Anda di halaman 1dari 31

DIMENSI ETIS DAN

LEGAL DALAM PRAKTEK


KEPERAWATAN KRITIS

NURUL IKLIMA, S.KEP.,NERS,


M.KEP
Content 
1. Konsep Etika
2. Dimensi Etis di Area Critical Care
3. Dimensi Legal di Area Critical Care
Latar Belakang
Perawat ICU

Tidak kebal terhadap


Dilema Distress
Ketidakpastian Moral

Berhubungan dengan Tetapi etik dapat


isu-isu etis menyokong perawat
Withdrawling and dalam melakukan
witholding, tentang tugas-tugas moral dan
Menjadikan isu-isu etik
Do Not Resusciate memperjelas isu-isu
lebih relavan, sangat
(DNR), arus ada
mendesak dan sulit
kecanggiahan
teknologi yang tidak
akan pernah akan Masyarakat kita tampaknya lebih suka berperkara dibanding
berakhir dalam dulu dan jumlah malpraktik yang melibatkan nama atau
perawatan kritis perawat meningkat. Isu seperti penolakan dan penghentian
pengobatan telah lluas didiskusikan dan ditulis, meskipun
badan pembuat undang-undang telah bertindak sehingga
status harapan hidup telah diaktifkan pada beberapa yuridikasi
Tujuan

Tujuan pembelajaran ini kita mampu menganalisis


aspek etis dan legal dalam praktek professional
dalam lingkup keperawatan kritis
Konsep Etika
Pertimbangan
Etika Ethos
pembuatan Keputusan

Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar
atau apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai
yang ada dalam organisasi dan diri pribadi

Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa


yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan
keperawatan kritis

Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi


yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain
Konsep Etika
Tujuan etika profesi Menurut American Ethics
keperawatan Commission Bureau on Teaching

1. Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktek


keperawaatan, membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah
moral yang terjadi dalam praktek keperawatan.

2. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat


dipertanggung jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
Konsep Etika
Tujuan kode etik keperawatan (Koizer,2011)

1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.

2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.

3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk


mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.

4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional


Dimensi Etis di Area Critical Care
Autonomy Fidelity

Beneficience Veracity

Non Malificience Confidenciality

Justice Accountability
Dimensi Etis di Area Critical Care
Autonomy

Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini
setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti
menghargai pasien untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan
individu secara holistik
Dimensi Etis di Area Critical Care
Beneficience

Keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis dan
keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik
yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien dan keluarga
Dimensi Etis di Area Critical Care
Non Malificience

Keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap tindakan


medis dan keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan
yang dilakukan tidak menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti
dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan dan bahaya yang tidak
disengaja
Dimensi Etis di Area Critical Care
Justice

Sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan perawat
harus menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien
Dimensi Etis di Area Critical Care
Fidelity

Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga keperawatan
mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja,
pemerintah dan masyarakat
Dimensi Etis di Area Critical Care
Veracity

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk
“informed concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi
yang diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat
keputusan
Dimensi Etis di Area Critical Care
Confidenciality

Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi


tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa
informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan
tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat
Dimensi Etis di Area Critical Care
Accountability

Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi


bahaya, apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam
pelayanan kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh
membeda-bedakan pasien dari status sosialnya, tetapi melihat dari penting atau
tidaknya pemberian tindakan tersebut pada pasien
Kasus Etis di Area Critical Care
George (59 Tahun) datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan sakit kepala dan nyeri
dada sejak beberapa minggu terakhir ini. Monitor Jantung menunjukan adanya takikardia
ventrikular. Setelah ditempatkan di ruang ICCU. Tn George membutuhkan beberapa
tindakan untuk mengatasi takikardia. Pada saai ini dia membutuhkan RJP (Resusitasi
Jantung Paru). Hasil laboratorium menunjukan adanya infark miokardia, dan hasil
Echocardiogram menunjukan fraksi ejeksi sebesar 25 persan. Dokter kardiologi
merencanakan pemasangan defibrilator implan jika keadaan Tn. George Stabil.
Pada hari ke-14 perawatannya di rumah sakit Tn. George mengalami CHF dan takikardia
ventrikular dan pasien sering mendapatkan RJP dan Defibrilator. Dokter Kardiologi tetap
optimis bahwa studi elekrofisiologis dan pemasangan defibrilator automatik yang
ditanamkan (automatic implantable cardiac defibrilator [AICD]) akan mendapatkan hasil yang
baik. Tn George saat ini merasa sangat lelah, bingung serta ia sering mengungkapkan
perasaan takut tentang pemasangan AICD dan sering bertanya mengenai pemasangan alat
tersebut. Perawat mulai bertanya keuntungan jangka panjang apa yang dapat diperoleh dari
pengobatan itu yang dilakukan pada pasien yang keadaanya cukup menderita
Penjelasan
Kasus itu memperlihatkan dilema dalam memberikan pengobatan yaitu keuntungan
yang dapat diperoleh dari defibrilator untuk mengatasi takikardia ventrikular berulang
yang terjadi pada pasien yang menderita, kerusakan jantung yang cukup berat, tanpa
terapi ini pasien akan mati tetapi apakah keuntungan darii mencegah timbulnya
kematian mendadak lebih berat dari pada resiko bahaya fisik dan emosional yang
disebabkan oleh berulangnya defibrilasi dengan pengulangan defibrilasi dan
kardioversi saat pasien menunggu dilakukan tindakan pemasangan AICD?

