Anda di halaman 1dari 6

Aplikasi Penerapan Etika dan Kode Etik

Keperawatan dalam Pemberian


Asuhan Keperawatan
Keperawatan merupakan salah satu profesi di bidang kesehatan yang
bergerak memberikan pelayanan kesehatan dengan terjun langsung kepada
suatu individu, kelompok, maupun masyarakat melalui asuhan
keperawatan. Sehingga mereka dengan keluhan masalah kesehatan dapat
mencapai dan meningkatkan kesehatan serta meningkatkan kesejahteraan
fisik, material, dan mental spiritual secara optimal dalam diri mereka. Dalam
hal ini, setiap pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal
dan bermutu tinggi memiliki hak-hak yang sudah dijamin yakni dalam UU no
44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyebutkan bahwa rumah sakit
dituntut untuk memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dengan
menerapkan standar keselamatan pasien.

Profesi perawat di Indonesia memiliki proporsi relatif besar 40% dari seluruh
jumlah tenaga kesehatan yang ada di Indonesia. Sehingga baik maupun
buruk kinerja perawat menjadi salah satu indikator utama mutu asuhan
keperawatan di rumah sakit atau di instansi kesehatan yang lain.1 Dalam
melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan
tanggung jawab perawat adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan
serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini dilaksanakan atas dasar
pelayanan yang sudah sesuai. Peran perawat menurut konsorsium ilmu
kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan
dan peneliti.2

Pekerjaan yang bergerak di bidang kesehatan ini ternyata memiliki tanggung


jawab yang begitu besar dalam penangan terhadap klien. Oleh sebab itu,
terdapat suatu batas-batas yang mempagari ruang seorang perawat yang
sekaligus sebagai pengatur hubungan antara perawat dengan pasien, yakni
dikenal dengan sebutan etika keperawatan. Etika keperawatan adalah norma-
norma yang dimiliki oleh perawat dalam bertingkah laku serta penanganan
terhadap pasien, keluarga, kelompok, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Dalam melaksanakan
praktik keperawatan, perawat berkewajiban untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan,
kode etik, serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar
praktek dan kode etik tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan
merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan.

Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari


profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga
masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan berkewajiban berpedoman terhadap
6 prinsip etik keperawatan yaitu: 1) otonomi (penentuan diri), 2) non
malficience (tidak merugi), 3) beneficience (melakukan hal yang baik), 4)
justice (keadilan), 5) veracity (kejujuran), 6) fidelity (menepati janji). 3 Tujuan
dari kode etik itu sendiri ialah merupakan dasar dalam mengatur hubungan
antar perawat, klien atau pasien, rekan kerja, masyarakat, dan unsur profesi,
baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi
keperawatan serta untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam
menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarakat. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.4 Perawat
profesional kelak harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin akan meraka alami pada kemudian hari sebagai akibat dari
hubungan mereka dalam praktik profesional.

Seorang perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan


keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan
semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk
melindungi hak klien dimana dalam pemenuhan hak klien tersebut perawat
harus tetap memperhatikan dan harus tetap sesuai dengan kode etik dan
aturan-aturan yang berlaku. Menurut Nursalam dan Efendi, perawat harus
memiliki standar kompetensi yang terdiri dari tiga unsur meliputi unsur kognitif
(pengetahuan), unsur psikomotor (keterampilan), dan unsur afektif (etika atau
sikap).5 Untuk etika keperawatan sendiri memiliki cabang yang luas yang
terdiri dari berbagai macam tindakan serta perlakuan yang baiknya murni
dilakukan oleh seorang perawat yang bahkan mungkin tidak akan bisa
dijelaskan secara rinci.

Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien serta matang


dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggung jawab. Keselamatan dan kesejahteraan pasien
adalah nomer satu dan prioritas utama yang harus dicapai dalam praktik
keperawatan. Kematangan dalam pengambilan keputusan untuk menangani
suatu masalah pada pasien tentu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
baik burukya. Perawat harus bisa memanajemen keputusan yang terbaik
yang menguntungkan dan sebisa mungkin menghindari suatu kendala pada
pihak pasien maupun pihak rumah sakit. Sempat terjadi suatu kasus yang
merugikan pihak pasien yang berdampak besar terhadap kesehatan pasien,
yaitu kesalahan dalam pemberian obat atau dapat juga disbeut dengan
medication error. Untuk mencegah terjadinya medication error berulang perlu
dengan memperbaiki sistem penatalaksanaan pemberian obat serta adanya
komitmen yang kuat dari perawat untuk melaksanakannya.

Perawat yang memliki kewajiban penanganan atau rujuk langsung terhadap


pasien memiliki potensi untuk meningkatkan keahlian dalam kesigapan dalam
penangan terhadap suatu permasalahan, namun hal tersebut juga tidak selalu
berjalan dengan lurus dan mulus. Terkadang tidak sedikit dari jumlah perawat
yang langsung mengerti dan bergerak cepat, apabila seorang perawat
memang tidak mengerti atau memang belum benar-benar ahli dalam
menangani masalah atau kasus yang ia tidak mengerti maka lebih baik
perawat tersebut berterus terang dan berbicara jujur saja tidak perlu merasa
sungkan ataupun memaksakan diri. Dengan seperti itu maka dapat
mengurangi risiko terjadinya malpraktik atau kejadian yang tidak diinginkan.
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti
pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu
kekurangmahiran atau ketidakkompetenan yang tidak beralasan. Untuk
menghindari hal tersebut perawat harus berhati-hati dalam mengambil suatu
tindakan.

Perawat juga memiliki suatu kewajiban untuk dapat merahasiakan segala


sesuatu yang berhubungan dan berkaitan dengan klien serta instansi yang ia
pegang, kecuali untuk kepentingan hukum. Kenapa perlu menjaga rahasia
klien karena hal ini menyangkut privasi yang sebagaimana merupakan hak-
hak pribadi dari klien itu sendiri yang berada dalam asuhan keperawatan. Hal
tersebut juga menyangkut etika keperawatan dalam hal menghormati hak-hak
klien atau pasien sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan haruslah menghargai


harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. Oleh karena itu, dalam
memberikan pelayanan dilarang keras membeda-bedakan latar belakang
pasien. Karena hal tersebut dianggap tidak memliki sikap profesionalisme
dalam bekerja. Serta hal tersebut dianggap tidak menghargai hak-hak antar
sesama manusia. Apapun suku, ras, agama, dan kepercayaan yang dianut
oleh pasien hal tersebut tetap bukan menjadi penghalang dalam
mendapatkan pelayanan keperawatan karena mereka layak diperlakukan
sepantasnya dan seorang perawat juga harus menganggap hal tersebut
lumrah karena beragam-ragam suku, ras, agama dan kepercayaan yang
tersebar di Indonesia.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara


suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai luhur budaya, adat istiadat
yang dianut klien dan kelangsungan hidup beragama dari klien. Karena tidak
jarang kita jumpai pasien dalam rumah sakit yang memiliki beragam
kebudayaan atau suatu kebiasaan yang berbeda pada umumnya, maka dari
itu sebagai seorang perawat kita harus bisa memaklumi klien serta dapat
mencari solusi untuk bisa memberikan pelayanan dengan baik dan lancar
sesuai prosedur yang ditetapkan.

Perawat senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas dalam melaksanakan


kewajibannya. Memberikan perhatian yang penuh dilandasi rasa kasih sayang
yang tinggi akan dapat menyentuh hati pasien sehingga pasien akan terasa
nyaman dengan perlakuan kita. Mendengarkan dan memahami keluh kesah
yang dilontarkan pasien serta kemampuan kita dalam memecahkan masalah
dan memberikan solusi yang bijak kepada pasien sehingga dapat mengurangi
beban masalah pada pasien atau klien. Menerapkan sifat caring adalah hal
yang paling utama harus kita terapkan terhadap klien. Karena pada
prinsipnya, sifat caring merupakan dasar dari pemberian praktik asuhan
keperawatan. Sifat caring yang diterapkan harus bersifat holistik yakni
menyeluruh mencakup askep biologis, psikologis, sosio, spiritual, dan kultural.
Semakin baik prilaku caring dan motivasi perawat semakin baik penerapan
prinsip etik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dan sebaliknya semakin kurang baik perilaku carring dan motivasi
perawat semakin kurang baik penerapan prinsip etika keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat yang penuh
karismatik dan kasih sayang yang besar terhadap klien adalah perawat yang
profesional dan menarik hati klien sehingga dinilai dapat meningkatkan mutu
rumah sakit. Karena mutu rumah sakit tidak hanya dilihat dari kecanggihan
alat dan teknologi yang digunakan, namun salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap penilaian mutu rumah sakit ialah sikap dan pelayanan
perawat.
Dalam menangani pasien, aspek terkecil yang perlu diperhatikan dan
diterapkan oleh seorang perawat ialah kemampuannya dalam mengendalikan
dan memanajemen emosinya. Tidaklah etis ketika seorang perawat mudah
terbawa emosi atau bahkan membawa dan mengaitkan masalah pribadinya
terhadap pasien. Menunjukkan mimik wajah yang terlihat guratan sedih saja
tidaklah patut ditunjukkan kepada klien, sebab apabila klien melihat mimik
susah pada wajah kita maka pasien tersebut akan merasa sungkan ataupun
merasa sedikit kurang nyaman sehingga dapat mengganggu praktik asuhan
keperawatan. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengelola
emosi, yaitu antara lain dengan menggunakan akal/ rasional kita, dapat juga
dengan memikirkan kembali sebab-sebab kecemasan, serta dengan
mempertanyakan asumsi-asumsi yang melandasi dan siap menghadapi yang
terburuk.6 Langkah-langkah tersebut sebagai perwujudan dari penyelesaian
maslah emosi yang dapat dipilih.

Semua upaya ditempuh untuk mencapai taraf ketrampilan tertentu yang dapat
menunjang pekerjaan menjadi lebih baik, lebih efisien, dan lebih berdaya
guna. Peningkatan mutu dan kualitas kemampuan serta ketrampilan ini
digunakan untuk lebih meningkatkan pelayanan, peran, dan fungsi petugas
kesehatan.7Dengan demikian, perawat dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan penuh rasa tanggung jawab yakni dengan
memperhatikan etika serta kode etik keperawatan. Tidak hanya dipelajari
saja, namun hal tersebut wajib untuk diterapkan serta dipraktekkan kepada
suatu individu, kelompok, masyarakat, serta khalayak umum. Dengan
mengerti, memahami, dan menerapkan etika dan kode etik keperawatan,
seorang perawat diharapkan dapat meningkatkan standar kualitas untuk
dirinya sendiri maupun instansi yang ditempatinya atau bahkan dapat
meningkatkan kualitas dan nama baik pekerjaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul A. Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data. Jakarta:


Salemba Medika; 2007
2. Akino R. Gambaran penerapan prinsip etik keperawatan perawat
pelaksana menurut perspektif pasien di irna bedah di rsup m.djamil padang
[thesis]. Padang: Universitas Andalas; 2015
3. Utami NW. Etika keperawatan dan keperawatan profesional. Edisi
pertama. Jakarta: Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan; 2016
4. Poter, Perry. Fundamental of nursing. Jakarta: EGC; 2005
5. Alimul A. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;
200-
6. Mimin ES. Etika keperawatan aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC; 2004
7. Ismaini N. Etika keperawatan. Jakarta: Bidya Medika; 2001
8. Nursalam, Efendi F. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2008
9. Dewi AI. Etika dan hukum kesehatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher; 2008
10. Utami NW, Agustine U, Happy RE. Etika keperawatan dan keperawatan
profesional. Edisi pertama. Jakarta: Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan;
2016

Anda mungkin juga menyukai