Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN ARTHRITIS GOUT DENGAN

FOKUS STUDI PENGELOLAAN NYERI DI DESA PATALAN, RT.02/ RW.08,


KABUPATEN BLORA

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Praktik Keperawatan Gerontologi

Adellia Puspitasari

NIM. P1337420418036

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas berkah dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Lansia Dengan Arthritis Gout Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Di
Desa Patalan, Rt.02/ Rw.08, Kabupaten Blora” untuk memenuhi penugasan praktik
keperawatan gerontologi.

Dalam pembuatan laporan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Agus Prasetyo, SKM, Mkes dan Bu Endang Retno Kukuh R, Skep,Ners, selaku
dosen pembimbing praktik keperawatan gerontologi yang telah memberikan penugasan
ini. Dalam pembuatan laporan ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini.

Blora, 16 Februari 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit.............................................................................................. 4

1. Definisi Penyakit....................................................................................... 4
2. Etiologi..................................................................................................... 4
3. Tanda dan Gejala ..................................................................................... 5
4. Patofisiologi.............................................................................................. 5
4. Pathway..................................................................................................... 7
5. Prosedur Diagnostik ................................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ....................................................................................... 9
8. Komplikasi................................................................................................ 10
B. Konsep Asuhan keperawatan............................................................................ 10
1. Pengkajian ................................................................................................ 10
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 17
3. Intervensi ................................................................................................. 17
4. Implementasi ............................................................................................ 19
5. Evaluasi .................................................................................................... 20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PEMBAHASAN
1. Hasil dan alasan ....................................................................................... 22
2. Hambatan.................................................................................................. 23
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................. 24
2. Saran......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SOP Relaksasi dan Distraksi..................................................... 26

2. SOP Kompres Hangat............................................................... 30

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthritis gout atau biasa disebut dengan asam urat adalah penyakit radang
sendi yang dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada
persendian yang disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah
sehingga terjadi penumpukan Kristal asam urat di persendian dan jaringan lunak lain
(Sari & Syamsiyah, 2019).
Arthritis gout disebabkan tidak normalnya kadar asam urat di dalam darah
karena tubuh tidak bisa mengekresikan asam urat secara normal. Asam urat
merupakan asam yang berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin, dimana purin merupakan salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel tubuh. Banyak orang yang sering mengira bahwa asam
urat sama dengan rematik, sebenarnya tidak sama. Gout berkembang pada beberapa
orang yang memiliki kadar asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia). Kadar
asam urat yang normal pada pria yaitu di bawah 7,0 mg/dl, sedangkan pada wanita
di bawah 6,0 mg/dl (Sri Arjani dkk, 2018).
Terjadinya peningkatan kadar asam urat disertai tanda linu pada sendi, terasa
sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout arthritis. Gout
arthritis berpotensi menyebabkan infeksi ketika terjadi ruptur tofus, gagal ginjal,
hipertensi dan penyakit jantung selain itu asam urat termasuk salah satu penyakit
yang paling sering diderita pada lansia.
Angka prevalensi penyakit asam urat di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak
11,9% (Kemenkes RI, 2013). Kemudian pada tahun 2018 mengalami peningkatan
sebesar 15,55% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Sedangkan, arthritis gout di Jawa Tengah berdasarkan
diagnosis dokter pada kelompok lansia 75 tahun ke atas menduduki peringkat
pertama sebesar 16,03% kemudian pada kelompok lansia 65-74 tahun sebesar
13,90%, dan pada kelompok lansia 55-64 tahun sebesar 13,69%.
Penanganan penyakit asam urat secara umum dapat dilakukan dengan cara
memberikan edukasi tentang pengaturan diit dan pengobatan yang memadai (Sari &
Syamsiyah, 2019). Tidak hanya mengerti, memahami tentang pengaturan diitnya

1
saja, namun penderita asam urat juga harus mengerti, memahami, dan dapat
mempraktikkan secara mandiri tentang cara pengelolaan nyeri yaitu dengan
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Dalam hal ini, peran perawat sebagai
educator, fasilitator, dan perannya dalam memandirikan pasien (Zakiyah, 2015).
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas, penulis tertarik untuk
membuat laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Arthritis Gout
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri di Desa Patalan Rt. 02/Rw.08, Kec.Blora.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Arthritis gout
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri di Desa Patalan Rt. 02/Rw.08,
Kec.Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan rasa aman dan
nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
b. Dapat menetapkan diagnosis keperawatan pada lansia dengan gangguan
rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
c. Dapat menyusun perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan pada
lansia dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
d. Dapat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri pada lansia dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat
Arthritis gout.
e. Dapat melaksanakan evaluasi masalah keperawatan nyeri pada lansia
dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.
f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosis lansia
dengan gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri akibat Arthritis gout.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan laporan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam pemberian Asuhan

