Anda di halaman 1dari 8

KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

NAMA: HAKIM SETIAWAN

NIM: PO7120120001

TUGAS: KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI D3 KEPERAWATAN PALU
2023
A. Pengertian terapi komplementer

Terapi Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam

pengobatan modern. Terapi komplementer juga disebut sebagai pengobatan holistik,

pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara

menyeluruh yaitu sebuah pengobatan yang mengatur keharmonisan individu untuk

mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Yunus Adi Wijaya,

dkk. 2022).

Pengobatan alternatif/komplementer adalah sebutan umum bermacam praktik

atau produk yang rata-rata tidak didapati sebagai pengobatan medis/konvensional.

perubahan pengobatan komplementer akhir-akhir ini jadi sorotan banyak negara serta

jadi salah satu opsi pengobatan masyarakat. Hal ini berlangsung karena masyarakat

berharap memperoleh pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, akibatnya apabila

keinginannya terpenuhi akan berpengaruh pada kepuasan. Hal ini bisa menjadi

peluang untuk perawat guna berperan memberikan pengobatan komplementer

(Wijaya et al., 2022).

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer yaitu

pengobatan non konvensional yang bukan bersumber dari negara yang bersangkutan,

sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer

tapi yakni pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang ditujukan yaitu

pengobatan yang sudah dari jaman dahulu digunakan serta diturunkan sebagai turun

temurun pada sebuah negara (Dewi Siti Utami, et al, 2022).

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem

pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak

menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Stianto et al., 2021 dalam Dewi Siti

Utami, et al, 2022).


Pengobatan komplementer merupakan bidang ilmu kesehatan yang bertujuan

untuk menanggulangi bermacam penyakit dengan cara konvensional, yang juga

diketahui sebagai pengobatan alternatif. Pengobatan komplementer tidak dilakukan

dengan tindakan bedah serta obat komersial yang dihasilkan dengan cara masal. tapi

lazimnya memakai bermacam kategori pengobatan serta obat herbal (Putri and

Amalia, 2019 dalam Dewi Siti Utami, et al, 2022).

B. Tujuan terapi komplementer

Keperawatan memiliki tujuan untuk mempertahankan Kesehatan serta

meningkatkan proses penyembuhan secara menyeluruh dalam kehidupan manusia.

Konsep pengobatan komplementer yang disinergikan dengan Tindakan keperawatan

merupakan serangkaian Tindakan yang memiliki fungsi untuk melengkapi kebutuhan

dasar manusia. Perawat dapat menerapkan strategi holistik untuk membantu

pemulihan Kesehatan pasien. Penerapan strategi itu tentunya memerlukan

keterampilan khusus, sehingga perawat dituntut untuk mempelajarinya dari para ahli

terapi komplementer. Selain itu, perawat juga tidak diperbolehkan melakukan

Tindakan yang tidak didasari oleh ilmu pengetahuan atau dengan kata lain tidak boleh

menjadikan seorang pasien sebagai kelinci percobaan (Dewi Siti Utami, et al, 2022).

C. Jenis terapi komplementer

Dalam Yunus Adi Wijaya, dkk. 2022, Jenis terapi komplementer saat ini telah

dikembangkan dan meluas dalam ilmu keperawatan, meskipun penemu therapi

tersebut tidak berasal dari kelompok keperawatan. Terapi komplementer dibagi

menjadi dua bagian yaitu terapi invasif dan terapi noninvasif, antara lain:

a. Terapi Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu teknik

yang dimasukkan di dalam tubuh yang termasuk dalam terapi invasif antara lain
akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan jarum dalam

pengobatannya.

b. Terapi Non Invasif adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu teknik

yang tidak dimasukkan di dalam tubuh, hanya pada permukaan kulit saja, yang

termasuk dalam terapi non invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi,

prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi

jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat

bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

D. Peran perawat dalam terapi komplementer

Terapi komplementer kini cukup memberikan kesempatan lain bagi seorang

perawat untuk menunjukkan cara perawatan yang lebih baik dan manusiawi dalam

merawat pasien. Seorang perawat bukan hanya mengetahui berbagai obat-obatan

untuk perawatan pasien, tetapi perawat perlu juga mengetahui dan menegaskan

tentang banyak jenis terapi yang telah diajarkan dalam program pendidikan

keperawatan dan telah dipraktikkan oleh perawat selama berabad- abad, seperti

meditasi, yoga, terapi musik, humor, jurnal, doa, dan obat-obatan herbal (Hidayat,

2019 dalam Dewi Siti Utami, et al, 2022).

Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 30

Ayat 2 menjelaskan bahwa perawat melakukan penatalaksanaan keperawatan

komplementer dan alternatif. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di

tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat. Dalam hal ini

perawat berperan dalam perawatan komplementer sebagai instrumen dari

penyembuhan dan fasilitator dari proses penyembuhan (Dewi Siti Utami, et al, 2022).

Peran Perawat dalam terapi komplementer dapat juga diidentifikasi dari

pernyataan resmi asosiasi perawat baik di tingkat global maupun nasional. Misalnya,
New York State Nurses Association menyatakan bahwa perawat Profesi Ners

(Registered Nurse) memiliki peran untuk koordinasi dalam memfasilitasi terapi

komplementer, yaitu dengan hanya melakukan terapi keperawatan holistik, alternatif

dan komplementer yang terdapat di ruang lingkup praktik keperawatan (Dewi Siti

Utami, et al, 2022).

E. Aspek Legal Terapi Komplementer

Aspek legalitas terapi komplementer yang menjadi dasar bagi pelaksanaan

pelayanan kesehatan adalah di antaranya sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar yang melandasi adalah pasal 28A bahwa setiap

orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Kemudian pada pasal 28H (ayat 1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta hak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 tentang Negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak.

b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Dalam undang-undang tersebut pada pasal 1 ayat 16 menyebutkan bahwa

pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan

cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun

secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan

norma yang berlaku di masyarakat.

Kemudian pada pasal 28 ayat (1) huruf e dijelaskan bahwa

penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47

dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan tradisional. Pada undang-


undang ini menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional dibagi menjadi

dua yaitu dengan menggunakan keterampilan dan menggunakan ramuan.

Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan,

meningkatkan dan tradisional yang dapat menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.

HK.03.05/1/199/2010 tentang "pedoman kriteria penetapan metode pengobatan

komplementer - alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan

kesehatan.

c. Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

Dalam undang-undang tersebut pasal 30 ayat (2) disebutkan "dalam

menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya

kesehatan masyarakat, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan

keperawatan komplementer dan alternatif (RI 2014).

Dalam penjelasannya pasal 30 ayat (2) huruf m menerangkan bahwa

melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan

bagian dari penyelenggaraan praktik keperawatan dengan

memasukkan/mengintegrasikan terapi komplementer dan alternatif dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan.

d. Keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 Tentang

Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.

Keputusan Menkes tersebut menjelaskan cara untuk mendapatkan izin

praktik pengobatan tradisional beserta syaratnya (Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2007).


e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 Tentang

Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer – Alternatif

Kegiatan penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas

pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan

mandiri pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pemberian pengobatan pada dasarnya

harus aman, bermanfaat. bermutu dan dikan institusi yang berwenang sesuai

dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku.

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang

Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Dalam peraturan pemerintah pasal 10 menjelaskan:

1. Pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan

ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.

2. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer dapat menggunakan satu cara

pengobatan/perawatan atau kombinasi cara pengobatan/perawatan dalam satu

kesatuan pelayanan kesehatan tradisional komplementer.

3. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan tradisional.

4. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang memenuhi kriteria

tertentu dapat diintegrasikan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Sedangkan dalam peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2014 tentang

pelayanan kesehatan tradisional, jenis-jenis pelayanan kesehatan tradisional

meliputi:

a. Pelayanan kesehatan tradisional empiris pelayanan kesehatan tradisional

empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan

keamanannya terbukti secara empiris.


b. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer

c. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer adalah penerapan

kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural

dakan penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti secara

ilmiah.

d. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi pelayanan kesehatan

tradisional integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang

mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan

kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap

atau pengganti.

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 37 Tahun 2017 Tentang Pelayanan

Kesehatan Tradisional Integrasi

Pengaturan pelayanan kesehatan tradisional komplementer bertujuan

untuk:

1. menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisional

komplementer yang aman, bermutu, dan efektif;

2. memberikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

tradisional komplementer bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat. fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan

tradisional, dan:

3. terlaksananya pembinaan dan pengawasan secara berjenjang oleh

pemerintah pusat pemerintah daerah, dan lintas sektor terkait.

Anda mungkin juga menyukai