0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan8 halaman
1. Bidang keselamatan pasien muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian yang dapat dihindari di rumah sakit.
2. Rumah sakit perlu mengadopsi definisi dan model keselamatan pasien yang jelas serta fokus pada desain sistem dengan keandalan tinggi untuk mencapai perubahan budaya.
3. Definisi dan model tersebut perlu untuk menggambarkan atribut penting bagi pelaksana keselamatan pasien dan mengidentifikasi semu
Deskripsi Asli:
sejarah keselamatan pasien
Judul Asli
Sejarah Keselamatan Pasien dan Asal-Usul Budaya menyalahkan 3
1. Bidang keselamatan pasien muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian yang dapat dihindari di rumah sakit.
2. Rumah sakit perlu mengadopsi definisi dan model keselamatan pasien yang jelas serta fokus pada desain sistem dengan keandalan tinggi untuk mencapai perubahan budaya.
3. Definisi dan model tersebut perlu untuk menggambarkan atribut penting bagi pelaksana keselamatan pasien dan mengidentifikasi semu
1. Bidang keselamatan pasien muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian yang dapat dihindari di rumah sakit.
2. Rumah sakit perlu mengadopsi definisi dan model keselamatan pasien yang jelas serta fokus pada desain sistem dengan keandalan tinggi untuk mencapai perubahan budaya.
3. Definisi dan model tersebut perlu untuk menggambarkan atribut penting bagi pelaksana keselamatan pasien dan mengidentifikasi semu
By Yolanda Anastasia Sihombing.,S.Kep.,M.K.M Masyarakat dunia memperingati Hari Keselamatan Pasien Sedunia (World Patient Safety Day) pada 17 September 2021 yang digagas oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia dimulai pada tahun 2019 untuk meningkatkan solidaritas global dan tindakan bersama oleh semua negara dan mitra internasional untuk meningkatkan keselamatan pasien. Dilansir laman WHO, peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia ini ada untuk menyatukan pasien, keluarga, komunitas, petugas kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk menunjukkan komitmen terhadap keselamatan pasien Masalah budaya terkadang diidentifikasi sebagai penghalang bagi perubahan sistem di seluruh dunia. Dilihat secara negatif, isu-isu budaya ini mengacu pada sikap dan perilaku profesional dan organisasi yang tahan terhadap gangguan yang dirasakan dan mewujudkan antipati terhadap perubahan. Sebaliknya, budaya keselamatan positif ditandai oleh komunikasi terbuka, saling percaya, persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan dan kepercayaan diri terhadap kemanjuran tindakan pencegahan. Upaya yang meningkat diperlukan di Irlandia untuk memperbaiki budaya nasional, profesional dan organisasional sehingga keselamatan pasien dipahami, dipromosikan dan didukung di semua tingkat. Pengalaman dari sistem lain menunjukkan bahwa kepemimpinan profesional yang efektif sangat penting dalam mencapai perubahan budaya yang diperlukan untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi yang aman. Pemimpin membawa perubahan dengan terlebih dahulu memeriksa situasi saat ini, melihat ke depan untuk kemungkinan masa depan dan mengenali area untuk perbaikan. Mereka kemudian menciptakan sistem baru atau mengubah sistem dari apa adanya dengan melibatkan diri dan melibatkan orang-orang yang menggunakan layanan mereka dan orang-orang yang menyediakannya. Komisi mengakui kebutuhan akan kepemimpinan klinis yang kuat di tingkat nasional dan organisasi dalam perawatan kesehatan dan merekomendasikan penugasan peran pendahuluan khusus untuk tujuan ini. Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan sampai meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. patient safety (keselamatan pasien) belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah sakit di Indonesia. Perubahan paradigma dalam lembaga pelayanan kesehatan yang saat ini beralih pada patient centered care belum benar-benar dijalankan dengan baik. Masih ada rumah sakit yang berorientasi pada kepentingann manajemen yang pada akhirnya melupakan keselamatan pasien di rumah sakit. Undang-undang Kesehatan no 36 tahun 2009 sudah dengan jelas bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan keselamatan pasien diatas kepentingan yang lain sehingga sudah seharusnya rumah sakit berkewajiban menerapkan budaya keselamatan pasien. Tidak ada lagi alasan bagi setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan budaya keselamatan pasien karena bukan hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien. Apabila masih ada rumah sakit yang mengabaikan keselamatan pasien sudah seharusnya diberi sanksi yang berat baik untuk rumah sakit maupun petugas pelayanan kesehatan. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit bahkan petugas pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi apapun sehingga menjadikan penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Sudah seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak rumah sakit yang mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak hanya sanksi internal tetapi juga sudah masuk ke ranah pidana. Inilah yang sampai saat ini belum berjalan sehingga masyarakat yang dirugikan karena lemahnya penegakan hukum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu saja. Ada beberapa faktor yang menajdi penyebab kenapa budaya keselamatan pasien belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit. 1. rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu. 2. beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit. 3. orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien. 4. lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas kesehatan. Keempat hal tersebut diatas yang setidaknya menjadi penghalang terwujudnya budaya keselamatan pasien di setiap rumah sakit. jika hal ini tidak segera diselesaikan maka kasus-kasus yang mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu upaya yang maksimal untuk mewujudkan budaya keselamatan pasien. Mulai diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah sakit versi 2012 menjadi sebuah harapan baru agar budaya keselamatan pasien bisa diterapkan diseluruh rumah sakit di Indonesia. Selain itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemberi pelayanan kesehatan tentang pentingnya menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan. Dan juga diperlukan sosialisasi yang masif kepada masyarakat terutama yang akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki perilaku mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kesimpulan Bidang keselamatan pasien telah muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian buruk yang dapat dihindari. Namun, banyak yang tidak menggunakan definisi yang jelas atau memiliki model pemahaman lapangan yang jelas. Sebaiknya institusi pelayanan kesehatan mengadopsi definisi dan model untuk keselamatan pasien. Fokus utama tindakannya sebagai mikrosistem dan mekanisme esensinya sebagai desain dengan keandalan tinggi dan penggunaan ilmu keselamatan dan metode lain untuk menyebabkan perbaikan, termasuk perubahan budaya. • definisi dan model keselamatan pasien kita dapat menggambarkan atribut kunci dari mereka yang mempraktikkan keselamatan, dan juga mengidentifikasi para praktisi sebagai semua yang terlibat dalam perawatan kesehatan.