Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MATERI PENGMAS
MANAJEMEN PERAWATAN LUKA MODEREN

Tugas Individu Presentasi Media Dalam Kegiatan Pengmas Mata Ajar


Promosi Kesehatan (Promkes)

Disusun Oleh Kelompok 2:

AINIL YUSRA
ANITA IRA AGUSTINA
HENDRY KISWANTO

Dosen Pengampu
Siti Dewi R.,S,Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Sukirno, S.Kep,.Ners
Nim.215119034

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

TAHUN AJARAN 2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Manajemen Perawatan Luka Moderen”. Penyusunan makalah ini
tidak dapat diselesaikan tanpa arahan dan bimbingan dari dosen / fasilitator. Oleh
karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima
kasih atas bimbingan dari dosen/fasilitator mata ajar Sains Keperawatan yakni ibu
Siti Dewi R.,S,Kp.,M.Kep
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki kekurangan selanjutnya.

Tegal, 4 15 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Tujuan ................................................................................................2

Tujuan Umum........................................................................... 2

Tujuan Khusus.....................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi ..............................................................................................3

B. Klasifikasi Luka .................................................................................3

C. Fase Penyembuhan Luka....................................................................5

D. Perawatan Luka ..................................................................................8

F. Pengkajian Luka .................................................................................8

G. Tata Cara Perawatan Luka (3 M)........................................................9

BAB III PEMBAHASAN

A.Pembahasan.......................................................................................13

B.Hasil Perawatan Teknik Modern Dressing.........................................16

C.Hasil Perawatan Teknik Konvensional..............................................17

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................18

3.2 Saran ...............................................................................................18

DAFTAR REFERENSI ........................................................................... ......19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan (Kartika, 2015). Luka sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya
luka entah itu luka ringan, sedang maupun berat. Luka bisa diklasifi kasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama
penyembuhan (Kartika, 2015).
Setiap luka baik itu luka akut maupun luka kronik pasti akan selalu
melibatkan yang namanya kulit dalam berbagai hal entah itu melalui
pembedahan, skin graft, maupun trauma. Ketika seorang perawat atau tenaga
kesehatan melakukan perawatan terhadap luka, terlebih dahulu harus diteliti
dengan seksama kondisi atau integritas kulit pasien tersebut (Maryunani,
2015). Oleh karena itu perawatan luka harus berlandaskan pada pengetahuan
dasar yang komperhensif terhadap struktur dan fungsi kulit.
Dalam perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di terapkan
untuk merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik steril lebih
cenderung ke penggunaan alat yang telah di sterilkan baik dengan alat
sterilisasi maupun dari pabrik tempat alat tersebut diproduksi. Sedangkan
teknik bersih lebih cenderung ke penggunaan alat yang sudah cukup dengan
keadaan yang bersih tanpa perlu di sterilisasi terlebih dahulu (Semer, 2013).
Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik perawatan luka
konvensional dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern
lebih efektif daripada konvensional yang di buktikan dengan penelitian yang
dilakukan Nontji (2015) tentang Teknik Perawatan Luka Modern dan
Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6 Pada Pasien
Luka diabetik. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa balutan luka modern
dapat meransang faktor pertumbuhan dan sitokin untuk mempercepat
penyembuhan luka.
Uraian tersebut melatar belakangi penulis untuk membuat makalah
perawatan luka moderen dan menyampaikan atau mempresentasikan ke sekolah-
sekolah keperawatan agar perawatan luka moderen lebih familier dan bisa

1
diterapkan saat nantinya para mahasiswa praktik klinik atau lulus dan bekerja di
fasilitas kesehatan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan
khususnya perawat sangat diperlukan terutama yang berkecimpung dibidang
keperawatan.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan ketrampilan para mahasiswa dan pembaca dalam
melakukan praktik perawatan luka dengan teknik moderen.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang tahapan penyembuhan luka
2. Mengetahui teknik perawatan luka dengan prinsip 3 M yaitu mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan membalut luka secara moist.
3. Menentukan Manajemen Perawatan Luka ( 3 M)
a. Mampu mencuci luka: Inflamation control
b. Mampu membuang jaringan nekrotik pada luka : Tissue Manajement
c. Mampu memilih topical therapy tepat guna: Moisture Balance
4. Menentukan balutan primer dan balutan skunder pada luka kronik
5. Pemahaman tentang perawatan luka bertambah dan perilaku dalam merawat
luka juga berubah.

