Anda di halaman 1dari 21

REFERENSI

1.
https://news.unair.ac.id/2021/05/20/pentingnya-menerapkan-prinsip-etik-pada-tindakan-
keperawatan/?lang=id#:~:text=Terdapat%207%20prinsip%20etik%20keperawatan,menepati
%20janji%20kepada%20pasien%20dan)

Aspek etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di pelayanan.


Banyaknya kasus pelanggaran etik yang terjadi di Indonesia seperti bayi melepuh karena
ditinggal perawat, salah suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehinga terlambat
mendapatkan penanganan merupakan hal-hal yang masih saja terjadi dalam perawatan
pasien. Hal tersebut bisa saja terjadi karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika
dalam asuhan keperawatan. Penelitian oleh Haddad dan Eiger (2018) menunjukkan
banyaknya keluhan pasien karena ketidak pedulian perawat. Etika keperawatan adalah
pedoman bagi perawat di dalam memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang
diambilnya tetap memperhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-
unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien,
dokter, sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung.

Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu; otonomi (menghormati hak


pasien), non malficience (tidak merugikan pasien), beneficience (melakukan yang terbaik
bagi pasien), justice (bersikap adil kepada semua pasien), veracity (jujur kepada pasien dan
keluarga), fidelity (selalu menepati janji kepada pasien dan keluarga),
dan confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien). Etika keperawatan dan etika kesehatan
sampai saat ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas karena setiap hari perawat
berhadapan dengan masalah etik. Secara umum beberapa aspek prinsip etik yang sering
dilanggar secara tidak sadar oleh beberapa perawat adalah aspek otonomi, perawat terkadang
tidak meminta persetujuan sebelum melakukan tindakan karena dianggap pasien telah pasrah
kepada petugas kesehatan terhadap kesembuhannya. Pada banyak kasus terlihat bahwa
pelayanan yang diberikan perawat tidak sesuai dengan kode etik keperawatan yang telah
ditetapkan. Perawat ingin dikatakan profesional tetapi dalam proses pelaksanaan masih
belum sesuai dan melanggar dari kode etik yang telah ditetapkan.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan terkait survey penerapan prinsip etik bagi perawat
didapatkan hasil paling banyak adalah melakukan tindakan keperawatan
tanpa informed consent dan bersikap kurang peduli dengan pasien. Informed consent
merupakan penyampaian informasi dari dokter atau perawat kepada pasien sebelum suatu
tindakan medis dilakukan dan ini merupakan prinsip otonomy pada pasien. Hal ini penting
dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui risiko dan manfaat dari tindakan medis
yang akan dijalaninya. Selama ini memasang infus dianggap biasa dan merupakan prosedur
tetap bagi pasien untuk dipasang infus setiap ada yang masuk rumah sakit tanpa dijelaskan
terlebih dahulu dan bagi pasien pun ini sudah menjadi hal yang biasa. Padahal, saat akan
memasang infus dibutuhkan penjelasan dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Edukasi pada pasien merupakan salah satu penerapan prinsip etik beneficience pada pasien.
Banyak ditemui kejadian saat pasien masuk rumah sakit mereka tiba-tiba diminta
tanda tangan di atas selembar kertas tanpa tahu apa isi kertas tersebut. Berdasarkan
wawancara dan observasi lembar tersebut ternyata adalah lembar edukasi kepada pasien.
Jadi, banyak petugas kesehatan melupakan pemberian edukasi padahal hal tersebut sangat
penting bagi pasien dan keluarga. Rumah sakit tidak bisa melihat karena evaluasi hanya dari
dokumen yang lengkap dengan tanda tangan pasien dan keluarga.

Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian
bagi pasien. Kerugian tersebut dapat menyebabkan injury atau bahaya fisik, bahaya
emosional seperti perasaan ketidakpuasan, kecacatan bahkan kematian dan akhirnya tujuan
pelayanan yang berupa patient safety tidak akan pernah terwujud. Selain itu, akan
menyebabkan ketidakpuasan pasien yang akhirnya berdampak buruk pada citra perawat dan
pendapatan rumah sakit, pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan maka
tidak akan berobat kembali ke tempat tersebut karena merasa sudah tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan.
Dampak lain yang muncul pada perawat adalah perawat dipandang tidak sopan
dan buruknya image perawat oleh pasien, sehingga pasien kurang percaya dan meragukan
keahlian perawat. Perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya dalam
pelayanan keperawatan kepada pasien akan menimbulkan kepuasan kepada pasien,
mempertahankan hubungan antar perawat, pasien dengan petugas kesehatan lainnya,
sehingga klien merasa yakin terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Pasien merasa
lebih aman dan merasa pelayanan kesehatan yang diberikan berkualitas.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang 24 jam berada di samping pasien dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan seharusnya memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
senantiasa menjunjung kode etik keperawatan serta menerapkan prinsip-prinsip
etik keperawatan selama memberikan pelayanan. Kode etik keperawatan merupakan salah
satu pegangan kita sebagai perawat untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik
yang terjadi. Penerapan etik keperawatan memang tidak lepas dari pribadi perawat itu sendiri
dan faktor lain yang bisa berpengaruh antara lain perilaku caring dari seorang
perawat. Caring adalah sikap peduli pada pasien dengan sepenuh hati ingin membantu
pasien untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka. Dengan menerapkan perilaku caring
diharapkan penerapan prinsip etik akan meningkat dan perawat terhindar dari tindakan
malpraktik.
Penulis: Ilkafah

Judul artikel: Factors Related to Implementation of Nursing Care Ethical Principles


in Indonesia

Link artikel: https://www.jphres.org/index.php/jphres/article/view/2

2.

(Sumber):

https://aido.id/health-articles/pentingnya-mengetahui-dan-menerapkan-8-prinsip-etika-
keperawatan/detail

Pentingnya Mengetahui dan Menerapkan 8 Prinsip Etika Keperawatan

Ditinjau oleh dr. Alvin Saputra • 02 Sep 2021


Dewasa ini Anda pasti pernah mendengar beberapa kasus terjadinya pelanggaran etika

keperawatan di Indonesia. Kasus-kasus ini sejatinya terjadi bukan karena kurangnya

pengetahuan akan prinsip etika keperawatan itu sendiri, melainkan karena kurangnya

kesadaran akan esensi dari etika keperawatan itu sendiri.

Sebagai calon perawat, mengetahui 8 prinsip etika keperawatan menjadi suatu hal yang sangat

penting. Apabila dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya, etika keperawatan dapat

mencegah terjadinya pelanggaran yang menimbulkan kerugian terutama pada pihak pasien

yang dirawat. Nah, untuk lebih jelasnya lagi mengenai hal ini, simak terus penjelasan mengenai

prinsip etika keperawatan berikut ini.

Apa itu Etika Keperawatan?

Etika keperawatan dapat diartikan sebagai sebuah sikap etis yang wajib untuk dimiliki oleh

setiap perawat. Dalam hal ini, setiap perawat diharapkan dapat mengetahui dan mengadopsi

etika keperawatan ini sebagai bagian integral dari sikap hidupnya, terutama dalam mengemban

tugas sebagai seorang perawat.

Selain itu, etika keperawatan dapat dipahami pula sebagai norma yang dianut oleh para perawat

dalam berperilaku terutama dengan pasien, kolega, keluarga, serta tenaga kesehatan lainnya.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, etika keperawatan adalah sebuah pedoman penting bagi

para perawat dalam memberi pengasuhan keperawatan agar setiap tindakan yang diambil terus

memperhatikan kepentingan pasien.

8 Prinsip Etika Keperawatan

Dalam menjalankan profesinya, seorang perawat wajib memegang teguh 8 prinsip etika

keperawatan, yakni sebagai berikut ini.


1. Autonomy

Prinsip etika keperawatan yang pertama yaitu autonomy atau otonomi. Prinsip otonomi ini

memungkinkan seseorang untuk berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri.

Otonomi itu sendiri merupakan hak kebebasan dan kemandirian setiap individu. Sebagai

contoh, perawat dapat memberitahukan pasien bahwa sedang dalam keadaan yang baik,

padahal terdapat sedikit gangguan.

2. Beneficence

Prinsip etika keperawatan yang selanjutnya yaitu beneficence atau berbuat baik. Dalam

prinsip beneficence ini menuntut perawat dapat berlaku baik sehingga dapat mencegah

kesalahan. Sebagai contoh, perawat dapat menasehati latihan memperbaiki kesehatan yang

dilakukan pasien, jika latihan yang dilakukan dapat berisiko terhadap serangan jantung.

