Anda di halaman 1dari 26

LITERATURE REVIEW

EFEK PENCUCIAN LUKA TERHADAP PENURUNAN


KOLONISASI BAKTERI PADA LUKA KAKI DIABETES

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Saint Keperawatan

Dosen Pengampu
Nunung N, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh
Sukirno, S.Kep,.Ners
NPM.215119034

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
TAHUN AJARAN 2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas
mata kuliah saint Keperawatan. Adapun judul makalah ini adalah “perawatan luka
kencing manis dengan teknik moderen dressing”.

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan di bidang ilmu keperawatan khususnya pada perawatan luka kencing manis
dengan teknik moderen dressing dan aplikasinya dalam Pelayanan keperawatan saat ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan
kekeliruan, oleh sebab itu kritik, saran yang membangun sangat kami harapkan demi
memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya. 

Demikianlah kata pengantar yang dapat kami sampaikan, atas perhatianya kami
ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................i

Daftar Isi ..................................................................................................................ii

BAB I. Pendahuluan..................................................................................................1

Latar Belakang..............................................................................................1
Tujujuan.........................................................................................................2
BAB II. Tinjauan Teori ............................................................................................3
2.1 Konsep Ulcus Deabetik..........................................................................3
2.2 Konsep Pencucian Luka (Wound Cleansing).........................................6
2.3 Konsep Kolonisasi Bakteri.....................................................................9
BAB III. Metode Penelitian ....................................................................................10
3.1 Kriteria Inklusi.......................................................................................10
3.2 Kriteria Eksklusi.....................................................................................10
3.3 Data Selction And Analysis...................................................................10
BAB IV. Hasil Dan Pembahasan.............................................................................11
4.1 Hasil........................................................................................................11
4.2 Pembahasan............................................................................................17
BAB V. Simpulan dan Saran...................................................................................21
Daftar Pustaka...........................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes militus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi, yang sulit disembuhkan, bersifat kronis dan bisa menimbulkan banyak
komplikasi. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama bisa
menimbulkan banyak komplikasi. Banyaknya komplikasi bisa menurunkan
kualitas hidup bagi penderitanya (Septiyanti, 2017). Salah satu dari komplikasi
penyakit diabetes militus adalah ulkus kaki diabetik.
Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi utama dari penyakit dan ini
merupakan masalah kesehatan masyakat secara luas di dunia (Lopes et al., 2018).
Ulkus diabetik juga merupakan salah satu penyebab banyaknya terjadinya amputasi
ekstremitas bawah non traumatik di seluruh dunia (Arjunan et al., 2018). Ulkus
diabetik akan menyebabkan terjadinya infeksi jika tidak dilakukan perawatan
dengan baik, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penderita luka diabetik
mengalami peningkatan leukosit, hal ini merupakan respon tubuh terhadap infeksi
dan inflamasi akibat dariluka diabetes tersebut (Cervantes-Garcia & Salazar-
Schettino, 2017). Beberapa metode yang dilakukan dalam perawatan ulkus diabetik
pada kaki antara lain debridement, dressing, dan cleansing.
Pencucian luka dapat dilihat sebagai bagian integraldari persiapan luka
dalam menciptakan lingkunganluka yang optimal dengan cara melepaskan
bendaasing, mengurangi jumlah bakteri dan mencegah aktivitas biofilm pada
permukaan luka. Pencucian luka merupakan komponen penting dan merupakan
tujuan standar selama perawatan luka akut dan kronis, pencucian luka melibatkan
penggunaan cairan pembersih yang pemilihannya harus didasarkan pada efektivitas
dan kurangnya sitotoksitas dari larutan pembersih tersebut (Klasinc et al., 2017)
Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap pemilihan bahan larutan
sebagai pencucian luka seperti Normal saline, tap water, povidone-iodine

1
(Bellingeri et al., 2016), larutan ringer lactat (Klasinc et al., 2017), hypochlorous
acid, polyhexamethylene biguanide (PHMB), Natrium hipoklorit (NaClO), dan
electrolyzed strong water acid ( ESWA) (Cheng, et al 2016). Meskipun bahan
larutan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pencucian luka namun tidak semua
bahan pencucian luka memiliki aktivitas bakterisida sehingga Tujuan dari studi
literatur ini adalah untuk mengetahui penggunaan wound cleansing terhadap
perubahan kolonisasi bakteri pada luka DM

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas dari pencucian luka dalam penurunan colonisasi
bakteri pada ulcus diabetik.
1.2.2 Tujuan Khusus
mengetahui manfaat mencuci luka dengan bahan untuk mencuci luka yang
direkomendasikan
1.3 Manfaat
Setelah menulis makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami penanan
pencucian luka terhadap penurunan kolonisasi bakteri pada ulkus diabetik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ulkus Diabetik


1. Definisi Ulkus Deabetik
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik dari penyakit diabetes
melitus. Adanya luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis yang
terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan
neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga pasien tidak
menyadari adanya luka (Waspadji, 2006)
2. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetik
Menurut Maryunani (2013), tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat
berdasarkan stadium antara lain:
a. Stadium I menunjukkan tanda asimptomatis atau gejala tidak khas
(kesemutan gringgingen).
b. Stadium II menunjukkan klaudikasio intermitten (jarak tempuh menjadi
pendek).
c. Stadium III menunjukkan nyeri saat istirahat.
d. d. Stadium IV menunjukkan kerusakan jaringan karena anoksia (nekrosis,
ulkus).
3. Klasifikasi Ulkus Diabetik
Klasifikasi ulkus diabetik

Stag grade
e 0 1 2 3
A Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada tendon tulang atau
mengalami pada tendon atau kapsul sensi
epitelisasi kapsul atau
sempurna tulang
B Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada tendon tulang atau

3
mengalami pada tendon, atau kapsul sendi
epitelisasi kapsul atau Mengalami Mengalami
sempurna, tulang, infeks infeksi
mengalami Mengalami
infeksI infeksi
C Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada tendon tulang atau
mengalami pada tendon, atau kapsul sendi
epitelisasi kapsul atau Mengalami Mengalami
sempurna dengan tulang iskemia iskemia
iskemia Mengalami
iskemia
(sumber: Dexa Media, jurnal kedokteran dan farmasi, no. 3. Vol. 20, edisi juli-
september 2007).

4. Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik


Menurut Hastuti (2008), Purwanti (2013), dan Ferawati (2014), menyebutkan
bahwa pasien diabetes melitus dapat mengalami ulkus diabetik apabila memiliki
faktor resiko antara lain:
1. Umur ≥ 60 tahun Umur ≥ 60 tahun
berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia tua, fungsi
tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
2. Lama DM ≥ 10 tahun
Semakin lama seseorang mengalami DM, maka makin berisiko mengalami
komplikasi. Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus
yang telah menderita selama 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa
darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan
dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang
akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya
sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang
sering tidak dirasakan. 11 Penelitian Hastuti (2008) pada 72 pasien diabetes

4
melitus menunjukkan hasil, pasien yang menderita DM ≥ 10 tahun beresiko
mengalami ulkus diabetik.
3. Obesitas
Pada pasien obesitas dengan indeks masa tubuh atau IMT ≥ 23 kg/m2
(wanita) dan IMT ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan relatif (BBR) lebih
dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin
melebihi 10 µU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat
menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang
menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus diabetik.
4. Neuropati
Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan
mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada
serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih
lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan
sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra
perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan
mudah robek.
5. Hipertensi Hipertensi (tekanan darah (TD) > 130/80 mmHg)
Pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi
akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi
vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg
dapat merusak atau mengakibatkan lesi.
6. Perawatan kaki tidak teratur
Perawatan kaki diabetisi yang teratur dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Penelitian Kurniasari, 2007,
menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna terhadap kejadian
luka kaki antara pasien Diabetes Melitus (DM) yang rutin melakukan
perawatan kaki dengan yang tidak rutin melakukan perawatan kaki dengan
nilai p=0,024, α=0,05. 12.Penggunaan alas kaki tidak tepat. Pasien diabetes

5
tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas kaki
yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus diabetik,
terutama pada pasien DM yang mengalami neuropati.

