Adellia Puspitasari
NIM. P1337420418036
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas berkah dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Lansia Dengan Arthritis Gout Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Di
Desa Patalan, Rt.02/ Rw.08, Kabupaten Blora” untuk memenuhi penugasan praktik
keperawatan gerontologi.
Dalam pembuatan laporan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Agus Prasetyo, SKM, Mkes dan Bu Endang Retno Kukuh R, Skep,Ners, selaku
dosen pembimbing praktik keperawatan gerontologi yang telah memberikan penugasan
ini. Dalam pembuatan laporan ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit.............................................................................................. 4
1. Definisi Penyakit....................................................................................... 4
2. Etiologi..................................................................................................... 4
3. Tanda dan Gejala ..................................................................................... 5
4. Patofisiologi.............................................................................................. 5
4. Pathway..................................................................................................... 7
5. Prosedur Diagnostik ................................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ....................................................................................... 9
8. Komplikasi................................................................................................ 10
B. Konsep Asuhan keperawatan............................................................................ 10
1. Pengkajian ................................................................................................ 10
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 17
3. Intervensi ................................................................................................. 17
4. Implementasi ............................................................................................ 19
5. Evaluasi .................................................................................................... 20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PEMBAHASAN
1. Hasil dan alasan ....................................................................................... 22
2. Hambatan.................................................................................................. 23
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................. 24
2. Saran......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthritis gout atau biasa disebut dengan asam urat adalah penyakit radang
sendi yang dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada
persendian yang disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah
sehingga terjadi penumpukan Kristal asam urat di persendian dan jaringan lunak lain
(Sari & Syamsiyah, 2019).
Arthritis gout disebabkan tidak normalnya kadar asam urat di dalam darah
karena tubuh tidak bisa mengekresikan asam urat secara normal. Asam urat
merupakan asam yang berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin, dimana purin merupakan salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel tubuh. Banyak orang yang sering mengira bahwa asam
urat sama dengan rematik, sebenarnya tidak sama. Gout berkembang pada beberapa
orang yang memiliki kadar asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia). Kadar
asam urat yang normal pada pria yaitu di bawah 7,0 mg/dl, sedangkan pada wanita
di bawah 6,0 mg/dl (Sri Arjani dkk, 2018).
Terjadinya peningkatan kadar asam urat disertai tanda linu pada sendi, terasa
sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout arthritis. Gout
arthritis berpotensi menyebabkan infeksi ketika terjadi ruptur tofus, gagal ginjal,
hipertensi dan penyakit jantung selain itu asam urat termasuk salah satu penyakit
yang paling sering diderita pada lansia.
Angka prevalensi penyakit asam urat di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak
11,9% (Kemenkes RI, 2013). Kemudian pada tahun 2018 mengalami peningkatan
sebesar 15,55% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Sedangkan, arthritis gout di Jawa Tengah berdasarkan
diagnosis dokter pada kelompok lansia 75 tahun ke atas menduduki peringkat
pertama sebesar 16,03% kemudian pada kelompok lansia 65-74 tahun sebesar
13,90%, dan pada kelompok lansia 55-64 tahun sebesar 13,69%.
Penanganan penyakit asam urat secara umum dapat dilakukan dengan cara
memberikan edukasi tentang pengaturan diit dan pengobatan yang memadai (Sari &
Syamsiyah, 2019). Tidak hanya mengerti, memahami tentang pengaturan diitnya
1
saja, namun penderita asam urat juga harus mengerti, memahami, dan dapat
mempraktikkan secara mandiri tentang cara pengelolaan nyeri yaitu dengan
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Dalam hal ini, peran perawat sebagai
educator, fasilitator, dan perannya dalam memandirikan pasien (Zakiyah, 2015).
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas, penulis tertarik untuk
membuat laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Arthritis Gout
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri di Desa Patalan Rt. 02/Rw.08, Kec.Blora.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Arthritis gout
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri di Desa Patalan Rt. 02/Rw.08,
Kec.Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan rasa aman dan
nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
b. Dapat menetapkan diagnosis keperawatan pada lansia dengan gangguan
rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
c. Dapat menyusun perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan pada
lansia dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
d. Dapat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri pada lansia dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat
Arthritis gout.
e. Dapat melaksanakan evaluasi masalah keperawatan nyeri pada lansia
dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosis lansia
dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan laporan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam pemberian Asuhan
2
3
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Arthritis gout atau biasa disebut dengan asam urat adalah penyakit radang
sendi yang dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada
persendian yang disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah
sehingga terjadi penumpukan kristal asam urat di persendian dan jaringan lunak
lain (Sari & Syamsiyah, 2019).