2
3

Keperawatan Lansia Dengan Arthritis gout Dengan Fokus Studi Pengelolaan


Nyeri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perawat
Menambah pengetahuan dan menerapkan teori yang di dapat tentang
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Arthritis gout Dengan Fokus Studi
Pengelolaan Nyeri.
b. Bagi unit pelayanan sosial
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktik pelayanan keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Arthritis gout Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri.
c. Bagi institusi pendidikan
Hasil pengelolaan kasus ini dapat dijadikan wawasan dan bahan bacaan
bagi mahasiswa khususnya Prodi Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Arthritis gout atau biasa disebut dengan asam urat adalah penyakit radang
sendi yang dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada
persendian yang disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah
sehingga terjadi penumpukan kristal asam urat di persendian dan jaringan lunak
lain (Sari & Syamsiyah, 2019).
2. Etiologi

Penyebab terjadinya gout adalah karena adanya deposit/ penimbunan kristal


asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan
purin danekskresi asam urat yang kurang dari ginjal (Aspiani, 2014). Faktor
pencetus terjadinya endapan kristal urat yaitu :
a. Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya gout pada orang yang mempunyai
kelainan bawaan dalam metabolisme purin sehingga terjadi peningkatan
produksi asam urat.
b. Penurunan filtrasi gllomerulus merupakan penyebab penurunan ekskresi asam
urat yang paling sering dan mungkin disebabkan oleh banyak hal.
c. Pemberian obat diuretik seperti tiazid dan furosemid, salisilat dosis rendah
dan etanol juga merupakan penyebab penurunan ekskresi asam urat yang
sering dijumpai.
d. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh adanya defek primer pada
jalur penghematan purin (mis, defisiensi hipoxantin fosforibosil transferase),
yang menyebabkan peningkatan pergantian sel (mis, sindrom lisis tumor)
menyebabkan hiperurisemia sekunder.
e. Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi urat. Kadar laktal darah meningkat akibat produk
sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat
ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam

4
5

serum.
f. Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk diantaranya
adalah aspirin dosis rendah (kurang dari 1 sampai 2 g/hari), levodopa,
diazoksid, asam nikotinat, asetazolamid, dan etambutol.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Aspiani (2014) adapun tanda dan gejala berupa:
a. Gejala Klinis
1) Nyeri tulang sendi.
2) Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
3) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
4) Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan Akut
1) Nyeri hebat.
2) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.
3) Sakit kepala.
4) Demam
5) Sakit kepala.
6) Demam
c. Gangguan kronis:
1) Serangan akut.
2) Hiperurisemia yang tidak diobati.
3) Terdapat nyeri dan pegal.
4) Pembengkakan sendu membentuk noduler yang disebuut tofi
(penumpukan monosodium urat dalam jaringan)
4. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat ataupun keduanya. Asam urat
adalah produk akhir metabolisme purin, asam urat yang terbentuk dari hasil
metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan di
reabsorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang di
reabsorpsi kemudian di ekskresikan di nefron dan di keluarkan melalui urine
(Aspiani, 2014).
Pada penyakit Arthritis gout, terdapat gangguan keseimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut terdapat
penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik dan penurunan ekskresi sekunder,
misalnya karena gagal ginjal. Peningkatan asupan makanan yang mengandung
tinggi purin, peningkatan produksi atau hambatan ekskresi dan meningkatkan
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal (Aspiani,
2014).
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk
kristal Mononatrium urat. Penimbunan ini dapat terjadi di dalam maupun di luar
sendi. Penumpukan kristal Mononatrium urat secara umum memicu terjadinya
respon fagositik oleh leukosit memakan kristal Mononatrium urat yang dapat
menyebabkan terjadinya mekanisme peradangan. Peradangan menyebabkan
pembuluh darah perifer melebar sehingga terjadi pembengkakan, kemerahan,
panas, demam, malaise sehingga terasa nyeri (Price & Wilson, 2013).
Jika terjadi penumpukan kristal Mononatrium urat di dalam sendi maka
terjadi peradangan dan serangan gout dimulai. Apabila terjadi serangan berulang
maka kristal Mononatrium urat akan membentuk tofus pada bagian perifer.
Tofus pada bagian perifer menyebabkan terjadinya kekakuan sendi dan
perubahan bentuk fisik. Kekakuan sendi akibat tofus dapat mengakibatkan risiko
cedera dan gangguan mobilitas fisik akibat kesulitan dalam beraktivitas. Selain
itu juga menyebabkan terjadinya harga diri rendah akibat perubahan bentuk fisik
(deformitassendi) (Price & Wilson, 2013).

