Anda di halaman 1dari 23

PAPER KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK

KEBIDANAN
“PENJAHITAN LUKA”

Disusun Oleh :
Septa Nur Cahyani P00340219035

Dosen Pengampu
Lydia Febrina M.Tr.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa ataas berkat dan rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan paper penulisan ilmiah yang membahas tentang penjahitan luka
Saya menyadari dalm penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah saya, baik dalam segi bahasa dan
pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kamisangat mengharapkan saran yang
sifatnya membangun demi mencapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.

                                                                        curup,   maret 2020


                       

                                                                                    Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4

C. TUJUAN.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LUKA .................................................................................5

B. MACAM-MACAM LUKA ........................................................................5

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA............................................................5

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA ............6

E. PENGERTIAN HEACTING ......................................................................7

F. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA .......................................................7

G. PEMILIHAN BENANG ...............................................................................13


H. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT ................................14
I. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA..........................16
J. PENGERTIAN PENGANGKAT JAHIT.........................................................18
K. TUJUAN PENGANGKAT JAHIT.................................................................18
L. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN OLEH PERAWAT ..............18

BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................25

B. SARAN.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

3
Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Meskipun saat ini, tehnik dan bahan dalam melakukan penjahitan telah
mengalami perubahan, tujuan tindakan ini tetap sama yakni menutup
ruang mati, mendukung dan memperkuat luka sampai terjadi
penyembuhan dan meningkatkan kekuatan kerenggangan luka sampai
kira-kira mendapatkan hasil estetika dan fungsional yang memuaskan,
serta meminimalkan resiko perdarahan dan infeksi.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
yang baik dalam pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain
tertutup yang cantik dapat membahayakan jika tehnik jahitan yang dipilih
tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika jahitannya
terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang kurang
baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan
pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang
tidak adekuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka
dan penjahitan. Pegang jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat
mengoptimalkan penyembuhan luka.
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi
luka, ketebalan kulit, derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang
diinginkan. Penempatan jahitan yang baik membutuhkan perkiraan batas
luka yang tepat, yang membantu meminimalkan dan menyebarkan
tegangan kulit. Eversi luka penting dilakukan untuk memaksimalkan
perkiraan bagian epidermal kulit. Eversi ini dilakukan untuk
meminimalkan resiko pembentukan scar sekunder dan kontraksi jaringan
selama penyembuhan. Biasanya, inversi tidak dilakukan dan hal ini tidak
menurunkan resiko hipertrofi scar pada pasien yang rentan dengan resiko
ini. Eliminasi ruang mati, pemulihan bentuk anatomi alami, dan
meminimalkan bekas jahitan juga penting dalam mengoptimalkan hasil
kosmetik dan fungsional luka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian luka ?

4
2. Berapa macam -macam luka ?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ?
5. Apa pengertian heacting ?
6. Berapa macam-macam jahitan luka ?
7. Bagaimana pemilihan benang ?
8. Ada berapa macam-macam benang dan jarum jahit ?
9. Ada berapa macam-macam jarum untuk menjahit luka ?
10. Apa pengertian mengangkat jahitan ?
11. Apa tujuan mengangkat jahitan ?
12. Apa hal- hal yang perlu diperhatikan oleh perawat ?

C. TUJUAN
Untuk membantu dalam mengaplikasikan teknik heacting ,
heacting remove dan mengangkat jahitan

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LUKA

5
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu
aktivitas fisik.
B. MACAM -MACAM LUKA
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi
proses homeostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan
mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan
dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.

6
b. Tahap destruktif
Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan
menginfiltrasi luka.
d. Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi
jaringan ikat.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


a. Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran
darah yang baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel,
b. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel
membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan
mengalami proses penyembuhan lama.
c. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan
atau kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan
dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat
proses penyembuan luka.
d. Penyakit lain
Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi
Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses
epitelisasi dan sintesis protein, vitamin B kompleks sebagai fibroblas

7
dan mencegah adanya infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah
dan vitamin K membantu sintesis prorombin dan berfungsi sebagai zat
pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan,
merokok atau stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang
lebih lama.

E. PENGERTIAN HEACTING
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.

F. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA


a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted
Suture Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat
diaplikasikan pada semua luka.
Teknik :
 Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah
sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan
subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara
tegak lurus pada atau searah garis luka.
 Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable
dengan jarak antara 1cm.
 Simpul di letakkan ditepi  luka pada salah  satu tempat
tusukan
 Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

8
Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di
kulit, karena apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua
jahitan dan membiarkan yang lain.

b. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near


and far to bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka
oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan

9
tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang
vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama
seperti pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan
adalah pada arah lintasan benangnya dan mungkin juga letak
simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua penusukan lebih lebar
karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum dilakukan
pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi
luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu
dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di
seberangnya diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi
luka sejajar dengan tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan
menembus ke arah kulit luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan
tempat penusukan kedua pada tepi luka seberangnya. Pembuatan
simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung benang panjang
dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit terputus.

10
c. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted
mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum
disimpul dilanjutkan  dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusukan pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras
horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk
menjahit subkutis karena kulit akan bergelombang.
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi
dengan arah horizontal.

11
d. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple
continous/Continous over and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih
cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan
terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan
membuat satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat
simpul, selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan
dengan penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat
penusukan dan keluarnya benang yang sejajar, sehingga tampak dari
luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam
jaringan, seperti pada gambar.

e. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan  benang pada jahitan
sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan
jahitan jelujur yang menyelipkan benang di bawah jahitan yang telah
terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi
kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.

12
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di
atas, akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk
kemudian dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

f. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

13
g. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur
subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena
jahitan terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak
disarankan pada luka dengan tegangan besar.

G. PEMILIHAN BENANG
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan
ini,maka untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan
harus dilakukan dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatan
sedikit mungkin. Pada luka terkontaminasi, tidak boleh dilakukan
penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk mempertahankan

14
kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung dari
ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan
epidermis diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum
sehingga penjahitan lebih mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0)
sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di
daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan
efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan yang
dijahit, bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan
peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut
tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau
bagiannya) yang perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di
wajah digunakan benang berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-
lapisan luka (fasia,dermis) dapat digunakan benang epidermis halus di
setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri biasanya rendah
dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka dirapatkan dengan
baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh
selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0.
Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan
dibiarkan di tempat tersebut.

H. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT


a. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat
diserap Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok
polyglactin (misalnya Vicryl).
a) Catgut polos

15
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal
menjadi jalinan diukur secara elektronik dan kemudian
dipulas. Benang ini sangat popular, tetapi ada
kecenderungan digantikan oleh benang sintetik yang dapat
diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi
jalinan tepatnya menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian
rupa sehingga kekuatan dari benang tersebut dipertahankan
untuk waktu yang lebih lama daripada catgut polos.

Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui


pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
 Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena
mereka larut, bila dibandingkan dengan reaksi jaringan
yang terjadi pada calgut. Tingkat penyerapannya lebih
lambat mungkin membutuhkan waktu beberpa Minggu.
Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan
subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui
proses rejeksi immunologis, misalnya pada catgut.
2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena
(prolene), benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi,
nikel, dan chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang
dapat diikat dengan mudah.Benang ini sangat populer dan
digunakan secara luas dalam penutupan luka.
b. Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman
dan dapat digunakan dengan mudah.Seperti benang
monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu diperkuat

16
denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan.Kerusakan
yang didapat dari forsep dan pemegang jarum harus
dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.Benang ini
sangat halus dan cocok untuk jahitan subkutikular.
c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah
digunakan bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka
terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan
infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi
mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat
kaku dari benang metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan
reaksi jaringan dibandingkan dengan sutera.Karena
koefisien gesekannya tinggi,bahan ini sulit digunakan
untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron
terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya
dengan teflon.
e. Nilon
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila
dibandingkan dengan dakron dan bila digunakan pada luka
kontaminasi akan menimbulkan kemungkinan infeksi lebih
rendah.
1. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya
regangnya kurang lebih sebesar 20% setelah
digunakan 1 tahun.Bentuk nilon monofilamen ini
cukup kaku sehingga tidak membentuk simpul
dengan baik.
2. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya
regangnya setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk
mengikatnya dibadingkan benang monofilamen.

17
Catatan :
 Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai
benang-benang yang reaktif (absorbable) dan yang
multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang
di sela-sela anyaman.
 Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang
monofilamen dan yang tidak dapat diserap.
 Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena
itu tembuskan jahitan dari kulit untuk seluruh
tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya
akan diangkat (dibuang).

I. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA


 Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi
cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf,
peritoneum, pembuluh darah, katup.

 Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit
daerah usus besar, ginjal, limpa, hati

18
 Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi.
Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

 Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan


batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments,
uterus, rongga mulut, dan sebagainya.

Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan,


kecuali untuk organ yang berlubang.

J. PENGERTIAN MENGANGKAT JAHITAN

19
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat atau melepaskan
jahitan luka bedah atau mengambil jahitan pada luka badah dengan cara
memotong simpul jahitan. Mengangkat jahitan biasanya di lakukan hari ke
5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).

K. TUJUAN MENGANGKAT JAHITAN


Mengangkat jahitan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
dari benang dan mencegah tertinggalnya benang. Mengangkat jahitan ini
dilakukan pada :
1. Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.
2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh.
3. Luka infeksi oleh karena jahitan.

L. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT


 Cermat dalam menjaga kesterilan
 Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
 Peka terhadap privasi klien
 Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan tipe jahitan
 Jangan menarik bagian jahitan yang terlihat melewati jaringan yang
ada dibawahnya
 Jangan menarik bagian jahitan yang terkontaminasi melewati jaringan
karena dapat menyebabakan infeksi

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Heacting dilakukan sebagai tehnik dalam menghubungkan kembali
jaringan yang terpotong.
Simpel inerrupted suture adalah tehnik yang bisa diaplikasikan
pada semua luka dan paling banyak digunakan. Pada luka infeksi lebih
baik menggunakan benang yang tidak diserap.
Mengangkat jahitan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengangkat atau melepaskan jahitan luka bedah atau mengambil
jahitan pada luka badah dengan cara memotong simpul jahitan.
Mengangkat jahitan biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai
dengan penyembuhan luka yang terjadi).
Mengangkat jahitan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
dari benang dan mencegah tertinggalnya benang. Mengangkat jahitan
ini dilakukan pada :
 Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.
 Luka pasca bedah yang sudah sembuh.
 Luka infeksi oleh karena jahitan.
Penyembuhan luka pada perineum yang dijahit dengan anestesi
sebagian besar ( 67%) mengalami penyembuhan luka > dari 7 hari
( lambat ). 2. Dari 15 ibu post partum yang tidak dilakukan anestesi,
13 responden (87%) mengalami penyembuhan luka ≤ 7 hari. 3.
Prosedur pra penjahitan tanpa anestesi lebih efektif terhadap
penyembuhan luka robekan perineum karena t hitung tanpa anestesi >
dari t hitung menggunakan anestesi ( 12.475 >11.500 )

B. SARAN
Lakukan semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan

21
saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER/Downloads/1223-2555-1-SM.pdf
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai