Anda di halaman 1dari 26

Aspek etika keperawatan

Aspek etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di pelayanan. Banyaknya  kasus pelanggaran etik yang terjadi
di Indonesia seperti bayi melepuh karena ditinggal perawat,  salah suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehinga terlambat
mendapatkan penanganan  merupakan hal-hal yang masih saja terjadi dalam perawatan pasien. Hal tersebut bisa saja terjadi  
karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika dalam asuhan keperawatan. Penelitian oleh   Haddad dan Eiger (2018)
menunjukkan banyaknya keluhan pasien karena ketidak pedulian  perawat. Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat
di dalam memberikan asuhan  keperawatan agar segala tindakan yang diambilnya tetap memperhatikan kebaikan klien.
Etika  keperawatan mengandung unsur-unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara  perawat dengan
klien, dokter, sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung.  

Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu yaitu; otonomi (menghormati hak pasien), non  malficience (tidak merugikan
pasien), beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien), justice (bersikap adil kepada semua pasien), veracity (jujur
kepada pasien dan keluarga), fidelity (selalu  menepati janji kepada pasien dan keluarga), dan confidentiality (mampu
menjaga rahasia pasien). Etika keperawatan dan etika kesehatan sampai saat ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas  
karena setiap hari perawat berhadapan dengan masalah etik. Secara umum beberapa aspek prinsip etik yang sering dilanggar
secara tidak sadar oleh  beberapa perawat adalah aspek otonomi, perawat terkadang tidak meminta persetujuan sebelum 
melakukan tindakan karena dianggap pasien telah pasrah kepada petugas kesehatan terhadap  kesembuhannya. Pada banyak
kasus terlihat bahwa pelayanan yang diberikan perawat tidak sesuai  dengan kode etik keperawatan yang telah ditetapkan.
Perawat ingin dikatakan profesional tetapi  dalam proses pelaksanaan masih belum sesuai dan melanggar dari kode etik yang
telah ditetapkan.  

Dari hasil penelitian yang kami lakukan terkait survey penerapan prinsip etik bagi  perawat didapatkan hasil paling banyak
adalah melakukan tindakan keperawatan tanpa informed  consent dan bersikap kurang peduli dengan pasien. Informed
consent merupakan penyampaian  informasi dari dokter atau perawat kepada pasien sebelum suatu tindakan medis dilakukan
dan ini  merupakan prinsip otonomy pada pasien. Hal ini penting dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui risiko
dan manfaat dari tindakan medis yang akan dijalaninya. Selama ini memasang  infus dianggap biasa dan merupakan
prosedur tetap bagi pasien untuk dipasang infus setiap ada  yang masuk rumah sakit tanpa dijelaskan terlebih dahulu dan
bagi pasien pun ini sudah menjadi  hal yang biasa. Padahal, saat akan memasang infus dibutuhkan penjelasan dan edukasi
kepada  pasien dan keluarga.  

Edukasi pada pasien merupakan salah satu penerapan prinsip etik beneficience pada  pasien. Banyak ditemui kejadian saat
pasien masuk rumah sakit mereka tiba-tiba diminta tanda  tangan di atas selembar kertas tanpa tahu apa isi kertas tersebut.
Berdasarkan wawancara dan  observasi lembar tersebut ternyata adalah lembar edukasi kepada pasien. Jadi, banyak petugas
kesehatan melupakan pemberian edukasi padahal hal tersebut sangat penting bagi pasien dan  keluarga. Rumah sakit tidak
bisa melihat karena evaluasi hanya dari dokumen yang lengkap  dengan tanda tangan pasien dan keluarga.  

Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian bagi  pasien. Kerugian tersebut dapat
menyebabkan injury atau bahaya fisik, bahaya emosional seperti  perasaan ketidakpuasan, kecacatan bahkan kematian dan
akhirnya tujuan pelayanan yang berupa  patient safety tidak akan pernah terwujud. Selain itu, akan menyebabkan
ketidakpuasan pasien  yang akhirnya berdampak buruk pada citra perawat dan pendapatan rumah sakit, pasien merasa  tidak
puas dengan pelayanan yang diberikan maka tidak akan berobat kembali ke tempat tersebut  karena merasa sudah tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan.  

Dampak lain yang muncul pada perawat adalah perawat dipandang tidak sopan dan  buruknya image perawat oleh pasien,
sehingga pasien kurang percaya dan meragukan keahlian  perawat. Perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan
menerapkannya dalam pelayanan  keperawatan kepada pasien akan menimbulkan kepuasan kepada pasien, mempertahankan 
hubungan antar perawat, pasien dengan petugas kesehatan lainnya, sehingga klien merasa yakin  terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Pasien merasa lebih aman dan merasa pelayanan  kesehatan yang diberikan berkualitas. 

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang 24 jam berada di samping pasien dalam  pelaksanaan pelayanan keperawatan
seharusnya memberikan asuhan keperawatan dengan baik  dan senantiasa menjunjung kode etik keperawatan serta
menerapkan prinsip-prinsip etik  keperawatan selama memberikan pelayanan. Kode etik keperawatan merupakan salah satu 
pegangan kita sebagai perawat untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik yang terjadi. Penerapan etik
keperawatan memang tidak lepas dari pribadi perawat itu sendiri dan faktor  lain yang bisa berpengaruh antara lain perilaku
caring dari seorang perawat. Caring adalah sikap  peduli pada pasien dengan sepenuh hati ingin membantu pasien untuk
meningkatkan derajat  kesehatan mereka. Dengan menerapkan perilaku caring diharapkan penerapan prinsip etik akan  
meningkat dan perawat terhindar dari tindakan malpraktik. 

Disusun Oleh

1. Isye Chrisyandi S.Kep.,Ners 1.(…………)


2. Lina Sovia Dewi S.Kep,.Ners 2.(…………)
3. Dimas Kharisma Amd.Kep 3.(…………)
4. Novani Widiarti Amd.Kep 4,(…………)

Konsep Dasar Ventilasi Mekanik

1. Pengertian

Ventilasi mekanik di definisikan sebagai alat bantu mekanis untuk membantu otot-otot bernafas dalam proses pernafasan dan
membantu meningkatkan pertukaran gas. (Michael J. Apostolakos, 2001)

Ventilasi mekanik adalah alat bantu nafas bertekanan positif atau negatif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner & Suddarth, 2002)

Penggunaan ventilasi mekanik dibagi dalam dua cara yaitu dengan menggunakan tube/ selang dalam trakea untuk
menghantarkan proses ventilasi (invasive) dan dengan menggunakan mask/ sungkup muka secara non invasif.

Ada 2 jenis Ventilasi:

Ventilator tekanan negatif (Negatif Pressure Ventilation)

Ventilator tekanan positif (Positive Pressure Ventilation)

a. Ventilator Tekanan Negatif

Ventilator tekanan negatif merupakan Ventilator original. Prinsipnya adalah mengeluarkan dan mengganti gas dari
Chamber Ventilator. Ventilator ini tidak memerlukan konektor ke jalan nafas (ETT), karena ventilator ini membungkus
tubuh. Namun Ventilator jenis ini tidak dipakai lagi karena menimbulkan suara bising dan susah perawatan. Namun
Ventilator jenis ini yang fisiologis untuk manusia karena prinsipnya berdasarkan tekanan negatif seperti halnya nafas
spontan.

b. Ventilator Tekanan Positif (PPV = Positive Pressure Ventilation).

PPV memerlukan jalan nafas buatan (ETT, Trakeostomi), dengan prinsip menggunakan tekanan positif untuk mendorong
oksigen ke dalam paru-paru pasien. Inspirasi dapat dimulai oleh waktu atau di trigger oleh pasien sendiri.

2. Tujuan Ventilasi Mekanik

a. Tujuan Fisiologis

Memperbaiki Ventilasi Alveoler (PC02 dan PH)

Memperbaiki oksigenasi arteri (PO2, Saturasi dan CaO2)

Meningkatkan Inflasi paru akhir inspirasi

Meningkatkan FRC (Kapasitas residu fungsional)

Menurunkan kerja otot-otot pernafasan (Work of Breathing)

b. Tujuan Klinis

Koreksi Asidosis respiratorik akut (life threatening acidemia).

Koreksi Hipoksemia (Meningkatkan PaO2, Saturasi >90%, atau PaO2 > 60 mmHg.

Untuk mencegah hipoksia jaringan

Menghilangkan kelelahan otot bantu nafas

Untuk fasilitasi akibat pemberian sedasi yang dalam atau pelumpuh otot

Menurunkan konsumsi oksigen miocard atau sistemik (ARDS, Syok kardiogenik)

Menurunkan tekanan intrakranial (hiperventilasi) pada trauma kepala tertutup.

3. Indikasi Ventilasi Mekanik


Pemberian Ventilasi tekanan positif (PPV) memerlukan suatu alat sebagai konektor/ penghubung antara pasien dengan
ventilator, oleh sebab itu, indikasi pemberian Ventilasi Mekanik biasanya diikuti oleh indikasi intubasi endotrakea.

Indikasi Intubasi

a. Kegagalan Oksigenisasi

Shunt intrapulmonal

V/Q mismatch

Penurunan FRC paru

b. Kegagalan Ventilasi

Gangguan “Drive” nafas

Abnormal dinding dada

Kelelahan otot-otot pernafasan

c. Fasilitas diagnostik, pembedahan dan prosedur terapeutik

d. Obstruksi jalan nafas

Jika hanya gangguan pada jalan nafas atau seharusnya tanpa pemberian Ventilasi Mekanik, namun pada kenyataannya pasien
biasanya sudah jatuh dalam hipoksemia juga selain karena pemberian pelumpuh otot sehingga tidak menutup kemungkinan
untuk pemberian “Short Term Ventilation“.

4. Komplikasi

a. Gangguan Hemodinamik

Secara normal tekanan intra thorak berubah saat inspirasi dan eksperasi secara fluktuasi antara -3 s/d -5 cm H2O saat
inspirasi dan saat ekspirasi +3 s/d +5 cm H2O. Penggunaan tekanan positif dapat meningkatan rekanan dalam dada sehingga
dapat menahan venous return ke atrium dan terjadi penurunan curah jantung.

b. Barotrauma dan Volutrauma

Barotrauma adalah terjadinya kerusakan pada sistem Pulmonal berhubungan dengan rupture dari pada Alveoler yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan pada jalan nafas atau overdistensi Pada alveoli. Udara masuk struktur interstitial
pulmonal dan terjadi pneumothorak, pneumamediastinim, emphysema subcutis. Volutrauma adalah kerusakan Alveoler
karena tekanan tinggi yang disebabkan kelebihan volume Ventilasi pada pasien ARDS (Acut Respiratory Distress Syndrom).

c. Ventilator Associted Pneumonia (VAP)

Komplikasi VAP sering terjadi dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, pencegahannya ditujukan untuk
menghindari terjadinya kolonisasi dan aspirasi bakteri ke jalan nafas bagian bawah.

d. Keseimbangan cairan berlebihan dan hiponatremia

Hiponatremia kadang terjadi berhubungan dengan penggunaan Ventilasi Mekanik yang disebabkan penggunaan PEEP,
humidifikasi, cairan hipotonis dan diuretik yang meningkatkan antidiuretik hormon.
PELATIHAN KEPERAWATAN INTENSIF DASAR

1. KEGIATAN
A. WAKTU KEGIATAN
Waktu Kegiatan Pelatihan Dilakukan 5 Hari Terdiri Dari :
2 Hari Online Zoom Dari Tgl 6 – 7 Maret Dan
3 hari offline dari tanggal 8-10 maret 2023
B. JUMLAH PESERTA
Jumlah peserta keseluruhan 40 org dari berbagai instansi rumah sakit sekitar jawa barat dan dari rsud mjala
terdapat perwakilan seabnyak 4 oran
C. MATERI
1. ETIK DAN LEGAL DI RUANG ICU
2. STANDARD PELAYANAN DAN KEPERAWATAN DI RUANF ICU
3. DOKUMENTASI DI RUANG ICU
4. MANAJEMEN CAIRANELEKTROLIT DAN ASAM BASA
5. INTERPRETASI EKG (TEORI DAN SKI STATION)
6. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK (TEORI DAN DAN SKIL STATION)
7. MANAJEMEN AIRWAY DAN OKSIGEN THERAPY (THEORY DAN SKIL STATION)
8. MONITORING HAEMODINAMIK (THEORY DAN SKIL STATION)
9. RESUSITASI JATUNG PARU (THEORY DAN SKIL STATION)
D. EVALUASI

Evaluasi dilakukan 2kali terdiri dari pre test dan post tes ditambah dengan ujikompetensi

Bantuan Hidup Dasar


Keadaan henti jantung saat ini menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat
terjadi kapan saja, di mana saja, dan disebabkan oleh berbagai kondisi dan lingkungan yang beragam. Oleh karena itu,
dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh henti jantung.

Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan sebuah teknik untuk menolong nyawa pasca henti jantung.
Teknik ini dinamakan dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Bantuan ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan,
namun setiap warga pada umumnya dapat melakukan BHD ini dengan mempelajari langkah-langkahnya.

Langkah-langkah bantuan Hidup Dasar :

1. Mengenali kondisi Korban

Jika penolong menemukan seseorang yang tidak responsif (tidak ada pergerakan atau respons terhadap rangsangan) atau
menyaksikan seseorang jatuh terkapar maka tindakan pertama dari rangkaian BHD dimulai.

Penolong harus dapat memastikan korban tidak responsif dengan cara berteriak/menepuk-nepuk, atau menggoyangkan bahu
pasien, setelah itu dapat dilanjutkan dengan memberikan rangsang nyeri dan tidak bernafas dengan normal setelah
sebelumnya mengamankan lingkungan kejadian dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada.
Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika pasien tidak bernapas atau bernapas secara
abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan pasien mengalami henti jantung.

2. Meminta tolong/ bantuan

Jadi hal apa saja yang harus dilakukan dalam langkah awal Bantuan Hidup Dasar?

Meminta Tolong/Bantuan

Menghubungi 119

Pengaktifan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat (EMS)

3A

  Cara Minta Tolong dengan benar :

•      Teriak ke sekitar untuk meminta bantuan

•    Telepon ke nomor darurat (119) kemudian sebutkan nama, alamat, jenis kejadian, jumlah dan kondisi korban, dan Apa
yang diperlukan).

•      Jika kejadian di Rumah Sakit  -> Aktifkan sistem CODE BLUE

3. Melakukan penilaian korban/ cek respon korban

Dalam melakukan penilaian, kita dapat melakukan 3A dan MARCH yang terdiri atas:

•       3A : Aman diri , Aman Pasien. Aman Lingkungan

•       MARCH : Massive hemorrhage, Airway, Respiration(Breathing), Circulation, Head Injury

M pada MARCH merupakan Massive hemorrhage yang berarti:

•      Kita harus melakukan pemeriksaan apakah pasien memiliki perdarahan banyak “banjir”  yang dapat mengancam
nyawa

•      Pasangkan torniket saat ditemukan perdarahan, ekspose/buka pakaian pada bagian yang cedera, gunakan sedekat
mungkin dengan luka

•      Catat waktu pemasangan torniket, lalu bawa segera ke Rumah Sakit terdekat

Selanjutnya adalah A pada MARCH merupakan Airway yang berarti:

•      Periksa apakah pasien terdapat gangguan pada saluran napas pasien, penolong dapat mengajak pasien berbicara,
selanjutnya menilai apakah terdapat respons, jika tidak ada respons , penolong dapat membuka jalan nafas dengan
melakukan jaw thrust / chin lift (yaitu dengan dengan meletakkan telapak tangan pada dahi korban dan menengadahkan
kepala korban. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu korban sehingga jalan napas dapat terbuka).

•      Jika pasien sadar, ijinkan pasien untuk mencari posisi senyaman dan untuk menjaga jalan nafas

Selanjutnya adalah R pada MARCH yang merupakan  Respirasi – Breathing,  yaitu:


•    Periksa apakah pasien bernafas atau tidak dan liat apakah dadanya mengembang secara simetris atau tidak

•     Pastikan bahwa :

•     Posisikan pasien senyaman mungkin

•       Longgarkan pakaian pasien,  jangan dikerubungi

Selanjutnya adalah C pada MARCH yang merupakan Circulation, dengan memeriksa:

•         Tangan dan kaki pasien pucat, dingin, dan lembab?

