Anda di halaman 1dari 22

PERAWATAN LUKA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Mutmawati 14220210048
2. Putri Amalia Rahayu 14220210051
3. Nur Hikmah 14220210015
4. Nurhaliza 14220210019
5. Andi Angraeni 14220210047

MATA KULIAH : KEPERAWATAN DASAR II

DOSEN : Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Dasar ll, yang berjudul
“Perawatan luka”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Wa Ode Sri Asniar, S.Kep.,Ns., M.Kes. selaku
Dosen mata kuliah Keperawatan Dasar Il yang telah memberikan tugas yang berbentuk
Makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya melalui jurnal-jurnal dan buku, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan Makalah
ini.

Makassar, 11 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian.........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
2.1. Keperawatan luka.......................................................................................................................6
2.2 Anatomi Kulit..............................................................................................................................6
2.3 Prinsip keperawatan MOIST.......................................................................................................8
2.4 Fase Penyembuhan luka..............................................................................................................9
2.5 warna Dasar Luka......................................................................................................................11
2.6 Cara Membersihkan Luka..........................................................................................................12
2.7 Cairan Pencuci Luka..................................................................................................................13
2.8 Jenis Balutan Luka.....................................................................................................................14
2.9 SOP Perawatan Luka.................................................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di rumah sakit
sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis karena perawatan luka cukup tinggi dan ini
akan menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan prosedur tetap yang
berlaku serta selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional yang sesuai dengan
etika profesi keperawatan yang merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai
moral dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi
keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat (Azwar, 2007).Pelayanan keperawatan
yang diberikan secara menyeluruh salah satunya adalah perawatan luka yang harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Prosedur perawatan luka ini bertujuan agar
mempercepat proses penyembuhan dan bebas dari infeksi, indikator adanya infeksi akibat
perawatan luka yang tidak baik salah satunya adalah terjadinya infeksi nosokomial yang
merupakan infeksi yang didapat atau yang timbul pada waktu pasien di rawat di rumah sakit.
(Ii & Pustaka, 2012)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat adalah:
- Menjelaskan tentang bagian anatomi kulit?
- Menjelaskan tentang perawatan luka ?
- Menjelaskan prinsip dari perawatan luka MOIST ?
- Menjelaskan fase penyembuhan luka ?
- Menbedakan warna dasar luka?
- Bagaimana cara membersihkan luka?
Menelaskan jenis-jenis carian pembersih luka?
- Menjelaskan jenis balutan luka ?
- Menjelaskan SOP perawatan luka?

1.3 Tujuan penelitian


- Dapat mengetahui tentang bagian anatomi kulit.
- Dapat Menjelaskan tentang perawatan luka.
- Menjelaskan prinsip dari perawatan luka MOIST.
- Dapat menjelaskan fase penyembuhan luka.
- Dapat menbedakan warna dasar luka.
- Dapat mengetahui cara membersihkan luka.
- Dapat mengetahui jenis-jenis carian pembersih luka.
- Dapat mengetahui jenis balutan luka .
- Menjelaskan SOP perawatan luka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keperawatan luka


Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya. Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan
makanan bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur.

Perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di terapkan untuk merawat luka
yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik steril merupakan teknik di mana tenaga
kesehatan memakai peralatan dan bahan yang telah disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau
partikel virus yang menempel di permukaannya. Beberapa contoh peralatan steril antara lain
peralatan yang telah di sterilkan dengan Autoklaf untuk digunakan di ruang operasi serta
beberapa peralatan medis yang telah di sterilkan dan dibungkus dengan baik dari pabrik
sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan luar yang tidak steril. Sedangkan teknik
bersih adalah teknik dimana tenaga kesehatan memakai peralatan dan bahan yang tidak
memerlukan perlakukan yang seksama seperti memperlakukan instrumen steril. Cukup
dengan peralatan yang telah di bersihkan dengan alkohol tanpa harus di masukkan ke
Autoklaf terlebih dahulu.(Edukasi et al., 2018)

2.2 Anatomi Kulit


a) Epidermis

Epidermis merupakan yang terluar dari ketiga lapisan kulit. Ketebalannya tergantung di mana
ia berada di tubuh. Misalnya, lapisan tipis di kelopak mata (0,5 milimeter). Lapisan Ini paling
tebal di telapak tangan dan telapak kaki (1,5 milimeter).

Ada lima lapisan epidermis, yaitu:

- Stratum basale: Dikenal juga sebagai lapisan sel basal, yang memiliki sel-sel basal
berbentuk kolom yang membelah dan mendorong sel-sel tua ke permukaan kulit. Sel-
sel tua menjadi rata dan akhirnya mati dan luruh. Begitulah siklus seterusnya.
- Stratum spinosum: Disebut juga sel skuamosa, merupakan lapisan kulit yang paling
tebal. Lapisan ini juga mengandung sel langerhans yang dapat mencegah infeksi.
- Stratum granulosum: Lapisan ini mengandung lebih banyak keratinosit yang bergerak
ke permukaan.
- Stratum lucidum: Lapisan ini hanya ada di telapak tangan dan telapak kaki.
- Stratum korneum: Merupakan lapisan terluar yang akan luruh setiap dua minggu.

b) Dermis

Dermis adalah lapisan tengah yang terletak di antara epidermis dan jaringan subkutan.
Lapisan kulit ini berisi jaringan ikat, kapiler darah, kelenjar minyak dan keringat, ujung saraf,
serta folikel rambut. Lapisan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

- dermis papiler, yang merupakan lapisan atas yang tipis.


- dermis retikuler, yang merupakan lapisan bawah yang tebal.
- Ketebalan dermis bervariasi tergantung pada lokasinya di tubuh. Di kelopak mata,
tebalnya 0,6 milimeter. Di bagian belakang, telapak tangan, dan telapak kaki setebal 3
milimeter.

c) Jaringan Subkutan

Lapisan terdalam dari kulit adalah jaringan subkutan, hipodermis, dan subkutis. Secara
teknis ini bukan bagian dari kulit, tapi membantu menempelkan kulit ke tulang dan otot.
Jaringan subkutan juga menyediakan kulit dengan saraf dan suplai darah. Hipodermis
mengandung sebagian besar lemak, jaringan ikat, dan elastin, yang merupakan protein elastis
yang membantu jaringan kembali ke bentuk normal setelah peregangan.

Tingginya kadar lemak membantu melindungi tubuh dan mencegah tubuh kehilangan
terlalu banyak panas. Lapisan lemak juga bertindak sebagai pelindung, bantalan tulang dan
otot. Kulit adalah organ besar dan kompleks dengan berbagai fungsi vital. Mulai dari
melindungi tubuh dari patogen hingga membantu menjaga suhu tubuh yang tepat.

2.3 Prinsip keperawatan MOIST


Prinsip Moist Wound Care antara lain pertama, dapat mengurangi dehidrasi dan
kematian sel karena sel-sel neutropil dan makrofag tetap hidup dalam kondisi lembab, serta
terjadi peningkatan angiogenesis pada balutan berbahan oklusive(Merdekawati & Rasyidah,
2017).

Prinsip kedua, yaitu meningkatkan debridement autolysis dan mengurangi nyeri. Pada
lingkungan lembab enzim proteolitik dibawa ke dasar luka dan melindungi ujung syaraf
sehingga dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen (Fatmadona &
Oktarina, 2016).

Prinsip ketiga, yaitu meningkatkan re-epitelisasi pada luka yang lebar dan dalam.
Proses epitalisasi membutuhkan suplai darah dan nutrisi. Pada krusta yang kering dapat
menekan/menghalangi suplai darah dan memberikan barier pada epitelisasi (Fatmadona &
Oktarina, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan prinsip Moist Wound Care cenderung menjadi
pilihan perawatan luka Sectio Caesarea karena dapat mengurangi resiko infeksi,
mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi nyeri ketika rawat luka ketika
debridemen sehingga memberikan suatu kenyaman bagi pasien post operasi Sectio Caesarea.

PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MODERN WOUND DRESSING


Prinsip dan Kaidah
Balutan luka (wound dressings) telah mengalami perkembangan sangat pesat selama hampir
dua dekade ini.Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain:
a. Mempercepat fi brinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh neutrofi l dan sel endotel dalam suasana lembap.
b. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
c. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkandengan perawatan kering.
d. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
e. Mempercepat pembentukan sel aktif.(Kartika, 2015),

2.4 Fase Penyembuhan luka

a) Pembekuan darah (hemostasis)

Proses pembekuan darah Saat mengalami luka terbuka akibat tersayat atau tergores benda
tajam, kulit yang terluka biasanya akan mengeluarkan darah.Ketika ini terjadi, pembuluh
darah segera akan menyempit untuk menjalankan proses pembekuan darah (hemostasis).Hal
ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan sehingga tubuh tidak kehilangan terlalu banyak
darah.

Pada proses pembekuan darah, darah yang tadinya cair akan mengental dan
menggumpal.Komponen yang berperan penting dalam hemostasis adalah trombosit (keping
darah) dan protein yang disebut dengan fibrin.Selama proses pembekuan darah berlangsung,
trombosit bertugas menyumbat pembuluh darah yang rusak.Pada saat yang bersamaan, fibrin
dalam bentuk benang-benang halus akan memperkuat sumbatan sehingga darah bisa
menggumpal.Gumpalan darah kemudian berubah menjadi keropeng saat mengering.

b) Peradangan (inflamasi)

Penanganan luka bakar cara mengobati luka bakar Setelah pembekuan darah berhasil
menutup luka dan menghentikan peradarahan, pembuluh darah akan terbuka sedikit untuk
mengalirkan darah kembali.Hal ini bertujuan untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi pada
jaringan yang rusak.Selama proses penyembuhan, luka perlu mendapat asupan oksigen dalam
kadar yang seimbang alias tidak terlalu sedikit atau banyak.Nah, aliran darah yang melewati
luka akan menyebabkan luka terasa bengkak, hangat, dan kemerahan sehingga fase
penyembuhan luka ini disebut juga sebagai inflamasi.

c) Pembentukan jaringan baru (proliferasi)

Setelah area luka steril, selanjutnya sel darah merah mulai memproduksi senyawa kimia yang
mendorong pembentukan kolagen pada luka.Kolagen adalah serat protein yang membentuk
jaringan kulit yang baru pada luka atau jaringan parut.Berdasarkan penjelasan dalam studi
rilisan Pharmaceutics, keberadaan kolagen akan memulai proses penutupan area luka dan
perbaikan jaringan kulit yang rusak.Fase penyembuhan luka ini biasanya ditunjukkan dengan
bekas luka yang tadinya terlihat memerah, lalu lama-kelamaan warnanya tampak
kusam.Pematangan atau penguatan jaringan (maturasi)

d) Pematangan atau penguatan jaringan (maturasi)

Tahap penyembuhan luka yang terakhir adalah penguatan jaringan yang baru terbentuk atau
proses maturasi.Dalam fase ini, bekas luka benar-benar sudah tertutup oleh lapisan kulit
baru.Namun, lapisan kulit ini bisa tampak lebih keras, kencang, dan tidak selentur kulit
normal.

a) fase Koagulasi dan Inflamasi (0-3 hari).

Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah luka terjadi dan melibatkan
platelet. Pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokonstriksi. Proses ini bertujuan untuk
homeostatis sehingga mencegah perdarahan lebih lanjut.

Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi dan berlanjut hingga
sekitar 3 hari. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit (utamanya neutrofil).
Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam
persiapan pembentukan jaringan baru.

b) fase Proliferasi atau Rekonstruksi (2-24 hari).

Apabila tidak ada infeksi atau kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses penyembuhan
selanjutnya memasuki tahapan Proliferasi atau rekonstruksi. Tujuan utama dari fase ini
adalah:
 Proses granulasi (untuk mengisi ruang kosong pada luka).

 Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru).

Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Angiogenesis terjadi bersamaan dengan
fibroplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-sel penyembuhan tidak dapat bermigrasi, replikasi,
melawan infeksi dan pembentukan atau deposit komponen matrik baru.