B. Konsep Pencucian Luka Wound Cleansing


1. Definisi
Pencucian luka merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam perawatan
luka. Pencucian luka dibutuhkan untuk membersihkan luka dari
mikroorganisme, benda asing, jaringan mati selain itu pencucian luka dapat
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian luka sehingga perawat
dapat dengan tepat menentukan tujuan perawatan luka dan pemilihan balutan.
Pencucian luka yang baik dan benar akan mengurangi waktu perawatan luka
atau mempercepat proses penyembuhan luka. Begitu pentingnya pencucian luka
ini sehingga harus mendapat perhatian khusus dari seorang perawat luka.
Namun hati-hati dalam pemilihan cairan pencuci luka karena tidak semua cairan
pencuci luka baik dan tepat untuk setiap luka sama halnya dengan pemilihan
balutan. Pemilihan cairan pencuci luka berdasarkan kondisi luka dan tujuan
pencucian luka tersebut, jangan sampai pencucian luka yang dilakukan
mengganggu proses penyembuhan luka itu sendiri. Bila tujuannya untuk
mengatasi infeksi maka cucilah dengan antiseptik, bila untuk menghilangkan
benda asing beri H2O2 dst
2. Bahan Untuk Mencuci Luka
Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya
 Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam

6
 Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah
dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
 Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
 Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam
air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk
hidung.
3) Oksidansia
 Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
 Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran
dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
 Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur.
 Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
 Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
 Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).

7
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl
0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g
dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl-
154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).

3. Tujuan Pembersihan Luka


Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :


1. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3. Berikan antiseptic
4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi local
5. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)

4. Prinsip-Prinsip Perawatan Luka


Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini.
a. Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering
(tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu
ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih
yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %.Sedang luka basah dan

8
mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut
dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %.
Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium
permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter
air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol
1:1000 menggunakan kain kasa.
b. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi,
karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses
penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit
sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum
1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan
reaksi alergi.

C. Konsep Kolonisasi Bakteri


1. Definisi
Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau sekumpulan
bakteri pada diri seseorang.Kolonisasi tidak menimbulkan gejala klinis hingga
infeksi dari bakteri tersebut terjadi (Whitt & Salyers, 2002; Almeida
et.al.,2014). Kolonisasi dapat terjadi baik pada bakteri yang bersifat patogen
maupun flora normal dalam tubuh. Staphylococcus aureus adalah flora normal
berbentuk coccus gram positif yang terdapat pada kulit dan mukosa serta
ditemukan berkoloni pada 30% populasi secara general, namun paling sering
menyebabkan infeksi nosokomial (Whitt & Salyers, 2002; Almeida et.al.,2014).
2. Tanda – tanda terjadinya kolonisasi
Luka bengkak, teraba hangat pada luka dan sekitas luka, nyeri, disfungsio lesa,
dan kemerahan sekitar luka. Jika ada tanda-tanda ini ditemui maka segera
lakukan kolaborasi dengan DPJP. Terapi antibiotik sangat diperlukan dan
perawatan luka dengan benar akan menurunkan angka kolonisasi, infeksi bisa
dibasmi.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi berikut digunakan untuk pemilihan studi untuk literature review ini
1. Penelitian ini harus memberikan informasi tentang wound cleansing ulkus
diabetik terhadap kolonisasi.
2. Teks lengkap studi harus tersedia dalam Bahasa inggris dan Bahasa Indonesia.
3. Artikel terbit 5 tahun terakhir

