Anda di halaman 1dari 9

Bab I.

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan keperawatan
bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan
dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai
profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta
ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi
praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu,
keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta
menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat
interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja
maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik
pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari oleh
ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat.
Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran
praktek keperawatan lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun
pelanggaran terkait dengan masalah hukum.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana yang disebut dengan Implikasi Etik Terhadap Metode Pelayanan Kritis ?
2) Apa metode umum dalam pelayanan Krisis ?
3) Bagaimana cara memahami impilkasi etik ?
4) Apa apa saja permasalahan impilkasi etik ?
3. Tujuan
1) Untuk memehami implikasi etik terhadap metode pelayanan krisis
2) Mengetahui metode umum pelayanan krisis
3) Memahami implikasi etik
4) Untuk mengetahui permasalahan yang timbul akibat implikasi etik
1

Bab II. Isi


Implikasi Etik Terhadap Metode Pelayanan Kritis
Lembaga survei Gallup melaporkan bahwa pandangan masyarakat terhadap profesi perawat
adalah sebagai profesi yang paling etis dan jujur. Tingkat kepercayaan ini merendahkan dan
merupakan pengingat akan tanggung jawab yang besar tentang sikap profesi keperawatan. American
Nurses Association ( ANA ) memberikan kode etik dengan persyaratan yang tak terbantahkan untuk
praktik professional. Salah satu dari 9 ketetapan negara perawat mempromosikan, pendukung untuk
melindungi hak hak, kesehatan dan keselamatan pasien. Untuk memenuhi kewajiban, perawat
harus memperbaiki kompetensi kilnis, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk mengenal situasi yang
dapat merusak kualitas dan pelayanan pasien dan bekerja dalam sistem yang mendukung mereka
melakukannya.
Pelayanan perawatan kritis bekerja dalam sistem yang kompleks, cepat berubah, dan tekanan
dengan keuangan dan tenaga kerja. Sebuah tanggapan untuk tantangan ini adalah mencari jalan
pintas untuk membuat sistem kerja yang tidak cukup atau merugikan perawat dalam menyelesaikan
hasil pekerjaan sesuai keinginan pasien. Meskipun mungkin tujuannya baik untuk membuat hasil
yang diinginkan, metode yang dibuat oleh perawat belum diakui etik dan keselamatannya. Metode
yang menyimpang dari praktik dan prosedur yang berlaku yang muncul dalam merespon berbagai
faktor organisasi, personal, dan sistemik. Terlepas dari berkonstribusi pada faktor, dampak metode
adalah proses sistem untuk memberikan perlindungan dari kesalahan dan cedera yang dielakkan,
sehingga menempatkan pasien dengan resiko. Menurut kode etik perawat ANA, kewajiban utama
untuk pasien kami adalah kewajiban yang profesional untuk mencegah bahaya, metode ini melanggar
prinsip dasar praktik etika keperawatan.
Metode Umum dalam Pelayanan Kritis
Berbagai jenis metode dapat terjadi dalam penentuan pelayanan kritis. Dua yang paling
umum adalah verifikasi obat dan penyalahgunaan alat pelindung diri ( APS ). Contoh contoh ini
bermanfaat untuk memeriksa konsekuen etis dari metode yang ada. Pelayanan perawatan kritis
menghabiskan sebagian besar pelayanan mereka sehari hari dalam memberikan obat obatan
kepada pasien. Proses ini dapat menyebakan kesalahan dan kerugian. Contoh kasus :
Disaat pemeriksaan pasien, perawat harus memakai handscoon (salah satu dari APD)
untuk melindungi dirinya dari kuman atau bakteri yang dapat merugikan kesehatan
perawat tersebut. Atau jika ada 10 pasien, perawat yang bertugas harus mengganti
handscoon disetiap pemeriksaan agar pasien yang diperiksa terakhir tidak terkena
kuman atau bakteri dari pasien pasien yang telah diperiksa sebelumya. Karena setiap
pasien memiliki penyakit yang berbeda, jika handscoon tidak diganti, itu hanya
melindungi perawat saja tetapi tidak pada pasien.
Pemberian obat barcode adalah sistem yang umum untuk mencegah kesalahan tersebut.
Biasanya, proses pemberian pengobatan barcode berhubungan dengan electronic medication
2

administration record ( EMAR ). Obat obatan dan gelang identifikasi pasien memiliki barcode
yang terkait dengan EMAR, obat yang diisolasi dengan cara mengidentifikasi mereka sebagai pasien
khusus, dan ada pemeriksaan yang lebih sebelum pemberian obat. Diharapkan pemeriksaan
keamanan terhadap obat obatan dan pasien terscan selama proses ini dan melalui EMAR. Proses
scan juga berfungsi untuk memberikan dokumentasi terhadap waktu pemberian obat dan data yang
terkait seperti TTV ( tanda tanda vital ), alasan mengapa telatnya pemberian obat, reaksi pasien
terhadap obat, dan alasan mengapa obat dilanjutkan. Banyak rumah sakit menggunakan sistem
verifikasi obat scan barcode ditambah dengan EMAR untuk meningkatkan pemberian obat yang
aman. Dalam contoh sebuah kasus :
Melody, seorang yang bertugas pada unit telemetry, mencatat bahwa perawat lain,
Janice, yang memeriksa paket obat kosong (plasebo) selama lulus pengobatan. Melody
bertanya kepada janice tentang praktik dan menjelaskan bahwa waktu barcode pada
obat gagal dan proses ini membantunya memastikan bahwa dia bisa memberi obat
kepada pasiennya dengan tepat waktu.
Pemberian obat barcode adalah proses yang paling umum digunakan di mana perawat
mengembangkan metodenya dalam literatur keperawatan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
jumlah setiap langkah dalam proses yang bergantung dengan teknologi, termasuk daya sinyal
wireless yang konsisten untuk mendukung fungsi perangkat keras dan identifikasi pasien dapat dibaca
pada kedua gelang dan obat obatan. Faktor lainnya termasuk hilangnya barcode label pada obat,
minimnya ketersediaan obat, gangguan dan situasi mendesak.
Metode lain yang berpotensi dalam ketentuan pelayanan kritis adalah penyalahgunaan PPE.
Penularan penyakit membutuhkan infeksi suatu organisme, penerima yang rentan organisme, dan cara
penularan dari sumber kepada penerima. Unit perawatan intensif melayani pasien yang sering
terancam dan beresiko untuk pengembangan infeksi yang diperoleh dirumah sakit. Akibatnya,
pelayanan pada pasien akut sering mengharuskan perawat untuk menggunakan beberapa jenis APD
( alat pelindung diri ) untuk melindungi pasien atau diri mereka sendiri dari penularan penyakit atau
terkontaminasi. Contohnya :
Jenny, seorang perawat dari unit pelayanan intensif bedah, melihat ada seorang
rekannya memasuki ruang pasien tanpa memerlukan APD. Dia mengingatkan
rekannya tentang pentingnya menggunakan APD untuk mencegah infeksi. Rekan
merespon saya hanya sebentar didalam dan tidak menyentuh apapun.
Perbedaan dalam penggunaan APD dan tindakan keamanan lainnya menempatkan perawat
dan pasien pada resiko. Perawat sering tidak menanamkan dalam praktik mereka pentingnya langkah
langkah mencegah infeksi. Selain itu, urutan yang tepat membersihkan tangan, penggunaan APD,
dan menggunakan produk di mana mempromosikan keselamatan seperti pelindungan benda tajam
yang tercatat menjadi rentan terhadap pelayanan.
Seringkali perawat memecahkan sistem yang dirancang tidak sempurna yang mempengaruhi
alur kerja dengan adaptasi awal yang menggambarkan kekhawatiran pada saat itu, yang dikenal
sebagai orde pertama pemecahan masalah. Dibutuhkan perhatian yang lebih teliti dan menyeluruh di
setiap organisasi ( orde kedua pemecahan masalah ), memakan waktu dan tidak mungkin terjadi.
3

Akibatnya, kemungkinan muncul penyimpangan dari harapan menjadi praktik baru sebagai perawat
yang bertahan dalam menggunakan metode alternatif secara individual untuk mengatasi rancangan
alur kerja yang buruk.
Implikasi etik
Ketika mengambil keputusan klinis perawat seringkali mengandalkan pertimbangan mereka prinsip
etik. Prinsip etik mengarahkan upaya pertimbangan keputusan etik yang tepat dan benar dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Perawat adalah baris pertama dari perlindungan
keselamatan dan bertanggungjawab untuk praktik keperawatan mereka sendiri dan mengikuti standar
yang ditetapkan dan prosesnya.
Setiap kali perawat bertindak dengan cara yang berlawanan dari praktik standar, memungkinkan
sistem tidak aman untuk bertahan. Ketika perawat gagal mengenali implikasi dari metode pada
integritas mereka sebagai perawat, perbedaan praktik profesional dapat menjadi begitu normal jika
mereka tidak lagi di proses. Seiring waktu, praktik tersebut dapat berkontribusi untuk perawat dengan
pelayanan yang tidak memuaskan, evaluasi (pemecatan), dan lingkungan kerja yang tidak sehat.
Adapun permasalahan etik yang sering muncul, seperti berkata tidak jujur (bohong), abortus,
menghentikan pengobatan, penghentian pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi
organ serta beberapa permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan,
seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan
rekomendasi pasien pada dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran
merawat dan mengobati. Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berkaitan dengan masalah
etik yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1. Konflik etik antara teman sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien.
Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu
mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya
untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik
antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain
pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat
yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan
bijaksana.
contoh :
Seorang perawat melihat rekannya tidak memakai ADP saat pemeriksaan pasien, lalu perawat
tersebut memanggil temannya dan memberitahu bahwa penggunaan ADP sangat penting saat
melakukan pemeriksaan, karena selain berdampak buruk bagi perawat itu sendiri juga dapat
menurunkan kinerja yang buruk bagi rumah sakit.
2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan
asalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan sebagai
alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk
mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja
terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
4

keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak
memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya,
yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi
konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
Contoh :
Seorang pasien yang terkena tumor diusus, yang mengharuskannya untuk melakukan operasi,
namun ia menolak dengan tegas melakukan operasi karena ia mempercayai bahwa
pengobatan herbal bisa membuatnya sembuh, dalam keadaan ini perawat harus membuat
surat penolakan pengobatan dan harus ditanda tangani oleh pasien tersebut, agar tidak ada
masalah kedepannya apabila terjadi sesuatu kepada pasien.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai faktor sering kali peran ini menjadai
kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan
asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi
di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian, Sciortio menyatakan
bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering
timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negaranegara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi
besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang
kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para
pelaku asuhan keperawatan hal ini semakin tidak jelas penyelesaiannya.
Contoh :
4. Berkata jujur atau tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa,
saat itu ia berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai
kaedah asuhan keperawatan.
Contoh :
sering terjadi pada pasien terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan
kondisinya, sering kali perawat menjawab tidak apa apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik,
suntikn ini tidak sakit. Itu dilakukan dengan tujuan untuk menyenagkan hati pasien dan tidak
membuat pasien sedih dengan kondisin yang sebenarnya dan tidak mau pasien takut akan
perawatan yang diberikan, akan tetapi perawat tersebut mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat pasien sedih dan menurunkan motivasinya untuk sembuh dan
bila perawat tidak berkata jujur , maka melanggar prinsip etik ( confidentility)
5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri
barang-barang sepele/kecil.
Contoh :
seorang pasien yang sudah meninggal dan setelah pesien meninggal ada barang barang
5

berupa obat obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya
membereskan obat obatab tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa ijin
dari keluarga pasien, memang benar tidak ada artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga pasien
kemungkinan hal lain. Pada saat kondisi seperti ini komunikasi dan informasi yang jelas
terhadap keluarga pasien dan ijin mereka sangat penting, karena bagaimanapun keluarga
harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa
menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap
tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.
Selain itu ada juga permasalahan etik yang terjadi yaitu :
1) Malpraktek
Balcks law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai kesalahan profesional
atau kurangnya keterampilan tidak masuk akal kegagalan atau satu layanan render
profesional untuk melatih bahwa tingkat keterampilan dan pembelajaran umum diterapkan
dalam semua keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijaksana profesi dengan hasil
dari cedera, kerugian atau kerusakan kepada penerima layanan tersebut atau mereka yang
berhak untuk bergantung pada mereka.
Malpraktek dapat terjadi dikarenakan tindakan yang disengaja (intentional) seperti
pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurangmahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005)
.
2) Neglience ( Kelalaian )
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
a) Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
b) Kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut. (amir dan hanafiah, 1998).
c) Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hatihati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada
tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang
telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim
dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama.

1. Jenis jenis Kelalaian :


a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak.
Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
b. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat.
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap
lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak melakukan
tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus terdapat
hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
menurunkan Proximate cause.
2. Dampak Kelalaian
1) Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy,
justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan
menggunakan dilema etik.
2) Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara
individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan,
dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339,
360 dan 361 KUHP).
3) Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.
Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan
sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan
dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi
dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek
antara lain disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan
pasien.

Strategi Penyelesaian Masalah Etik


Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup
kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi
dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail,
1988)Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics
Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan
masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat
permasalahan etis.

Bab III. Penutup


1. Kesimpulan
1) Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi
antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan
penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat
keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang
menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang
diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat
dipertahankan.
2) Permasalahan etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
6. Konflik etik antara teman sejawat
7. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan
8. Masalah antara peran merawat dan mengobati
9. Berkata jujur atau tidak jujur
10. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
3) Strategi Penyelesaian Masalah Etik
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak
menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan
masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan
kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988)Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis
adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics Rounds ) yang melibatkan perawat dengan
dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk
melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.

Anda mungkin juga menyukai