2. Etiologi
4
5
serum.
f. Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk diantaranya
adalah aspirin dosis rendah (kurang dari 1 sampai 2 g/hari), levodopa,
diazoksid, asam nikotinat, asetazolamid, dan etambutol.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Aspiani (2014) adapun tanda dan gejala berupa:
a. Gejala Klinis
1) Nyeri tulang sendi.
2) Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
3) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
4) Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan Akut
1) Nyeri hebat.
2) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.
3) Sakit kepala.
4) Demam
5) Sakit kepala.
6) Demam
c. Gangguan kronis:
1) Serangan akut.
2) Hiperurisemia yang tidak diobati.
3) Terdapat nyeri dan pegal.
4) Pembengkakan sendu membentuk noduler yang disebuut tofi
(penumpukan monosodium urat dalam jaringan)
4. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat ataupun keduanya. Asam urat
adalah produk akhir metabolisme purin, asam urat yang terbentuk dari hasil
metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan di
reabsorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang di
reabsorpsi kemudian di ekskresikan di nefron dan di keluarkan melalui urine
(Aspiani, 2014).
Pada penyakit Arthritis gout, terdapat gangguan keseimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut terdapat
penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik dan penurunan ekskresi sekunder,
misalnya karena gagal ginjal. Peningkatan asupan makanan yang mengandung
tinggi purin, peningkatan produksi atau hambatan ekskresi dan meningkatkan
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal (Aspiani,
2014).
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk
kristal Mononatrium urat. Penimbunan ini dapat terjadi di dalam maupun di luar
sendi. Penumpukan kristal Mononatrium urat secara umum memicu terjadinya
respon fagositik oleh leukosit memakan kristal Mononatrium urat yang dapat
menyebabkan terjadinya mekanisme peradangan. Peradangan menyebabkan
pembuluh darah perifer melebar sehingga terjadi pembengkakan, kemerahan,
panas, demam, malaise sehingga terasa nyeri (Price & Wilson, 2013).
Jika terjadi penumpukan kristal Mononatrium urat di dalam sendi maka
terjadi peradangan dan serangan gout dimulai. Apabila terjadi serangan berulang
maka kristal Mononatrium urat akan membentuk tofus pada bagian perifer.
Tofus pada bagian perifer menyebabkan terjadinya kekakuan sendi dan
perubahan bentuk fisik. Kekakuan sendi akibat tofus dapat mengakibatkan risiko
cedera dan gangguan mobilitas fisik akibat kesulitan dalam beraktivitas. Selain
itu juga menyebabkan terjadinya harga diri rendah akibat perubahan bentuk fisik
(deformitassendi) (Price & Wilson, 2013).
6
7
5. Pathway
Arthritis gout
Inform
8
9
7. Penatalaksanaan
10
11
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum: keadaan umum klien lansia dengan Arthritis gout
biasanya lemah.
2) Kesadaran: kesadaran klien lansia dengan Arthritis gout biasanya
composmentis.
3) Tanda-tanda Vital:
a) Suhu meningkat (> 37oC)
b) Nadi meningkat (N: 70-82 x/mnt)
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal (134/87
mmHg)
d) Pernafasan biasanya normal (12-20 x/menit).
4) Pemeriksaan Per-sistem
a) Sistem Integumen:
Kulit tampak memerah atau keunguan dan teraba hangat pada
area yang terserang Arthritis gout.
b) Sistem Penginderaan:
Mata: pada mata klien dengan Arthritis gout tidak ada tanda
spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap perlu
dilakukukan pengkajian seperti: kaji penglihatan, bentuk mata,
visus, warna sklera, gerakan bola mata.
Hidung: pada hidung klien dengan Arthritis gout tidak ada tanda
spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap perlu
dilakukukan pengkajian seperti: kaji bentuk hidung, terdapat
gangguan penciuman atau tidak.