B. Kriteria Eklusi
Publikasi tidak asli seperti surat ke editor, absrak saja dan editorial.

C. Data selection and analysis


Penelitian ini dilakukan dengan penelusuran jurnal yang terkait dan cara
melakukan penelusuran dilakukan sesuai proses dan tahapan penelusurannya. Yaitu
dimulai dengan identifikasi, skreening, eligibility, dan include. Dalam proses
tersebut peneliti mencari artikel atau jurnal dengan di skreening sesuai judul terkait
lalu dieksekusi yang tidak sesuai, lalu dicocokan dengan kasusnya baru kemudian
disesuaikan dengan kriteria inklusi sebagai hasil akhir jurnal yag akan dianalisis.
Pencarian dilakukan dari tahun 2015 sampai dengan 2019 melalui data base
PubMed, Google Scholar, Scien Direct. Pada data base PubMed menggunakan kata
kunci “Diabetic Foot Ulcer”OR bacterial Colonization”OR Wound Cleansing”
ada 160 artikel. Pada pencarian Database Google scholar dengan menggunakan
kata kunci “Diabetic Foot Ulcer”and bacterial Colonization”and Wound
Cleansing” ada 350 artikel. Pada pencarian Database Science Direct dengan
menggunakan kata kunci “Diabetic Foot Ulcer”OR bacterial Colonization”OR
Wound Cleansing” ada 85 artikel. Dari keseluruhan database yaitu ada 595 artikel.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELUSURAN ARTIKEL


1. Strategi Penelusuran
Fokus utama dari literature review ini adalah pada peranan atau efek
pencucian/Wound Cleansing terhadap penurunan kolonisasi bakteri pada luka
diabetik. Interpretasi ini pertama-tama review akan mengklarifikasi hasil
temuan dari beberpa penelitian.
Penulis melakukan penelusuran artikel dengan menggunakan database
dari Science Direct, Google Scholar, dan PubMed. Untuk mempermudah
melakukan penelusuran, penulis menggunakan keyword “Diabetic Foot
Ulcer”OR bacterial Colonization”OR Wound Cleansing”. Untuk membantu
dalam memilih artikel yang ditemukan, penulis menetapkan kriteria inklusi dan
ekslusi.

11
2. Proses Penelusuran Artikel

Article identified Article identified Article identified


though PubMed though database though database
database (n=160) of Google of Science Direct
Identification Scholar(n=350) (n=85)

Total (n=595)

Screening

Total in Executed based


screening on title
through title (n= 405)
(n=595)

Eligbility
Journal is Removed based
assessed through on abstract
abstract for (n=121)
eligibility
(n=190)

Include
Journal is fully Journal are
reviewed removed because
(n=69) it does not meet
inclusion(n=63)

Journal
includes in
final
analysis(n=6)

12
3. Hasil Analisi Penelusuran Artikel
Penulis menetapkan terdapat 6 artikel yang akan digunakan, 6 artikel tersebut dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini
Judul dan Pen Sampel
No Tujuan Penelitian Desain Penelitian Hasil Penelitian
Ulis (tahun)
1. Peranan Pencucian Tujuan dari study Penelusuran 144 artikel Berbagai cara pembersihan
Luka Terhadap literatur ini adalah menggunakan based yang luka sebagai upaya untuk
Penurunan Kolonisasi untuk menentukan data pubmed, diterbitkan menurunkan kejadian infeksi,
Bakteri Pada Luka Kaki efektivitas sciencedirect, google dari 210- optimalkan penyembuhan luka
Diabetes penggunaan jenis scholar, dan chocrane 218. dan efeknya sangat baik dalam
pembersih luka pada mengurangi koloni bakteri
Penulis: Nurbaya, 2018. perubahan dalam luka diabetik.
kolonisasi bakteri
pada luka DM
2 Study literatur Tujuan dari study Penelusuran 156 artikel Hasil penelitian menunjukan
penggunaan sabun literatur ini adalah menggunakan based diterbitkan bahwa sabun antiseptik
antiseptik untuk untuk mengetahui data pubmed, dari 2012 memiliki anti mikrosida yang
pencucian luka terhadap efektivitas atau sciencedirect, google hingga 2017 kuat sehingga dapat
penurunan kolonisasi pengaruh sabun scholar, dan chocrane dan 11 menghambat pertumbuhan
bakteri pada pasien antiseptik terhadap artikel yang mikro organisme patogen dan
dengan luka diabetes. pengurangan koloni memenuhi secara efektif mengurangi
bakteri. kriteri. jumlah koloni bakteri.
Penulis: Nurwahidah,
2018.
3 A clinical evaluation of The Purpose It was cohort study evaluated, 23 patients Dressing changes were at 2-
the efficacy and safety assumed that when Between May 2008 and were day intervals on average, and
of singlet oxygen in used for wound May 2009, ambulant included in the median treatment period

