembuh dalam periode
waktu yang biasanya. Kondisi ini disebut penyembuhan luka yang terhambat.
Faktor-faktor yang mengkontribusi terhambatnya perawatan luka:
1. Menurunnya sirkulasi kebagian tubuh yang disebabkan oleh usia atau patologis
(seperti pada Diabetes).
2. Perubahan status nutrisi, khususnya kekurangan protein, zat besi,atau vitamin
C.
3. Status Imunologi
4. Terapi Farmakologi (obat-obatan) yang dapat mempengaruhi atau merubah
respon inflamasi atau meningkatkan waktu koagolasi (pembekuan) darah.
5. Merokok, yang secara langsung berdampak pada suplai oksigen perifer ke
jaringan melalui perubahan status pernafasan dan konstriksi vaskuler.
viii
6. Obesitas (kegemukan), dimana jaringan lemak memiliki oksigen dan zat gizi
sedikit karena vaskular yang lebih sedikit.
7. Tekanan pada luka yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti penarikan
jahitan atau balutan yang ketat, respon hormonal terhadap nyeri yang lama atau
yang tidak hilang, atau faktor fisiologis seperti ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Komplikasi luka seperti perdarahan, infeksi, dehiscence atau eviserasi.
2.6 Perawatan Luka
2.6.1 Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Perawatan luka terbuka diutamakan pada luka yang sederhana dan dangkal.
Perawatan luka tertutup bertujuan untuk:
a. Menjaga luka dari trauma.
b. Mengimobilisasi daerah luka.
c. Mencegah perdarahan.
d. Mencegah kontaminasi oleh kuman.
e. Mengabsorbsi drainase.
f. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
g. Debridemen sel nekrotik.
2.6.2 Indikasi mengganti balutan :
a. Balutan kotor atau basah akibat eksternal\
b. Ada rembesan eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Dengan frekuensi tertentu, untuk mempercepat debridemen (pengangkatan)
jaringan nekrotik.
2.6.3 Indikasi balutan kering atau basah:
a. Balutan basah digunakan untuk luka yang basah atau drainase.
b. Luka kering atau drainase minimal digunakan balutan kering.
ix
c. Luka berwarna hitam (nekrotik) harus dinekrotomi secara mekanik atau
kimia.
2.7 Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka
1. Clean Wounds (Luka bersih)
yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup: jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%-11%.
2.8 Penyembuhan Luka
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Penyembuhan primer (healing by primary intention). bersih, tidak ada jaringan
yang hilang. Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan terjadi setelah
Biasanya suatu berlangsung dari internal ke eksternal.insisi,
2. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention).
Sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
3. Delayed Primary healing
Penyembuhan luka berlangsung lambat, sering disertai infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.Berdasarkan lama penyembuhan bisa
dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan
terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang
tidak ada tanda- tanda sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi
bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda
infeksi.
x
2.9 Prosedur Perawatan Luka Sederhana
Prosedur perawatan luka sederhana dengan melalui langkah-langkah yakni:
1.Siapkan alat dan bahan
Alat:
- Bak instrumen steril berisi: Pinset anatomis, Pinset chirurgis, Sarung
tangan, gunting jaringan.
- Gunting perban
- Plester
- Mangkok kecil
- - Bengkok/Nierbeken
- Perlak/handuk
- Tempat sampah
Bahan:
- Larutan NaCl
- Betadine/Rivanol
- Alkohol 70%
2. Cara kerja:
1. Jelaskan prosedur kepada pasien.
2. Cuci tangan dengan sabun.
3. Siapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
4. Letakkan pasien senyaman mungkin di tempat tidur atau di kursi.
5. Tutup ruangan dengan tirai.
6. Angkat atau lepaskan perekat plester dengan kapas alkohol.
7. Pasang perlak/handuk di bawah luka yang akan diganti balutan.
8. Pakai sarung tangan untuk memulai mengganti balutan, angkat balutan
dengan memakai pinset anatomis dan letakkan balutan di tempat sampah,
perhatikan keadaan luka.
9. Buka balutan steril, tempatkan dalam bak instruman, buka larutan antiseptik
(Betadine. Rivanol) dan tuangkan ke dalam kom kecil.
10. Bersihkan luka dengan memakai pinset chirurgis, luka dibersihkan dengan
kasa yang dibasahi antiseptik dari dalam ke luar secara sirkuler, ulangi
sampai bersih. Jika terlalu kotor, cuci dengan NaCl 0,9 % disiram secara
xi
perlahan sampai bersih dan air siraman ditampung dalam
bengkok/nierbeken.
11. Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan dalam membersihkan.
gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka.
12. Berikan salep antiseptik atau kompres dengan antiseptik (Betadine,Rivanol,
NaCl 0,9%). Hindari kasa yang terlalu basah.
13. Balut atau tutup semua area luka sampai permukaannya tertutup.
14. Buka sarung tangan.
15. Balutan diplester dan alat-alat dirapikan.
16. Cuci tangan.
2.10 perawatan luka dengan modern dressing
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan
prinsip moisture efektif bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka
kelembabannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan memfasilitasi
pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi balance, yang
disebutkan lebih dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka
menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing. Lingkungan yang terlalu embab dapat menyebabkan maserasi tepi luka,
sedangkan kondisi kurang lembab menyebabkan kematian sel, tidak terjadi
perpindahan epitel dan jaringan matriks. Perawatan luka modern harus tetap
memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan
memilih balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa luka, sedangkan perawatan luka modern Hydrogel berfungsi
menciptakan lingkungan perawatan luka konvensional harus sering mengganti
kain kasa pembalut memiliki prinsip menjaga kelembaban luka dengan
menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan lembab, menghancurkan
jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam
struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan
dapat diaplikasikan selama 3- 5 hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma
dan nyeri pada saat penggantian balutan.
xii
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, membantu menghentikan
perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua kali
lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah hidrokoloid yang
mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat digunakan untuk
balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan
dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang
menyerap cairan seperti foam.