BAB II
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

2
Manajemen perawatan luka adalah perencanaan perawatan luka baik luka
kronik ataupun luka akut dengan 3 M yaitu Mencuci luka, membuang jaringan
nekrotik pada luka dan memilih topical therapy tepat guna (Widasari Sri
Gitarja, 2015).

B. KLASIFIKASI LUKA
Menurut Gitasari Sri Gitarja, 2015 luka diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan
waktu penyembuhannya, yaitu:
1. Luka Akut
Luka akut yaitu luka yang sembuh sesuai dengan fisiologinya atau sesuai tahap
penyembuhan luka (0-21 hari).
2. Luka Kronik
Luka kronik yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam penyembuhan luka atau
gagal fisiologinya atau juga terputus fisiologi penyembuhan lukanya.

Berdasarkan kedalam dan luasnya luka di bagi menjadi derajat I s/d derajat IV
(Maryunani, 2015)
a. Derajat I : kemerahan dan epidermis masih utuh
Yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit

Gambar 1. luka stadium I (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

b. Derajat II : hilang epidermis terjadi lecet atau bullae


Yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis atau bagian atas dari
dermis tetapi tidak melintasinya. Tanda klinis dari luka stadium II antara
lain abrasi, blister atau lubang yang dangkal, lembab dan nyeri

3
Gambar 2. luka stadium II (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

c. Derajat III : Epidermis, Hypodermis pas diatasnya facia


Yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan epidermis, dermis
dan subkutan tetapi belum melewatinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jarigan
sekitarnya. Bisa meliputi jaringan nekrotik atau infeksi

Gambar 3. luka stadium III (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

d. Derajat IV : Kelihatan tendon dan tulang


Yaitu luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi atau kerusakan yang luas.

4
Gambar 2.4 luka stadium IV (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

C. FASE PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan luka secara umum akan melalui tiga proses penyembuhan luka
yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi / remodeling
(Maryunani, 2015)

1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi hanya berlansung selama 5-10 menit dan setelah itu akan
terjadi vasodilatasi. Fase ini merupakan respon vaskuler dan seluler yang
terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan rusaknya jaringan lunak.
Dalam fase ini pendarahan akan di hentikan dan area luka akan dibersihkan
dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan proses
penyembuhan. Pada fase ini akan berperan pletelet yang berfungsi
hemostasis, dan lekosit serta makrofag yang mengambil fungsi fagositosis.
Tercapainya fase inflamasi dapat di tandai dengan adanya eritema, hangat
pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlansung sampai hari ke-3 atau hari
ke-5. Tahap Inflamasi berlangsung 0-3 hari maksimal 5 hari dan pada fase ini
tidak boleh dikasih anti inflamasi.

5
Gambar 4. Fase Inflamasi (Wiley & Sons, 2013)

2. Fase Proliferasi Dan Epitelisasi


Fase ini merupakan lanjutan dari fase inflamasi. Dalam fase
proliferasi terjadi perbaikan dan penyembuhan luka yang ditandai dengan
proliferasi sel. Yang berperan penting dalam fase ini adalah fibroblas yang
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein
yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Selama proses
ini berlansung, terjadi proses granulasi dimana sejumlah sel dan pembuluh
darah baru tertanam di dalam jaringan baru. Selanjutnya dalam fase ini
juga terjadi proses epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan keratinocyte
growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal.
Tahap Proliferasi berlangsung 3 hari – 3 minggu yaitu fase
pertumbuhan jaringan baru. Dalam fase ini ada 3 fase:
 Fase Fibroblas yaitu merangsang pertumbuhan jaringan baru/ tunas
 Fase Granulasi yaitu fase pertumbuhan jaringan baru berwarna merah
semangka, jaringan tumbuh keatas
 Fase Epitelisasi yaitu fase pertumbuhan jaringan baru berwarna merah
muda , jaringan tumbuh dari tepi luka menuju ke tengah luka sampai
dengan menutup granulasi, butuh waktu 2-3 minggu.

6
Gambar 2.7 Fase Proliferasi (Maryunani, 2015)

3. Fase Maturasi Atu Remodeling


Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah terjadi luka dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Dalam fase ini terjadi penyempurnaan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang lebih kuat dan bermutu.
Sintesa kolagen yang telah dimulai pada fase proliferasi akan dilanjutkan
pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi
pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Penyembuhan akan tercapai
secara optimal jika terjadi keseimbangan antara kolagen yang di produksi
dengan kolagen yang dipecahkan Kelebihan kolagen pada fase ini akan
menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar.
Sedangkan produksi kolagen yang terlalu sedikit juga dapat mengakibatkan
turunnya kekuatan jaringan parut sehingga luka akan selalu terbuka. butuh
waktu 2-3 minggu epitel menyebrang

Gambar 2.8 Fase maturasi atau remodelling (Wiley & Sons, 2013)

7
D. PERAWATAN LUKA
Dalam perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di terapkan untuk
merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih.
1. Teknik steril merupakan teknik di mana tenaga kesehatan memakai
peralatan dan bahan yang telah disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau
partikel virus yang menempel di permukaannya. Beberapa contoh peralatan
steril antara lain peralatan yang telah di sterilkan dengan Autoklaf untuk
digunakan di ruang operasi serta beberapa peralatan medis yang telah di
sterilkan dan dibungkus dengan baik dari pabrik sehingga tidak
terkontaminasi dengan lingkungan luar yang tidak steril.
2. Teknik bersih adalah teknik dimana tenaga kesehatan memakai peralatan
dan bahan yang tidak memerlukan perlakukan yang seksama seperti
memperlakukan instrument steril.
Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik perawatan konvensional
dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern lebih efektif
daripada konvensional yang di buktikan dengan penelitian tentang Teknik
Perawatan Luka Modern dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan
Interleukin 6 Pada Pasien Luka diabetik. Dalam penelitian ini diamati
peningngkatkan perubahan faktor pertumbuhan dan sitokin, terutama
interleukin. Proses penyembuhan luka dipengaruhi faktor pertumbuhan dan
sitokin, hal ini akan dirangsang oleh pembalutan luka. teknik pembalutan luka
modern (Kalsium alginat) dapat menyerap luka drainase, non oklusive, non
adhesif, dan debridement autolitik (Nontji, Hariati, & Arafat, 2015).

E. PENGKAJIAN LUKA
Kartika (2015) menjelaskan dalam tulisannya tentang Pengkajian Luka:
1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
2. Status vaskuler: Hb, TcO2
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang
lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
a. Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
b. Eksudat dan bau

8
c. Warna dasar luka: Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough
(yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating
tissue (red), epithelialising (pink).
1) Luka Dasar Merah
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap,
mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat
2) Luka Dasar Hitam
Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis
debridement agar luka berwarna merah, kontrol eksudat,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi/menghindari
kejadian infeksi
3) Luka Dasar Kuning
Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu
pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik dengan
autolysis debridement maupun dengan pembedahan

F. TATA CARA PERAWATAN LUKA (Manajemen Perawatan Luka)


A. Mencucui Luka
Pengertian

Pencucian luka adalah tindakan membersihkan luka dari sisa balutan,


jaringan nekrosis yang luruh dan benda asing / partikel yang tidak berguna
bagi tubuh (Gitasari Sri Gitarja, 2015).

Tujuan Mencuci luka:


 Meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat penyembuhan luka
 Menghindari terjadinya infeksi
 Membuang jaringan nekrosis, cairan luka dan sisa balutan.
Teknik mencuci luka:
 Swabbing/ menggosok luka harus gentle.
 Stop menggosok jaringan granulasi atau sampai berdarah
 Irigasi: Hati-hati terhadap tekanan tinggi, gunakan jarum no.18

9
Cairan Pencuci Luka:
1. Bahan yang sering dipakai
 Cairan non toksik
 Normal saline 0,9%
 Cairan antiseptic
2. Bahan-bahan yang dilarang digunakan pada luka kronik
 Povidone Iodine
 Hydrogen peroxide ( H202)
 Rivanol
 Alkohol

Tata Cara Mencuci Luka


1. jelaskan prosedur dan tujuan tindakan mencuci luka
2. lakukan komunikasi sebelum selama dan sesudah tindakan
3. siapkan sabun, cairan fisiologis, antiseptik/ air rebusan daun jambu( 5
lbr daun jambu biji + air 1 liter n rebus hingga mendidih lama )
4. gunakan sarung tangan
5. buka balutan lama, bila menempel / kering lakukan irigasi cairan
perlahan atau ikut direndam pada baskom / ember
6. setelah terbuka balutan lama, lakukan pencucian
a. bila letak luka di kaki / tangan, lakukan perendaman kurang lebih
10 – 15 menit
b. bila luka di area dada, wajah dan area sulit, lakukan irigasi
7. cuci luka dan gosok dengan lembut
8. bersihkan dengan sabun di kulit sekitar luka
9. bilas dengan air bersih dan antiseptik ( ferracrylum 1 %) hingga sisa
sabun tidak ada
10. keringkan
11. bersihkan dan luka siap untuk ditutup dengan balutan.

B. Membuang jaringan mati/Tissue Manajement

10
Pengertian
Necrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses
enzymatic tubuh (Gitasari Sri Gitarja, 2015).

Debridement adalah membuang jaringan nekrosis dari permukaan luka


(Gitasari Sri Gitarja, 2015).

Jaringan Nekrotik Dapat Disebabkan:


1. Aliran darah yang buruk
2. Infeksi
3. Iskemia
4. Trauma/hematoma

Cara Debridement:
1. Autolitik debridement yaitu proses alami tubuh melisiskan jaringan
mati: syaratnya harus lembab/moist.
2. Mechanical Debridement yaitu membuang jaringan secara mekanik.
a. Gause Teknik dengan menggunakan kasa untuk ambil jaringan
mati.
b. Hidro Pressure dengan tekanan air untuk membuang jaringan mati.
3. Enzymatic Debridement dengan menggunakan enzyme untuk
membuang jaringan mati contoh: madu, lidah buaya, nanas, papaya.
4. Biological Debridement dengan menngunakan mahluk hidup contoh:
maggot/belatung.
5. Surgical Debridement yang biasa digunakan dokter bedah dan biasa
dilakukan di IBS.

C. Memilih Topical/balutan Yang Tepat Guna / Moisture Balance


Memilih Balutan Luka
1. Balutan Primer yaitu balutan yang langsung menempel pada luka;
beberapa balutan primer:
a. Salep Dressing
b. Hidrogel
c. Transparan Film
d. Hidrocolloid

11
e. Calcium Alginate
f. Poliuretema Foam
g. Silver Dresing
h. Hydrofobic
i. Collagen
j. Silicon Pad

2. Balutan Skunder yaitu balutan no.2 diatasnya balutan primer/ tidak


langsung menempel pada luka. Bebrapa contoh balutan skunder
a. Gause/kasa
b. Ortopedic wool
c. Cohesive bandage
d. Crepe bandage
e. Stokinet
f. Stoma bag
g. Poliuretema Foam