•         Terdapat perdarahan eksternal?

•         Jika terdapat perdarahan, segera tutup dan tekan luka Perdarahan

•         Lalu Baringkan pasien dalam posisi “syok”, dengan kaki diangkat/ dielevasi

Yang terakhir adalah H pada MARCH , merupakan Head Injury - Hipotermia  dengan memeriksa:

•      memeriksa tanda-tanda trauma kepala dengan melihat apakah terdapat darah di hidung atau telinga?

•      memeriksa tanda-tanda hipotermia dengan memeriksa apakah pasien dalam keadaan menggigil, pucat, dingin?

      Kita harus berhati2 karena hipotermia akan menurunkan fungsi pembekuan darah. untuk mencegah pasien jatuh dalam
keadaan tersebut segera ganti pakaian basah, selimuti pasien, dan matikan AC.

4. Kompresi Dada

Golden Period RJP

Idealnya, BHD harus segera dilakukan saat pasien mengalami henti jantung.

Terdapat golden period atau waktu emas dalam melakukan bantuan hidup dasar

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 1 menit, maka kemungkinan berhasilnya 98 dari 100

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 4 menit, maka kemungkinan berhasilnya 50 dari 100

•      Untuk Keterlambatan BHD selama 10 menit, maka kemungkinan berhasilnya 1 dari 100

            Saat otak tidak mendapatkan oksigen selama 6-8 menit maka pasien dapat menyebabkan kematian. Pasien disebut
dengan mati klinis (henti nafas dan henti jantung) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 6 - 8 menit dan akan
mengalami mati biologis (mati batang otak) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 8 - 10 menit/lebih,

Bagaimana melakukan kompresi jantung yang berkualitas?

Kompresi dada yang efektif dilakukan dengan prinsip push hard, push fast, minimal interruption, complete recoil. 2 Untuk
memaksimalkan efektivitas kompresi dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong berlutut di
samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit. Penolong
meletakkan tumit tangannya di bagian bawah tulang dada korban dan meletakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang
pertama.  Penolong memberikan kompresi dada dengan kedalaman kurang lebih 2 inci/ 5cm. 2 Penolong memberikan
kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali permenit.Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk
mengembang kembali agar aliran darah ke berbagai organ tidak berkurang.Penolong juga harus meminimalisasi frekuensi
dan durasi dari interupsi dalam kompresi untuk memaksimalkan RJP yang dilakukan. Rasio kompresi dan napas bantuan
yang dilakukan adalah 30:2.2

Penolong yang kelelahan dapat menganggu frekuensi dan kedalaman kompresi dada. Pada umumnya, kelelahan penolong
mulai muncul setelah 1 menit melakukan RJP dan akan sangat terasa setelah 5 menit melakukan RJP. Ketika terdapat lebih
dari satu penolong, dianjurkan untuk memberikan RJP secara bergiliran setiap 2 menit sekali atau setelah 5 siklus untuk
menghindari berkurangnya kualitas RJP.Satu siklus RJP terdiri dari kompresi dan napas bantuan dengan rasio 30:2.RJP
dilakukan hingga AED tiba (setelah itu tetap dilanjutkan), korban bangun, terdapat tanda-tanda pasti kematian atau petugas
yang lebih ahli datang. Selama melakukan RJP, interupsi misalnya seperti memeriksa nadi korban harus diminimalkan. 2

4.  Memberikan Napas Bantuan

Napas bantuan diberikan dalam waktu satu detik.Gunakan rasio kompresi dan napas bantuan 30:2.Napas bantuan dapat
diberikan dengan berbagai cara.Cara pertama, bantuan napas dari mulut ke mulut, dilakukan dengan membuka jalan napas
korban, menutup hidung korban, dan memberikan napas bantuan dalam waktu 1 detik.Pastikan terdapat kenaikan dada ketika
dilakukan napas bantuan. Pemberian volume udara yang berlebihan harus dihindari karena dapat memperburuk kondisi
korban, sesuaikan dengan volume saat menarik napas dan membuang napas secara biasa dari paru manusia normal. Lakukan
sebanyak 5 siklus, baru cek denyut nadi setelah itu.

