Anda di halaman 1dari 6

ASPEK YANG DAPAT BERPENGARUH DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN MASALAH ETIK DI RUANG


EMERGENSI

Di Susun Oleh :
Misbah Nur Jannah
NIM : 136070300111045
Peminatan Emergensi

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013
Analisis Masalah
Pada saat ini, di Rumah Sakit terutama di ruang emergensi pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mencegah kematian dan mencegah kecacatan
permanen pada klien. Biasanya kematian disebabkan oleh kelainan pada fisiologis dan
lambatnya pertolongan yang diberikan pada klien. kematian yang disebabkan oleh kelainan
fisiologis ini bukan hanya dapat terjadi pada kasus emergensi di luar rumah sakit (pre
hospital), tetapi juga sering terjadi di dalam rumah sakit, terutama di ruang emergensi.
Dari fenomena ini tindakan yang harus dilakukan adalah berkaitan dengan waktu yang
tepat dan cepat untuk mengurangi resiko kematian dan cacat permenen (Shah, 2006).
Saat ini telah berkembang penelitian tentang evdance based dalam pengambilan
keputusan. Dimana pengambilan keputusan terhadap klien tentang kondisi dan tindakan
yang harus dilakukan dengan segara karena bersaing dengan waktu, dinamakan
pengambilan keputusan berpusat pada klien. Di dalam pengambilan keputusan berpusat
pada klien, komponen yang paling berpengaruh adalah pendidikan dan pengetahuan
perawat dalam pengambilan keputusan. Dimana semakin tinggi pendidikan perawat dan
pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan tentang kondisi klien, maka
hasil yang diharapkan adalah semakin berkaulitas keputusan yang diambil untuk
menyelamatkan nyawa klien (Saul J Weiner, et al, 2013).
Akan tetapi masih banyak tantangan dalam etik pengambilan keputusan di ruang
emergensi untuk kasus gawat darurat. Dikatakan etik atau dilema etik dalam pengambilan
keputusan, karena disebabkan oleh keputusan dan etik yang diambil sering kali bertolak
belakang dengan pekerjaan perawat yang sebenarnya. Bahkan dari banyaknya hasil
penelitian tentang tantangan etik dalam pekerjaan perawat untuk mengambil suatu
keputusan, tetapi tidak ada studi yang empiris yang berkaitan dengan etika dalam
pengambilan keputusan yang terjadi di bangsal gawat darurat. Hal ini dapat saja berkaitan
pada fasilitas yang tersedia di rumah sakit maupun klinik, dan juga SDM yang kurang
dalam memberikan pelayanan kepada klien, ataupun tingkat pendidikan dan pengalaman
petugas kesehatan yang masih rendah sehingga mempengaruhi kualitas keputusan yang
diambil untuk penyelamatan klien (Anne Drayer, 2011).
Dalam penyelamatan jiwa klien perawat harus memperhatikan bahwa semua klien
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan perlindungan selama di rawat. Menurut UU
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen salah satunya adalah bertujuan
untuk mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa. Yang artinya bahwa perawat berhak
memberikan perlindungan kepada klien yang dirawat dari tindakan malpraktik yang sering
terjadi di masyarakat. Upaya untuk menghindarkan klien dari akses negatif ini dengan
memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada klien.
Menurut Permenkes Nomor 148 Tahun 2010 Pasal 10 Tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat, dimana perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan juga dilindungi secara hukum dan perawat diperbolehkan melakukan
tindakan diluar kewenagannya dalam upaya penyelamatan jiwa klien. hal ini didasarkan
pada letak geografis dari negara Indonesia yang sangat luas dan berjauhan, sehingga sangat
sulit dijangkau oleh transportasi, dan biasanya transportasi yang tersedia juga sangat
minimal. Selain jarak antara desa dan kota yang memiliki fasilitas pelayanan yang lebih
lengkap biasanya jaraknya sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk
menjangkau daerah tersebut. Sehingga perawat membutuhkan perlindungan hukum dalam
memberikan pelayanan gawat darurat kepada klien di daerah terpencil di luar dari
kewenangannya.
Tujuan
Perawat emergensi dapat mengambil keputusan dalam keadaan gawat darurat
dengan tetap memahami prinsip moral etik, langkah- langkah yang harus dilakukan dalam
pengambilan keputusan, faktor psikologis dari dalam diri perawat yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Dan apabila faktor psikologis tersebut berupa
reaksi negaatif maka perawat dapat meminimalkan terjadinya faktor psikologis tersebut,
tetapi sebaliknya apabila reaksi tersebut berupa reaksi positif maka dapat membantu dalam
pengambilan keputusan. Selain itu yang perlu diperhatikan pula adalah faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan bukan hanya dari perawat tetapi juga dari
lingkungan sekitarnya.

Pembahasan
Menurut Fry, et al (1991) teori dasar atau prinsip-prinsip etika merupakan
penuntun untuk membuat keputusan etis praktik profesional. Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsp dan aturan-aturan yang
berlaku dalam upaya penyelamatan nyawa klien. Karena yang sering terjadi adalah
perawat mempunyai kewajiban untuk penyelamatan nyawa klien dan sering bertentangan
prinsip etik dan dengan etika keperawatan yang berlaku. Sehingga berefek pada
pengambilan keputusan yang dibuat oleh perawat, dan diperlukannya tindakan selanjutnya
untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang adil pada klien di pelayanan
keperawatan. Para ahli falsafah moral telah mengembangkan beberapa teori etik.
Dimana prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga
membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. Karena
prinsip moral etik ini merupakan hak dari pasien untuk dipenuhi oleh perawat dalam
menerima pelayanan kesehatan dan kewajiban bagi perawat untuk memberikan pelayanan
yang terbaik bagi klien. dengan perawat tetap memperhatikan prinsip moral etik ini hasil
yang diharapkan adalah keputusan yang terbaik untuk klien dalam menerima pelayanan
kesehatan (Jhon Stone, 1989).
Menurut Jhon Stone (1989) komponen yang terdapat dalam mengambil keputusan
terhadap klien adalah dengan tetap memperhatikan prinsip moral etik yang merupakan hak
klien dan kewajiban perawat untuk melakukannya. prinsip moral etik tersebut adalah,
sebagai berikut : autonomi, benefisiense, justice, non maleficience, veracity, right, fidelity,
confidentiality, dan akuntability. Dalam prinsip autonomi, dimana klien secara logika dan
dewasa dapat membuat keputusan terhadap dirinya sendiri tentang tindakan yang akan
diberikan oleh petugas kesehatan. Hal ini bertujuan untuk menghargai manusia sehingga
memperlakukan klien sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya sendiri. Benefisiense adalah dimana perawat
hanya melakukan yang terbaik bagi klien dan tidak melakukan hal-hal yang bersifat
merugikan klien, akan tetapi prinsip ini sering kali bertentangan dengan prinsip otonomi
pada klien. prinsip moral justice merupakan prinsip moral dimana perawat dapat berlaku
adil terhadap klien, yang berarti bukan adil dalam memberikan kontribusi yang sama
dengan klien satu dengan yang lainnya, tetapi adil dalam hal klien memperoleh tindakan
sesuai dengan kondisi yang dialami, seperti terapi yang seharusnya diberikan kepada klien.
Nonmalefisiense, dimana perawat menghindarkan klien dari tindakan yang merugikan baik
dari fisik maupun psikologis. Veracity, dimana perawat wajib memberitahukan keadaan
yang sebenarnya tentang keadaan klien dan tidak membohongi klien, tetapi apabila klien
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk diberitahu tentang keadaanya, maka
informasi yang diberikan dapat ditunda sampai klien dapat menerima informasi. Right,
dimana perawat memiliki kewajiban untuk mempertahankan kehidupan klien, melakukan
yang terbaik pada klien walaupun kliendalam keadaan terminal. Fidelity, dimana perawat
tetap setia pada komitmennya, misalkan menepati janji pada klien dan menyimpan rahasia
yang pada klien, serta berlaku caring. Confidentiality, adalah dimana perawat menjaga
kerahasiaan yang dimiliki oleh klien baik berupa catatan kesehatan klien yang diketahui
oleh perawat, dan rahasia ini hanya akan di buka apabila berkaitan dengan hukum.
Akuntabilitas, adalah dimana perawat harus bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien, sebagai suatu sikap yang profesional yang harus
dilaksanakan oleh perawat dalam melakukan tindakan.
Untuk mengambil sebuah keputusan dalam menyelesaikan masalah ada beberapa
langkah yang harus diperhatikan, yaitu : mengidentifikasi masalah kesehatan, dilakukan
oleh perawat untuk melakukan pengkajian kepada masalah yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien, dan perawat
hendaknya membuat daftar semua masalah yang dihadapi. Setelah melakukan identifikasi
semua masalah, selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah etik yang ada pada hasil
identifikasi masalah tersebut, masalah etik dapat terjadi pada klien maupun pada perawat.
Selanjutnya adalah mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan,
yang terlibat bukan hanya antara perawat dan klien tetapi juga petugas kesehatan yang lain
