Disusun Oleh :
Nama : Eki Nazzila Khoirin Nisak
NIM : P1337420419048/ 22
Tingkat : 3B
T.A. 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan maklah ini, yang diajukan
guna melengkapi dan memenuhi tugas gerontik dengan judul “Materi Tentang ADL”
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………………... 1
A. Pengertian ADL…………………………………………………………………6
B. Macam-macam ADL……..…………………….………………………………. 6-7
C. Cara pengukuran ADL…….…………………………………………………… 7-14
D. Faktor- faktor yang mempengaruhi ADL…………..…………………..………. 14-18
D. BAB III PENUTUP ……………………………………………………………19
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………. 19
E. Saran …………………………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari
atau ADL (Activity of Daily Living) penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan lanjut usia dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansiadan
perencanaaan perawatan jangka panjang (Tamher dan Noorkasiani,2011). ADL
(Activity of Daily Living) didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam
melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan manusia
secara rutin dan universal (Ediwati,2013). Berdasarkan penelitian Afifah (2016) di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin menyatakan bahwa gambaran
tingkat kemandirian lansia dalam melakukan ADL (Activity of Daily Living)
memiliki selisih yang besar yaitu 45,5% berada pada tingkat mandiri dan 54,5%
berada pada tingkat tidak mandiri. Penelitian ini menunjukan jumlah lansia yang tidak
mandiri lebih besar dari pada lansia yang mandiri.
ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan
diri.ADL(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian,
berpindah tempat dan mandi(Ediwati, 2013). Salah satu kriteria yang dapat dipakai
untuk menilai ADL (Activity of Daily Living) adalah Indeks Katz, penilaian
didasarkan pada kemampuan lansia untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan
untuk memastikan status fungsional usia lanjut (Dien GA Nursal, 2009).
Menurut Zulaekah dan Widowati pada tahun 2009, tingkat kemandirian
penderita geriatri yang diukur dengan indekskatz di Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang hanya 17,91% yang memiliki kemandirian pada semua hal yang dinilai
pada indeks katz. Penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat kemandirian lanjut
usia pada semua aspek yang dinilai pada indekskatz masih sangat rendah.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui tentang apa itu ADL
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari ADL
4
b. Untuk mengetahui macam – macam ADL
c. Untuk mengetahui cara pengukuran ADL
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ADL
C. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat semua
pihak yang terkait. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
mengenai materi ADL serta bisa menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADLmerupakan
aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet,
makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &
Setiabudi, 2005). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah
aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai
pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Penentu kemandirian fungsional
dapat mengidentifikasi kemampuan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2008).
B. Macam – Macam ADL
a. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
b. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang kertasADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
c. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
6
d. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu
luang.
C. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau
domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian,
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi,instrumental ADL dasar, sering
disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar
ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan
lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah
banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL
Skala Deskripsi & jenis Kehandalan, Waktu & Komentar
skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks barthel Skala ordinal dengan Sangat <10 Skala ADLyang
skor handal & menit,sangat sudah diterima
0(totaldependent)- sangat sahih, ssuai untuk secara luas,
100(totalindependent) dan cukup skrining, kehandalan dan
: 10 item :makan, sensitif. penilaian kesahihan
mandi, berhias, formal, sangat baik.
berpakaian, kontrol pemantauan
kandung kencing,dan &
pemeliharaan
kontrol anus, terapi.
toileting, transfer
kursi/tempat tidur,
7
mobilitas dan naik
tangga.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,
pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan
langsung atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan
mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan
8
buang air kecil dalam kategori ADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005).
Sumber : Sugiarto,2005.
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item
dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik
penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan
dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
9
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang
berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih
mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100 Independen/Mandiri
Granger 0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi.
Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang
menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green
menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada
35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri
dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan
pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari
Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang
berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
10
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73
dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB
juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan
masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit
(Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena
telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang
dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
b. Indeks KATZ
Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia, sebagi
tenaga professional harus mengetahui kondisi lansia saat ini, baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Hal ini sebagai
awal titik tolak untuk melihat perubahan dan kemajuan setatus kesehatan lansia yang
dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik, pisikik, dan social. Banyak instrument untuk
menilai kemampuan seseorang lansia, salah satu diantaranya adalah yang ditemukan
oleh Katz, yang telah menetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk
menggolongkan kemandirian merawat diri pada lansia. Index Katz merupan
instrument yang cukup sederhana dan mudah di terapkan, selain dapat digunakan
untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktifitas Kehidupan Sehari-hari) dapat
juga meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia
(Boedhi-Darmojo,2009)
Index Katz meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi, berpakaian,
toileting berpndah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan makan. Kemandirian
berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif. Ini didasarkan pada
status actual dan bukan pada kemampuan. Dalam tiga puluh lima tahun sejak
instrument dikembangkan, instrument telah di modifikasi dan disederhanakan dan
dikembangkan, instrument talah dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan
yang berbeda untuk penilaian telah digunakan. Secara konsisten instrument ini
ditujukan dan digunakan dalam mengevaluasi setatus social lansia di
populasi. Meskipun tidak ada keandalan laporan formal dam validitas ditemukan
dalam literarur, alat ini digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan
fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah (Wallace dan Shekely,2008)
Index ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup
mandiri klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik focus
11
perbaikan. Skala yang ditetapkan pada katz index terdiri dari tuju skala A sampai
dengan G. Skala yang di tetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri dari dua
katagori yaitu kemandirian tinggi (Index A,B,C,D) Dan kemandirian rendah (Index
E,F,G) (Kobayashi,2009)
Index Katz merupakan suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian
yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, dkk, 2011)
Penilaian Index Katz menurut Maryam, R. Siti. Dkk 2011
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan,
kontinen (BAB atau
BAK),berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandiriani, dalam semua hal
keculi mandi, berpakaian dan satu
fungsi tamabahan
E Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut
12
Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan.
Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
a. Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampul atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dart bak mandi, tidak mandi sendiri
b. Berpakaian
c. Ke Kamar Kecil
Mandiri: ke kamar kecil; masuk dan keluar dari kamar kecil; merapikan baju;
membersihkan organ-organ ekskresi; (dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya malam hari dan dapat atau takdapat menggunakan dukungan
mekanis)
d. Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah duduk
dan bangkit dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan
dukungan mekanis)
Tergantung: bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau
kursi; tidak melakukan satu atau lebih perpindahan
e. Kontinen
13
Mandiri: berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri
f. Makan
Tergantung: bantuan dalam hal makan (lihat di atas); tidak makan sama
sekali, atau makan per parentral
14
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk
melakukan
daily living.
15
2. Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
3. Fungsi Kognitif
4. Fungsi Psikososial
suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks
16
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah
5. Tingkat Stress
6. Ritme biologi
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
7. Status mental
17
dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi
2007).
8. Pelayanan kesehatan
hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
Materi ini dapat dijadikan pedoman atau acuan yang menyediakan informasi bagi
mahasiswa keperawatan mengenai materi ADL dan dapat membantu pihak tenaga kesehatan
untuk menerapkan materi ADL ini .
DAFTAR PUSTAKA
20