6
7

5. Pathway

Arthritis gout
Inform

Arthritis Gout Primer Arthritis Gout Seku


(hormonal dan genetik) (makanan tinggi
purin dan obat obata

Penumpukan kristal Diluar sendi


Monosodium urat Di dalam sendi

Respon Fagositik oleh Leukosit


Terjadi tofus di bagian p
jari tangan, dan kaki)
Leukosit memakan kristal urat

Mekanisme peradangan kekakuan sendi perubahan


(deformitas sendi)

Pembuluh darah perifer Kesulitan dalam


melebar beraktivitas renda

Bengkak, kemerahan, panas, Gangguan Is


demam, malaise mobilitas fisik so
6. Prosedur Diagnostik
Aspiani (2014), menjelaskan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis
penyakit Arthritis gout antara lain:
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasi hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau
gangguan ekskresi.
b. Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih
dalam batas normal yaitu 5000-10000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam
urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam
urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
e. Analisis cairan aspirasi sendi
Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum krisral urat
yang tajam, memberikan diagnosis defintif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak
dapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang
progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di
bawah sinavial sendi.

8
9

7. Penatalaksanaan

Menurut Aspiani (2014) pengobatan gout bergantung pada


tahap penyakitnya:
a. Pada stadium 1 (Hiperrisemia asimtomatik)
1) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan
2) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik dan
penghambat Xanthin oksidase.
b. Stadium 2 (Arthritis Gout akut)
Serangan akut Arthritis gout dapat diobati dengan obat-obatan anti-
inflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis
tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi.
Kemudian dosis ini diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari.
1) Kolkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet) setiap 2
jam sampai serangan akut menghilang
2) Indometasin 4x50 mg sehari
3) Fenil butazon 3x100-200 mg selama serangan, kemudian turunkan
4) Penderita dianjurkan untuk diit rendaah purin, hindari alkohol, dan
obat-obat yang menghambat ekskresi asam urat.
c. Stadium 3 (Tahap inter kritis)
Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk
menurunkan produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat
oleh ginjal. Obat alupurinol menghambat pembentukan asam urat dari
prekursornya (xantin dan hipoxantin) dengan menghambat enzim xantin
oksidase. Obat ini dapat diberikan dalam dosis yang memudahkan yaitu
sekali sehari.
1) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak makan
lemak, alkohol dan protein, trauma dan infeksi.
2) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg Indometasin setiap hari).
d. Stadium 4 (Gout kronik)
1) Alopurinol menghambat enzim xantin oksidase sehingga mengurangi
pembentukan asam urat
2) Obat-obat urikosurik yaitu prebensid dan sulfinpirazon
3) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan konservatif perlu
di eksisi.
Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan alopurinol 100 mg 2 kali/hari.
8. Komplikasi
Menurut Aspiani (2014), komplikasi yang dapat terjadi yaitu deformitas
pada persendian yang terserang, urolitiasis akibat deposit kristal urat pada
saluran kemih, nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal,
hipertensi ringan, proteinuria, hiperlipidemia, gangguan parenkim ginjal dan
batu ginjal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Aspiani (2014), asuhan keperawatan lansia Arthritis gout meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas Klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, suku
bangsa, status pekerjaan, nomor register, dan tanggal masuk rumah
sakit/unit pelayanan sosial.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki dan
serangan yang bersifat monoartikular. Lakukan pengkajian nyeri dengan
menggunakan metode PQRST.
2) Riwayat Penyakit Sekarang: pengumpulan data dilakukan sejak awal
munculnya keluhan yang dirasakan dan secara umum mencakup gejala
awal dan bagaimana gejala itu berkembang. Apakah pernah diperiksakan
ke tempat lain serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya dan data yang di dapatkan saat pengkajian.
Penting dinyatakan berapa lama pemakaian obat analgetik dan
allopurinol.
3) Riwayat Penyakit Dahulu: pada pengkajian ini kemungkinan ditemukan
penyebab lain yang mendukung terjadinya Arthritis gout seperti penyakit
ginjal kronis, leukimia, dan hiperparatiroidisme. Masalah lain yang
perlu ditanyakan adalah apa riwayat pekerjaan klien yang berhubungan
dengan adanya penyakit Arthritis gout, apakah penerima manfaat pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya, penggunaan obat-obatan, dan
riwayat konsumsi alkohol serta merokok.
4) Riwayat Penyakit Keluarga: pada pengkajian ini perlu ditanyakan
apakah dalam keluarga ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan
penerima manfaat karena penyakit Arthritis gout dapat di pengaruhi oleh
faktor genetik atau keturunan.
5) Riwayat Psikososial: kaji respon emosi penerima manfaat terhadap
penyakit yang di deritanya dan penerima manfaat terhadap keluarga dan
masyarakat. Respon yang di dapat meliputi adanya kecemasan terhadap
sensasi nyeri, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
defisit pengetahuan akan penyakit dan pengobatan serta penyakit
komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit Arthritis gout.
6) Riwayat Spiritual

