Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Salah satu upaya untuk mencapai Indonesia sehat adalah melalui


profesionalisme di bidang kesehatan, berupa untuk meningkatkan dan memelihara
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan tetjangkau. Salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang perlu
didukung dengan penerapan nilai-nilai moral dan etika profesi. Perawat selalu
dihadapkan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan etik sehingga
sangat penting untuk memahami kode etik profesi keperawatan. Etik merupakan
perilaku dan sikap yang menuntun perawat dalam bertindak sebagai anggota
profesi. Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi bersurnber dari
pemyataan Florence Nightingale dalam ikramya (Nightingale Pledge) yang
merupakan ikrar profesi keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi
keperawatan berkewajiban membantu yang sakit untuk mencapai keadaan sehat,
membantu yang sehat mempertahankan kesehatannya, dan membantu mereka
yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya serta membantu
seseorang yang menghadapi kematian untuk hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang ajal (Yetti,K. 2014).
Sebagai seorang profesional, perawat mengernban tanggung gugat untuk
membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan ;eperawatan
yanng diberikan. Perawat juga bekerja diberbagai tatanan dan mengemban
berbagai peran yang membutuhkan interaksi, bukan saja dengan pasien, keluaga
dan masyarakat saja, tetapi juga dengan tim kesehatan lainnya. Dalam
melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik dengan
pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain.
Disarnping itu perawat harus mempertahankan dan meningkatkan
kompetensinya dalarn praktek sesuai dengan pertimbangan IPTEK keperawatan
dan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perpanjangan dengan
perpanjangan hidup yang sering menimbulkan dilema etik. Etik keperawatan
berkaitan dengan hak, tanggungjawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan
profesional dan institusi pelayanan dimana pasien dirawat. Pemyataan kode etik
perawat dibuat untuk membantu dalarn pembuatan standar dan merupakan
pedoman dalam pelaksanaan tugas. Kode etik ciri mutlak dari suatu profesi yang
memberi makna bagi pengaturan profesi itu sendiri meliputi bentuk pertanggung
jawaban dan kepercayaan yang diberikan olehtnasyarakat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui konsep pengambilan keputusan yang tepat.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep pengambilan keputusan yang
tepat didalam keperawatan.
b. Mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat bagi
pasien
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
BAB III
DESAIN DAN MEKANISME

Seorang laki-laki berusia 23 tahun dalam perjalanannya menuju ke


kampus ditemukan tergeletak di pinggir jalan akibat kecelakaan tunggal saat
berkendara roda dua. Pasien ditemukan dengan kondisi helm masih terpasang
namun hampir terlepas. Pada saat itu, tanpa sengaja dua orang perawat yang
menuju tempat kerjanya menemukan korban tersebut. Perawat tersebut memeriksa
kondisi pasien, didapatkan pasien dalam kondisi : penurunan kesadaran, henti
nafas dan henti jantung, dicurigai adanya trauma cervical ataupun cerebral.
Perawat kemudian melakukan tugasnya dalam memberikan pertolongan pertama
kepada pasien dengan memberikan tindakan resusitasi jantung paru dan
menghubungi RS terdekat. Namun sebenarnya, kedua perawat tersebut dalam
keadaan Surat Tanda Registrasi (STR) yang telah habis masa berlakunya dan
belum melakukan pelatihan ulang Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac
Life Support (BTCLS).
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan

Kasus pada bab sebelumnya merupakan masalah dilema etik bagi perawat.
Dilema etik merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang yang menuntut
pengambilan keputusan terhadap perilaku yang pantas sesuai dengan landasan
moral ataupun prinsip. Definisi lain menyatakan bahwa dilema etik sebagai suatu
masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya. Etik adalah studi perilaku, karakter dan motif
yang baik serta ditekankan dalam menetapkan apa yang baik dan berharga bagi
semua orang. Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama, namun etik
memiliki terminologi berbeda dengan moral. Etik mengarahkan terminologinya
untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Etik
dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup tertentu
sehingga etik bisa merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. (Wulan, K & Hastuti, M, 2011).
Dilema etik merupakan kesulitan untuk menentukan yang benar atau salah
dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus
ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Pada kasus diatas, perawat tersebut
melakukan tindakan sesuai prinsip moral etik keperawatan yaitu beneficience dan
non maleficence. Prinsip beneficence (berbuat baik) sendiri merupakan kewajiban
moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebikan atau kemanfaatan orang lain
(pasien). Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik, dengan
begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Sedangkan non maleficence
(tidak merugikan) merupakan prinsip yang berarti tidak menimbulkan
bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien.
Pandangan etik pada kasus diatas telah sesuai, namun jika dilihat dari
legalitas seorang perawat, kedua perawat tersebut tidak termasuk dalam perawat
yang legal dan tidak kompeten. Hal ini dikarenakan perawat tersebut tidak
memiliki STR dan sertifikat BTCLS yang masih berlaku. STR merupakan surat
tanda pengakuan terhadap kompetensi perawat yang telah lulus uji kompetensi
untuk melakukan praktik keperawatan. Ketentuan ini terdapat bab 1 ketentuan
umum pasal 1 No 7 Undang-Undang Republik Indonesia No 38 tahun 2014
tentang keperawatan.
Pengambilan keputusan dalam keperawatan merupakan pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat atau masalah dengan pengumpula fakta-fakta dan data,
yang pada akhirnya akan menentukan alternatif yang matang bagi seorang
perawat untuk mengambil suatu tindakan yang tepat dalam pelayanan kesehatan.
Kasus tersebut telah sesuai dalam melakukan pengambilan keputusan sesuai
dengan definisi diatas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etik ialah istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana


seharusnya manusia berperilaku atau apa yang harus dilakukan oleh manusia
terhadap sesama manusia. Sementara itu, etiket menunjukkan cara suatu
perbuatan dilakukan yang diharapkan atau ditentukan dalam suatu kalangan
masyarakat. Etika dan etiket memiliki persamaan mengenai perilaku manusia.
Karena etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku manusia/ mengenai
perilaku secara normatif yaitu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh seseorang.
Prinsip etik keperawatan sendiri dibagi menjadi prinsip otonomi
(autonomy), prinsip kebaikan (beneficience), prinsip keadilan (justice),
prinsip kejujuran (veracity), prinsip kesetiaan (fidelity),
tidak merugikan (nonmaleficience), prinsip kerahasiaan (confidentiality),
akuntabilitas (accountability). Setiap point nya akan saling mendukung dalam
menwujudkan etik keperawatan itu dalam tatanan sitem professional
keperawatan.

B.Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat:


1. Memahami konsep etik keperawatan secara lebih mendalam dalam
pengambilan keputusan di bidang keperawatan.
2. Mengetahui batasan atau memiliki panduan dalam bertindak saat
melaksanakan tugas sebagai perawat. Sehingga tidak terjadi keraguan
dalam bertindak.
DAFTAR PUSTAKA

Wulan, K & Hastuti, M. 2011. Pegantar Etika Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional Berwawasan Etis. Jakarta : PT. Prestasi
Pustakaraya.

Anda mungkin juga menyukai