Telinga: kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau
tidak, biasanya terdapat tofi pada daun telinga.
c) Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler klien dengan Arthritis gout tidak
ada tanda spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi
tetap perlu dilakukukan pengkajian berikut ini:
Inspeksi: apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi: kaji frekuensi nadi
Auskultasi: apakah suara jantung normal (lup-dup) atau ada suara
tambahan
d) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan klien dengan Arthritis gout tidak ada
tanda spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap
perlu dilakukukan pengkajian seperti berikut ini:
Inspeksi: kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada
abdomen
Palpasi: apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: apakah kembung/tidak
Auskultasi: apakah ada peningkatan bising usus
e) Sistem Muskuloskletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi
pada area jaringan, dapat berkurang imobilisasi, kekuatan otot,
kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit, dan perubahan warna.
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari)
dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di
sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi). Kaji kekuatan
otot pada ekstremitas atas maupun bawah.
f) Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita Arthritis gout mempunyai penyakit batu
ginjal, kaji perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin,
disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, serta
kebersihannya.
d. Pemeriksaan Tanda dan Gejala Arthritis gout
1) Aktivitas atau Istirahat
Nyeri mendadak di persendian, nyeri tekan yang akan mengganggu
aktivitas dan kebutuhan istirahat/tidur klien.
2) Makanan dan Cairan
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi purin, jumlah dan jenis
asupan makanan dan cairan yang di konsumsi dalam 24 jam.
3) Hiegiene (kebersihan)
Kesulitan dalam melakukan perawatan diri karena adanya gangguan
mobilitas yang menghambat aktivitas.
4) Neurosensori, pembengkakan pada sendi, dan kesemutan pada kaki
maupun tangan.
5) Nyeri atau Kenyamanan
Nyeri pada persendian, kemerahan pada sendi yang terkena dan
terasa kaku.
6) Keamanan
Risiko cedera jatuh akibat kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri
sendi
12
13
+ - Pertanyaan Jawaban
Penilaian 1.Tanggal berapa hari ini? (tanggal, bulan,
SPMSQ: hari)
2.Hari apa sekarang ini?
3.Apa nama tempat ini?
4.Berapa nomor telepon Anda?
5.Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya
bila klien tidak memiliki telepon)
6.Berapa umur Anda?
7.Kapan Anda lahir?
8.Siapa presiden Indonesia sekarang?
9.Siapa presiden sebelumnya?
10.Siapa nama ibu Anda?
11.Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 Kerusakan intelektual berat.
Pesimisme
3 : Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik.
2 : Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan.
1 : Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 : Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
Rasa Kegagalan
3 : Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang
tua, suami, istri)
2 : Saya melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan.
1 : Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 : Saya tidak merasa gagal.
Ketidakpuasan
3 : Saya tidak puas dengan segalanya.
2 : Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 : Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 : Saya tidak merasa tidak puas.
Rasa Bersalah
3 : Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk.
2 : Saya merasa sangat bersalah.
1 : Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari
waktu yang baik.
0 : Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
14
15
Keragu-raguan
3 : Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 : Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 : Saya berusaha mengambil keputusan.
0 : Saya membuat keputusan yang baik.
Kesulitan Kerja
3 : Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 : Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 : Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan
sesuatu.
0 : Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
Keletihan
3 : Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 : Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
1 : Saya lelah lebih dari biasanya.
0 : Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
Anoreksia
3 : Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 : Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 : Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 : Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
b) APGAR Keluarga
16
17
terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih,
atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan cara
(Resolve) teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu
bersama-sama
Selalu mendapat skor 2
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi arthristis gout
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.
c. Resiko jatuh berhubungan atau dibuktikan dengan usia ≥ 65 tahun.
d. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh pada tulang dan sendi.
e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik adanya
kristal asam urat.
3. Intervensi Keperawatan
18
19
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Sudoyo (2009) nyeri kronis pada data klien di atas dipicu oleh adanya
gangguan metabolisme Purin dalam tubuh sehingga mengakibatkan Kristal Asam
Urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon Inflamasi.