BAB III
PEMBAHASAN

12
Menurut Gitasari Sri Gitarja, 2015 luka diklasifikasikan menjadi 2
berdasarkan waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronik. Mahasiswa
perlu meningkatkan pengetahuan dalam memahami apa yang dimaksud dengan
luka akut dan apa yang dimaksud luka kronik. Dalam bangku kuliah sangat efektif
jika hal ini disampaikan karena saat nanti terjun dilapangan saat praktikum di
fasilitas kesehatan dan menemui masalah luka maka diharapkan dengan sigap
mahasiswa mampu mengidentifikasi luka tersebut dengan tepat. Ketepatan
identifikasi luka akan menyebabkan ketepatan dalam merawat luka tersebut.
Setelah mahasiswa mampu mengidentifikasi luka maka selanjutnya
mahasiswa mampu mengidentifikasi luka berdasarkan derajat luka tersebut.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Maryuni, 2015 bahwa derajat luka itu dibagi
menjadi derajat 1, derajat 2, derajat 3, dan derajat 4. Merawat luka sebenarnya
adalah seni jika mahasiswa mampu memahami konsep luka termasuk kedalaman
luka. Mahasiswa jadi tahu apa yang akan dilakukan, bagaimana cara merawat luka
dengan derajat 1, derajat 2. Derajat 3, dan derajat 4 dengan mudah dan mampu
diprediksi kesembuhannya.
Penyembuhan luka secara umum akan melalui tiga proses penyembuhan
luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi / remodeling
(Maryunani, 2015). Semua perawat yang berkecimpung dalam bidang perawatan
luka wajib mengetahui ini. Mahasiswa sebagai calon perawat dan pasti akan
bersinggungan dengan luka dituntut untuk bisa memberikan perawatan luka dan
mengetahui bagaimana fase penyembuhan luka. Diharapkan mahasiswa tidak
bingung saat merawat luka dan mampu melakukan edukasi tentang fase
penyembuhan luka kepada klien. Para mahasiswa saat memahami fase
penyembuhan luka maka akan timbul rasa percaya diri dan bangga dalam
melakukan perawatan luka dan tidak asal melakukan perawatan luka.

Kartika (2015) menjelaskan dalam tulisannya tentang Pengkajian Luka


sangat penting untuk diketahui diantaranya status nutrisi, status vaskuler, kondisi
penyakit, kondisi luka seperti lokasi, kedalaman dan ukuran luka, kemudian
eksudat dan bau, warna dasar luka yaitu merah, kuning, dan hitam. Semua
perawat yang melakukan perawatan luka wajib tahu cara melakukan pengkajian
luka. Kesembuhan luka bisa dihitung dan diprediksi waktu kesembuhannya yaitu

