Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS VIDEO HOME CARE PERAWATAN LUKA

MATA KULIAH KOMUNITAS II

Disusun oleh :

Karima Fahmawati 202201002


Adhelia Gita Laksari 202201006
Aisya Billa Chery Oktavia 202201010
Alya Sinta Dewi Maulina 202201014
Beliawati 202201020
Citra Larasati 202201025
Dinatul Aini 202201030
Emilatul Kiptiyah 202201034
Faghfirul Wahyu Andhinisya 202201038
Ferra Fadkhulil Jannah 202201043
Gita Atalia 202201048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi,
inflamasi, penyakit sistemik, dan luka bakar. Semua penyebab tersebut
menimbulkan efek yang berbeda padat kulit, misalnya bengkak, kemerahan,
makula, papula, pustula, bula, hingga ulkus atau disebut luka. Luka
merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh trauma, operasi, vaskuler, tekanan dan keganasan (Ekaputra, 2013).
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat.
Kementrian Kesehatan tidak ada hentinya untuk meningkatkan
layanan kesehatan di Indonesia agar masyarakat merasa termudahkan
mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumah sakit bertaraf internasional
hingga pembangunan Puskesmas di plosok negeri ini pun di lakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Tapi itu semua
berjalan belum merata. sehingga belum sepenuhnya masyarakat merasakan
kemudahan dalam medapatkan pelayanan kesehatan, Kesenjangan
pelayanan kesehatan juga terjadi karena Indonesia merupakan negara
kepulauan yang membuat akses pelayanan kesehatan tidak baik sehingga
menghambat pemerataan penyebaran tenaga medis ke seluruh plosok di
negeri ini.
Selain itu, masalah tenaga kerja medis di Indonesia sangat banyak,
salah satu contohnya mahalnya biaya untuk membuka tempat praktek bagi
tenaga medis yang tidak bekerja di pemerintah atau swasta ataupun bagi
paramedis yang baru menyelesaikan pendidikannya. Maka dari itu
munculah isitilah yang bernama HOME CARE dimana dengan adanya
layanan ini diharapkan dapat meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dan juga dapat memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien yang
membutuhkan bantuan karena ketidakmampuan atau ketidaktahuan dalam
melakukan pertolongan pertama, memenuhi kebutuhan dasar dan merawat
diri. Praktek keperawatan mandiri sendiri diatur dalam Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/1/2010 dan
terdapat perubahan peraturan nomor 17 Ta Tahun 2013 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Selain itu praktik keperawatan diperkuat
dengan diadakannya UU No 38 Tahun 2014 tentang keperawatan.

B. Tujuan
1) Membantu merawat sakit yang tidak perlu mendapat penangan khusus.
2) Membantu masyarakat yang kesusahan untuk datang kerumah sakit.
3) Memenuhi kebutuhan atas rasa nyaman dan aman pada pasien karena
berada ditengah-tengah keluarga dengan tetap memenuhi prinsip
persyaratan DIKSH kesehatan.
4) Membantu pasien yang memerlukan perawatan ringan.
5) Meningkatkan penyembuhan dan penjagaan pada pasien
6) Mencegah atau meminimalkan efek buruk dari penyakit yang diderita
pasien.
7) Meningkatkan pemahaman keluarga pasien tentang kesehatan karena
dilibatkan dalam langkah pelayanan atau tindakan.
BAB II
ANALISIS VIDEO