 Proses kontraksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling berdekatan).

Menurut Hunt (2003) kontraksi adalah peristiwa fisiologi yang menyebabkan terjadinya
penutupan pada luka terbuka. Kontraksi terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari
kontraksi akan tampak dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu.

c) Fase Remodelling atau Maturasi (24 hari-1tahun).

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.
Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Serabut-serabut
kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase
untuk perbaikan sepanjang garis luka. Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrks.
Serabut kolagen menyebar dengan saling terikat dan menyatu serta berangsur-angsur
menyokong pemulihan jaringan Akhir dari penyembuhan didapatkan parut luka yang matang
yang mempunyai kekuatan 80 % dibanding kulit normal.(Erwin, 2021)

2.5 warna Dasar Luka

Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka antara lain :

a. Hitam atau Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau
lembab.
b. Kuning atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
c. Merah atau Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
d. Pink atau Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
e. Kehijauan atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri, panas,
bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.(Todsen et al., 2021)
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah RYB/Red Yellow
Black (Merah – Kuning – Hitam).
a. Luka dasar merah:
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan lingkungan luka
dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.
b. Luka dasar kuning :
Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis debridement agar luka berwarna
merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi/menghindari
kejadian infeksi
c. Luka dasar hitam :
Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu pembersihan jaringan mati
dengan debridement, baik dengan autolysis debridement maupun dengan pembedahan.

2.6 Cara Membersihkan Luka

- Mencuci tangan

Sebelum melakukan perawatan luka, cuci tangan Anda terlebih dahulu dengan air mengalir
dan sabun untuk menghindari infeksi.

- Menekan luka

Perdarahan pada goresan dan luka ringan biasanya akan berhenti sendiri. Jika tidak, beri
tekanan lembut pada luka dengan kain yang bersih. Posisikan bagian tubuh yang terluka lebih
tinggi.

- Membersihkan luka

Bilas luka dengan air bersih yang mengalir. Sekitar luka boleh dibersihkan dengan sabun, tapi
tidak pada lukanya, untuk menghindari iritasi.Jika ada kotoran atau benda yang tertancap
pada luka setelah dibersihkan, gunakan pinset steril (yang telah dibersihkan dengan alkohol)
untuk mencabutnya.

Jika masih ada benda yang tertancap, pergilah ke dokter agar dapat dibersihan luka secara
menyeluruh guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.Tidak perlu menggunakan cairan
hidrogen peroksida, obat merah, atau larutan antiseptik yang mengandung iodine, karena
dapat menimbulkan iritasi pada luka.

- Mengoleskan krim atau salep antibiotik

Oleskan krim atau salep antibiotik untuk membantu menjaga permukaan kulit tetap lembap.
Obat ini memang tidak membuat luka cepat sembuh, tapi bisa mencegah infeksi sehingga
proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Namun jika muncul ruam pada kulit,
segera hentikan penggunan salep.

5. Menutup luka

Perban luka berfungsi untuk menjaga luka agar tetap bersih dan terhindar dari bakteri.
Namun, jika luka atau goresannya tergolong kecil, maka tidak perlu diperban. Jangan lupa
untuk mengganti perban setidaknya sekali sehari atau tiap kali perban basah atau kotor.

Jika luka cukup dalam, menganga, dan terlihat lemak atau otot, segera ke rumah sakit atau
klinik untuk dijahit. Pada luka yang dalam atau kotor, suntikan tetanus mungkin dibutuhkan
dalam perawatan luka. Begitu juga bila Anda belum disuntik tetanus dalam jangka waktu
lima tahun terakhir.