Oleh karena itu untuk mengatasi nyeri kronis yang dialami oleh klien penulis
menyusun intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada. Intervensi yang
disusun sama pada kedua klien dengan menggunakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (2018).
21
mengkonsumsi obat nyeri pada saat malam hari sehingga penulis tidak dapat
melakukan intervensi tersebut karena terhalang oleh waktu.
Pada klien didapatkan evaluasi yaitu, pada klien mengatakan nyeri berkurang
menjadi skala 2 dan kadar Asam Urat menjadi 8 g/dl sehingga berdasarkan kriteria
hasil nyeri kronis yang dialami oleh klien nyeri kronis teratasi karena klien
mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
B. Hambatan
22
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari kunjungan pada Ny.W
dengan masalah arthritis gout didapatkan diagnosa nyeri kronis teratasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang penulis bisa berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :
23
2. Bagi Puskesmas
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Y. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Resehatan Dasar (Riskesdas)
2013.http://www.depkes.go.id/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
13.pdf. Diunduh pada tanggal 18 November 2018.
Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi VI. Jakarta: EGC
Sari, Y. N. I. & Syamsiyah, N. (2019). Berdamai dengan Asam Urat. Jakarta : Bumi
Medika
Sri Arjani, Ida Ayu Made dkk. 2018 Gambaran Kadar Asam Urat Dan Tingkat
Pengetahuan Lansia. (http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M
Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5.
25
Lampiran 1 : SOP Teknik Relaksasi Dan Distraksi
Pengertian Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami nyeri dengan
membimbing pasien untuk relaksasi dan distraksi.
1. Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami (tidak tepat pada pasien hipertensi).
(Prasetyo,2010)
2. Relaksasi
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Relaksasi dapat
dilakukan dengan cara menganjurkan pasien untuk melaksanakan
Teknik nafas dalam (tidak tepat pada pasien post op/dibagian
abdomen).
(Prasetyo,2010)
26
27
Petugas Perawat.
2. Minyak Telon
3. Koran
4. TV
5. Handphone
Prosedur A. Fase Pra-interaksi
Pelaksanaan 1) Melakukan pengecekan program terapi.
2) Mencuci tangan.
3) Menyiapkan peralatan.
B. Fase Orientasi
1) Memberi salam kepada pasien dan menyapa nama pasien.
2) Menanyakan cara yang bias dilakukan agar pasien merasa
rileks.
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
C. Fase Kerja
1) Teknik Relaksasi
a) Mengatur posisi yang nyaman menurut kondisi pasien.
b) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam sekuatnya,
melalui hidung, dan merasakan saat udara mengalir dari
tangan, kaki, menuju paru-paru.
c) Pasien menahan nafas dalam 3-5 detik.
d) Kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dan
tidak terdengar suara udara.
e) Setelah pasien merasa rileks, diulangi lagi perlahan-lahan
irama nafas ditambah. Gunakan pernafasan dada atau
abdomen, bila frekuensi nyeri bertambah, gunakan
pernafasan lebih dangkal dengan frekuensi lebih cepat.
2) Teknik Distraksi
a) Menawarkan pasien untuk distraksi.
28
29
D. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan relaksasi dan
distraksi.
2) Menganjurkan pasien untuk mengulangi tindakan apabila
masih merasa nyeri.
3) Berpamitan dengan pasien.
4) Membereskan peralatan.
5) Mendokumentasikan hasil kegiatan.
6) Mencuci tangan.
Unit Terkait IGD, UGD, RAWAT INAP, RAWAT JALAN, POLODES.
30
31
B. Fase Orientasi
1. Memberi salam pada pasien dan menyapa pasien
2. Menanyakan cara yang bisa dilakukan agar pasien
merasa rileks
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menanyakan persetujuan dan persiapan pasien
C. Fase Kerja
1. Memasang pengalas pada area yang akan dikompres
2. Memasukkan waslap atau handuk kecil ke dalam air
hangat lalu diperas sampai lembab
3. Meletakkan waslap tersebut pada area yang akan
dikompres
4. Mengganti waslap tiap kali dengan waslap yang sudah
terendam dalam air hangat
5. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
D. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan peralatan
4. Mendokumentasikan hasil kegiatan
5. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT RAWAT JALAN, IGD, UGD, PUSTU/ POLINDES