Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG MENGHENTIKAN PENDARAHAN

DENGAN MENJAHIT LUKA

Disusun Oleh :
Nama : Eki Nazzila Khoirin Nisak
NIM : P1337420419048/22
Kelas :3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Menghentikan Perdarahan dengan Jahit Luka”. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dosen Tim Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah memberikan
tugas kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.
Amiin..

Blora, 8 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka ...................................................................................................................

B. Macam-Macam Luka ..........................................................................................................

C. Proses Penyembuhan Luka...................................................................................................

D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka .........................................................................

E. Pengertian Heacting ............................................................................................................

F. Macam-Macam Jahitan Luka ………………………………………………………...........

G. Pemilihan Benang ......................................................................................................13


H. Macam-Macam Benang Dan Jarum Jahit ..................................................................14
I. Macam-Macam Jarum Untuk Menjahit Luka..............................................................16
J. Pengertian Pengangkat Jahit........................................................................................18
K. Tujuan Pengangkat Jahit............................................................................................18
L. Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Oleh Perawat .......................................................18
BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................................................

B. SARAN...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun
saat ini, tehnik dan bahan dalam melakukan penjahitan telah mengalami perubahan,
tujuan tindakan ini tetap sama yakni menutup ruang mati, mendukung dan
memperkuat luka sampai terjadi penyembuhan dan meningkatkan kekuatan
kerenggangan luka sampai kira-kira mendapatkan hasil estetika dan fungsional yang
memuaskan, serta meminimalkan resiko perdarahan dan infeksi.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik
dalam pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain tertutup yang cantik dapat
membahayakan jika tehnik jahitan yang dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu
sedikit. Sebaliknya, jika jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain
itu, insisi yang kurang baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis
tegangan kulit dan pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas
yang tidak adekuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka dan
penjahitan. Pegang jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat mengoptimalkan
penyembuhan luka.
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi luka,
ketebalan kulit, derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang diinginkan. Penempatan
jahitan yang baik membutuhkan perkiraan batas luka yang tepat, yang membantu
meminimalkan dan menyebarkan tegangan kulit. Eversi luka penting dilakukan untuk
memaksimalkan perkiraan bagian epidermal kulit. Eversi ini dilakukan untuk
meminimalkan resiko pembentukan scar sekunder dan kontraksi jaringan selama
penyembuhan. Biasanya, inversi tidak dilakukan dan hal ini tidak menurunkan resiko
hipertrofi scar pada pasien yang rentan dengan resiko ini. Eliminasi ruang mati,
pemulihan bentuk anatomi alami, dan meminimalkan bekas jahitan juga penting
dalam mengoptimalkan hasil kosmetik dan fungsional luka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka ?
2. Berapa macam -macam luka ?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ?
5. Apa pengertian heacting ?
6. Berapa macam-macam jahitan luka ?
7. Bagaimana pemilihan benang ?
8. Ada berapa macam-macam benang dan jarum jahit ?
9. Ada berapa macam-macam jarum untuk menjahit luka ?
10. Apa pengertian mengangkat jahitan ?
11. Apa tujuan mengangkat jahitan ?
12. Apa hal- hal yang perlu diperhatikan oleh perawat ?

C. Tujuan
Untuk membantu dalam mengaplikasikan teknik heacting , heacting remove
dan mengangkat jahitan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas fisik.
B. Macam – Macam Luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)

C. Proses Penyembuhan Luka


a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi proses
homeostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari
sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke
daerah yang rusak.
b. Tahap destruktif
Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d. Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


a. Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel,
b. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel
membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lama.
c. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan atau
kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuan luka.
d. Penyakit lain
Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi
Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat
gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses epitelisasi dan sintesis
protein, vitamin B kompleks sebagai fibroblas dan mencegah adanya infeksi serta
membentuk kapiler-kapiler darah dan vitamin K membantu sintesis prorombin dan
berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok atau
stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.
E. Pengertian Heacting
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan
kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.

F. Macam-Macam Jahitan Luka


a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua
luka.
Teknik :
 Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1
cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian
dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis
luka.
 Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak
antara 1cm.
 Simpul di letakkan ditepi  luka pada salah  satu tempat tusukan
 Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan
yang lain.
b. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to
bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal
berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di
tempat-tempat yang vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti pada
jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah lintasan
benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua
penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum
dilakukan pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka,
kemudian di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya diangkat
untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan tempat
keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit luar dekat tepi
luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi luka
seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung
benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit
terputus.
c. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan  dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan
pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk
menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena
kulit akan bergelombang.
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi dengan
arah horizontal.

d. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous over


and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi
kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat satu
jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya benang
panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan penusukan pada tepi luka
selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya benang yang sejajar,
sehingga tampak dari luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di
dalam jaringan, seperti pada gambar.

e. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan  benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan benang di
bawah jahitan yang telah terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas, akan
tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian dilakukan
penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

f. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
g. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat diindikasikan
pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan terkenal
menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka dengan
tegangan besar.

G. Pemilihan Benang
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka untuk
mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan dengan
ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatan sedikit mungkin. Pada luka
terkontaminasi, tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk
mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung
dari ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis diaman
jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan lebih
mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit
jaringan dan lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di
lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan
jaringan yang dijahit, bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan
peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke
dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya) yang
perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan benang
berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-lapisan luka (fasia,dermis) dapat
digunakan benang epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis
sendiri biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka
dirapatkan dengan baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap
bagian tubuh selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0.
Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di
tempat tersebut.
H. Macam – Macam Benang dan Jarum Jahit
a. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap
Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin (misalnya
Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi
jalinan diukur secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini
sangat popular, tetapi ada kecenderungan digantikan oleh benang
sintetik yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan
tepatnya menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga
kekuatan dari benang tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih
lama daripada catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan
oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
 Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut,
bila dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut.
Tingkat penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan waktu
beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan
subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi
immunologis, misalnya pada catgut.
2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene),
benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat
dengan mudah.Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas
dalam penutupan luka.
b. Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat
digunakan dengan mudah.Seperti benang monofilamen sintetik
lainnya, simpul perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan sebagai
tambahan.Kerusakan yang didapat dari forsep dan pemegang jarum
harus dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.Benang ini
sangat halus dan cocok untuk jahitan subkutikular.
c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka terkontaminasi,bahan
ini akan meningkatkan kemungkinan infeksi.Peningkatan ini mungkin
disebabkan oleh iritasi mekanis dari kekuatannya dan bukan karena
korosi.Sifat kaku dari benang metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera.Karena koefisien gesekannya tinggi,bahan
ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan
dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya dengan
teflon.
e. Nilon
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan
dengan dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan
menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah.
1. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya
kurang lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk
nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk
simpul dengan baik.
2. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya
setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya
dibadingkan benang monofilamen.
Catatan :
 Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang
yang reaktif (absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-
bakteri dapat bersarang di sela-sela anyaman.
 Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan
yang tidak dapat diserap.
 Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu
tembuskan jahitan dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan
pada saatnya nanti benangnya akan diangkat (dibuang).

I. Macam-Macam Jarum Untuk Menjahit Luka


 Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum, pembuluh
darah, katup.
 Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah usus
besar, ginjal, limpa, hati

 Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

 Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng,
bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga mulut, dan
sebagainya.
Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk
organ yang berlubang.

J. Pengertian Mengangkat Jahitan


Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat atau melepaskan jahitan
luka bedah atau mengambil jahitan pada luka badah dengan cara memotong simpul
jahitan. Mengangkat jahitan biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan
penyembuhan luka yang terjadi).

K. Tujuan Mengangkat Jahitan


Mengangkat jahitan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang
dan mencegah tertinggalnya benang. Mengangkat jahitan ini dilakukan pada :
1. Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.
2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh.
3. Luka infeksi oleh karena jahitan.

L. Hal- Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Perawat


 Cermat dalam menjaga kesterilan
 Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
 Peka terhadap privasi klien
 Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan tipe jahitan
 Jangan menarik bagian jahitan yang terlihat melewati jaringan yang ada
dibawahnya
 Jangan menarik bagian jahitan yang terkontaminasi melewati jaringan karena
dapat menyebabakan infeksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Heacting dilakukan sebagai tehnik dalam menghubungkan kembali jaringan yang
terpotong. Simpel inerrupted suture adalah tehnik yang bisa diaplikasikan pada semua
luka dan paling banyak digunakan. Pada luka infeksi lebih baik menggunakan benang
yang tidak diserap. Mengangkat jahitan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengangkat atau melepaskan jahitan luka bedah atau mengambil jahitan pada luka
badah dengan cara memotong simpul jahitan. Mengangkat jahitan biasanya di lakukan
hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi). Mengangkat jahitan
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang dan mencegah tertinggalnya
benang. Mengangkat jahitan ini dilakukan pada :
 Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.
 Luka pasca bedah yang sudah sembuh.
 Luka infeksi oleh karena jahitan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Kusyati, Eni & tim. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC
Saifudin. (2013). Heacting dan Heacting aff.(online). www.google.book.com. diperoleh pada
27 September, 2016).
Ningsih, Fitria. (2011). Tehnik Menjahit Jaringan. (online). www.ugm.ac.id. diperoleh pada
20 September, 2016).
Pramuditya, Arindra. (2014). Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka (Hecting). (online).
diperoleh pada 27 September, 2016).
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai