Anda di halaman 1dari 21

TREND ISU

KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 2 :
• Jenifer Tulandi (19142010011)
• Shintia Lololuan (19142010027)
• Anasthasia Laheba (19142010264)
• Angriyani Aniki (19142010012)
Trend dan isu dalam keperawatan medikal bedah merupakan salah satu
komponen yang membentuk filosofi keperawatan dan penyedia layanan
keperawatan pada abad 21. Burke and Lemone (1996) menjelaskan beberapa
trend dan issue yang berkembang saat ini yaitu:
• Perubahan populasi yang membutuhkan perawatan
Menurut data statistik menunjukkan 50 % pasien yang dirawat di ruang akut adalah usia >75
tahun dan 45 % yang dirawat di ruang critical care adalah usia 65 tahun.
• Penduduk lansia
Jumlah penduduk lansia meningkat secara tajam sejak tahun 1900. Penduduk lansia saat ini
berjumlah 12 % dari penduduk dunia. Lansia menderita penyakit kronik dan membutuhkan
perawatan jangka lama, perawatan di rumah dan layanan komunitas
• Pasien dengan HIV
Jumlah pasien dengan HIV meningkat secara tajam, lebih dari 40 juta jiwa (www.voanews.com),
di Indonesia kasus AIDS sejak 1987 sampai dengan 2004 mencapai jumlah 2683 orang dan
pada tahun 2005 jumlah penderita AIDS tercatat sekitar 2638 orang
• Penduduk miskin
Pada Maret 2007, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan)
di Indonesia sebesar 37,17 juta atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia saat ini
sebesar 224,177 juta
• Pemakaian Teknologi Komputer dalam Keperawatan
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan telenursing, dimana asuhan keperawatan dilakukan
jarak jauh
7 trend utama pada tahun
1989
1. Penurunan biaya perawatan
2. Perhitungan biaya asuhkan keperawatan
3. Pengurangan lamanya dirawat
4. Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi
5. Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap
lanjut
6. Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi
7. Inovasi dalam perencanaan perawatan melalui
komputerisasi
Isu aspek legal
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan
privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal
terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam
penerapan teknologi dalam bidan kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan
yang diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformassikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan
informasi, melalui internet atau telepon) dalam keuntungannya
3. Diseminasi data pasien sebagai indentifikasi pasien (suara,gambar) dapat
dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan)
lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan
adadlah penyalahgunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek
Trend keperawatan medikal bedah dan
implikasinya di indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di indonesia terjadi
dalam berbagai bidang meliputi:
• Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada
jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau beberapa
perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu:
 mengurangi biaya kesehatan
 jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan
 mengurangi kunjungan dan masa rawat
 meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis
 mengembangkan model pendidikan keperawatan
Kekurangan telenursing yaitu mengurangi intensitas interaksi
antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh
oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
indonesia. Hal ini desebabkan karena kurang meratanya
penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang massih belum memadai
• Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan
Luka

Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga


kelembaban area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi
berbagai growt factor yang berperan dalam proses penutupan luka,
antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya.
Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam memberikan
kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat
diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran
oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta merupakan
wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan
replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif
untuk penyembuhan luka.
• Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer
Group

Salah satu perilaku seksual yang rentan akan memberikan dampak


terjadinya HIV-AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang dikembangkan
model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya
dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi
kelompok remaja yang lain. Hal ini akan sangat mengancam masa
depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan metode Peer Group
dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa kelompok
remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
• Program sertifikasi perawat keahlian
khusus
Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang
dalam tatanan layanan keperawatan, khususnya pada bidang
keperawatan medikal bedah misalnya sertifikasi perawat luka oleh
INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency, perawat
hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat instrument OK.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap
sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi perawat profesional
karena menurut analisa kami program tersebut berjalan sendiri-
sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan terkesan
hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.
• Hospice Home Care

Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang


dilakukan di rumah setelah dilakukan perawatan di rumah sakit,
dimana pengobatan sudah tidak perlu dilakukan lagi. Bidang
garapnya meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang bertujuan
dalam memberikan dukungan fisik dan psikis, dukungan moral
bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan
perawatan praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah
pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa
rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun
belum dilakukan secara legal.
• One Day Care

Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak


memerlukan perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani
operasi pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang.
Biasanya dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil
analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa
metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan
sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah
sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini
juga dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan
dapat ditekan seminimal mungkin.
• Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit
pemerintah maupun swasta. Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi
dini akan HIV dan mencegah penyebaran HIV di masyarakat. Target
penderita adalah kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya
pekerja sex, penderita HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug
use). Klinik ini masih terbatas dikembangkan dibeberapa rumah sakit
saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang
kompeten dalam bidang tersebut serta sarana dan prasarana yang
masih minimal. Selain itu masyarakat masih belum siap untuk
memanfaatkan klinik ini, karena ada stigma dimasyarakat masih
menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit kutukan dan harus
dikucilkan.
• Klinik Rawat Luka

Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang


dikelola oleh sekelompok perawat yang minat dalam
perawatan luka. Klinik ini tidak lepas dari kolaborasi
dokter-ners. Sifat layanannya dapat berupa home visit
atau pasien berkunjung ke klinik secara langsung.
• Berdirinya organisasi profesi keperawatan
kekhususan

Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam
keperawatan medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat
Kamar Bedah Indonesia), InETNA (Indonesia Enterostomal Therapy
Nursing Association), IOA (Indonesia Ostomy Association), dan
sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk
mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang
garapan tertentu, namun demikian akan timbul permasalahan karena
jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih
luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan terkesan
terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing kekhususnan
belum jelas.
• Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di
Lingkungan

Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah


Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas
pelayanan keperawatan dalam mendukung sistem pelayanan
kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset,
menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan
riset dan pemanfaatan hasilnya dan pendidikan berkelanjutan.
Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum maksimal. Hal ini
dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan di
rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan dan
dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis keperawatan.
Isue Keperawatan Medikal Bedah dan
Implikasinya di Indonesia
• Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan
pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk
mencuci awal tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini
dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat
terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan
povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi
dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih
menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water
yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
• Prosedur rawat luka adalah kewenangan
dokter
Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah
kewenangan medis, akan tetapi dalam kenyataannya
yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap
sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa
literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri
sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kerusakan integritas kulit.
• Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam
keperawatan

Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif.
Euthanasia aktif merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk
membuat seseorang meninggal. Sedangkan euthanasia pasif adalah
tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan
pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat
mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan
merupakan sesuatu yang tidak relevan.Dalam praktik nyata, masyarakat
telah melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi. Diyakini
bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari
sesuatu yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini,
perawat berada dalam posisi yang sangat baik untuk mengkajinya secara
lebih obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat
untuk mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
• Pengaturan sistem tenaga kesehatan • Belum ada dokumentasi keperawatan
Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini
belum tertata dengan baik, pemerintah belum
yang baku sehingga setiap institusi
berfokus dalam memberikan keseimbangan rumah sakit mengunakan versi atau
hak dan kewajibaan antar profesi kesehatan. modelnya sendiri-sendiri.
Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan • Peran dan tanggung jawab yang
pada tahun 2003 menunjukkan perawat belum ditetapkan sesuai dengan
108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per jenjang pendidikan sehingga
100.000 penduduk. Berdasarkan hasil
implikasi di rs antara DIII, S1 dan
penelitian dari DEPKES menyebutkan bahwa
puskesmas belum mempunyai sistem Spesialis belum jelas terlihat.
penghargaan bagi perawat.
• Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak
terserap di Rumah sakit pemerintah
dibandingkan S1
Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan
S1 Keperawatan, banyak rumah sakit
pemerintah dan swasta yang menyerap
lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari jumlah
formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit
dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan.
Hal ini akan berdampak pada kualitas
layanan asuhan keperawatan pada lingkup
medikal bedah yang hanya berorientasi
vokasional tidak profesional.
KESIMPULAN
• Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya
adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS
pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice
Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi
keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan
Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend
tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
• Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara
lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada
dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi
atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia:
suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan
D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan
Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan
sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai