Anda di halaman 1dari 5

8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan

Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui etika dan hukum
dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk bekerja memberikan layanan keperawatan
kepada masyarakat sehingga kita dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu objek etika adalah tingkah laku
manusia (Wikipedia Indonesia)

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.

1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu
contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan
jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan
ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah
ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan
harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam
kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji
dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda
tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame
teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Kode Etik Keperawatan menurut PPNI


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) selaku organisasi profesi perawat di Indonesia
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan keputusan tentang Kode Etik Keperawatan
Indonesia. Berikut kode etik perawat Indonesia berdasarkan hasil keputusan Musyawarah
Nasional VI PPNI Nomor: 09/MUNAS VI/PPNI/2000

MUKADIMAH

Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material, dan
spritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi
keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan
masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.

Warga keperawatan menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi
klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang
diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, nia yang murni untuk
keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab
Perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit,
mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan dilaksanakan atas
dasar pelayanan paripurna.

Dalam melaksakana tugas profesiolan yang berdaya guna dan berhasil guna, para perawat
mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memlihara dan
meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memenuhi
standar serta kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya
kesehatan secara menyeluruh.

Dalam bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa pancasila dan berlandaskan UUD 1945
merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh
tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera dibawah ini

PERAWAT DAN KLIEN

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruhi oleh pertimbangan kebangsaaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantias memelihara suasana
lingkungan yang menghirmati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan
hidup bergama dari klien.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada meraka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.

PERAWAT DAN PRAKTEK

1. Perawat memlihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui


belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memlihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasrkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukan perilaku profesional.

PERAWAT DAN MASYRAKAT

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarkat untuk memprakrsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun


dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

PERAWAT DAN PROFESI

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi unuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.

Contoh : Analisis kasus pelanggaran kode etik profesi dokter

Kasus
Seorang penderita gawat darurat dirawat di suatu rumah sakit dan ternyata memerlukan pembedahan
segera. Ternyata pembedahan tertunda-tunda, sehingga penderita meninggal dunia.Pelanggaran etik dan
hukum kasus ini
ada 2 kemungkinan:a.

Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan kelalaian dokter, maka sikap dokter tersebut
bertentangan dengan lafal sumpah dokter, KODEKI Bab II pasal 10 dan KUHP pasal 304 dan 306

Lafal sumpah dokter :


Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.

 KODEKI Bab II pasal 10


Seorang dokter wajib melakukan pertolongan
d a r u r a t s e b a g a i s u a t u t u g a s Kemanusiaan .

 KUHP pasal 304


Barang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan
seseorang dalam kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi kehidupan,
perawatan dan pemeliharaan berdasarkan hukum yang berlaku baginya
atau karena suatu perjanjian, dihukumdengan hukuman penjara selama-
lamanya 2 tahun 8 bulan

 KUHP pasal 306 ( 2 )


Jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka bersalah dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.

J i k a t e r t u n d a n ya p e m b e d a h a n t e r s e b u t d i s e b a b k a n k e l u a r g a
p e n d e r i t a b e l u m membayar uang panjar untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah
yang terkena pasal 304 dan 306 sedangkan dokter terkena pelanggaran KODEKI.
Analisis pelanggaran kode etik dokter yaitu :
a. Pelanggaran etika
Dokter tersebut telah melanggar kode etik kedokteran yang merupakan kode
etik profesi kedokteran
b. Pelanggaran Moral

Anda mungkin juga menyukai