dan keluarga klien. Dan setelah itu perawat dapat melakukan identifikasi peran perawat
dalam masalah yang dihadapi oleh klien, sampai sejauh mana perawat terlibat dalam kasus
tersebut. Apabila perawat terlibat dalam pengambilan keputusan, maka perawat dapat
mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dapat dilaksanakan
sebagai upaya dalam memecahkan masalah, dengan mempertimbangkan besar dan
kecilnya konsekuensi yang dihadapi dalam setiap alternatif keputusan yang sudah
diidentifikasi tersebut. karena dengan mempertimbangkan sumua konsekuensinya maka
hasil yang diharapkan adalah dengan memberi keputusan yang dianggap baik. Walaupun
keputusan telah dikeluarkan, tetapi perawat dapat meninjau ulang denagn
mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien. Dalam falsafah keperawatan ada beberapa hal yang harus dilihat
kembali adalah pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, pelayanan keperawatan memandang manusia secara holistik, pelayanan
keperawatan diberikan secara humanistik, menghargai dan menghormati martabat
manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi setiap
manusia, bersifat universal, pelayanan memandang klien sebagai partner aktif. Apabila
semua telah dipertimbangkan maka hasil keputusandapat dilakukan, dan kemudian
kemudian dapat melakukan analisa situasi pada keadaan klien dengan hasil aktual dari
keputusan yang telah dapat dinilai, dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat
keputusan/intervensi berikutnya (murphy and Murphy dalam Mimin Emi Suhaimin, 2004).
Menurut Janis & Mann (1977) ada beberapa faktor psikologis yang terjadi
berdasarkan proses kognitif, perubahan sikap, dan interaksi sosial yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan terutama di ruang emergensi. Appraising the
Challeng, hal ini sangat tergantung sekali dengan kemampuan komunikasi perawat dalam
menyampaikan kasus yang dihadapi oleh klien, dan hal ini banyak di dukung oleh
beberapa faktor yaitu predisposisi kepribadian dan mood klien pada saat menerima
informasi. Dan perawat harus menerima respon dari klien baik itu respon positif dan
negatif. Surveying alternatives, sangat tergantung pada kemampuan klien dalam
memberikan alternatif jawaban dengan melihat kondisi klien. Weighing alternatives,
menilai kemampuan kognitif perawat dalam menilai kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi pada alternatif yang sudah ditentukan olehnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh klien dalam pengambilan keputusan.
Deliberating about commitment, hal ini tergantung dengan kemampuan perawat dalam
bersosialisasi, atau kemampuan klien dalam mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat
diketahui oleh orang lain akan kemampuan dirinya. Adhering despite negative feedback,
keputusan yang telah diambil oleh perawat bisa dipertahankan terhadap resiko yang datang
kemudian.
Dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat pada kasus emergensi juga
terdapat faktor-faktor yang ikut berpengaruh untuk mencapai keputusan yang terbaik yaitu:
Preference yaitu suatu keinginan dan minat, harapan dan tujuan yang akan dicapai untuk
mendapatkan tujuan yang konkret dengan menilai beberapa item terlebih dahulu untuk
menunjang hasil yang lainnya. Circumstance yaitu faktor dari luar individu seperti orang
lain, lingkungan di sekitar individu yang ikut mempengaruhi ketika keputusan diambil, hal
ini dapat dilakukan dengan adanya teman sejawat atau petugas kesehatan klien yang
mengingatkan tentang kondisi klien dalam melakukan tindakan harus senyaman mungkin.
Belief mengaitkan antara hipotesa, pengalaman serta teori-teori yang akan digunakan. Hal
ini sangat dibutuhkan dalam melakukan tindakan agar lebih percaya diri. Emotions ini
terkait dengan rasa, reaksi positif dan negatif terhadap perubahan kondisi, orang lain dan
juga alternatif. Apabila reaksi positif maka perawat dapat melanjutkan rencana tindakan
dari keputusan yang diambil, tetapi apabila negatif perawat dapat mengidentifikasi kembali
kesalahan-kesalahan yang ada untuk membuat alternatif yang lain. Action yaitu berkaitan
dengan interaksi aktif yang terjadi antara si pengambil keputusan dengan lingkungan,
mencakup pencarian informasi, bertukar pikiran dan perencanaan. Hal ini sangat
diperlukan karena harus ada kolaborasi antara perawat dengan petugas lainnya dalam
penagmbilan keputusan (Kemdal & Montgomery dalam Svenson, 1997).