A. Jenis Pelayanan
Perawatan luka modern adalah teknik perawatan luka yang
menggunakan Calsium Alginat untuk menutup luka diabetic. Salah satu
penanganan luka yang dewasa ini digunakan adalah perawatan luka teknik
modern dengan menggunakan hidrokoloid. Perawatan luka modern
dipercaya lebih efektif dari perawatan luka konvensional (menggunakan
kassa steril) yang banyak digunakan di rumah sakit. Pada perawatan luka
modern lebih banyak menggunakan Hydrocoloid. Hydrocoloid terbukti jauh
lebih efektif dibandingkan kasa dalam hal penurunan luas luka dan
mempercepat laju penyembuhan bila dibandingkan dengan kasa NaCl
(Werneret al, 2003). Payne, et al (2009) menemukan bahwa penggunaan
foam dressing lebih murah cost efektif dan frekuensi penggantian balutan
menjadi berkurang bila dibandingkan dengan kasa NaCl. Dibutuhkan
keterampilan perawat dalam mengambil keputusan klinis dalam memilih
balutan untuk perawatan luka. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah teknik perawatan luka yang diberikan. Teknik
perawatan luka DM telah berkembang pesat, yaitu teknik konvensional dan
modern.
Teknik konvensional menggunakan kasa, antibiotik, dan antiseptik,
sedangkan teknik modern menggunakan balutan sintetik seperti balutan
alginat, balutan foam, balutan hidropolimer, balutan hidrofi ber, balutan
hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan transparan film, dan balutan
absorben. Dampak teknik perawatan luka akan mempengaruhi proses
regenerasi jaringan sebagai akibat dari prosedur membuka balutan,
membersihkan luka, tindakan debridemen, dan jenis balutan yang diberikan
sehingga memberikan respons nyeri. Hal ini didasarkan pada mekanisme
pengangkatan sisa-sisa jaringan pada dasar luka sehingga menstimulasi
produksi mediator peradangan. Salah satu aspek yang penting dalam
perawatan luka adalah pemilihan jenis balutan yang digunakan. Pada
penelitian ini, kelompok modern digunakan jenis balutan calcium alginat
yang memiliki sifat absorben, nonoklusif, nonadhesif, bersifat
autolitikdebridemen. Sedangkan pada kelompok konvensional digunakan
metronidazole, iodin, H2O2 dan kompres kasa NaCl. Berdasarkan hasil
pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelembaban
luka lebih dapat dipertahankan dan balutan jarang dibuka pada kelompok
modern dibandingkan pada kelompok konvensional. Pada balutan
konvensional cenderung memberikan dampak yang buruk karena
pemakaian kompres kasa sebagai upaya mempertahankan kelembaban
kurang dapat dipertahankan lebih lama sehingga luka lebih sering diganti
balutannya. Fenomena ini akan membawa dampak timbulnya cidera ulang
pada dasar luka yang akan menstimulasi terjadinya infl amasi ulang pada
dasar luka. Penggunaan antiseptik, seperti iodine 1% dan H2O2 pada
kelompok konvensional dapat memicu rusaknya caloncalon kapiler darah.
Berdasarkan pengamatan di klinik menunjukkan bahwa penggantian
balutan pada kelompok konvensional lebih sering dilakukan dibandingkan
kelompok modern.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi stress jaringan yang
sedang regenerasi sehingga secara psikologis. pasien akan lebih sering
mengeluh kesakitan sebagai dampak terjadinya cidera ulang pada dasar
luka. Adanya respons tersebut maka tubuh akan mengaktifkan
Hipotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA-Aksis) untuk melepaskan hormon
ACTH, CRF dan kortisol. Secara lokal akan terjadi pengaktifan mediator
pro infl amasi, seperti IL-1, IL-8 and tumour necrosis factor (TNF) sehingga
dapat terjadi proses infl amasi yang memanjang berakibat meningkatnya
keparahan luka. Kadar interleukin 1 pada penelitian ini cenderung menurun
pada kelompok yang diberikan perawatan luka modern dibandingkan
kelompok yang memakai perawatan luka konvensional. Hal ini
membuktikan bahwa pada kelompok yang memakai perawatan luka
konvensional memiliki kadar interleukin 1 yang tinggi sehingga proses
inflamasi yang terjadi akan memanjang dan berakibat pada peningkatan
keparahan luka. Home care adalah komponen dari pelayanan kesehatan
yang di sediakan untuk individu dan keluarga ditempat tinggal mereka
dengan tujuan mempromosikan,mempertahankan, atau memaksimalkan
level kemandirian serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan
termasuk di dalamnya penyakitnya terminal. Defenisi ini menggabungkan
komponen dari Home care yang meliputi pasien, keluarga, pemberian
pelayanan yang professional (multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk
membantu pasien kembali pada level kesehatan optimum dan kemandirian
(Yuliansyah,2019).

B. Persiapan SDM Pasien Dan Perawat


Saat bertemu perawat dengan klien
1) perawat harus menyiapkan diri untuk bertemu dengan pasien dengan fikiran
yang sehat
2) klien menyiapkan diri untuk mengikuti intruksi dari perawat
3) perawatan mengatur posisi pasien dengan nyaman untuk mempermudah
proses perawatan
4) perawatan menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilaksanakan
5) observasi kondisi luka pasien

Alat- alat ;
1) Pinset
2) Baskom
3) Gunting jaringan

Bahan ;
1) Handscoon
2) Alkohol
3) Underpad
4) Kassa steril
5) Kassa gulung
6) Sufratul
7) Hypafix
8) Obat gel

C. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan dalam video perawatan luka modern
tersebut mengggunakan bahasa sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia. Namun
dalam video tersebut tidak terjadi komunikasi yang efektif antara perawat
dengan pasien. Perawat cenderung fokus dalam melakukan perawatan luka
moderen sedangkan pasien lebih banyak diam.

D. Cara kerja/prosedur
⁻ menggunakan APD (handscoon bersih dan masker)
- meletakan underpad dibawah tangan
- membuka balutan dengan disemprotkan NaCl
- mengidentifikasi luka
- membersihkan luka
- memberikan obat salep dan lamtatule
- menutup luka dengan kassa

E. Kendala
Berdasarkan video yang di analisis tersebut ditemukan beberapa
kendala dalam pelayanan perawatan luka diantaranya tidak lengkapnya alat
seperti bengkok yang diganti mengunakan baskom. Dan kendala yang
kedua yaitu kurangnya tenaga kesehatan yang membantu dalam penanganan
perawatan luka maupun membantu dalam menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan. Dan Kurangnya pengetahuan pencegahan luka. Pengetahuan
memiliki peranan penting. Seseorang yang mengetahui pencegahan luka ,
biasanya akan lebih yakin untuk mampu melaksanakan pencegahan luka
tersebut. Ketika seseorang mengetahui dampak buruk dari luka ataupun
manfaat pencegahan luka, maka sikapnya akan cenderung favorable
terhadap pencegahan luka. Perlu dilakukan pelatihan pencegahan luka
untuk meminimalisir atau menghilangkan kendala ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi,
inflamasi, penyakit sistemik, dan luka bakar. Semua penyebab tersebut
menimbulkan efek yang berbeda padat kulit, misalnya bengkak, kemerahan,
makula, papula, pustula, bula, hingga ulkus atau disebut luka. Luka
merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh trauma, operasi, vaskuler, tekanan dan keganasan Ekaputra, 2013.
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat. Kementrian
Kesehatan tidak ada hentinya untuk meningkatkan layanan kesehatan di
Indonesia agar masyarakat merasa termudahkan mendapatkan pelayanan
kesehatan. Rumah sakit bertaraf internasional hingga pembangunan
Puskesmas di plosok negeri ini pun di lakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Tapi itu semua berjalan belum merata. sehingga belum sepenuhnya
masyarakat merasakan kemudahan dalam medapatkan pelayanan
kesehatan, Kesenjangan pelayanan kesehatan juga terjadi karena Indonesia
merupakan negara kepulauan yang membuat akses pelayanan kesehatan
tidak baik sehingga menghambat pemerataan penyebaran tenaga medis ke
seluruh plosok di negeri ini. Selain itu, masalah tenaga kerja medis di
Indonesia sangat banyak, salah satu contohnya mahalnya biaya untuk
membuka tempat praktek bagi tenaga medis yang tidak bekerja di
pemerintah atau swasta ataupun bagi paramedis yang baru menyelesaikan
pendidikannya. Maka dari itu munculah isitilah yang bernama HOME
CARE dimana dengan adanya layanan ini diharapkan dapat meningkatkan
fasilitas pelayanan kesehatan dan juga dapat memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien yang membutuhkan bantuan karena
ketidakmampuan atau ketidaktahuan dalam melakukan pertolongan
pertama, memenuhi kebutuhan dasar dan merawat diri. Praktek
keperawatan mandiri sendiri diatur dalam Peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK. 02. 02Menkes14812010 dan terdapat
perubahan peraturan nomor 17 Ta Tahun 2013 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Selain itu praktik keperawatan diperkuat
dengan diadakannya UU No 38 Tahun 2014 tentang keperawatan.
Perawatan luka modern adalah teknik perawatan luka yang menggunakan
Calsium Alginat untuk menutup luka diabetik.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis video diatas, maka saran yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi petugas kesehatan
Ulkus diabetik membutuhkan perhatian multidisiplin, baik itu perawat,
dokter, dan tim kesehatan lainnya. Perawat sebagai salah seorang yang
berperan dalam perawatan luka perlu ditingkatkan kualitas SDM dengan
diberikan pelatihan perawatan luka yang up to date dan berkelanjutan
sehingga dapat berkolaborasi dengan multidisiplin ilmu lain agar dapat
meningkatkan efektifitas pengeluaran biaya pasien, efektifitas waktu kerja
perawat, menurunkan insiden amputasi dan meninggal karena infeksi.
2. Bagi keluarga / pasien
Diharapkan keluarga / pasien dapat mencari informasi ke petugas kesehatan
tentang managemen penyakit diabetes melitus dan teknik perawatan luka,
terutama perawatan luka awal untuk mengurangi resiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Aziza, T Nur. 2020. Home Care Lansia Dengan Perawatan Luka. Jurnal
Muhammadiyah Ponorogo
https://youtu.be/aQTiMPlSybc
Sukasana, KPO. 2020. Home Care Berbasi Mobile. Jurnal Universitas Pendidikan
Ganesha

Anda mungkin juga menyukai