13
cleansing and cleansing, patients presenting at the analysis was 46.04 days (range: 3–197).
disinfecting stagnating disinfection and the one of four wound At 42 days, 33% (n=24) of
wounds reduction of healing centres were included wounds had healed,
inflammation, AM included in the study. 57% (n=42) had improved and
Penulis: Ojan Asadian, would be safe and Patients had critically 10% (n=7) remained stagnant.
at al, 2017. effective colonised and/or Cleansing and wound
infected, malodorous. disinfection with AM was
effective. In 31 patients (42%)
wounds had showed clinical
signs and symptoms of critical
colonisation and/or infection at
day 0, whereas at day 42 the
infection was completely
eradicated. Inflammation was
reduced in 60% (n=44) of
cases and patients did not
report pain or discomfort when
using AM
4 The Innovation of The purpose this Randomized controlled Twenty-two The result of this study shows
Artrihpi Irrigation study aims to trial (RCT) with a respondents there was statistical difference
Wound Cleansing for investigate the parallel design and with between the load of bacteria
Decreasing Bacterial effectiveness of double-blind was used diabetic foot pre and post the irrigation in
Load in The Treatment artrihpi based on the as the method ulcers in both intervention group (p
Diabetic Foot Ulcers: load of the bacteria hospital value: 0,041) and control group
Randomized Controlled participated (p-value: 0,006) There was no
Trial in this study statistical different between

14
intervention and control group
Penulis: (p-value: 0,25). The differences
Resti Yulianti Sutrisno, amount of bacterial before and
Dewi Gayatri, Agung after irrigation in the
Waluyo, 2017. intervention group was more
than the control group. This
study recommends the wound
irrigation using artrihpi as one
of nursing intervention toward
diabetic foot ulcers
5 Effect of a wound Our aim was to In a single-blinded A total of Data analysis showed
cleansing solution on assess the clinical
randomised controlled 289 patients statistically significant
wound bed preparation efficacy of a
trial (RCT) patients were differences between T0 and T4
and inflammation in propylbetaine- were randomly included for the following outcomes:
chronic wounds: a polihexanide (PP) allocated to two groups BWAT total score, p=0.0248;
single-blind RCT solution versus
and treated with either BWAT score for inflammatory
normal saline (NS)propylbetaine- items, p=0.03; BWAT scores
solution in WBP, polihexanide (PP) for wound size reduction
assessing solution (Prontosan) or (p=0.049) and granulation
inflammatory signsNS tissue improvement (p=0.043),
and wound size all in favour of PP. The
reduction in patients assessment of pain did not
with pressure ulcers show any significant difference
(PUs) or vascular between the two groups
leg ulcers
6 Tap Water Versus this study was to test Double-blinded Twenty-two Twenty-two subjects (11
Sterile Normal Saline whether there are randomized controlled subjects subjects in each group) with 30

15
in Wound Swabbing differences in trial wounds participated in the
wound infection and study; 16 wounds
Penulis: Mun Che Chan wound healing rates were managed with tap water
_ Kin Cheung _ Polly when wounds are cleansing and 14 were
Leung, 2016. cleansed randomly allocated to
with tap water or management with the sterile
sterile normal saline normal saline group. Analysis
revealed no signifi cant
difference
between the experimental and
control groups in the
proportions of wound infection
and wound healing