Kesimpulan
Dalam membuat keputusan yang ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
prinsip moral etik yang merupakan hak dari klien dan kewajiban dari perawat dalam
melakukan prinsip tersebut yang terkadang saling bertolak belakang dan sampai saat ini
masih menjadi tantangan bagi perawat. Kemudian adalah langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan harus sangat diperhatikan dan harus dibantu oleh petugas
kesehatan yang lain atau siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Selain itu,
faktor psikologis dari perawat juga sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan,
karena faktor psikologis dapat didasari oleh proses kognitif, perubahan sikap, dan interaksi
sosial dari perawat. Selain itu pula ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan baik itu reaksi yang bersifat positif maupun negatif yang diberikan
oleh klien maupun dari mitra kerja perawat dalam melakukan kolaborasi tindakan
keperawatan. Jadi, dalam pengambilan keputusan ke empat komponen tersebut harus
diperhatikan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan masing-masing
komponen tentang penjelasan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dreyer, A., & Reidun, F, et al. 2011. Ethical decision-making in nursing homes: Influence
of organizational factors, Aalesund University College/Section for Medical Ethics,
Department of General Practice and Community Medicine, University of Oslo,
Norway. sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav

Janis, L. J., & Mann, L. (1977). Decision Making: A Psychological Analysis of Conflict,
Choise, and Commitment. New York: Free Press, macmillan Publishing Co, Inc.

Langeland Kari & Sorlie Venke. 2010. Ethical challenge in nursing emergency practice.
Journal of clinical nursing, 20, 2064-2070.

Pantazopoulos, I, et al. 2011. Nurses experience, attitudes and perceptions ”Factors


influencing nurses’ decisions to activate medical Emergency teams. Journal of
clinical nursing, 21, 2668–2678

Puteh, A. M. 2011. Aspek Etika Dalam Keperawatan Kritis.


www:http//dilemaetik.wordpress. diakses tanggal 13 desember 2013

Shah, M (2006) The formation of the emergency medical services system. American
Journal of Public Health, 96, 414–423.

Stone Jhon B James. 1989. Furniture finishing and refimshing. Lane books. California

Suhaemi emi mimin. 2004. Etika keperawatan; aplikasi pada praktik. EGC. Jakarta

Svenson, Ola, et. al. 1997. Decision Making and Cognitive Model. London: Rout ledge.

Weiner, J, Saul, et al. 2013. Patient-Centered Decision Making and Health Care Outcomes
An Observational Study, Original Research, Annals of Internal Medicine,158 (8)

Anda mungkin juga menyukai