10
11

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum: keadaan umum klien lansia dengan Arthritis gout
biasanya lemah.
2) Kesadaran: kesadaran klien lansia dengan Arthritis gout biasanya
composmentis.
3) Tanda-tanda Vital:
a) Suhu meningkat (> 37oC)
b) Nadi meningkat (N: 70-82 x/mnt)
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal (134/87
mmHg)
d) Pernafasan biasanya normal (12-20 x/menit).
4) Pemeriksaan Per-sistem
a) Sistem Integumen:
Kulit tampak memerah atau keunguan dan teraba hangat pada
area yang terserang Arthritis gout.
b) Sistem Penginderaan:
Mata: pada mata klien dengan Arthritis gout tidak ada tanda
spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap perlu
dilakukukan pengkajian seperti: kaji penglihatan, bentuk mata,
visus, warna sklera, gerakan bola mata.
Hidung: pada hidung klien dengan Arthritis gout tidak ada tanda
spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap perlu
dilakukukan pengkajian seperti: kaji bentuk hidung, terdapat
gangguan penciuman atau tidak.
Telinga: kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau
tidak, biasanya terdapat tofi pada daun telinga.
c) Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler klien dengan Arthritis gout tidak
ada tanda spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi
tetap perlu dilakukukan pengkajian berikut ini:
Inspeksi: apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi: kaji frekuensi nadi
Auskultasi: apakah suara jantung normal (lup-dup) atau ada suara
tambahan
d) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan klien dengan Arthritis gout tidak ada
tanda spesifik yang menunjukan adanya Arthritis gout, tetapi tetap
perlu dilakukukan pengkajian seperti berikut ini:
Inspeksi: kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada
abdomen
Palpasi: apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: apakah kembung/tidak
Auskultasi: apakah ada peningkatan bising usus
e) Sistem Muskuloskletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi
pada area jaringan, dapat berkurang imobilisasi, kekuatan otot,
kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit, dan perubahan warna.
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari)
dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di
sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi). Kaji kekuatan
otot pada ekstremitas atas maupun bawah.
f) Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita Arthritis gout mempunyai penyakit batu
ginjal, kaji perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin,
disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, serta
kebersihannya.
d. Pemeriksaan Tanda dan Gejala Arthritis gout
1) Aktivitas atau Istirahat
Nyeri mendadak di persendian, nyeri tekan yang akan mengganggu
aktivitas dan kebutuhan istirahat/tidur klien.
2) Makanan dan Cairan
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi purin, jumlah dan jenis
asupan makanan dan cairan yang di konsumsi dalam 24 jam.
3) Hiegiene (kebersihan)
Kesulitan dalam melakukan perawatan diri karena adanya gangguan
mobilitas yang menghambat aktivitas.
4) Neurosensori, pembengkakan pada sendi, dan kesemutan pada kaki
maupun tangan.
5) Nyeri atau Kenyamanan
Nyeri pada persendian, kemerahan pada sendi yang terkena dan
terasa kaku.
6) Keamanan
Risiko cedera jatuh akibat kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri
sendi

e. Pengkajian Fungsional, Kognitif, Afektif, dan Sosial


1) Pengkajian Fungsional (Indeks Katz)
Indeks katz adalah indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan
sehari-hari berdasarkan pada evaluasi mandiri atau tergantung dari klien
dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen,
dan makan (Aspiani, 2014). Definisi khusus dari kemandirian fungsional
dan tergantung tampak pada indeks katz.

12
13

Skor Indeks Katz


A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan.

2) D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, Pengka


berpakaian, dan satu fungsi tambahan. jian
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, Status
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, dan satu
fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau
F.
Kognitif/Afektif (Short Portable Mental Status Questionnaire/SPMSQ)

+ - Pertanyaan Jawaban
Penilaian 1.Tanggal berapa hari ini? (tanggal, bulan,
SPMSQ: hari)
2.Hari apa sekarang ini?
3.Apa nama tempat ini?
4.Berapa nomor telepon Anda?
5.Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya
bila klien tidak memiliki telepon)
6.Berapa umur Anda?
7.Kapan Anda lahir?
8.Siapa presiden Indonesia sekarang?
9.Siapa presiden sebelumnya?
10.Siapa nama ibu Anda?
11.Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
Kesalahan 0-2  Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4  Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7  Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10  Kerusakan intelektual berat.

3) Pengkajian Fungsi Sosial


Instruksi: baca seluruh kelompok pernyataan dalam setiap kategori.
Kemudian pilih salah satu pernyataan dalam kelompok tersebut.
Yakinkan untuk membaca semua pernyataan pada setiap kelompok
sebelum membuat pilihan (Aspiani, 2014).
a) Inventaris Depresi Beck
Kesedihan
3 :Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya.
2 :Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya.
1 :Saya merasa sedih/galau.
0 : Saya tidak merasa sedih.

Pesimisme
3 : Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik.
2 : Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan.
1 : Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 : Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.

Rasa Kegagalan
3 : Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang
tua, suami, istri)
2 : Saya melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan.
1 : Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 : Saya tidak merasa gagal.

Ketidakpuasan
3 : Saya tidak puas dengan segalanya.
2 : Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 : Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 : Saya tidak merasa tidak puas.

Rasa Bersalah
3 : Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk.
2 : Saya merasa sangat bersalah.
1 : Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari
waktu yang baik.
0 : Saya tidak merasa benar-benar bersalah.

14
15

Tidak Menyukai Diri Sendiri


3 : Saya benci diri saya sendiri.
2 : Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 : Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 : Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri.

Membahayakan Diri Sendiri


3 : Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan.
2 : Saya mempunyai rencana pasti tentang bunuh diri.
1 : Saya merasa merasa lebih baik mati.
0 : Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri.

Menarik Diri dari Sosial


3 : Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak perduli pada mereka semuanya.
2 : Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada meraka.
1 : Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya.
0 : Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.

Keragu-raguan
3 : Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 : Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 : Saya berusaha mengambil keputusan.
0 : Saya membuat keputusan yang baik.

Perubahan Gambaran Diri


3 : Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 : Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen
dalam penampilan saya, dan ini membuat saya tak menarik.
1 : Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
0 : Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
sebelumnya.

Kesulitan Kerja
3 : Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 : Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 : Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan
sesuatu.
0 : Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
Keletihan
3 : Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 : Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
1 : Saya lelah lebih dari biasanya.
0 : Saya tidak lebih lelah dari biasanya.

Anoreksia
3 : Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 : Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 : Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 : Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Penilaian Inventaris Depresi Beck:


0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 Depresi ringan.
8-15 Depresi sedang.
16+ Depresi berat.

b) APGAR Keluarga

No Fungsi Uraian Skor


1 Adaptasi Saya puasa bahwa saya
(Adaptation) dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
saya untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
2 Hubungan Saya puas dengan cara
(Partnership) keluarga (teman-teman)
saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya.
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa
(Growt) keluarga (teman-teman)
saya menerima dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru.
4 Afeksi Saya puas dengan cara
(Affection) keluarga (teman-teman)
saya mengekpsresikan
afek dan berespons

16
17

terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih,
atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan cara
(Resolve) teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu
bersama-sama
Selalu mendapat skor 2

Kadang-kadang mendapat skor 1


Tidak pernah mendapat skor 0
Analisa hasil APGAR Keluarga:
Total nilai < 3: disfungsi keluarga yang sangat tinggi.
Total nilai 4-6: disfungsi keluarga sedang.
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi kelurga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi arthristis gout
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.
c. Resiko jatuh berhubungan atau dibuktikan dengan usia ≥ 65 tahun.
d. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh pada tulang dan sendi.
e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik adanya
kristal asam urat.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan tindakan keperawatan secara komprehensif
dengan cidera selama … x 24 jam, termasuk lokasi, durasi,
pasien btidak mengalami frekuensi,kualitas dan faktor
biologis
nyeri, demgan kriteria presipitasi nyeri
hasil: 2. Observasi reaksi non verbal
1. Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab 3. Bantu pasien dan
nyeri, mampu keluarga untuk mencari dan
menggunakan teknik menemukan dukungan
nonfarmakologik 4. Kontrol lingkungan yang
untuk mengurangi dapat mempengaruhi nyeri
nyeri). 5. Ajarkan teknik non
2. Melaporkan bahwa farmakologik: napas dalam,
nyeri berkurang relaksasi dan kompres
dengan manajemen hangat dingin
nyeri 6. Tingkatkan istirahat /tidur
3. Mampu mengenali 7. Monitor vital sign
skala nyeri (intensitas sebelum dan sesudah
frekuensi dan gejala pemberian analgesik
nyeri) pertama kali
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital dalam
rentang normal
6. Tidak mengalami
gangguan tidur
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitoring vital sign
mobilitas keperawatan selama .. x 24 sebelum/sesudah latihan dan
fisik jam gangguan mobilitas lihat respon pasien saat latihan
fisik dengan kriteria hasil: 1. Konsultasikan dengan terapi
berhubungan
1. Klien meningkat dalam fisik tentang rencana
dengan aktivitas fisik teknik ambulasi
kekakuan 2. Mengerti tujuan dari 2. Bantu klien unutuk
pada sendi peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saat
fisik berjalan dan terhadap cedera
3. Memverbalisasikan 3. Ajarkan pasien atau tenaga
perasaan dalam kesahatan lain tentang
meningkatakan teknik ambulasi
kekuatan dan 4. Kaji kemampuan pasien dala
kemampuan berpindah mobilisasi
4. Memperagakan 5. Latih Pasien dalam
penggunaan alat bantu memenuhi kebutuhan ADLS
untuk mobilisasi pasien.
6. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan

Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor resiko


dibuktikan keperawatan selama …x24 jatuh (mis. Usia > 65 tahun,
jam diharapkan tidak ada
dengan usia ≥ penurunan tingkat kesadaran,
kejadian jatuh dengan
65 tahun kriteria hasil : defisit kognitif, gangguan
1. Gerakan terkoordinasi : keseimbangan, gangguan
kemampuan otot untuk
penglihatan, neuropati).
bekerja sama secara
volunter untuk 2. Identifikasi perilaku dan
melakukan gerakan faktor yang mempengaruhi
yang bertujuan
resiko jatuh.
2. Perilaku pencegahan
jatuh : tindakan 3. Gunakan alat bantu berjalan
individu atau pemberi (mis. Kursi roda, walker).

18
19

asuhan keperawatan 4. Monitor kemampuan


untuk meminimalkan berpindah dari tempat tidur
faktor resiko yang dapat
ke kursi dan sebaliknya.
memicu jatuh di
lingkungan individu. 5. Tempatkan klien beresiko
3. Kejadian jatuh : tidak tinggi jatuh dekat dengan
ada riwayat jatuh
pantauan pengawas.
4. Pengetahuan :
pemahaman terhadap 6. Ajurkan menggunakan alas
pencegahan jatuh. kaki yang tidak licin
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling
konsep diri, keperawatan selama… x 24 pecaya
citra tubuh jam pasien menunjukkan: 2. Berikan kesempatan
Gangguan citra tubuh mengungkapkan perasaan
berhubungan
menurun dengan kriteria 3. Dukung upaya klien untuk
dengan hasil: memperbaiki citra tubuh
perubahan 1. Gambaran diri 4. Dorong klien untuk
bentuk meningkat bersosialisassi engan orang
tubuh pada 2. Gambaran diri sesuai lain
tulang dan 3. Bisa menyesuaikan
sendi diri dengan status
kesehatannya
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
perfusi keperawatan selama….x 24 meggunakan pakaian yang
jaringan jam kerusakan integritas longgar
jaringan pasien teratasi 2. Jaga kulit agar tetap bersih
berhubungan
dengan kriteria hasil: dan kering
dengan 1. Perfusi jaringan 3. Mobilasasi pasien (ubah
peradangan normal posisi pasien) setiap dua jam
kronik 2. Tidak ada tanda-tanda sekali
adanya kristal infeksi 4. Monitor kulit akan adanya
asam urat Ketebalan dan tekstur kemerahan
jaringan 5. Monitor aktivitas dan
4. Menunjukkan mobilisasi pasien
pemahaman dalam 6. Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan kulit 7. Berikan posisi yang
dan mencegah nyamanan untuk mengurangi
terjadinya proses tekanan pada luka.
penyembuhan luka
(Nurarif dan Kusuma, 2016)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi


merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan
dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak
dapat dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat harus bersama untuk
mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil dan Alasan


Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian yaitu klien mengalami
nyeri karena Asam Urat semenjak 2 tahun yang lalu, P: nyeri karena Asam Urat , Q:
seperti ditusuk- tusuk, R: telapak kaki kiri, S: skala 4, T: hilang timbul, kadar Asam
Urat 8,5 g/dl dan terlihat adanya kemerahan, bengkak di sekitar telapak kaki kiri.

Menurut Sudoyo (2009) nyeri kronis pada data klien di atas dipicu oleh adanya
gangguan metabolisme Purin dalam tubuh sehingga mengakibatkan Kristal Asam
Urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon Inflamasi.

Menurut asumsi penulis, manifestasi klinis yang dikemukakan oleh Sudoyo


(2009) sesuai dengan yang terjadi pada klien. Hal ini terjadi karena rasa nyeri pada
klien dengan Arthritis Gout merupakan ciri khas yang ditemukan pada Arthritis
Gout hal ini terjadi karena adanya peradangan kronis pada jaringan lunak.

Oleh karena itu untuk mengatasi nyeri kronis yang dialami oleh klien penulis
menyusun intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada. Intervensi yang
disusun sama pada kedua klien dengan menggunakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (2018).

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun, seperti


pemberian kompres hangat yang dapat mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Zahroh (2018) Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri
pada penderita penyakit Arthritis Gout. Kompres hangat meredakan nyeri dengan
mengurangi spasme otot, merangsang nyeri, menyebabkan vasodalatasi dan
peningkatan aliran darah. Pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki
peredaran darah dalam jaringan tersebut. Manfaatnya dapat memfokuskan perhatian
pada sesuatu selain nyeri, atau dapat tindakan pengalihan seseorang tidak terfokus
pada nyeri lagi, dan dapat relaksasi. tetapi terdapat intervensi yang tidak
diimplementasikan yaitu kaloborasi pemberian Analgetik karena kedua klien

21
mengkonsumsi obat nyeri pada saat malam hari sehingga penulis tidak dapat
melakukan intervensi tersebut karena terhalang oleh waktu.

Pada klien didapatkan evaluasi yaitu, pada klien mengatakan nyeri berkurang
menjadi skala 2 dan kadar Asam Urat menjadi 8 g/dl sehingga berdasarkan kriteria
hasil nyeri kronis yang dialami oleh klien nyeri kronis teratasi karena klien
mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

B. Hambatan

Hambatan yang dirasakan oleh penulis saat berkomunikasi kepada klien,


karena klien memiliki gangguan pendengaran, sehingga saat melakukan komunikasi
harus mengatakan suara dengan keras, hal ini karena agar klien dapat mengerti dan
memahami apa yang disampaikan oleh penulis.

22
BAB V

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Gerontik dengan masalah


Arthritis Gout di Desa Patalan pada tanggal 15 Februari 2021 sampai dengan 20
Februari 2021, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada Ny.W didapatkan klien mengatakan nyeri dan


kemerahan, bengkak, kram pada bagian telapak kaki kiri setelah bangun pagi.
Klien jarang melakukan aktivitas diluar rumah, merasakan nyeri saat digerakkan
dan biasa membeli obat diapotik untuk menghilangkan nyeri di kaki.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nyeri kronis berhubungan dengan


kondisi arthristis gout, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan
pada sendi dan resiko jatuh berhubungan atau dibuktikan dengan usia ≥ 65
tahun.

3. Rencana tindakan keperawatan disusun untuk mengatasi semua masalah


keperawatan Ny.W dengan masalah arthritis gout yaitu berfokus pada masalah
nyeri kronis yang diderita klien, dengan diberikan teknik non farmakologi
seperti relaksasi, distraksi dan kompres hangat.

4. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang diberikan kepada


Ny.W tetapi terdapat beberapa intervensi di tinjauan teoritis yang tidak
diimplementasikan dalam studi kasus.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari kunjungan pada Ny.W
dengan masalah arthritis gout didapatkan diagnosa nyeri kronis teratasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang penulis bisa berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :

1. Bagi institusi Lebih mengoptimalkan kurikulum belajar khususnya mata kuliah


keperawatan gerontik dan promosi kesehatan, sehingga dapat menciptakan
tenaga kesehatan khususnya perawat yang handal dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada klien yang menderita
arthritis gout.

23
2. Bagi Puskesmas

a) Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan khususnya


pada klien dengan masalah arthritis gout.

b) Memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan tindakan yang dibutuhkan


klien

3. Bagi mahasiswa Dianjurkan untuk meningkatkan kemampaun dan pengetahuan


dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik yang optimal dan
komprehensif serta bertanggung jawab kepada klien dengan masalah arthritis
gout.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Resehatan Dasar (Riskesdas)
2013.http://www.depkes.go.id/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
13.pdf. Diunduh pada tanggal 18 November 2018.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction.

Perry, Potter. (2011). Fundamental Keperawatan buku 1 edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3


(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi VI. Jakarta: EGC

Sari, Y. N. I. & Syamsiyah, N. (2019). Berdamai dengan Asam Urat. Jakarta : Bumi
Medika

Sri Arjani, Ida Ayu Made dkk. 2018 Gambaran Kadar Asam Urat Dan Tingkat
Pengetahuan Lansia. (http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M

Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5.

Jakarta: Interna Publishing


Zahroh, Chilyatiz, Faizah, Kartika. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Penurun Nyeri pada Penderita Penyakit Arthritis Gout.
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/download/328/pdf. Diunduh pada
tanggal 29 Mei 2019.

25
Lampiran 1 : SOP Teknik Relaksasi Dan Distraksi

SOP TERAPI NYERI


(Teknik Distraksi dan Relaksasi)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Disetujui oleh,


OPERASIONAL
PROSEDUR
…………………………………

Pengertian Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami nyeri dengan
membimbing pasien untuk relaksasi dan distraksi.
1. Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami (tidak tepat pada pasien hipertensi).
(Prasetyo,2010)
2. Relaksasi
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Relaksasi dapat
dilakukan dengan cara menganjurkan pasien untuk melaksanakan
Teknik nafas dalam (tidak tepat pada pasien post op/dibagian
abdomen).
(Prasetyo,2010)

Tujuan 1. Untuk mengurangi rasa nyeri.


2. Untuk menurunkan ketegangan otot.
3. Untuk menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan damai.

26
27

Indikasi 1. Pasien dengan nyeri akut atau nyeri kronis.


2. Pasien ansietas.

Petugas Perawat.

Persiapan Alat 1. Baby oil.

2. Minyak Telon

3. Koran

4. TV

5. Handphone
Prosedur A. Fase Pra-interaksi
Pelaksanaan 1) Melakukan pengecekan program terapi.
2) Mencuci tangan.
3) Menyiapkan peralatan.
B. Fase Orientasi
1) Memberi salam kepada pasien dan menyapa nama pasien.
2) Menanyakan cara yang bias dilakukan agar pasien merasa
rileks.
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
C. Fase Kerja
1) Teknik Relaksasi
a) Mengatur posisi yang nyaman menurut kondisi pasien.
b) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam sekuatnya,
melalui hidung, dan merasakan saat udara mengalir dari
tangan, kaki, menuju paru-paru.
c) Pasien menahan nafas dalam 3-5 detik.
d) Kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dan
tidak terdengar suara udara.
e) Setelah pasien merasa rileks, diulangi lagi perlahan-lahan
irama nafas ditambah. Gunakan pernafasan dada atau
abdomen, bila frekuensi nyeri bertambah, gunakan
pernafasan lebih dangkal dengan frekuensi lebih cepat.

2) Teknik Distraksi
a) Menawarkan pasien untuk distraksi.

28
29

b) Mengatur posisi duduk atau berbaring yang nyaman


menurut kondisi pasien.
c) Ajarkan pasien bernafas pelan-pelan dengan menanyakan
jenis-jenis peralihan perhatian yang diinginkan.
d) Apabila pasien menginginkan massage, massage
dilakukan sesuai rasa sakit yang diderita (tidak tepat pada
daerah luka dan pada pasien jenis kelamin yang berbeda).
e) Tepuk-tepuk jari kaki sambal mendengarkan lagu atau
menonton tv atau membaca koran.
f) Ajak pasien berbincang-bincang untuk mengurangi rasa
nyeri.

D. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan relaksasi dan
distraksi.
2) Menganjurkan pasien untuk mengulangi tindakan apabila
masih merasa nyeri.
3) Berpamitan dengan pasien.
4) Membereskan peralatan.
5) Mendokumentasikan hasil kegiatan.
6) Mencuci tangan.
Unit Terkait IGD, UGD, RAWAT INAP, RAWAT JALAN, POLODES.

Lampiran 2 : SOP Kompres Hangat


SOP Pemberian Kompres Hangat Basah

No. Dokumen No Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Disetujui oleh,


OPERSASIONAL
PROSEDUR

PENGERTIAN Memberikan kompres hangat basah dengan menggunakan


waslap / handuk kecil

TUJUAN 1. Menurunkan suhu tubuh


2. Mencegah peradangan meluas
3. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
INDIKASI 1. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang
persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses, hematoma
PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Baskom berisi air hangat


2. Handuk besar
3. Handuk kecil
4. Handscoon

PROSEDUR KERJA A. Fase Pra Interaksi


1. Melihat riwayat data terlebih dahulu
2. Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan peralatan

30
31

B. Fase Orientasi
1. Memberi salam pada pasien dan menyapa pasien
2. Menanyakan cara yang bisa dilakukan agar pasien
merasa rileks
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menanyakan persetujuan dan persiapan pasien
C. Fase Kerja
1. Memasang pengalas pada area yang akan dikompres
2. Memasukkan waslap atau handuk kecil ke dalam air
hangat lalu diperas sampai lembab
3. Meletakkan waslap tersebut pada area yang akan
dikompres
4. Mengganti waslap tiap kali dengan waslap yang sudah
terendam dalam air hangat
5. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
D. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan peralatan
4. Mendokumentasikan hasil kegiatan
5. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT RAWAT JALAN, IGD, UGD, PUSTU/ POLINDES

Anda mungkin juga menyukai