Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 3 (MANAJEMEN)

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAWATAN


LUKA DENGAN METODE MOIST WOUND HEALING
DI RS SITI MARYAM

BAB 1
A. LATAR BELAKANG

Pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) merupakan hasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi mulai pasca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa, dan peraba. Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

atau over behavior atau pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi

seseorang dalam berperilaku. Namun perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku.

Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan

tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan, fisik,

prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lainnya.

Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu

dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan (Harlley, 1997).
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab danberwewenang memberikan

pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai

dengan kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

Sedangkan menurut ICN (International Council of Nurses) tahun 1965, perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan

kesehatan

Perawatan luka merupakan salah satu teknik dalam pengendalian infeksi pada luka

karena infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka. Infeksi luka post operasi

merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (Potter, 2006).

Dalam proses penyembuhan luka para ahli awalnya berpendapat bahwa penyembuhan luka akan

sangat baik bila luka dibiarkan tetap kering. Mereka berpikir bahwa infeksi bakteri dapat dicegah

apabila seluruh cairan yang keluar dari luka terserap oleh pembalutnya. Akibatnya sebagian besar luka

dibalut oleh bahan kapas pada kondisi kering (Puspitasari, Ummah, & Sunarsih, 2011).

Menurut pedoman WHO povidone iodine bersifat toksik yang dapat merusak perkembangan

jaringan baru. Sehingga muncul perawatan luka dengan metode mempertahankan kelembaban luka

dengan menggunakan balutan penahan kelembaban yang bertujuan untuk mempercepat proses

penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan terjadi secara alami dengan prinsip “ Moist Wound

Healing” hal tersebut menjadi dasar munculnya pembalut luka modern (Sinaga & Tarigan, 2012).

Moist Wound Care mendukung terjadinya proses penyembuhan luka sehingga terjadi

pertumbuhan jaringan secara alami yang bersifat lembab dan dapat mengembang apabila jumlah

eksudat berlebih, dan mencegah kontaminasi bakteri dari luar (Ose, Utami, & Damayanti, 2018).
Namun pada penelitian rata-rata perawat masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang

prinsip dan pemilihan balutan pada kondisi luka dengan karakteristik tertentu. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian menunjukkan hanya 16 orang (26,7%) responden yang mengetahui prinsip utama

manajemen perawatan luka. Data yang diperoleh menunjukkan kebanyakan responden menyatakan

bahwa prinsip manajemen perawatan luka lembab sama dengan intervensi perawatan luka. Prinsip dari

manajemen luka tergabung dalam pendekatan holistik atau secara keseluruhan.

Penerapan prinsip dari manajemen luka harus mampu mengidentifikasi dan menentukan semua

kebutuhan fisiologis pasien terkait dengan proses penyembuhan luka yaitu mengatasi penyebab luka,

meningkatkan imunitas tubuh, dan menjaga kondisi fisiologis lingkungan luka. Kegagalan dalam

menentukan prinsip manajemen luka dapat membahayakan seperti proses penyembuhan luka yang

terhambat, penurunan daya tahan tubuh, komplikasi dan inflamasi yang berulang kemungkinan dapat

terjad

Peneliti berasumsi bahwa ketidaktahuan perawat tersebut dikarenakan mayoritas perawat masih

menggunakan jenis balutan yang sama untuk semua karakteristik luka yang berbeda. Biaya pembelian

balutan occlusive modern lebih mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi balutan modern dapat

mengurangi frekuensi penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan sehingga dapat

menghemat biaya yang dibutuhkan

Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan perawat tentang perawatan

luka dengan metode moist wound healing di RS SITI MARYAM.


B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat di simpulkan pertanyaan sebagai berikut :

bagaimana pengetahuan perawat tentang perawatan luka dengan metode moist wound healing

di RS siti maryam ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang perawatan luka

dengan metode moist wound healing di rs siti maryam

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan

luka dengan metode moist wound healing di rs siti maryam

2. Untuk mnegetahui tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan

luka dengan meode moist wound healing setelah diberikan

penegtahuan tentang metode moist wound healing

3. Untuk menganalisa pengetahuan perawat tentang perawatan luka

dengan metode moist wound healing

D. Manfaat penelitian

Anda mungkin juga menyukai