2.7 Cairan Pencuci Luka

Macam-macam Cairan Pencuci luka Cairan Pencuci luka apa saja dapat di jadikan cairan
pencuci luka, yang terpenting seorang perawat harus mengetahui apa kandungan cairan itu
dan apakah sesuai dengan tujuan pencucian luka yg dilakukan. Berikut cairan pencuci luka
menurut Carville K (1998), Bellingeri et al., 2016), Klasinc et al., 2017, (Bongiovanni, 2014),
Cheng, et al 2016, Creppy,2014

 Normal Saline
 Chlorhexidine Gluconate
 Centrimide (Savlon)
 Tap water,
 Larutan ringer lactat,
 Hypochlorous acid,
 Polyhexamethylene biguanide (PHMB)
 Natrium hipoklorit (NaClO),
 Electrolyzed strong water acid ( ESWA)
 Hydrogen Peroxide
 Povidone Iodine
 Trisdine
 Varidase Topical
 Elase
 Cadexomer Iodine Ointment

Namun di Indonesia sesungguhnya banyak herbal/tanaman yang memiliki effect yang baik
dalam pencucian luka misalnya; air rebusan daun jambu biji, air rebusan daun sirih dll
dipercaya mempunyai efek antiseptik atau memberikan respon pada beberapa jenis bakteri.

2.8 Jenis Balutan Luka

Luka menyebabkan desintegrasi dan discontuinitas dari jaringan kulit. Sebagai akibatnya
fungsi kulit dalam memproteksi jaringan yang ada di bawahnya menjadi terganggu. Kulit
sama seperti baju yakni memberikan perlindungan bagi jairngan yang ada di bawahnya dari
paparan secara fisik, mekanik, biologis maupun kimiawi dari lingkungan eksternal.

Oleh karena itu tujuan utama dari balutan luka (wound dresssing) adalah menciptakan
lingkungan yang kondusif dalam mendukung proses penyembuhan luka. Seperti baju yang
memiliki ukuran, corak, dan warna, balutan luka (wound dressing) bersifat individual
bergantung pada karakteristik dari luka itu sendiri.

Penggunaan modern wound dressing didasarkan pada jenis lukanya.


Untuk jenis luka yang hitam/mengeras maka jenis dressing yang digunakan adalah;  
- Hidrogel,
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan dasar
gliserin / air yang dapat memberikan kelembaban; digunakan sebagai dressing primer dan
memerlukan balutan sekunder (pad /kasa dan transparant film). Topikal ini tepat
digunakan untuk luka nekrotik / berwarna hitam / kuning dengan eksudat minimal atau
tidak ada.
- Film Dressing,
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan untuk luka-luka
superfi sial dan non eksudatif atau untuk luka post operasi. Terbuat dari polyurethane
film yang disertai perekat adhesif; tidak menyerap eksudat. Indikasi : luka dengan
epitelisasi, low exudate, luka insisi. Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak.
- Hydrocolloid,
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembab, melindungi luka dari
trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat tetapi
minimal; sebagai dressing primer atau sekunder, support autolysis untuk mengangkat
jaringan nekrotik atau slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxy-methylcellulose, dan
elastomers. Indikasi : luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi : luka terinfeksi atau luka grade III-IV.

 Untuk jenis luka yang kuning (slough) atau luka eksudat sedikit – banyak, maka jenis
dressing yang digunakan adalah :
- Foam Dressing / Absorbant dressing,
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat banyak
(absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder. Terbuat
dari polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly absorptive. Indikasi : eksudat
sedang sampai berat. Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik
hitam.
- Calcium Alginate,
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan sekunder. Membentuk
gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap cairan luka yang berlebihan dan
menstimulasi proses pembekuan darah. Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel
jika bercampur dengan cairan luka. Indikasi : luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia dalam bentuk
lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
- Hydrocellulosa,
Digunakan untuk eksudat sedang – banyak karena memiliki daya serap tinggi, Dapat
menahan cairan luka sehingga tidak merembes, tidak meninggalkan residu balutan, tidak
nyeri saat dilepas, adhesive dan non adhesive,tidak bisa digunakan untuk luka nekrotik
kering (Ronald,WK 2015).
2.9 SOP Perawatan Luka
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR

PERAWATAN LUKA

Tujuan Perawatan luka :

- Meningkatkan hemostasis luka


- Mencegah infeksi
- Mencegah jaringan yang lebih lanjut
- Meningkatkan penyembuhan luka
- Mempertahankan integritas luka
- Mendapatkan kembali fungsi normal
- Memperoleh rasa nyaman

TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP LUKA

•Perawatan Luka Bersih Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus
dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan.