Keinginan untuk mencegah bahaya melalui penundaan kematian adalah salah satu
bentuk non-malificience. Mungkin bahaya yang lebih besar dari kematian, adalah
ketidaknyamanan fisik dan emosi yang terus menerus yang disebabkan oleh
pengobatan ini. Keinginan untuk bertindak secara lebih menguntungkan melalui
pemberian rasa nyaman dan pengobatan yang tidak begitu agresif mungkin dapat
menjadi pertimbangan dalam kasus tersebut
Kasus Etis di Area Critical Care
Tn Jack (44 Tahun) mengalami nyeri akibat kanker yang telah metastasis. Setelah beberapa
waktu di unit perawatan intensif, Tn Jack tampak kurus jaundis, mengalami sesak nafas,
secara diam-diam ia memberitahu kepada perawatnya bahwa ia telah siap untuk mati dan
tidak memperoleh pengobatan apapun untuk memperpanjang hidupnya. Perawat tersebut
merasa takut menghadapi konflik yang akan terjadi emudian antara dokter-dokter onkologi
yang agresif, pasien yang tidak mengharapkan kehidupannya, dan istri yang tidak siap
menghadapi kematian suaminya.
Perawat tersebut sebelumnya sudah membina hubungan saling percaya dengan pasien dan
istrinya, serta sudah menjalani peran advokat bagi pasiennya. Dia yakin bahwa keinginan
dari pasien untuk merahasiakan masalahnya secara implisit membawa pengharapan bahwa
perawat tersebut akan menyampaikan harapan tersebut kepada dokter yang merawatnya.
Perawat tersebut berpikir bahwa Tn Jack mungkin mengharapkan dia untuk yakin bahwa
harapan-harapan tersebut dapat dilaksanakan.
Kasus Etis di Area Critical Care
Untuk menghidari konflik jika suatu saat tindakan penyelamatan hidup yang dibutuhkan Tn
Jack, perawat tersebut memutuskan untuk menghubungi dokter yang merawat Tn Jack dan
melaksanakan pertemuan keluarga untuk mendiskusikan rencana perawatan bagi Tn Jack,
dengan semua keluarga pasien, dokter dan staf keperawatan. Sesuai dengan harapan, tim
kesehatan dan keluarga pasien dapat mendiskusikan prognosis penyakit yang dialami
pasien dan bisa mencapai suatu kesepakatan tentang jenis pengobatan apa saja yang dapat
memerikan keuntungan.

Jaminan hubungan antara perawat dan pasien adalah saling percaya, pengharapan dan
tindakan. Seperti dengan hubungan yang telah digambarkan dalam kasus diatas. Meskipun
hal ini tidak menjamin bahwa semua harapan akan terpenuhi, tetapi hal ini cukup menjamin
jika mereka mampu memperlihatkannya.
Pembuatan Etik Di Dalam Model
Prosrs Keperawatan
Identifikasi Masalah

Mendapatkan fakta-fakta moral yang relevan

Analisa situasi dengan menggunakan prinsip dan aturan etik

Analisa alternatif dan tindakan berdasarkan prinsip etik

Evaluasi dan Refleksi


Dimensi Legal di Area Critical Care
Dalam area kritis atau situasi yang membutuhkan perawatan atau tindakan segera
sering kali memberikan peluang besar untuk terjadinya kesalahan terutama yang
berkaitan dengan aspek legal, sehingga muncullah kejadian seperti malpraktek,
kelalaian, bahkan sampai kematian dari pasien akibat tindakan yang dilakukan bisa
saja diluar dari standar baku atau prosedur operasional dari tindakan tertentu
(Morton & Fontaine, 2011)

Negligence

Legal

Duty
Dimensi Legal di Area Critical Care
Negligence

Kelalaian adalah kegagalan dalam bertindak. Dalam artian ada beberapa tugas
dalam standar tersebut telah dilanggar dan pelanggaran tersebut telah
menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan dan cedera

Empat unsur kelalaian:


Perawat yang telah bertindak
1. Perawat seharusnya melakukan suatu
lalai dalam kapasitas tugas perawatan
2. Perawat melanggar tugas tersebut
profesionalismenya, maka
3. Penggugat mengalami kecelakaan,
mereka dapat dikatakan kerugian, kecacatan yang seharusnya
tidak akan terjadi
malpraktik (Urden, Stacy,&
4. Penyebab yang berhubungan dapat
Lough,2010) diidentifikasi.
Dimensi Legal di Area Critical Care
Duty

Kewajiban adalah hubungan legal antara dua pihak atau lebih, kewajiban ini dapat
timbul dari berbagai macam situasi.

Pada ranah keperawatan sendiri, kewajiban timbul akibat adanya hubungan kontrak
antara pasien dan fasilitas perawatan kesehatan, dimana pasien telah sepakat (Morton
& Fontaine, 2011).

Perawat dikatakan tidak melakukan kewajiban yang diberikan apabila:


1. Tidak ditugaskan untuk pasien tertentu pada tanggal terjadinya kelalaian,
2. Tidak bekerja pada hari atau pada saat kelalaian diduga terjadi, maka tidak ada
kewajiban yang akan dikenakan pada perawat tersebut
Kasus Legal di Area Critical Care
Seorang anak laki-laki 6 tahun mauk IGD karena tertabrak mobil saat mengendari
sepedanya. Selain mengalami banyak cedera ia mengalami patah kaki kiri, sehingga
dipasang traksi, malamnya perawat yang mengobservasi pasien
mendokumentasikan bahwa sirkulasi kaki yang patah baik. Hari berikutnya sirkulasi
kaki kiri masih adekuat sampai jam 23.00, saat pasien terakhir dikaji oleh dokter.
Pada jam 6.00 pagi ternyata sirkulasi kaki mulai tidak tampak baik. Catattan
perawat pada malam tersebut berisi informasi tentang sirkulasi pada kaki, selain
itu perawat mencatat bahwa anak tersebut diberikan obat anti nyeri karena anak
tersebut tidak tidur. Akhirnya tindakan berikutnya pasien tersebut dilakukan
amputasi pada kaki kiri pasien.
Keluarga pasien tidak terima karena pasien diamputasi dan melakukan tuntutan ke
pengadilan, pengadilan menganggap bahwa perawat yang bertugas selama
periode kritis dalam melakukan observasi sirkulasi kaki kiri pasien melakukan
kelalaian karena tidak ada observasi yang terdokumentasikan pada pukul 23.00
sampai 06.00.

Pernyataan tanpa bukti atau tidak adanya pendokumentasian menunjukan bahwa


perawat gagal atau lalai untuk memberitahu dokter atas ketidak normalan pada
kondisi pasien atau riwayat pasien
Daftar Pustaka

• Urden, L. D., Stacy, K. M., & Lought, M. E. (2010). Critical care


nursing. Diagnostic and management. 6th ed. Mosby, an imprint
of Elsevier Inc
• Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Ed
6 Vol 1. EGC: Jakarta
• Kozier, Barbara. (2011). Fundamentals of Nursing: Concepts,
process, and practice, Seventh Edition, Pearson, New Jersey.
• Morton, P.G., & Fontaine, D.K. (2011). Critical Care Nursing, A
Holistic Approach. Lippincott Williams & Wilkins
• Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta
• Patricia , Dorrie .2009.Critical Care Nursing A holistic
Approach.9th ed.Lippincott
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Perawat dan Klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang


membutuhkan asuhan keperawatan

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan


dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Lampiran...
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Perawat dan Praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan


yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan
pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi


yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta
kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain

4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi


keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional
Lampiran...
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Perawat dan Masyarakat
1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat
untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat

Lampiran...
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh

2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak
etis dan illegal

Lampiran...
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan


profesi keperawatan

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk


membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

Lampiran...

Anda mungkin juga menyukai