Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

“ MAKALAH TENTANG ADL“

Disusun Oleh :
Nama : Eki Nazzila Khoirin Nisak
NIM : P1337420419048/ 22
Tingkat : 3B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan maklah ini, yang diajukan
guna melengkapi dan memenuhi tugas gerontik dengan judul “Materi Tentang ADL”

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis merasakanbetapa besrnya manfaat bantuan


yang diberikan oleh semua pihak terutama yang memberikan masukan-masukan dan data-
data seingga dapat dijadikan suatu pedoman dan landasan bagi penulis dalam menggalui
semua permasalahan yang erat kaitannya dengan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengahadapi kesulitan-kesulitan.


Berkat bimbingan dan pengarahan dan bantuan dari semua pihak, makalah ini dapat
diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada : teman-teman kelompok yang banyak menyelesaikan tugas ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………………... 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………4-5

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….….4


B. Tujuan ……………………………………………………………………………4-5
C. Manfaat …………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………6-14

A. Pengertian ADL…………………………………………………………………6
B. Macam-macam ADL……..…………………….………………………………. 6-7
C. Cara pengukuran ADL…….…………………………………………………… 7-14
D. Faktor- faktor yang mempengaruhi ADL…………..…………………..………. 14-18
D. BAB III PENUTUP ……………………………………………………………19
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………. 19
E. Saran …………………………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengkajian tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari
atau ADL (Activity of Daily Living) penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan lanjut usia dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansiadan
perencanaaan perawatan jangka panjang (Tamher dan Noorkasiani,2011). ADL
(Activity of Daily Living) didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam
melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan manusia
secara rutin dan universal (Ediwati,2013). Berdasarkan penelitian Afifah (2016) di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin menyatakan bahwa gambaran
tingkat kemandirian lansia dalam melakukan ADL (Activity of Daily Living)
memiliki selisih yang besar yaitu 45,5% berada pada tingkat mandiri dan 54,5%
berada pada tingkat tidak mandiri. Penelitian ini menunjukan jumlah lansia yang tidak
mandiri lebih besar dari pada lansia yang mandiri.
ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan
diri.ADL(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian,
berpindah tempat dan mandi(Ediwati, 2013). Salah satu kriteria yang dapat dipakai
untuk menilai ADL (Activity of Daily Living) adalah Indeks Katz, penilaian
didasarkan pada kemampuan lansia untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan
untuk memastikan status fungsional usia lanjut (Dien GA Nursal, 2009).
Menurut Zulaekah dan Widowati pada tahun 2009, tingkat kemandirian
penderita geriatri yang diukur dengan indekskatz di Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang hanya 17,91% yang memiliki kemandirian pada semua hal yang dinilai
pada indeks katz. Penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat kemandirian lanjut
usia pada semua aspek yang dinilai pada indekskatz masih sangat rendah.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui tentang apa itu ADL
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari ADL

4
b. Untuk mengetahui macam – macam ADL
c. Untuk mengetahui cara pengukuran ADL
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ADL
C. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat semua
pihak yang terkait. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
mengenai materi ADL serta bisa menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADLmerupakan
aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet,
makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &
Setiabudi, 2005). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah
aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai
pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Penentu kemandirian fungsional
dapat mengidentifikasi kemampuan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2008).
B. Macam – Macam ADL
a. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
b. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang kertasADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
c. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.

6
d. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu
luang.
C. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau
domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian,
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi,instrumental ADL dasar, sering
disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar
ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan
lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah
banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL
Skala Deskripsi & jenis Kehandalan, Waktu & Komentar
skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks barthel Skala ordinal dengan Sangat <10 Skala ADLyang
skor handal & menit,sangat sudah diterima
0(totaldependent)- sangat sahih, ssuai untuk secara luas,
100(totalindependent) dan cukup skrining, kehandalan dan
: 10 item :makan, sensitif. penilaian kesahihan
mandi, berhias, formal, sangat baik.
berpakaian, kontrol pemantauan
kandung kencing,dan &
pemeliharaan
kontrol anus, terapi.
toileting, transfer
kursi/tempat tidur,

7
mobilitas dan naik
tangga.

Indeks Katz Penilaian dikotomi Kehandalan < 10 menit, Skala ADLyang


dengan & kesahihan sangat sesuai sudah diterima
urutandependensiyan cukup; untuk secara luas,
g hierarkis : mandi, kisaran ADL skrining, kehandalan dan
berpakaian, toileting, sangat penilaian kesahihan
transfer, kontinensi, terbatas (6 formal, cukup, menilai
dan makan.Penilaian item) pemantauan keterampilan
dari A (mandiri pada & dasar, tetapi
keenam item) sampai pemeliharaan tidak menilai
G (dependentpada terapi. berjalan & naik
keenam item). tangga
FIM(Functiona Skala ordinal dengan Kehandalan < 20 menit, Skala ADLyang
l Independence 18 item, 7 level & kesahihan sangat sesuai sudah diterima
Measure) dengan skor berkisar baik, sensitif untuk secara luas.
antara 18-126; area dan dapat skrining, Pelatihan untuk
yang dievaluasi; mendeteksi penilaian petugas pengisi
perawatan diri, perubahan formal, lebih lama
kontrol stingfer, kecil dengan pemantauan karena item
transfer, lokomosi, 7 level. & banyak.
komunikasi, dan pemeliharaan
kognitif sosial. terapi serta
evaluasi
program.
Sumber : Sugiarto,2005.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,
pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan
langsung atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan
mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan

8
buang air kecil dalam kategori ADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005).

a. Indeks Barthel (IB)


Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria
dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.

Tabel 2.2.Indeks Barthel


No. Item yang dinilai Dibantu Mandiri
1. Makan(bila makanan harus dipotong-potong 5 10
dulu/dibantu)
2. transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
kembali (termasuk duduk di bed)
3. Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur 0 5
jenggot, gosok gigi)
4. Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai 5 10
pakaian, cawik, menyiram WC)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di permukaaan datar 10 15
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh 0 5
kursi roda sendiri)
7. Naik & turun tangga 5 10
8. Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, 5 10
menutup resleting)
9. Mengontrol anus 5 10
10. Mengontrol kandung kemih 5 10

Sumber : Sugiarto,2005.
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item
dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik
penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan
dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).

9
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang
berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih
mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB

Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100     Independen/Mandiri

Lazar dkk 10-19 Dependen Perawatan


20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100     Independen/Mandiri

Granger 0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri

Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi.
Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang
menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green
menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada
35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri
dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan
pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari
Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang
berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).

10
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73
dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB
juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan
masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit
(Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena
telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang
dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
b. Indeks KATZ
Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia, sebagi
tenaga professional harus mengetahui kondisi lansia saat ini, baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.  Hal ini sebagai
awal titik tolak untuk melihat perubahan dan kemajuan setatus kesehatan lansia yang
dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik, pisikik, dan social.  Banyak instrument untuk
menilai kemampuan seseorang lansia, salah satu diantaranya adalah yang ditemukan
oleh Katz, yang telah menetapkan Fungsional Assessment Instrument  untuk
menggolongkan kemandirian merawat diri pada lansia.  Index Katz merupan
instrument yang cukup sederhana dan mudah di terapkan, selain dapat digunakan
untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktifitas Kehidupan Sehari-hari) dapat
juga meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia
(Boedhi-Darmojo,2009)
        Index Katz meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi, berpakaian,
toileting berpndah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan makan.   Kemandirian
berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif.  Ini didasarkan pada
status actual dan bukan pada kemampuan.  Dalam tiga puluh lima tahun sejak
instrument dikembangkan, instrument telah di modifikasi dan disederhanakan dan
dikembangkan, instrument talah dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan
yang berbeda untuk penilaian telah digunakan.  Secara konsisten instrument ini
ditujukan dan digunakan dalam mengevaluasi setatus social lansia di
populasi. Meskipun tidak ada keandalan laporan formal dam validitas ditemukan
dalam literarur, alat ini digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan
fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah (Wallace dan Shekely,2008)
        Index ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup
mandiri klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik focus

11
perbaikan.  Skala yang ditetapkan pada katz index terdiri dari tuju skala A sampai
dengan G.  Skala yang di tetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri dari dua
katagori yaitu kemandirian tinggi (Index A,B,C,D) Dan kemandirian rendah (Index
E,F,G) (Kobayashi,2009) 
        Index Katz merupakan suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian
yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri.  Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, dkk, 2011)
Penilaian Index Katz menurut Maryam, R. Siti. Dkk 2011

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan,
kontinen (BAB atau
BAK),berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandiriani, dalam semua hal
keculi mandi, berpakaian dan satu
fungsi tamabahan
E Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut

 Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi


aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini.

12
 Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan.
 Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
a. Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)

Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampul atau mandi sendiri sepenuhnya.

Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dart bak mandi, tidak mandi sendiri

b. Berpakaian

Mandiri: mengambii baju dari kloset/loker dan laci ; berpakaian, melepaskan


pakaian, mengikat; mengatur pengikat; melepas ikatan sepatu.

Tergantung: tidak memakai baju sendiri atau sebagian masih tidak


menggunakan pakaian.

c. Ke Kamar Kecil

Mandiri: ke kamar kecil; masuk dan keluar dari kamar kecil; merapikan baju;
membersihkan organ-organ ekskresi; (dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya malam hari dan dapat atau takdapat menggunakan dukungan
mekanis)

Tergantung: menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan dalam


masuk dan menggunakan toilet

d. Berpindah

Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah duduk
dan bangkit dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan
dukungan mekanis)

Tergantung: bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau
kursi; tidak melakukan satu atau lebih perpindahan

e. Kontinen

13
Mandiri: berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri

Tergantung: inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau defekasi;


kontrol total atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal
dan/atau bedpan teratur

f. Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring atau keseksamaan memasukannnya


ke mulut, (memotong-motong daging dan menyiapkan makanan, seperti
mengolesi roti dengan mentega, tidak dimasukan dalam evaluasi)

Tergantung: bantuan dalam hal makan (lihat di atas); tidak makan sama
sekali, atau makan per parentral

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.


ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter/sukarela/disadari
yang terkoordinasi dan aspek propioseptif/indera internal yg bertugas mengatur
keseimbangan ketika tubuh bergerak. sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :
1.    ROM sendi
2.    Kekuatan otot
3.    Tonus otot
4.    Propioseptif (indera internal yg bertugas mengatur keseimbangan ketika tubuh
bergerak.)
5.    Persepti visual
6.    Kognitif, (aktifitas mental yg berawal dari pengetahun)
7.    Koordinasi
8.    Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwinoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities
Daily Living adalah:
1)    Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga.
2)    Kapasitas mental.
3)    Status mental seperti kesedihan dan depresi.
4)    Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh.
5)    Dukungan anggota keluarga.

14
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk
melakukan

activity of daily living tergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. Umur dan status perkembangan Umur dan status perkembangan

seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan,

ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan

melaksanakanactivity of daily living. Saat perkembangan dari

bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah

dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of

daily living.

15
2. Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan

sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan

cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena

penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of

daily living(Hardywinoto, 2007).

3. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

melakukan activity of daily living.Fungsi kognitif menunjukkan proses

menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor

stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental

memberikankontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam

berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan

activity of daily living (Hardywinoto, 2007).

4. Fungsi Psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks

antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada

intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau

ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab

16
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan

activity of daily living(Hardywinoto, 2007).

5. Tingkat Stress

Tingkat stress Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap

berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress

(stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat

mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa

fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

6. Ritme biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur

lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal

(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi

yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama

sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur

tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama

sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,

seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.

7. Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan

status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan

dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip

17
dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya

adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang

memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia

yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan

dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya (Hardywinoto,

2007).

8. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen

lansia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan

kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah

posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu

salah satunya adalah pemeliharan activity of daily living. Lansia

yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas

hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke

posyandu (Pujiono, 2009).

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk


melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Penentu kemandirian fungsional
dapat mengidentifikasi kemampuan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2008).
Macam – Macam ADL :
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya.
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari.
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi
waktu luang.
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias.
Menurut Hadiwinoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily
Living adalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga.
2) Kapasitas mental.
3) Status mental seperti kesedihan dan depresi.
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh.
5) Dukungan anggota keluarga.
B. SARAN

19
Materi ini dapat dijadikan pedoman atau acuan yang menyediakan informasi bagi
mahasiswa keperawatan mengenai materi ADL dan dapat membantu pihak tenaga kesehatan
untuk menerapkan materi ADL ini .

DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru

Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:


Salemba Medika
Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi
Pada Pasien Stroke Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi
Surakarta. Surakarta : UMS.
Iskandar J.2004. Panduan Praktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. Jakarta:
PT.Bhuana Ilmu Populer

Kaplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.


Jakarta: Binarupa Aksara

Kapplan, Sadock, BJ. 2005. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA :


Lippincott.

Mickey,Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC


Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan
Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan
Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

Wahyudi,N. 2008. Keperawatan Geontik & Geriatric.Jakarta:EGC

20

Anda mungkin juga menyukai