•Perawatan Luka Kotor Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus
pada bagian tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.

Perawatan Luka Bersih

Tujuan :

• Mencegah timbulnya infeksi.


• Observasi perkembangan luka.
• Mengabsorbsi drainase.
• Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis. Indikasi :
• Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
• Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
• Ingin mengkaji keadaan luka.
• Mempercepat debredemen jaringan nekrotik
Prosedur Perawatan Luka Bersih

1.Menyiapkan alat

2.Menyiapkan pasien

• Perkenalkan diri
• Jelaskan tujuan
• Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
• Persetujuan pasien

3.Tekhnis pelaksanaan

Dasar Pembersihan Luka

a. Bersihkan dari area yang sedikit terkontaminasi, seperti dari luka/insisi ke kulit
sekitarnya
b. saat melakukan irigasi, biarkan larutan mengalir dari area yang kurang terkontaminasi
ke area yang paling terkontaminasi.

Irigasi luka : menggunakan spuit (35 cc dng jarum ukuran 19) irigasi untuk menyemprot
cairan ke area luka dengan tekanan rendah yang konstan.

PERALATAN

Alat steril Alat tidak steril

- Pincet anatomi 1 - Gunting pembalut


- Pinchet chirurgie 1 - Plaster
- Gunting Luka (Lurus) - Bengkok/ kantong plastik
- Kapas Lidi - Pembalut
- Kasa Steril - Alkohol 70 %
Prosedur Pelaksanaan
- Kasa Penekan - Obat antiseptic/ desinfektan
(deppers) - NaCl 0,9 %
- Mangkok / kom Kecil
 Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
 Tempatkan alat yang sesuai.
 Cuci tangan.
 Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
 Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
 Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
 Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
 Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
 dan tutup luka dengan kasa steril Plester verban atau kasa.
 Rapikan pasien.
 Alat bereskan dan cuci tangan.
 Catat kondisi dan perkembangan luka.

Perawatan Luka Kotor (decubitus)

Definisi :

• Luka + Serum
• Luka + Pus
• Luka + Nekrose

Tujuan :

• Mempercepat penyembuhan luka.


• Mencegah meluasnya infeksi.
• Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.

Prosedur Perawatan Luka Kotor (decubitus)

1. Menyiapkan alat

2. Menyiapkan pasien
• Perkenalkan diri
• Jelaskan tujuan
• Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
• Persetujuan pasien

3. Tekhnis pelaksanaan

Alat steril Alat tidak steril

- Pincet anatomi 1
- Pinchet chirurgie 1 - Gunting pembalut
- Gunting Luka (Lurus - Plaster
dan bengkok ) - Bengkok/ kantong plastik
- Kapas Lidi - Pembalut
- Kasa Steril - Alkohol 70 %
- Kasa Penekan - H2O2 savlon
(deppers) - Obat antiseptic/ desinfektan
- Mangkok / kom Kecil - NaCl 0,9 %

Prosedur Pelaksanaan

- Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.


- Tempatkan alat yang sesuai.
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang
berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari
cairan tubuh.
- Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
- Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70% arah dari dalam ke luar.
- Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
- Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
- Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
- dan tutup luka dengan kasa steril.
- Plester verban atau kasa.
- Rapikan pasien.
- Alat bereskan dan cuci tangan.
- Catat kondisi dan perkembangan luka.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka merupakan bagian dari cedera yang terjadi akibat suatu kecelakaan, baik ringan
maupun berat. Cedera dapat menyebabkan kematian dan setiap tahun angka kejadiannya
semakin meningkat.

perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya. Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan
makanan bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Edukasi, A., Dengan, P. L., Aplikasi, M. M., & Android, B. (2018). Tinjauan Pustaka. 6(1).

Erwin, E. (2021). Moist wound dressing and its application in distant skin flap in cats. 14,
734–738.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2012). No Title. 5–16.

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. 42(7), 546–550.

Todsen, T., Melchiors, J., Larsen, K. D., Charabi, B., & Buchwald, C. Von. (2021). UL-
skanning af hoved og hals. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai