Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

“ MAKALAH TENTANG EVALUASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


LANSIA“

Disusun Oleh :

Nama : Eki Nazzila Khoirin Nisak

NIM : P1337420419048/ 22

Tingkat : 3B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan maklah ini, yang diajukan
guna melengkapi dan memenuhi tugas gerontik dengan judul “Makalah Tentang Evaluasi
Dalam Asuhan Keperawatan Lansia”

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis merasakanbetapa besrnya manfaat bantuan


yang diberikan oleh semua pihak terutama yang memberikan masukan-masukan dan data-
data seingga dapat dijadikan suatu pedoman dan landasan bagi penulis dalam menggalui
semua permasalahan yang erat kaitannya dengan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengahadapi kesulitan-kesulitan.


Berkat bimbingan dan pengarahan dan bantuan dari semua pihak, makalah ini dapat
diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada : teman-teman kelompok yang banyak menyelesaikan tugas ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………………... 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………4-5

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….….4


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 5
C. Tujuan ……………………………………………………………………………5
D. Manfaat …………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………6-14

A. Pengertian …….…………………………………………………………………6
B. Fungsi……………………..…………………….………………………………. 6-7
C. Kriteria dan Teknik …..…….…………………………………………………… 7-10
D. Komponen……………………………….…………..…………………..………. 10-12
E. Jenis……………………………….…………..…………………..……………... 12
F. Tahap ……………………………….…………..…………………..…………… 12-14

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………. 15-16

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 15
E. Saran …………………………………………………………………………… .. 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sudah diatur oleh pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia meliputi tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
Sebagai perawat yang professional, kita harus selalu berpikir kritis dari setiap
tahap yang ada dalam proses keperawatan karena hal tersebut untuk keberhasilan
perawatan khususnya pada tahap evaluasi. Evaluasi adalah suatu usaha untuk
mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah
direncanakan sebelumnya.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya.Evaluasi
merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai
obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan
juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek
program perencanaan yang akan datang. Oleh karena itu evaluasi sangat di butuhkan
setelah kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap
ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.  Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif. (Nursalam,
2008).
Menilik dari uraian latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui lebih
jauh mengenai “Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Lansia”.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi keperawatan?
2. Apa saja fungsi dari evaluasi keperawatan?
3. Apa saja kriteria dan bagaimana Teknik dalam melakukan evaluasi
keperawatan?
4. Apa saja komponen dalam evaluasi keperawatan?
5. Apa jenis dalam evaluasi keperawatan?
6. Bagaimana tahap dari evaluasi keperawatan?
C. Tujuan Tulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi keperawatan.
2. Untuk mengetahui fungsi dari evaluasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui kriteria dan teknik dalam melakukan evaluasi keperawatan.
4. Untuk mengetahui komponen dalam melakukan evaluasi keperawatan.
5. Untuk mengetahui jenis dalam evaluasi keperawatan.
6. Untuk mengetahui tahap dari evaluasi keperawatan.
D. Manfaat Tulisan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan pembaca
mengenai evaluasi asuhan keperawatan pada lansia.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini dapat menjadi pedoman bagi pembaca yang sedang melaksanakan
praktik keperawatan terlebih tentang evaluasi keperawatan pada lansia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan didefinisikan sebagai
keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien
yang telah ditetapkan dengan respons perilaku klien yang tampil. Sementara itu,
menurut Potter and Perry (2005), evaluasi keperawatan adalah kategori perilaku
keperawatan dalam menetukan pembuatan dan pencatatan hasil tindakan keperawatan
yang telah dicapai.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007):
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak
perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang
ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat
pasien baru datang dari ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15
menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah yang
sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan pengkajian.
Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang membedakan adalah
kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat
menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap
evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap
diagnosa keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan
berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon
pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini
untuk me-review asuhan keperawatan.
B. Fungsi
Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:

6
1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.
C. Kriteria dan Teknik
a. Kriteria
Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford Lynn dan
Oliver Slevin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria keberhasilan. Pertama,
kriteria proses (evaluasi proses) adalah menilai jalannya proses keperawatan
sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segerasetelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu kefektiafan terhadap tindakan.kedua, kriteria keberhasilan (evaluasi
hasil/sumatif) adalah menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan
perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.
b. Teknik
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat
dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk

7
bertuar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara
aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan
suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu
hal yang sulit dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka
buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa
atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi
duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun
sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan
memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan
dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan
informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan
pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Fokus wawancara adalah klien
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
7) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi

8
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,
sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-
keluhannya / pendapatnya secara bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman
bagi klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6) Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan
dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan
dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang
masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah:
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci
kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena
terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data
(data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.

9
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan klien.
D. Komponen
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses, 1986) :
1. Menentukan kriteria, standart praktik, dan pertanyaan evaluatif.
a. Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpulan data dan
sebagai penentuan kesaslian data yang terkumpul. Semua kriteria yang
digunakan pada tahap evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil
menandakan hasil akhir asuhan keperawatan. Sedangkan standart keperawatan
digunakan sebagai dasar untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas.
Kriteria hasil didefinisikan sebagai standart untuk menjelaskan respons atau
hasil dari rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan
bagaimana keadaan klien setelah dilakukan obsevasi.
Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah perilaku (behavior) sebagaimana
disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan
kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Indealnya, setiap
hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.
b. Standart Praktik
Standart asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik
keperawatan secara luas. Standart harus berdasarkan hasil penelitian, konsep
teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standrt
harus secara cermat disusun dan diuji untuk menentukan kesesuaian dalam
penggunannya. Contoh pemakaian standrat dapat dilihat pada Strandart
praktik keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standr, perlu digunakan pertanyaan
evaluasi (evaluativequestions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan
keperawatan dan respons. Klien terhadap intervensi pertanyaan-pertanyaan
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi:
1) Pengkajian: apakah dapat dilakukan pengakajian pada klien?

10
2) Diagnosa: apakah diagnose disusun Bersama dengan klien?
3) Perencanaan: apakah tujuan telah didefinisikan dalam perencanaan?
4) Implemntasi: apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan
diberikan?
5) Evaluasi: apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
2. Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa yang
bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data tersebut diperoleh? Dan
saran apa yang akan digunakan untuk memperoleh data? Perawat professional
yang pertama kali mengkaji data klien dan penyusun perencanaan adalah orang
yang bertanggung jawab dalam mengevaluasi respons klien terhadap intervensi
yang diberikan. Perawat lain yang membantu memberi intervensi kepada klien
harus berpartisipasi dalam proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika
lebih dari satu orang yang ikut melakukan evaluasi.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
Perawat memerlukan keterampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik
kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu
data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteris secara standart
dan menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberi dengan kriteria dan standart
yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi efektifitas asuhan keperawatan
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
Pertama kali yang diperlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini adalah
menyimpulkan efektifitas semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian
menentukan kesimpulan pada setiap diagnosa yang telah dilakukan intervensi.
Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu perencanaan 100%
berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan perubahan-perubahan,
sebaliknya perencanaan yang telah disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan
kejelian dalam menyusun perencanaan, intervensi yang tepat, dan menilai respons
klien setelah diintervensi subyektif mungkin.
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Pada tahap ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimoulan yang
sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan kriteria hasil dan rencana asuhan

11
keperawatan. Mungkin pengkajian dilaksanakan secara rutin dan
berkesinambungan aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan data
untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.
E. Jenis
1. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas penanyaan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
diaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk
membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai Metode pengumpulan
data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,
pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan form
evaluasi, ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semi
fowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing.
2. Evaluasi sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan Analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan ditukis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi hasil
(sumatif ) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksankan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna.
F. Tahap
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam
satu kali kunjungan ku keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu yang kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional tahap evaluasi dapat
dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adallah evaluasi yang
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakahntujuan tercapai evaluasi adalah
berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya.
1. Dimensi dalam penilaian

12
a. Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dikaitkan dengan pencapian
tujuan
b. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang waktu,
tenaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
c. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan professional
secukupan, penyinggungan kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan
dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diiinginkan
2. Kriteria dan standart
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberi
pertunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
Standart menunjukkan tingkat pelaksananaan yang diinginkan untk
membandingkan pelaksanaan yang sebenernya. Standart akan memberitahukan
apakah tingkat pelaksanaan atau keadaan menunjukkan keberhasilan atau tercapai
tujuan
3. Pengukuran hasil penilaian
Hasil asuhan keperawatan dapat di ukur dari 3 dimensi:
a. Keadaan fisik, misalnya peningkatan berat badan anak pada anak dengan BB
BGM
b. Psikologi dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit setelah sebelumnya sempat di telantarkan
c. Pengetahuan dan perubahan perilaku, keluarga melaksanakan pertunjuk-
pertunjuk yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan keterbatasan
aktivitas
4. Alasan pentingnya penilaian
a. Mengehtikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna
b. Untuk menembahkan ketepatgunaan tindakan keperawatan
c. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawat
d. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan
5. Metoda penilaian
a. Observasi langsung: mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga
b. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
menjalankan anjuran yang diberikan perawat

13
c. Meriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
d. Latihan simulasi , berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan.

14
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan didefinisikan sebagai keputusan
dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respons perilaku klien yang tampil.

Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:Menentukan perkembangan kesehatan


klien,Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas,Menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan,Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu,Menunjang tanggung gugat dan
tanggung jawab.

Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford Lynn dan Oliver Slevin
(2006), yaitu kriteria proses dan kriteria keberhasilan.

Tekhnik yang sering digunakan dalam evaluasi keperawatan lansia adalah tekhnik
wawancara, teknik observasi, dan studi dokumentasi.

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses, 1986) :

1. Menentukan kriteria, standart praktik, dan pertanyaan evaluatif.


2. Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan

Jenis di bagi menjadi dua yaitu Evaluasi formatif (proses) dan Evaluasi sumatif (hasil)

Tahap:

1. Dimensi dalam penilaian


2. Kriteria dan standart
3. Pengukuran hasil penilaian
4. Alasan pentingnya penilaian
5. Metoda penilaian

15
B.Saran

Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai pihak, yaitu:

1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Evaluasi pada Asuhan
Keperawatan pada Lansia
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih mendalami
materi tentang Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Lansia

16
DAFTAR PUSTAKA

H.Lismidar,dkk.2002.Proses Keperawatan.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia


H.Zaidin Ali,MBA,MM.2009.Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan.Jakarta :EGC
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.

Nursalam.2009.Proses dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika


Setriadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunaryo.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Penerbit ANDI

17

Anda mungkin juga menyukai