Disusun Oleh :
Irma Febriana Damayanti
P1337420419103
Tingkat 3A
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................3
2.1 Luka...................................................................................................................................3
2.2 Heacting.............................................................................................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Tehnik
Jahitan Pada Luka (Hecting)” ini dapat terselesaikan meskipun memiliki banyak
kekurangannya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dan
dukungan serta saran- saran yang telah diberikan. Terimakasih kepada semua anggota
kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki Makalah “Tehnik Jahitan
Pada Luka (Hecting)”.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Untuk membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan teknik heacting dan heacting
remove.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan heacting dan heacting aff/ remove dengan benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
1. Definisi
a Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
b Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas fisik.
3
Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.
b. Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
c. Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat.
4
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok atau stress
akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.
2.2 Heacting
1. Definisi
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan
kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.
2. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua
luka.
Teknik :
1) Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm di
tepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan
menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
2) Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara
1cm.
3) Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan Benang
dipotong kurang lebih 1 cm.
Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang
lain.
5
6
b. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far
to bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara
tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang vaskularisasinya
kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti
pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah
lintasan benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak
antara kedua penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali
penusukan, dan sebelum dilakukan pembuatan simpul jarum kembali
ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi luka
dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya
diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan
tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit
luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada
tepi luka seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan
dua ujung benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada
jahitan kulit terputus.
7
8
c. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk
menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena
kulit akan bergelombang. Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras
vertikal akan tetapi dengan arah horizontal.
9
d. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous
over and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat
dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan
membuat satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul,
selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan
penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya
benang yang sejajar, sehingga tampak dari luar arah benang miring, tetapi
dalam posisi tegak lurus di dalam jaringan, seperti pada gambar.
10
e. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur
biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini efektif untuk
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas,
akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian
dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.
11
f. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
12
13
3. Pemilihan Benang
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka untuk
mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan dengan
ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit mungkin.Pada luka
terkontaminasi,tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk
mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung
dari ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis
diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan
lebih mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik digunakan untuk
menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat
(misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama
dengan kekuatan jaringan yang dijahit,bila benang halus digunakan untuk menjahit
luka dengan peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut
tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya) yang
perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan benang
berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-lapisan luka (fasia,dermis) dapat
digunakan benang epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis
sendiri biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka
dirapatkan dengan baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap
bagian tubuh selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0.
Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di
tempat tersebut.
14
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin (misalnya
Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan
diukur secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini sangat
popular, tetapi ada kecenderungan digantikan oleh benang sintetik
yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya
menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan dari
benang tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada
catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan oleh enzim
jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
1) Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut, bila dibandingkan
dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat penyerapannya lebih lambat
mungkin membutuhkan waktu beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk
semua jahitan subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi
immunologis, misalnya pada catgut.
Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene), benang-
benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan mudah.
Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam penutupan luka.
b. Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat digunakan dengan
mudah. Seperti benang monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu diperkuat
denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan. Kerusakan yang didapat dari
forsep dan pemegang jarum harus dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.
Benang ini sangat halus dan cocok untuk jahitan subkutikular.
c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
15
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahun-tahun karena sifanya kaku. Pada luka terkontaminasi,bahan ini akan
meningkatkan kemungkinan infeksi. Peningkatan ini mungkin disebabkan
oleh iritasi mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi. Sifat kaku dari
benang metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan dibandingkan
dengan sutera. Karena koefisien gesekannya tinggi,bahan ini sulit digunakan
untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini
dapat diatasi dengan melapisinya dengan teflon.
e. Nilon
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan dengan dakron
dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan menimbulkan kemungkinan
infeksi lebih rendah.
1. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya kurang lebih
sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun. Bentuk nilon monofilamen ini
cukup kaku sehingga tidak membentuk simpul dengan baik.
2. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya setelah 6
bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya dibadingkan benang
monofilamen.
Catatan :
a) Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif
(absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang di
sela-sela anyaman.
b) Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak
dapat diserap.
c) Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan jahitan
dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya
akan diangkat (dibuang).
16
b. Macam-macam jarum untuk menjahit luka
Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum,
pembuluh darah, katup.
Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah
usus besar, ginjal, limpa, hati
Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.
17
Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.
Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk organ
yang berluban
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Heacting dilakukan sebagai tehnik dalam menghubungkan kembali jaringan yang
terpotong.
2. Simpel inerrupted suture adalah tehnik yang bisa diaplikasikan pada semua luka
dan paling banyak digunakan.
3. Pada luka infeksi lebih baik menggunakan benang yang tidak diserap.
3.1 Saran
1. Lakukan semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku.
2. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.
19
DAFTAR PUSTAKA