Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : HOME CARE

Dosen Pengampu : La Ode Suardin S.Kep.,Ns.,M.Kes

MAKALAH

PERENCANAN PERAWATAN LUKA

DISUSUN OLEH :

Kelompok III

1. SAIFUL 4201020006

2. WA MARFIA 164201021

3. YULIATIN 164201021036

4. PUSPA DEWI KALIWA 164201021006

STIKES IST BUTON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BAUBAU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

BauBau, 3 April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1

B. Rumusan masalah...................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Pengertian perawatan luka......................................................................................2

B. Manajemen perawatan luka....................................................................................5

C. Perencanaan Perawatan Luka.................................................................................7

BAB III..............................................................................................................................8

PENUTUP.........................................................................................................................8

A. Kesimpilan..............................................................................................................8

B. Saran.......................................................................................................................8

DAFTAR PPUSTAKA.....................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem integumen atau integumentary merupakan salah satu system yang
penting untuk dipelajari, karena sistem integumen merupakan barier atau
perlindungan pertama tubuh manusia dari lingkungan luar sehingga tetap menjaga
lingkungan internal tubuh dan juga menjaga benda asing tidak masuk ke kulit
(Sherwood, 2013). Sistem ini terdiri dari kulit, rambut dan kuku. Perubahan sistem
integumen dapat dihubungkan. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan
tubuh terhadap bakteri, virus dan mik- roba lainnya. Sistem integumen merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar
keringat. Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Sistem Integumen terdiri dari Kulit, Rambut, Kuku dan Kelenjar (Sherwood, 2013;
Tortora & Derrickson, 2014).
Perawatan luka merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dikerjakan
oleh perawat dengan sistematis dan komprehensif. Perawatan luka yang sistematis
merupakan urutan langkah perawatan yang harus dikerjakan oleh profesional di
bidang perawatan luka, sedangkan komprehensif merupakan metode yang dilakukan
saat melakukan perawatan luka dengan mempertimbangkan kondisi bio, psikologis,
sosial dan spiritual secara menyeluruh. Adapun langkah proses perawatan luka
secara umum di bagi menjadi 3 tahapan yaitu pencucian, pengkajian dan pemilihan
balutan.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
a. Menjelasakn perawatan luka ?
b. Menjelaskan manajemen perawatan luka?
c. Menjelasakan perencanaan perawatan luka?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perawatan luka


Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi
jaringan pada tubuh (suriadi 2007). Perawatan luka merupakan salah satu tindakan
keperawatan yangdikerjakan oleh perawat dengan sistematis dan
komprehensif.Perawatan luka yang sistematis merupakan urutan langkah perawatan
yang harus dikerjakan oleh profesional di bidang perawatan luka, sedangkan
komprehensif merupakan metode yang dilakukan saat melakukan perawatan luka
dengan mempertimbangkan kondisi bio, psikologis, sosial dan spiritual secara
menyeluruh. Adapun langkah proses perawatan luka secara umum di bagi menjadi
3 tahapan yaitu pencucian, pengkajian dan pemilihan balutan.
a. Pencucian luka
Langkah pertama pada perawatan luka adalah membuka balutan luka
yang dilanjutkan pencucian luka. Langkah ini mengawali perawatan luka
sebelum dilakukan pengkajian luka. Pencucian luka merupakan salah satu hal
yang sangat penting dalam perawatan luka. Pencucian luka dibutuhkan untuk
membersihkan luka dari mikroorganisme, benda asing, jaringan mati selain itu
pencucian luka dapat memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian luka
sehingga perawat dapat dengan tepat menentukan tujuan perawatan luka dan
pemilihan balutan. Pencucian luka yang baik dan benar akan mengurangi waktu
perawatan luka atau mempercepat proses penyembuhan luka. Begitu pentingnya
pencucian luka ini sehingga harus mendapat perhatian khusus dari seorang
perawat luka. Walaupun demikian, perawat harus berhati-hati dalam pemilihan
cairan pencuci luka karena tidak semua cairan pencuci luka baik dan tepat untuk
setiap luka sama halnya dengan pemilihan balutan. Pemilihan cairan pencuci
luka berdasarkan kondisi luka dan tujuan pencucian luka tersebut, jangan sampai
pencucian luka yang dilakukan mengganggu proses penyembuhan luka itu
sendiri. Bila tujuannya untuk mengatasi infeksi maka cairan pencuci dapat
menggunakan antiseptik, bila untuk menghilangkan benda asing beri H2O2 dst,
dan tidak berlaku untuk luka akut tanpa infeksi, atau luka granulasi. Tujuan
pencucian luka adalah :
1. Membersihkan jaringan nekrotik
2. Membuang dan mengurangi jumlah bakteri,

2
3. Membuang eksudat purulent,
4. Melembabkan luka
5. Memelihara kebersihan jaringan kulit sekitar luka
Adapun caiaran yang digunakan dalam proses pencucian luka yaitu :
1. Normal saline
2. Chlorhexidine gluconate
3. Centrinide (savlon)
4. Tap water
5. Larutan ringer lactat, dsb
Namun di Indonesia sesungguhnya banyak herbal/tanaman yang
memiliki effect yang baik dalam pencucian luka misalnya; air rebusan daun
jambu biji, air rebusan daun sirih dll dipercaya mempunyai efek antiseptik atau
memberikan respon pada beberapa jenis bakteri.
b. Pengkajian luka
Pengkajian luka harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna
bahwa pengkajian luka bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun
juga menemukan berbagai factor yang dapat menghambat penyembuhan luka.
(Carvile K 1998). Faktor –faktor penghambat penyembuhan luka didapat dari
pengkajian riwayat penyakit klien. Faktor yang perlu diidentifikasi antara lain :
1. Faktor umur
 Usia
 Penyakit penyerta
 Vaskularisasi
 Status nutrisi
 Obesitas
 Gangguan sensai atau mobilisasi
 Status psikologis
 Terapi radiasi
 Obat-obatan
2. Faktor local
 Kelembapan luka
 Penatalaksanaan manajemen luka
 Suhu luka
 Tekanan, gesekan, dan pergeseran
 Benda asimg
 Infeksi luka

3
Menurut Carville (1998), pengkajian luka meliput :
1. Type/jenis luka
2. Type Penyembuhan
3. Kehilangan jaringan
4. Penampilan klinis
5. Lokasi
6. Ukuran Luka
7. Eksudasi
8. Kulit sekitar luk
9. Nyeri
10. Infeksi luka
11. implikasi psikososial
c. pemilihan balutan
Luka menyebabkan desintegrasi dan discontuinitas dari jaringan kulit.
Sebagai akibatnya fungsi kulit dalam memproteksi jaringan yang ada di
bawahnya menjadi terganggu. Kulit sama seperti baju yakni memberikan
perlindungan bagi jairngan yang ada di bawahnya dari paparan secara fisik,
mekanik, biologis maupun kimiawi dari lingkungan eksternal.
Oleh karena itu tujuan utama dari balutan luka (wound dresssing) adalah
menciptakan lingkungan yang kondusif dalam mendukung proses penyembuhan
luka. Seperti baju yang memiliki ukuran, corak, dan warna, balutan luka (wound
dressing) bersifat individual bergantung pada karakteristik dari luka itu sendiri.
Di negara-negara yang sudah maju mereka tidak lagi menggunakan
dressing seperti rivanol, larutan iodine povidine 10 % yang diencerkan dan lain
sebagainya. Mereka sudah menggunakan advanced dressing yang mempunyai
fungsi mempertahankan kelembaban pada luka sehingga memicu perbaikan
jaringan. Ada beberapa alasan mengapa luka harus dibalut, diantaranya:
1. Menciptakan lingkungan yang mendukungan penyembuhan
2. Mendukung rasa nyaman bagi pasien.
3. Untuk melindungi luka dan kulit sekitarnya.
4. Untuk mengurangi nyeri.
5. Mempertahankan temperatur luka, dsb.
6. Mengontrol dan mencegah perdarahan.
7. Mengontrol dan mencegah bau.
8. Menampung eksudat.
9. Memberikan ‘compressi’ pada perdarahan atau statis vena.
10. Mencegah dan mengatasi infeksi pada luka.

4
B. Manajemen perawatan luka
a. Manajemen luka akut
Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan fisiologis proses
penyembuhan luka. Tiap fisiologis proses penyembuhan luka memiliki waktu
penyembuhannya yaitu; tahap inflamasi selama saat ceder sampai tiga atau lima
hari, tahap proliferasi mulai hari pertama sampai 21 hari dan maturasi dari hari
ke-21 sampai dua tahun (Carvile, 2007). Waktu fisiologis proses penyembuhan
luka tersebut dilalui oleh luka akut.
1. Deskripsi luka akut Luka akut sembuh sesuai dengan fisiologis proses
penyembuhanluka. Penyembuhan luka akut paska pembedahan
membutuhkanwaktu untuk migrasi sel epitel melewati sisi luka selama 48
jam (Carvile, 2007). Selama proses penyembuhan luka akut
membutuhkan lingkungan luka yang optimal yaitu lingkungan luka moist
atau lembab. Luka akut dapat sembuh sekitar 4-14 hari dalam lingkungan
luka optimal (Hess, 1999; Gabriel, 2015). Luka akut dapat sembuh
menggunakan tipe penyembuhan primer atau sekunder bahkan tersier
jika ada infeksi atau benda asing.
2. Manajemen perawatan luka akut
Manajemen perawatan luka akut akibat trauma (tidak direncanakan) dan
paska pembedahan (direncanakan) memiliki prinsip yang berbeda. Fokus
manajemen pada luka paska trauma adalah menstabilisasi keseimbangan
tubuh (homeostasis) akibat dari perdarahan atau kekurangan cairan dan
lainnya. Fokus manajemen pada luka akut akibat pembedahan adalah
untuk mencegah infeksi. Berikut manajemen perawatan luka akut akibat
trauma dan paska pembedahan (Carvile, 2007);
1) Manajemen luka akut paska trauma
 Mengembalikan dan mempertahankan homeostasis tubuh
 Mengkaji derajat dan tipe jaringan yang mengalami trauma.
 Melakukan pencucian luka, debridemen dan cegah infeksi
 Menggunakan teknik aseptik sesuai indikasi
 Menghindari komplikasi paska trauma seperti perdarahan dan
adanya benda asing
 Mengembalikan fungsi bagian tubuh yang mengalami trauma
2) Manajemen luka akut pasca pembedahan
 Mencegah infeksi

5
3. Pemilihan balutan luka akut
Balutan dalam perawatan luka akut harus dapat mendukung fisiologis
proses penyembuhan luka. Balutan luka akut harus dapat melindungi
luka atau proses migrasi sel epitel yang berlangsung selama 48 jam dari
trauma fisik, termal ataupun kimiawi. Carvile (2007) menyatakan pada
luka paska pembedahan membutuhkan balutan ideal yang mendukung
proses epitelisasi, seperti melindungi luka dari invasi patogen dan trauma
fisik, menyerap eksudat yang diantisipasi, mempertahankan suhu dan pH
lingkungan luka. Beberapa balutan yang dapat direkomendasikan pada
luka akut antara lain;
1). Kasa non adeheren
2). Tulle grass
3). Transparan film
4). Hidrokoloid
5). Calcium alginate
6). Foam
7). Antimikribial
4. Prosedur perawatan luka akut
Perawatan luka akut dimulai dari mengenal tanda gangguan
keseimbangan tubuh dan infeksi, mencuci luka, mengkaji luka dan
memasang balutan. Luka dengan trauma misalnya luka bakar atau paska
kecelakaan yang menyebabkan kehilangan banyak cairan perlu
diperhatikan kepatenan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Berbeda
dengan luka akut paska pembedahan yang perlu diperhatikan adanya
tanda infeksi. Adanya tanda gangguan keseimbangan cairan dan infeksi
dapat membantu perawat menentukan rencana perawatan luka yang
terbaik.
b. Manajemen luka kronis
Luka kronis merupakan jenis luka yang dapat dikatakan sebagai luka
yang proses penyembuhannya tidak terjadi secara fisiologis, atau luka yang tidak
sembuh dalam serangkaian tahapan yang teratur dan dalam jumlah waktu yang
dapat diprediksi seperti kebanyakan luka; luka yang tidak kunjung sembuh
dalam waktu tiga bulan seringkali dianggap kronis. Luka kronis tampaknya
tertahan dalam satu atau lebih fase penyembuhan luka. Jenis luka kronik antara
lain luka dekubitus, luka diabetes, luka abses, luka akut yang gagal sembuh
secara fisiologis dan luka lainnya yang tidak termasuk luka akut.

6
C. Perencanaan Perawatan Luka
Setelah informasi yang berkaitan dengan luka, serta faktor pasien, telah
dikumpulkan dan dokter telah meninjau protokol fasilitas mereka, rencana
pengelolaan luka dapat dibuat. Perlu dicatat bahwa informasi yang dikumpulkan
harus dibagikan dengan persetujuan pasien. Rincian rencana pengelolaan dan setiap
intervensi juga harus dilaporkan. Secara khusus, informasi sosial tentang pasien,
termasuk kemampuan mereka untuk menghadiri janji tindak lanjut atau membeli
pembalut atau perawatan lain yang diperlukan, harus dicatat bersama dengan
rincian tentang strategi saat ini.
Menggunakan informasi sebelumnya saat mengembangkan rencana perawatan
untuk manajemen luka selaras dengan rekomendasi bahwa pendekatan 10 langkah
harus digunakan untuk setiap luka. Strategi ini dapat diterapkan saat membuat
rencana perawatan. Langkah-langkahnya meliputi :
1. Lakukan pengkajian pasien secara holistic : kebutuhan fisik, psikologis,
spiritual, sosial. Ini harus mencakup dan mengidentifikasi penyebab
patofisiologis yang mendasari dan faktor risiko.
2. Lakukan pengkajian luka , termasuk pengukuran.
3. Putuskan hasil yang diinginkan (penyembuhan atau pemeliharaan) dan rencana
perawatan.
4. Tangani dan tangani gangguan yang mendasarinya atau rencanakan perawatan
pemeliharaan.
5. Laksanakan perawatan luka lokal sesuai dengan protokol persiapan tempat tidur
luka, kerangka waktu (jaringan, infeksi atau peradangan, kelembapan, dan tepi),
dll., atau prinsip perawatan atau perawatan paliatif.
6. Tindak lanjuti, nilai ulang pasien, dan ukur lukanya.
7. Ubah jalur perawatan dan rujuk, jika perlu, ke spesialis atau tim multidisiplin .
8. Berikan pendidikan pasien dan keluarga selama perawatan.
9. Discharge atau transisi ke pengobatan pemeliharaan untuk mencegah
kekambuhan.
Setelah rencana perawatan telah dikembangkan dan diterapkan, dokter harus
tetap mengikuti faktor apa pun yang memerlukan rencana perawatan luka untuk
dimodifikasi. Kinerja dan hasil manajemen luka harus dilaporkan dan prevalensi
luka dianalisis sehingga strategi dapat dinilai ulang jika perlu. Saat mengamati
kemajuan penyembuhan luka dan perubahan karakteristik luka setelah intervensi,
Anda dapat mengidentifikasi faktor-faktor spesifik yang mungkin memerlukan tim
perawatan untuk menilai ulang strategi . 

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpilan
Perawatan luka itu kompleks, dan sampai pada titik di mana luka dapat membuat
kemajuan penyembuhan sering membutuhkan rencana perawatan individual yang
menggabungkan berbagai data dan informasi. Namun, ketika proses ini
diimplementasikan dan dikoordinasikan di seluruh tim interdisipliner, ini dapat
menghasilkan hasil pasien yang jauh lebih positif.

B. Saran
saat bekerja dengan luka, seseorang dapat memaksimalkan pengambilan
keputusan dengan menggunakan pendekatan multidisiplin dan holistik yang
menggabungkan pengetahuan pasien dan keahlian klinis. Pendekatan satu ukuran
cocok untuk semua seringkali tidak efektif. Memiliki pemahaman tentang
preferensi pasien dan pengalaman masa lalu dapat menginformasikan keputusan

8
DAFTAR PPUSTAKA

Carvile K (1998) wound care manual. 3rd ed St. osbornepark: silver chain foundation
Carvile K (2007) wound care : manual. 5th ed St. Osborne park: silver chain
foundation
David S Perdanakusuma (2007): Anatomi fisiologi dan penyembuhan
luka. Short Course wound care update. JW Marriot Surabaya.
Davidson K. Penilaian dan manajemen luka. Rumah Sakit Anak Royal
Melbourne. 2019. Diakses 17 Mei
2022. https://www.rch.org.au/rchcpg/hospital_clinical_guideline_index/
Wound_assessment_and_management/
Gillespie BM, Chaboyer W, St. John W, Morley N, Nieuwenthoven P. Pengambilan
keputusan profesional kesehatan dalam manajemen luka: teori yang membumi. J
Adv Nurs. 2015;71(6):1238-1248. doi:10.1111/jan.12598
Heerschap C, Nicholas A, Whitehead M. Manajemen luka: Menyelidiki proses
pengambilan keputusan interprofessional. Int Luka J. 2018;16(1):233-242.

Anda mungkin juga menyukai