13
berapa minggu, berapa bulan luka akan sembuh dengan melakukan pengkajian
terhadap luka sebelumnya. Mahasiswa akan lebih mudah melakukan perawatan
luka, memilih bahan perawatan luka dan menentukan balutan yang moist sesuai
dengan hasil pengkajian yang sudah dilakukannya.
Teknik pembalutan luka modern dapat menyerap luka drainase, non
oklusive, non adhesif, dan debridement autolitik (Nontji, Hariati, & Arafat, 2015).
Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik perawatan konvensional
dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern lebih efektif
daripada konvensional yang di buktikan dengan penelitian tentang Teknik
Perawatan Luka Modern dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan
Interleukin 6 Pada Pasien Luka diabetic. Hasil pengamatan masih banyak para
praktisi perawat dan dokter masih menggunakan teknik perawatan luka tradisional
dan bahkan menolak untuk melakukan perawatan luka moderen. Praktik
perawatan mandiri yang bergerak dibidang perawatan luka seperti JWCC Jundi
Wound Care Center menunjukan bahwa perawatan luka modern lebih cepat
sembuh dan jauh dari kejadian kolonisasi bakteri. Mahasiswa nantinya diharapkan
menjadi kader-kader perawatan luka dengan teknik moderen dressing karna akan
banyak pasien yang tertolong dari amputasi, penderitaan, dan biaya yang tinggi
untuk kesembuhan lukanya.
Menurut Gitasari Sri Gitarja, 2015 cara merawat luka dengan teknik
moderen dapat dilakukan dengan cara 3 M yaitu mencuci luka, membuang
jaringan yang mati dan membalut luka dengan moist. Pencucian luka adalah
tindakan membersihkan luka dari sisa balutan, jaringan nekrosis yang luruh dan
benda asing / partikel yang tidak berguna bagi tubuh (Gitasari Sri Gitarja, 2015).
Mencuci luka bisa digunakan sebagai kontrol infeksi, mencegah kolonisasi bakteri
sebagaimana hasil penelitian sebelumnya. Mencuci luka bisa dilakukan dengan
cara swabing atau dengan diguyur menggunakan cairan antiseptik dan sabun yang
tidak toxic atau harus sesuai dengan PH kulit. Mahasiswa wajib tahu apa saja
cairan anti septik dan sabun cuci luka yang sesuai dengan PH kulit yang
direkomendasikan.
Membuang jaringan mati atau istilahnya disebut dengan debridemen.
Menurut Gitasari Sri Gtarja, 2015 ada 5 cara debridemen yaitu autolisis

14
debridemen, mekanik debridemen, enzimatik debridemen, biological debridemen,
dan surgical debridemen. Perawatan teknik moderen mengunakan semua cara
kecuali surgical debridemen karena itu punya kewenangan dokter bedah.
Mahasiswa akan lebih mudah melakukan perawatan luka dan tahu bahan-bahan
perawatan laku apa saja untuk melakukan debridemen juga bisa digunakan
merangsang persiapan bed luka.
Memilih topikal yang baik dan bahan balutan yang baik disesuaikan
dengan kondisi luka, bed preparation juga bisa dilakukan dengan menentukan
balutan luka yang baik. Balutan luka secara moderen terdiri dari balutan primer
dan balutan sekunder dan balutan tersier. Balutan luka primer adalah balutan luka
yang langsung menempel pada luka dan tidak menimbulkan luka atau melukai
luka seperti salep, allevyn, calcium alginat, dll. Jika salep maka diharapkan yang
best oil sihingga tidak lengkep pada luka. Balutan luka sekunder adalah balutan
luka yang menempel diatas balutan luka primer seperti kasa, allevyn juga bisa,
dan balutan luka tersier adalah balutan yang diletakkan diatas balutan sekunder.
Tujuan balutan tersebut untuk menciptakan suasana moistur balance sehingga
semua proses, tahapan dan fase penyembuhan luka bisa tercapai dengan baik.
Mahasiswa sangat perlu untuk memahami tata cara perawatan luka dengan teknik
moderen ini.
Untuk mencapai mencapai tujuan maka para mahasiswa harus dilatih dan
diberi pendidikan tentang perawatan luka moderen. Kedepan pengabdian
masyarakat akan dilakukan dengan sasaran sekolah keperawatan. Pendidikan
kesehatan akan dilakukan dengan pemaparan materi slide dan materi audio visual
sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti. Untuk melancarkan kegiatan
pendidikan kesehatan maka akan dibuat SAP atau satuan acara pengajaran agar
lebih terarah dan hasilnya sesuai dengan tujuannya.