16
B. PEMBAHASAN
1. Efek Wound Cleansing Terhadap Penurunan Kolonisasi Bakteri Pada
Ulcus Diabetik
a. Menunjukan bahwa pencucian luka sangat baik dalam menurunkan
kolonisasi bakteri pada ulkus diabetik dan juga berefek pada percepatan
kesembuhan luka akibat turunnya kejadian infeksi dan pertumbuhan
granulasi juga terangsang (Nurbaya, 2018).
b. Menunjukan bahwa pencucian dengan cairan antiseptik mempunyai efek
yang kuat dalam membunuh bakteri, mampu mengurangi pertumbuhan
kuman patogen yang berbahaya bagi tubuh dan sangat efektif pula dalam
menurunkan kolonisasi bakteri dalam ulcus diabetik khususnya dan ilkus
lainnya pada umumnya (Yusuf, 2018).
c. Penggunaan anti septik ActiMeris seperti cairan isotonik 3%, sea water
solution benar-benar mampu membasmi kolonisasi bakteri yang
berkembang pada hari ke-42 pemberian perlakuan pencucian pada luka
yang sebelumnya menunjukan tanda-tanda klinis adanya kolonisasi kritis
atau adanya infeksi pada hari ke-0 (Assadian, 2017).
d. Menunjukan bahwa pencucian luka dengan cara irigasi menunjukan adanya
penurunan jumlah kolonisasi jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan
pencucian dengan irigasi (Sutrisno, 2017).
e. Menunjukan pencucian luka menggunakan antiseptik prophilbetaine-
polihexanida, solusion/ptotosan dan normal salin bisa mempercepat
kesembuhan luka dan mengurangi inflamasi sebagai salah satu tanda
kolonisasi sehingga menurunkan kejadian kolonisasi bakteri (Bellingeri &
Nurse, 2016).
f. Pencucian luka diabetik menunjukan sanagat efektif baik menggunakan
cairan normal salin steril atau air kran yang mengalir menunjukan tidak ada
pengaruh terhadap kejadian infeksi dan sama-sama bisa menurunkan

17
kolonisasi bakteri yang penting berprinsip teknik bersih dalam perawatan
luka kronik dan prinsip steril dalam pencucian luka akut (Cheung, 2016)
2. Waktu Evaluasi Pencucian Luka Sampai Terjadi/Tidak Terjadi Kolonisasi
a. (Assadian, 2017) Menunjukan berapa lama waktu dilakukan evaluasi
setelah dilakukan pencucian luka, dibahas dalam hasil penelitian bahwa saat
hari ke-0 luka menunjukkan tanda-tanda klinis gejala kolonisasi kritis dan
setelah hari ke-42 infeksi tersebut benar-benar diberantas.
b. (Cheung, 2016) Tidak menunjukan waktu berapa lama dalam abstraknya.
c. (Sutrisno, 2017) Tidak menunjukan berapa lama setelah dilakukan
pencucian luka untuk mengetahui kolonisasi.
d. (Yusuf, 2018) Tidak menunjukan batas waktu kolonisasi turun atau hilang
setelah dilakukan pencucian luka.
e. (Nurbaya, 2018) Tidak membahas berapa batas waktu kolonisasi/inflamasi
tidak terjadi/turun.
f. (Bellingeri & Nurse, 2016) Tidak menunjukan batasan waktu setelah
pencucian.

3. Cara Pencucian Luka


a. (Cheung, 2016) wound cleansing dilakukan dengan cara swabing hanya
diusapkan saja pada luka dan tidak diguyur. Swab berarti mengoles atau
menggosokan untuk membersihkan dan cairan yang digunakan adalah
caiaran normal salin.
b. (Sutrisno, 2017) menjelaskan pencucian dengan cara dilakukan irigasi pada
luka khususnya ulkus diabetik. Peneliti menyarankan inovasi terbaru
menggunakan atripi sebagau bahan mencuci luka dengan irigasi agar bersih
dan bakteri banyak yang terbawa termasuk debris-debris luka. Peneliti tidak
membahas dengan detail apa bedanya pencucian luka dengan swab dan
irigasi dan lebih membahas irigasi secara mendalam.

18
c. (Assadian, 2017) tidak menunjukan pencucian luka dengan irigasi atau
dengan swab.
d. (Yusuf, 2018) pencucian dengan sabun antiseptik dan dilakukan pembilasan
dengan diguyur untuk menghilangkan busa atau sisa-sisa sabun yang masih
nempel pada luak.
e. (Nurbaya, 2018) tidak menunjukan cara mencuci luka dengan irigasi atau
swab.
f. (Bellingeri & Nurse, 2016) tidak menunjukan cara mencuci luka dengan
swab atau irigasi.

Mencuci luka bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan irigasi
dangan swab, dengan irigasi berarti saat mencuci luka cairan antisetik yang
digosokan ke luka atau sabun yang digosokan keluak lalu diguyur dengan air
bersih atau air steril (Sutrisno, 2017). Mencuci luka dengan swab berati cairan
anti septik tidak diguyurkan ke luka sebagai alat pembersih luka tapi dioleskan
setelah kasa atau kapas atau yang lainnya dibasai dengan air steril atau cairan
disinfektan (Cheung, 2016). Mencuci luka dalam merawat luka sangat penting
sebagai salah satu cara untuk menurunkan infeksi atau mengontrol infeksi.
Infektion control salah satu dari intervensi dan implementasi dalam memberikan
asuhan keperawatan yang sebelumnya telah dilakukan assesmen pada luka.
Namun dalam penelitian diatas kurang bisa diterapkan karena pembaca akan
kebingungan bagaimana kita melakukan pencucian dengan semua bahan yang
sudah disampaikan dan dibahas dalam hasil oleh semua. Dari 6 artikel yang
diambil hanya 2 peneliti yang menjelaskan cara melakukan pencucian luka
sedangkan 4 peneliti lainnya tidak menyebutkan hal tersebut. Namun jangan
khawatir 2 peneliti saja sudah cukup untuk menuntun kita dalam melakukan
perawatan luka dengan cara mencuci luka karena peneliti menjelaskan 2
carapencucian luka yaitu dengan swab dan irigation.
Kejadian kolonisasi sangat berhubungan dengan kebersihan luka dan
tindakan pencucian luka bisa mengurangi kolonisai bakteri pada luka sehingga

19
resiko infeki daapat dicegah. Wound cleaning menunjukan efek yang sangat
signifikan dalam menurunkan angka kejadian kolonisasi pada ulcus diabetik
(Yusuf, 2018) begitu juga penelitian yang disampaikan oleh kelima peneliti
diatas. Tidak semua peneliti diatas menyebutkan bahan atau cairan antiseptik
apa yang sebaiknya digunakan, namun ada juga yang menyebutkan secara
spesifik. Tidak usah khawatir apapun cairan atau antiseptik yang digunakan
dalam pencucian luka yang penting perhatikan prinsip steril pada luka akut dan
prinsip bersih pada luka kronik.
Semua peneliti diatas yaitu keenam peneliti diatas semuanya
menyampaikan bahwa pencucian luka mampu menekan pertumbuhan bakteri,
mambu membuang debris, mampu menjaga kelembaban luka, dan
mempercepar wound healing, sehingga kolonisasi bakteri bisa dibasmi. Adapun
kekurangan dari peneliti diatas tidak semua memberikan arahan atau petunjuk
yang jelas mengenai pemilihan bahan yang tepat terhadap pencucian luka, tidak
menyebutkan batas waktu evaluasi setelah tindakan pencucian luka.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Study literatur ini menunjukan bahwa pencucian menggunakan cairan
antiseptik sangat efektif untuk menekan dan membunuh koloni bakteri dalam
luka diabetik.
2. Pencucian luka menggunakan sabun antiseptik yang sesuai PH kulit
disebutkan sangat efektif untuk menurunkan kolonisasi bakteri pada luka
diabetik.
3. Study literatur ini juga menunjukan batas waktu evaluasi untuk luka yang
sebelum dilakukan pencucian sudah menunjukan adanya gejala colonisasi
kritis dan kolonisasi tidak terjadi atau dibasmi setelah 42 hari.

B. SARAN
Gunakanlah cairan antiseptik bisa sabun antiseptik yang memiliki PH sesuai PH
kulit yang tidak perih dan tidak toksik pada luka. Gunakanlah teknik swab atau
irigation dalam melakukan pencucian luka harus disesuaikan dengan kondisi
luka. Lakukanlah evaluasi hasil pencucian luka dan efeknya terhadap kejadian
kolonisasi bakteri setelah 42 hari apabila hari ke-0 sudah menunjukan tanda dan
gejala kolonisasi apalagi jika kolonisasi termasuk kritis maka wajib dilakukan
wound cleansing. Peganglah prinsip bersih dan prinsip steril dalam melakukan
pencucian luka.

21
DAFTAR PUSTAKA

Assadian, O. (2017). A clinical evaluation of the effcacy and safety of singlet oxygen in
cleansing and disinfecting stagnating wounds. (April).
https://doi.org/10.12968/jowc.2011.20.4.149

Bellingeri, A., & Nurse. (2016). Effect of a wound cleansing solution on wound bed
preparation and inflammation in chronic wounds: a single-blind RCT. JOURNAL
OF WOUNCARE.

Cheung. (2016). in Wound Swabbing. 43(April), 140–147.


https://doi.org/10.1097/WON.0000000000000213

Nurbaya. (2018). Peranan Pencucian Luka Terhadap Penurunan Kolonisasi Bakteri


Pada Luka Kaki Diabetes. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(2), 110–115.

Septiyanti, M. (2017). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP


PERAWAT TENTANG PERAWATAN LUKA DIABETES MENGGUNAKAN
TEKNIK MOIST WOUND HEALING.

Lopes, L., Setia, O., Aurshina, A., Liu, S., Hu, H., Isaji, T., … Dardik, A. (2018). Stem
cell therapy for diabetic foot ulcers : areview of preclinical and clinical research, 1–
16.

Sutrisno, R. (2017). The Innovation of Artrihpi Irrigation Wound Cleansing for


Decreasing Bacterial Load in The Treatment Diabetic Foot Ulcers : Randomized
Controlled Trial. 23(12), 12575–12579. https://doi.org/10.1166/asl.2017.10820

Yusuf, S. (2018). LITERATUR REVIEW STUDY LITERATUR PENGGUNAAN SABUN


ANTISEPTIK UNTUK PENCUCIAN LUKA TERHADAP PENURUNAN
KOLONISASI BAKTERI PADA PASIEN DENGAN LUKA DIABETES How to cite:
Nothing Nothin... (June).

22
Arjunan, S. P., Tint, A. N., Aliahmad, B., Kumar, D.K., Shukla, R., Miller, J., …Ekinci,
E. I. (2018). High-Resolution Spectral Analysis Accurately Identifies the Bacterial
Signature in Infected Chronic Foot Ulcers in People With Diabetes.
https://doi.org/10.1177/1534734618785844

Cervantes-Garcia, E., & Salazar-Schettino, P. M.(2017). Clinical and surgical


characteristics of infected diabetic foot ulcers in a tertiary hospital of Mexico.
Diabetic Foot and Ankle, 8(1). https://doi.org/10.1080/2000625X.2017.1367210
Klasinc, R., Augustin, L. A., Below, H., Baguhl, R., Assadian, O., Presterl, E., &
Kramer, A. (2017). Evaluation of three experimental in vitro models for the
assessment of the mechanical cleansing efficacy of wound irrigation solutions, 1–
8. https://doi.org/10.1111/iwj.12850
Bellingeri, A., Falciani, F., Traspedini, P., Moscatelli, A., Russo, A., Tino, G., …
Peghetti, A. (2016). Effect of a wound cleansing solution on wound bed
preparation and inflammation in chronic wounds: a single-blind RCT. Journal of
Wound Care, 25(3), 160–168. https://doi.org/10.12968/ jowc.2016.25.3.160
Chen, X., Li, P., Wang, X., Gu, M., Zhao, C., Sloan, A. J., … Yu, Q. (2013). Ex vivo
antimicrobial efficacy of strong acid electrolytic water against Enterococcus
faecalis biofilm. International Endodontic Journal, 46, 938–946. https://doi.
org/10.1111/iej.12084

23

Anda mungkin juga menyukai