3. Justice

Seorang perawat juga memiliki prinsip etika keperawatan justice atau keadilan. Prinsip ini

dicerminkan dari hukum yang berlaku, keyakinan dan standar praktik bahwa setiap pasien

dapat memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, apabila terdapat pasien yang

baru masuk dan terdapat pasien lain, maka perawat akan mempertimbangkan berbagai faktor

kemudian bertindak sesuai asas keadilan.

4. Non-maleficence

Non-maleficence dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang tidak menimbulkan bahaya,

baik fisik maupun psikis pada pasien. Dalam hal ini, seorang perawat dilarang untuk

mengambil tindakan yang dapat membahayakan atau memperburuk kondisi pasien.

5. Veracity

Prinsip etika keperawatan veracity diartikan sebagai kejujuran seorang perawat. seorang

perawat harus bisa menyampaikan informasi yang objektif, akurat dan komprehensif.
Kejujuran inilah yang akan membangun hubungan saling percaya antara perawat dengan

pasien.

6. Fidelity

Perawat memiliki tanggung jawab yang cukup besar, yakni dalam hal mencegah penyakit,

memulihkan kesehatan, meningkatkan kesehatan, hingga meminimalisir penderitaan yang

dirasakan oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat perlu berkomitmen dalam memegang

janjinya (fidelity), dan harus menepatinya.

7. Confidentiality

Confidentiality dalam etika keperawatan dapat diartikan sebagai kerahasiaan. Dalam hal ini,

kerahasiaan yang dimaksud yaitu informasi mengenai privasi pasien. Informasi yang dijaga

kerahasiaannya yaitu dokumentasi keadaan kesehatan yang dialami oleh pasien. Oleh karena

itu, diskusi mengenai pasien diluar lingkungan pelayanan harus dihindari.

8. Accountability

Akuntabilitas pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan pertanggungjawaban

terhadap suatu hasil yang diperoleh sebagai hasil dari suatu aktivitas tertentu yang dilakukan.

Dalam hal ini, seorang perawat perlu menyadari bahwa tindakannya akan dinilai setiap saat

dalam berbagai kondisi. Untuk itu, perawat harus dapat mempertanggungjawabkan setiap

tindakan yang diambilnya terhadap pasien secara profesional.

Demikianlah penjelasan mengenai beberapa prinsip etika keperawatan yang perlu Anda

ketahui. Menerapkan etika keperawatan ini merupakan hal yang tidak bisa dilewatkan,

mengingat setiap harinya, seorang perawat akan dihadapkan dengan persoalan etik. Agar lebih

profesional dalam menjalankan tugas dan perannya, sangatlah penting untuk menghindarkan

diri dari kasus pelanggaran kode etik itu sendiri.


3. Sumber
(https://www.hukumonline.com/klinik/a/jerat-hukum-bagi-bidan-yang-membantu-
aborsi-lt538c858f7a71c)

Jerat Hukum Bagi Bidan yang


Membantu Aborsi

Letezia Tobing, S.H., M.Kn.Si Pokrol

Bacaan 5 Menit

Pertanyaan
Mohon penjelasannya. Sepasang kekasih yang tengah duduk di bangku SMA bernama
Romeo (17 tahun) dan Juliet (16 tahun) datang ke bidan Ira untuk melakukan aborsi. Setelah
dilakukan anamnesa oleh bidan Ira diketahui usia kandungan Juliet 9 minggu. Juliet
mengatakan bahwa ia sedang mengandung janin dari hasil hubungan seks bebas dengan
Romeo (bidan Ira dikenal sebagai bidan praktik mandiri sekaligus menyediakan jasa aborsi).
Bidan ira menyatakan sanggup dan meyakinkan pada Juliet bahwa ia mampu menggugurkan
janin tersebut. Setelah selesai berunding kemudian bidan ira melakukan aborsi. Di tengah
proses pengguguran Juliet mengalami perdarahan akibat rubture uteri dan meninggal dunia.
Bagaimana jerat hukum bagi bidan dan romeo? Terima kasih.