Prinsip dan kaidah balutan luka (wound dressings) telah mengalami
perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari
perawatan luka dengan suasana lembab antara lain :
1. Mempercepat fibrinolisis. Fibrinnolisis yang terbentuk pada luka kronis dapat
dihilangkan lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup
akan merangsang pembuluh darah lebih cepat. pembentukan
3. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada
proses penyembuhan membentuk angiogenesis. stratum luka korneum untuk
dan
5. Mempercepat pembentukan sel aktif.
2.10.1 Bahan perawatan modern wound dressing
1. Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri.
Berbahan dasar gliserin / air yang dapat memberikan kelembaban;
digunakan sebagai dressing primer dan memerlukan balutan sekunder (pad /
kasa dan transparent film). Topikal ini tepat digunakan untuk luka nekrotik /
berwarna hitam / kuning dengan eksudat minimal atau tidak ada.
2. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan
untuk luka- luka superfi sial dan non-eksudatif atau untuk luka post-operasi.
Terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif; tidak
xiii
menyerap eksudat. Indikasi luka dengan epitelisasi, Kontraindikasi banyak.
low : exudate, luka insisi. luka terinfeksi
3. Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembab,
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi,
mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing primer sekunder,
support autolysis atau untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough.
Terbuat dari pektin, gelatin, carboxy- methylcellulose, dan elastomers.
Indikasi : luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi terinfeksi atau luka grade III-IV. luka
4. Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan
sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka. Indikasi luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia dalam
bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
5. Foam/ absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan yang jumlahnya sangat
banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder. Terbuat
dari polyurethane; non- adherent wound contact layer, highly absorptive.
Indikasi : eksudat sedang sampai berat. Kontraindikasi luka dengan eksudat
minimal, jaringan nekrotik hitam.
6. Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung 1,2% dan hydrofiber dengan spektrum luas
termasuk bakteri MRSA (Methicillin-Resistant Staphy- Lococcus Aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau
berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam
jangka waktu lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%
xiv
7. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non- absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang banyak, luka terinfeksi, dan
memerlukan balutan sekunder.
8. Medical Collagen Sponge
Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk merangsang
percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat minimal dan
memerlukan balutan sekunder.
2.11 Perbedaan Teknik Perawatan Luka Sederhana Dan Modern
Saat ini telah hadir metode perawatan luka modern yang bisa digunakan
dalam proses penyembuhan luka diabetik, luka bakar serta bekas luka lainnya.
Dengan menggunakan teknik tersebut, luka yang sudah parah, bahkan sudah
mulai membusuk bisa diatasi sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa sembuh
tanpa perlu adanya tindakan amputasi. Didalam tenik perawatan luka modern,
perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan serta skill dalam hal perawatan
luka, misalnya pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi luka,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama proses perawatan,
serta dokumentasi hasil yang sistematis. Perawat juga bertanggung jawab terhadap
keadaan pembalutan dan pengawasan terhadap luka akut. Intervensi perawatan
merupakan titik tolak terhadap proses penyembuhan luka, perawat harus
bertanggung jawab terhadap kualitas klien dengan luka.
Ada perbedaan mendasar antara perawatan luka sederhana dengan
perawatan luka modern. Di mana pada teknik perawatan luka secara sederhana
tidak mengenal perawatan luka lambab,kasa biasaanya lengket pada luka karena
dalam kondisi kering.pada cara sederhana pertumbuhan jaringan lambat sehingga
menyebabkan tingkat resiko infeksi lebih tinggi. Balutan luka pada cara sederhana
juga hanya menggunakan kasa. Sedangkan untuk teknik modern, perawatan luka
lembab sehingga area luka tidak kering sehingga mengakibatkan kasa tidak
mengalami lengket pada luka. Dengan adanya kelembaban tersebut dapat memicu
petumbuhan jaringan lebih cepat dan tingkat resiko terjadinyainfeksi menjadi
rendah. Karena dengan balutan luka modern, luka tertutup dengan balutan
luka.Keunggulan lainnya dari teknik perawatan luka modern disbanding cara
xv
sederhana adalah dalam manajemen luka. Manajemen luka dala perawatan
modern adalah dengan metode”moist wound healing” hal ini sudah mulai
dikenakkan oleh prof. winter pada tahun 1962. Mois wound healing merupakan
suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap terjaga kelembapannya
untuk memfasilitasi penyembuhan luka. luka lembab dapat diciptakan dengan cara
occlusive dressing ( perawatan luka tertutup).
Jadi kenapa saat ini perawat luka modern cenderyung lebih disarankan
dibandingkan metode yang sederhana karena resiko infeksi bisa lebih ditekan,dan
dengan luka lembab maka akan menjadikan pertumbuhan jaringan lebih cepat.
xvi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor
tertentu yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian
khusus dalam melakukan perawatan luka, agar luka dapat segera disembuhkan.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai
dengan prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan.
Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
awam tentang pentingnya merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan
penyakit yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat dengan baik.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
xviii