Perbedaan hasil perawatan dengan teknik moderen dan teknik konvensional


a. Hasil perawatan dengan teknik moderen dressing

15
Perawatan luka dilakukan dengan teknik moderen dressing dan luka diatas
bisa sembuh sempurna selama 5 minggu. Perawatan luka menggunakan cairan
Kalbac yang fungsinya untuk mencuci luka dan bisa membunuh bakteri sehingga
mencegah terbentuknya bio film pada luka, balutan primernya menggunakan
intrasit jel yang fungsinya untuk merangsang granulasi karena luka sudah
memiliki dasar merah dan dalam fase proliferasi. Balutan sekundernya
menggunakan elct foam yang fungsinya untuk menjaga kelembapan luka dengan
cara menyerap eksudat yang ada dan menjaga luka tidak kering sehingga
pfoliferasi berjalan maksimal. Gambar diatas menunjukan proses yang optimal
dan sembuhnya sangat cepat dan baik. Luka diatas sebelumnya sudah dilakukan
perawatan secara konvensional selama 1,5 bulan namun tidak menunjukan
perbaikan malah luka bertambah bengkak. Perawatan luka juga sudah pernah
dilakukan dengan teknik moderen dengan tekanan negatif menngunakan renasis
namun pasien merasa bertambah sakit dan merasa tidak ada perubahan selain itu
biayanya juga besar. Perawatan dengan renasis berjalan 1 minggu. Akhirnya
pasien mempercayakan kepada JWCC rumah perawatan luka yang menggunakan
perawatan luka dengan teknik moderen dan dalam 5 minggu luka sembuh dengan
baik. Luka diatas adalah luka kencing manis.

b. Hasil perawatan luka dengan teknik konvensional

16
Teknik perawatan luka yang digunakan menggunakan teknik
konvensional. Bahan yang dipakai adalah cairan NACL 0,9%
dicampur gentamicyn 1 amp, kassa, plester. Balutan primer yang
digunakan adalah kass yang dibasahi dengan NACL 0,9% yang sudah
ada campuran gentamicynnya lalu balutan sekundernya adalah kassa
kering dan plester hypavix. Selama 8 minggu perawatan luka masih
banyak keroprng dan tambah banyak bio filmnya. Luka diatas adalah
luka DM pasca amputasi digiti satu pedis kiri. Awalnya dilakukan
perawatan luka moderen namun karena perawat tidak memahami
konsep perawatan luka moderen lalu pindah dengan konsep
konvensional. Perawatan luka dilakukan setiap hari sehingga pasien
keberatan dengan ongkosnya sehingga belum sembuh pasien minta
berhenti dilakukan perawatan luka. Ketidak puasan perawat karena
belum tuntas.

BAB IV

17
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan luka moderen dari banyak penelitian menjelaskan lebih baik
dan lebih efektif dari pada perawatan luka dengan metode konvensional.
Perawatan luka moderen dilakukan dengan teknik 3 M yaitu mencuci luka,
membuang jaringan luka yang mati dan menutup luka dengan moist. Perawatan
luka mampu memprediksi kesembuhan luka dengan melakukan pengkajian
terhadap luka terlebih dahulu sebelum melakukan perawatan. Tahap-tahap
penyembuhan luka yang pertama tahap inflamasi berlangsung hari ke-1 sd hari
ke-4, tahap proliferasi dan epitelisasi berlangsung 3 hari sd 3 minggu, dan fase
maturasi berlangsung 3 minggu dan berakhir sampai 12 bulan.

B. SARAN
Gunakan perawatan luka dengan teknik moderen dressing karena hasil
penelitian banyak mengatakan kalau perawatan luka moderen lebih baik dari
pada perawatan luka secara konvensional. Mulai sekarang mari kita tinggalkan
metode perawatan luka dengan teknik konvensional. Perawatan luka
konvensional terbukti sembuhnya lama dan resiko terjadi kolonisasi sangat
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

18
Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Wound
Care/Diabetic Center. CDK-230, Vol. 42, No. 7, 546-550

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare). Jakarta: IN


MEDIA

Semer, N. (2013). Dasar-dasar perawatan luka. Los Angeles: Global-HELP


Organization

Nontji, W., Hariati, S., & Arafat, R. (2015). Teknik Perawatan Luka Modern dan
Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6 Pada Pasien
Luka Diabetik. Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–137, 133–137

Widasari Sri Gitarja, 2015, Perawatan Luka, Certified Wound Care Clinician
Assosiate, Student Hand Book

19

Anda mungkin juga menyukai