Ulasan Lengkap

Pada dasarnya menurut Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (“UU Kesehatan”), setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan dalam Pasal
75 ayat (1) UU Kesehatan dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya Terjangkau

Mulai Dari

Rp 149.000
Lihat Semua Kelas

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

Aborsi tersebut hanya dapat dilakukan: (lihat Pasal 76 UU Kesehatan)

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Dalam UU Kesehatan ada sanksi pidana bagi orang yang melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan Pasal 75 UU Kesehatan, yaitu dalam Pasal 194 UU Kesehatan:

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).”

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat kita lihat bahwa UU Kesehatan tidak membedakan
hukuman pidana bagi ibu si bayi maupun bidan yang membantu aborsi. Ini berbeda dengan
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(“KUHP”). Merujuk pada ketentuan
dalam KUHP, si bidan dapat dihukum dengan Pasal 349 jo. Pasal 348 KUHP:

Pasal 349 KUHP:

“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.”

Pasal 348 KUHP:

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Karena sudah ada ketentuan yang mengatur lebih khusus yaitu UU Kesehatan, maka yang
berlaku adalah ketentuan pidana dalam UU Kesehatan bagi si bidan. Ini berarti si bidan dapat
dihukum karena melanggar Pasal 75 UU Kesehatan dengan ancamana hukuman sebagaimana
terdapat dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang telah disebutkan di atas.

Sedangkan bagi si laki-laki, Anda tidak menyebutkan apakah si laki-laki ikut menghasut si
perempuan atau tidak. Jika si laki-laki tidak melakukan tindakan apa-apa, maka ia tidak dapat
dihukum pidana.

Akan tetapi si laki-laki dapat dihukum karena hubungan seks yang dilakukan dengan pacarnya
yang masih anak-anak. Yang dimaksud dengan anak adalahseseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak - “UU Perlindungan Anak”).

Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Pelaku Persetubuhan Karena Suka Sama
Suka, Bisakah Dituntut?, orang yang melakukan persetubuhan dengan anak, meskipun
dilakukan atas dasar suka sama suka, dapat dijerat dengan Pasal 81 UU Perlindungan Anak,
yang selengkapnya berbunyi:

Pasal 81 UU Perlindungan Anak:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap
orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

4.

5.Sumber: https://news.unair.ac.id/2021/05/20/pentingnya-menerapkan-prinsip-etik-pada-
tindakan-keperawatan/?lang=id

Aspek etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di pelayanan.


Banyaknya kasus pelanggaran etik yang terjadi di Indonesia seperti bayi melepuh karena
ditinggal perawat, salah suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehinga terlambat
mendapatkan penanganan merupakan hal-hal yang masih saja terjadi dalam perawatan
pasien. Hal tersebut bisa saja terjadi karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika
dalam asuhan keperawatan. Penelitian oleh Haddad dan Eiger (2018) menunjukkan
banyaknya keluhan pasien karena ketidak pedulian perawat. Etika keperawatan adalah
pedoman bagi perawat di dalam memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang
diambilnya tetap memperhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-
unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien,
dokter, sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung.

Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu; otonomi (menghormati hak


pasien), non malficience (tidak merugikan pasien), beneficience (melakukan yang terbaik
bagi pasien), justice (bersikap adil kepada semua pasien), veracity (jujur kepada pasien dan
keluarga), fidelity (selalu menepati janji kepada pasien dan keluarga),
dan confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien). Etika keperawatan dan etika kesehatan
sampai saat ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas karena setiap hari perawat
berhadapan dengan masalah etik. Secara umum beberapa aspek prinsip etik yang sering
dilanggar secara tidak sadar oleh beberapa perawat adalah aspek otonomi, perawat terkadang
tidak meminta persetujuan sebelum melakukan tindakan karena dianggap pasien telah pasrah
kepada petugas kesehatan terhadap kesembuhannya. Pada banyak kasus terlihat bahwa
pelayanan yang diberikan perawat tidak sesuai dengan kode etik keperawatan yang telah
ditetapkan. Perawat ingin dikatakan profesional tetapi dalam proses pelaksanaan masih
belum sesuai dan melanggar dari kode etik yang telah ditetapkan.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan terkait survey penerapan prinsip etik bagi perawat
didapatkan hasil paling banyak adalah melakukan tindakan keperawatan
tanpa informed consent dan bersikap kurang peduli dengan pasien. Informed consent
merupakan penyampaian informasi dari dokter atau perawat kepada pasien sebelum suatu
tindakan medis dilakukan dan ini merupakan prinsip otonomy pada pasien. Hal ini penting
dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui risiko dan manfaat dari tindakan medis
yang akan dijalaninya. Selama ini memasang infus dianggap biasa dan merupakan prosedur
tetap bagi pasien untuk dipasang infus setiap ada yang masuk rumah sakit tanpa dijelaskan
terlebih dahulu dan bagi pasien pun ini sudah menjadi hal yang biasa. Padahal, saat akan
memasang infus dibutuhkan penjelasan dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Edukasi pada pasien merupakan salah satu penerapan prinsip etik beneficience pada pasien.
Banyak ditemui kejadian saat pasien masuk rumah sakit mereka tiba-tiba diminta
tanda tangan di atas selembar kertas tanpa tahu apa isi kertas tersebut. Berdasarkan
wawancara dan observasi lembar tersebut ternyata adalah lembar edukasi kepada pasien.
Jadi, banyak petugas kesehatan melupakan pemberian edukasi padahal hal tersebut sangat
penting bagi pasien dan keluarga. Rumah sakit tidak bisa melihat karena evaluasi hanya dari
dokumen yang lengkap dengan tanda tangan pasien dan keluarga.

Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian
bagi pasien. Kerugian tersebut dapat menyebabkan injury atau bahaya fisik, bahaya
emosional seperti perasaan ketidakpuasan, kecacatan bahkan kematian dan akhirnya tujuan
pelayanan yang berupa patient safety tidak akan pernah terwujud. Selain itu, akan
menyebabkan ketidakpuasan pasien yang akhirnya berdampak buruk pada citra perawat dan
pendapatan rumah sakit, pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan maka
tidak akan berobat kembali ke tempat tersebut karena merasa sudah tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan.
Dampak lain yang muncul pada perawat adalah perawat dipandang tidak sopan
dan buruknya image perawat oleh pasien, sehingga pasien kurang percaya dan meragukan
keahlian perawat. Perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya dalam
pelayanan keperawatan kepada pasien akan menimbulkan kepuasan kepada pasien,
mempertahankan hubungan antar perawat, pasien dengan petugas kesehatan lainnya,
sehingga klien merasa yakin terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Pasien merasa
lebih aman dan merasa pelayanan kesehatan yang diberikan berkualitas.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang 24 jam berada di samping pasien dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan seharusnya memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
senantiasa menjunjung kode etik keperawatan serta menerapkan prinsip-prinsip
etik keperawatan selama memberikan pelayanan. Kode etik keperawatan merupakan salah
satu pegangan kita sebagai perawat untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik
yang terjadi. Penerapan etik keperawatan memang tidak lepas dari pribadi perawat itu sendiri
dan faktor lain yang bisa berpengaruh antara lain perilaku caring dari seorang
perawat. Caring adalah sikap peduli pada pasien dengan sepenuh hati ingin membantu
pasien untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka. Dengan menerapkan perilaku caring
diharapkan penerapan prinsip etik akan meningkat dan perawat terhindar dari tindakan
malpraktik.
Penulis: Ilkafah

Judul artikel: Factors Related to Implementation of Nursing Care Ethical Principles


in Indonesia

Link artikel: https://www.jphres.org/index.php/jphres/article/view/2211


6. Sumber: https://mhomecare.co.id/blog/8-etika-keperawatan/

8 Etika Keperawatan Yang Wajib Diketahui Perawat

8 Etika Keperawatan – Sebagai seorang perawat atau calon perawat tentunya harus
mengetahui etika dan hukum dalam profesi sebagai landasan untuk bekerja
memberikan layanan keperawatan kepada masyarakat sehingga dijauhkan dari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Etika keperawatan adalah sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang perawat sebagai bagian
integral dari sikap hidup dalam mengemban tugasnya sebagai seorang perawat dengan
menerapkan norma-norma etis keperawatan dalam kehidupan profesi dan kehidupan
bermasyarakat.

Baca juga: Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan


8 Prinsip Etika Keperawatan
Berikut ini 8 prinsip etika keperawatan yang harus diketahui oleh perawat:

1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang
lain harus menghargainya.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini.

Contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik)


Prinsip ini tentunya menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.

Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan
karena alasan resiko serangan jantung.
Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara
umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas
kebaikan yang haruslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)
Prinsip ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan
memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan saat itu ada klien baru masuk serta ada juga klien
rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)


Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan
kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah.

Akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini
juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

Contoh Ny. B masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil,
suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.

Ny. B selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawat untuk menunda memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam
hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien yang harus dijaga privasi klien.

Contoh dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan juga harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat.

Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.

7.

5 Contoh Pelanggaran Kode Etik


Keperawatan
• Post authorBy Puput Purwanti
• Post dateNovember 17, 2018

Contoh Pelanggaran Kode Etik Keperawatan menjadi topik yang akan dibahas. Perawatan
atau dalam bahas inggris lebih dikenal sebagai Nurse berasal dari bahasa latin yang berarti
merawat atau memelihara. Perawata merupakan sebuat profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan
menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.

Dalam definisi moderen keperawatan diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang
memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau
keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2014, definisi keperawatan adalah
kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat.

Sebagai ebuah profesi yang lekat dengan masyarakat, tentunya dalam menjalankan tugasnya
seorang perawat harus memgang kode etik profesi. Kode etik merupakan persyaratan profesi
yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi.
Kode etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah
diterima oleh profesi. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung
antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta
kolaborasi yang maksimal.

Pada pelaksanaanya tentu saja, kerap ditemukan berbagai tindakan dalam keperawatan yang
tidak sesuai dengan kode etik. Bahkan banyak sekali perwat yang melakukannya. Tentu saja
hal ini dapat berimbas kepada kualitas dalam pelayanan kesehatan. Bahkan dalam beberapa
kasus malah dapat berujung kepada tindakan malpraktik. Nah, untuk mengetahuinya lenih
dalah maka beikut akan diuraikan mengenai 5 Contoh Pelanggaran Kode Etik Keperawatan.

1. Lalai Menjalankan Kewajiban Terhadap Pasien

Pelanggaran kode etik keperawatan yang pertama adalah bentuk kelalaian yang dilakukan
oleh perawat kepada pasien. Kelalaian ini dapat berupa kesalahan pemberian obat,
penanganan yang lambat, tidak sesuai dengan diagnosa hingga bahkan kesalahan dalam
menangani pasien. Sebut saja sebuah kasus yang pernah terjadi di wilayah Amerika Serikat.
Diaman seorang perawat memotong jari tangan bayi yang barus berusia tiga bulan. Bukannya
nelapor kepada dokter ia justru membuang jari tangan bayi tersebut.

Hal tersebut baru diketahui setelah seorang perawat lain melihat jari tangan sang bayi
berdarah. Setelah dicari cari kemudian barulah ditemukan potongan jari bayi tersebut di
dalam kotak sampah. Tentu saja hal ini membuat kita sedikit prihatin. Sebab, harusnya
seorang perawat mamou memberikan pelayanan yang baik dengan memberi penanganan
medis yang tepat. Namun jika hal yang demikian yang terjadi tentunya akan membuat
seorang perawat yang tadi dikatakan melanggar kode etik.

Sebagai manusia tentunya seorang perawat juga tidak luput dari kesalahan. Namun, ada
baiknya jika tetap berpegang kepada kode etik yang ada, sehingga kemudian nantinya akan
dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal demi kesembuhan pasien. Serta
juga meminimalisir kesalahan dan kelalaian dengan meningkatkan kualitas dan tanggung
jawab terhadap profesi.

2. Tidak Memberikan Perawatan Sesuai SOP

Dalam menangani dan memberikan perawatan kepada pasien tentunya perawat memiliki
SOP. Misalnya saja harua melakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu sebelum
memeberi perawatan. Atau juga misalnya penanganan untuk pasien luka bakar harus
menggunakan cairan yang tidak menimbulkan efek panas. Dalam beberapa kasus justru
terjadi kesalahan penanganan dimana perawat memberikan cairan yang terlalu panas,
sehingga malah membuat pasien merasa lebih terbakar.
Dalam hal ini tentu saja pelaksanaan SOP sangat didukung oleh skill dan kemampuan setiap
perawat. Hal ini berarti bahwa kualitas sangat dipengaruhi oleh pendidikan serta juga
akademi dimana para perawat tersebut menuntut ilmu. Maka kemudian sangat penting sekali
untuk kemudian memperhatikan asal akademi sanga perawat. Sebab pada faktanya kini
banyak sekali akademi perawat yang abal abal.

[AdSense-b]

Jika demikian maka tentu kualitas perawat yang dihasilkan sama sekali tidak akan mampy
memnuhi persyaratan. Penting juga untuk selalu berpatokan kepada SOP, Sebab SOP
memang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat dijalankan dan dilakukan sebagai sebuah
standar pelayanan yang diberikan terhadap pasien. Sehingga nantinya hal ini akan
mengurangi resiko kesalahan dalam memberikan perawatan kepada pasien.

3. Tidak Memberikan Informasi Secara Jelas

Bagi pasien informasi yang terkait dengan kondisi kesehatannya amatlah penting. Namun
dalam beberapa kasus banyak perawat yang tidak memberikan informasi secara gamblang.
Bahkan perawat terkesan cuek dengan pasien. Padalah hal yang demikian ini sama sekali
tidak dibenarkan, seharusnya perawat dan bersikao informatif dengan memberikan semua
informasi terkait dengan pasien.

Secara pribadi hal demikian banyak dilakukan oleh perawat yang bertugas di rumah sakit
negeri. Mereka bahkan terkesan galak dan kadang ogah ogahan. Berbeda dengan para
perawat dari rumah sakit swasta yang terkesan lebih ramah dan reaktif terhadap pasien.
Penilain semacam ini sudah umum dan memang demikian adanya. Ileh sebab itu rumah sakit
negeri cenderung memiliki rate review yang lebih rendah.

Kondisi ini tidak dapat diabaikan begitu saja sebab pastinya akan dapat menimbulkan
kebingungan bagi pasien. Tidak hanya itu, bagi keluarga pasien para perawat juga harus
bersikap informatif dan terbuka. Sehingga pihak keluarga akan merasa tenang dan yidak was
was lagi akan kondisi keliarganya yang sedang dirawat.

4. Tidak Menjaga Kerahasiaan Informasi Pasien

Dalam dunia medis, kerahasiaan informasi mengenai pasien adalah merupakan prioritas
utama. Kerahasiaan informasi ini merupakan hak pasien mutlak dan sebagai perawat anda
tidak boleh mengutarakannya kepada orang lain. Bahkan juga pihak keluarga, namun jika
kemudian pasien mempercayai pihak keluarga maka sebagai petigas kesehatan anda boleh
memberikan informasi dengan seizin pasien yang bersangkutan.

[AdSense-C]

Beberapa perawat terkadang malah saling membagikan informasi atas pasien yang sedang
mereka rawat bahkan juga kerap mengosipkannya. Tentu saja hal ini merupakan bentuk
pelanggaran etika keperawatan. Sebab informasi yang terkait dengan pasien harus benar
benar di jaga kerahasiaannya.

5. Tidak Berlaku Adil Kepada Pasien


Beberapa perawat kerap memberikan perlakuan yang berbeda kepada pasien berdasarkan
status sosialnya. Misalnya saja kepada pasien bpjs , mereka bersikap lebih galak dan garang.
Berbeda dengan pasien umum dimana mereka akan bersikap cenderung lebih ramah dan hati
hati.

Hal ini sudah umum terjadi dan menjadi pemandangan yang biasa. Sehingga hal ini jugalah
yang kemudian membuat para pasien merasa kapok dan membuat pandangan pasien terhadap
perawat menjadi sangat buruk. Hal ini tentu akn mempengaruhi integerutas perawat itu
sendiri.

Oleh sebab itu, maka sebagai perawat haruslah berlaku adil terhadap semua pasien. Tanpa
memandang bulu apakah pasien tersebut kaya atau miskin. Sebab perilaku yang demikian ini
selalin tidak patut dicontoh juga merupakan bentuk pelanggaran etika keperawatan.

8.sumber: https://mhomecare.co.id/blog/pelanggaran-kode-etik-keperawatan/
Daftar Pelanggaran Kode Etik Keperawatan dan Sanksinya
Redaksi MHomecare

15 December 2021

in Tenaga Kesehatan

Pelanggaran kode etik keperawatan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pelanggaran ringan,
sedang, dan berat. Masing-masing kategori pelanggaran mempunyai sanksi yang berbeda-
beda yang diatur secara internal maupun keorganisasian dari Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).
Kode etik keperawatan adalah pedoman standar profesional yang digunakan untuk mengatur
perilaku perawat dalam melaksanakan setiap tugas atau fungsi keperawatan. Di Indonesia,
kode etik keperawatan disusun oleh PPNI dan berlaku untuk seluruh perawat di Indonesia.

Setiap perawat wajib memegang teguh kode etik keperawatan agar dapat menjalankan tugas
atau fungsinya dengan baik tanpa menimbulkan risiko kerja yang merugikan diri sendiri
maupun pihak lain.

Baca juga: Pengertian Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI dan ICN
Daftar Kasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Ringan, Sedang, dan Berat Beserta
Sanksinya
Berikut daftar contoh kasus pelanggaran kode etik keperawatan yang bersifat ringan, sedang,
dan berat.

1. Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Ringan


Berikut daftar pelanggaran kode etik keperawatan yang tergolong atau bersifat ringan:
▪ Tidak mengenakan pakaian perawat dengan atribut yang lengkap.

▪ Tidak mengenakan pakaian dinas saat bertugas.

▪ Datang terlambat ketika bertugas.

▪ Tidak mengisi daftar hadir saat bertugas.

▪ Pergi atau pulang lebih awal tidak pada jam yang seharusnya tanpa keterangan.
1.1. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Bersifat Ringan
Perawat yang melanggar kode etik keperawatan bersifat ringan ini akan mendapatkan sanksi
dari kepala ruangan atau seksi perawatan berupa:

▪ Teguran langsung secara lisan dan maksimal hanya sebanyak 3 (tiga) kali.

▪ Membuat dan menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi pelanggaran


kode etik yang sama.
2. Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Sedang
Berikut daftar pelanggaran kode etik keperawatan yang tergolong atau bersifat sedang:

▪ Kerap melakukan pelanggaran kode etik yang bersifat ringan seperti tidak
mengenakan pakaian dinas dengan atribut lengkap, datang terlambat, pergi atau
pulang lebih awal tanpa keterangan yang dapat dipertanggung jawabkan.

▪ Kerap berbohong atau tidak jujur.

▪ Tidak cermat dalam bekerja.

▪ Tidak tertib saat bekerja.

▪ Tidak melaksanakan tugas dengan baik.

▪ Tidak bisa bekerja sama dengan baik secara tim.

▪ Tidak mempunyai tenggang rasa terhadap teman sejawat atau rekan kerja.

▪ Berperilaku buruk atau negatif sehingga tidak bisa memberikan contoh baik pada
rekan sejawat.

▪ Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap barang-barang inventaris di tempat


kerja.

▪ Menjadi perantara dalam merekrut orang lain untuk tujuan mendapatkan keuntungan
pribadi di tempat kerja.
2.1. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Bersifat Sedang
Perawat yang melanggar kode etik keperawatan bersifat sedang ini akan mendapatkan sanksi
dari kepala seksi perawatan berupa:

▪ Teguran langsung secara lisan dan maksimal hanya sebanyak 2 (dua) kali.

▪ Teguran secara tertulis.

▪ Mendapatkan pemotongan cuti tahunan.


3. Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Berat
Berikut daftar pelanggaran kode etik keperawatan yang tergolong atau bersifat berat:

▪ Melakukan tindakan yang menyebabkan kehormatan atau martabat rumah sakit


maupun kedinasan tercoreng.

▪ Melakukan penyalahgunaan wewenang demi kepentingan pribadi.

▪ Melakukan penyelewengan atau penyalahgunaan barang, uang, surat, dan lainnya


milik rumah sakit.

▪ Menggunakan atau menjual belikan barang maupun dokumen milik rumah sakit
secara ilegal.

▪ Memiliki dokumen, surat, atau barang-barang punya rumah sakit secara pribadi tanpa
izin.
3.1. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Bersifat Sedang
Perawat yang melanggar kode etik keperawatan bersifat berat ini akan mendapatkan sanksi
dari Kepala Bidang Perawatan atau jika perlu akan dilimpahkan pada Direktur berupa:

▪ Teguran secara tertulis.

▪ Membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran yang
telah dilakukan.

▪ Mendapatkan penurunan nilai DP 3.

9.

Anda mungkin juga menyukai