DOSEN PENGAMPU:
DI SUSUN OLEH:
(22030006)
a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal
tepi luka sebelumdiberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-
kotoran yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air.
Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan
dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian
prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap
water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi
rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.
c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter
Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis,
akan tetapi dalam kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga
dianggap sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur,
perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan
keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kerusakan integritaskulit.
d. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.Saat ini mulai
terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang
meninggal. Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan mengurangi
ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekaliatau
tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang.
Batas keduanyakabur, bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di
Nederland euthanasia sudah dalam prosesuntuk dilegalisasi. Dikatakan
bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi
relawaneuthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah
melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi. Diyakini
bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu
yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat
berada dalam posisi yang sangat baik untuk mengkajinya secara lebih
obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk
mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
e. Pengaturan sistem tenaga kesehatan
Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan
baik, pemerintah belumberfokus dalam memberikan keseimbangan hak
dan kewajibaan antar profesi kesehatan. Rasiopenduduk dengan tenaga
kesehatan pada tahun 2003 menunjukkan perawat 108,53, bidan 28,40dan
dokter 17,47 per 100.000 penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari
DEPKES menyebutkanbahwa puskesmas belum mempunyai sistem
penghargaan bagi perawat.
f. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit
pemerintah dibandingkan S1 dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan
S1 Keperawatan, banyak rumah sakit pemerintah danswasta yang
menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi seleksi
CPNS, jumlah S1 sedikit dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal
ini akan berdampak pada kualitas layanan asuhan keperawatan pada
lingkup medikal bedah yang hanya berorientasi vokasional tidak
profesional.
g. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang
pendidikan sehinggaimplikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum
jelas terlihat.