Bantuan nafas yang diberikan dapat berupa

•      Bantuan pernafasan mulut ke mulut

•      Bantuan pernafasan mulut ke hidung

•      Bantuan pernafasan mulut ke sungkup

•      Bantuan pernafasan dengan kantung nafas buatan (bag mask)

RJP Hands Only

Jika pada saat kejadian henti jantung, alat tidak memadai atau alat pelingdung diri (APD) tidak, kita dapat melakukan RJP
Hands Only

Langkah-langkah RJP "Hands Only " :

1. Safety :
3A : Amankan diri, Amankan pasien/orban, Amankan lingkungan
2. Periksa respon, pernafasan (5-10 menit)
Tepuk-tepuk bahu, tanya "Anda Kenapa? "
Bila ada respon : Biarkan berbaring, cari penyebabnya, panggul bantuan medis, sambil mengawasi
3. Panggil bantuan :
Panggil Bantuan ": Hubungi Call center PSC 119/112
4. Kompresi dada :
Lakukan Kompresi Dada tanpa interupsi sampai pasien ada repson

 Kapan RJP Dihentikan?

RJP dapat dihentikan jika ditemukan kondisi2 seperti

Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (pasien bergerak spontan)

Pasien alih rawat ke tempat perawatan

Penolong terancam keselamatannya

Penolong kelelahan

Do not resuscitate (DNR)

Jika pada pasien sudah ditemukan tanda2 pasti kematian seperti lebam mayat, kaku mayat, dan pembusukkan maka dapat
dipastikan bahwa pasien sudah meninggal.Hanya dokter yang dapat menyatakan bahwa korban meninggal dunia.

Melakukan kejut jantung dengan AED

AED merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban.

Langkah Pemakaian :

Pastikan korban tidak sadar, tidak bernapas, nadi tidak teraba dan dalam kondisi kering

Nyalakan AED dan pasang pad AED pada dada korban

Ikuti instruksi AED. Bila AED mengindikasikan kejut jantung, maka tekan tombol

Recovery Position atau Posisi pemulihan

Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal dan sirkulasinya sudah adekuat. Posisi ini dilakukan untuk
menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak.Korban dimiringkan dengan
meletakkan tangan di bawah kepala korban.

1.  Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban

2.  Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban


3. Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada dibahu kanan korban.

4. Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan
lutut kiri korban. Tarik korban

Bantuan Hidup Dasar pada Anak-anak

Teknik dasar untuk bantuan hidup dasar pada anak-anak sama seperti pada dewasa. Perbedaanya terletak untuk bayi dengan
usia 1 - 12 bulan, dapat melakukan kompresi dada menggunakan 2 jari, dan untuk anak usia 1-8 tahun, dapat dilakukan
kompresi dada dengan satu tangan.

Kompresi dapat menggunakan jari telunjuk + jari tengah atau jari tengah + jari manis, pada bayi dapat menggunakan dua ibu
jari.

Kesalahan yang sering terjadi pada bantuan hidup dasar

1. Posisi mengunci jari tangan yang salah , kemudian pastikan posisi siku lurus

2. Teknik kompresi dada yang salah

Kompresi dada yang benar harus dengan

Kedalaman minimal  5 cm ( tidak lebih dari 6 cm )

Kecepatan 100 – 120 x/menit, teratur

Rekoil komplit

Minimal interupsi

 kecuali untuk memberi nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh berhenti >10 detik)
EKG

Kita semua tentu sepakat bahwa ketrampilan membaca hasil EKG sangat penting dalam praktek sehari-hari, Betul?

Tidak terbatas pada pasien-pasien dengan angina pektoris yang khas, kemampuan membaca EKG sangat penting dalam
menegakkan diagnosis dan memonitoring performa jantung pasien.

Lalu, Apa Sih EKG?

Elektrokardiogram (EKG) sebenarnya adalah rekaman aktivitas listrik jantung. Dimana aktivitas listrik atrium digambarkan
oleh gelombang P dan aktivitas listrik ventrikel digambarkan oleh gelombang QRS dan T.

Sederhananya EKG adalah alat untuk merekam aktivitas listrik jantung kita berupa aktivitas atrium maupun vebtrikel. Kalau
kamera merekam kejadian dengan hasil gambar, EKG merekam aktivitas listrik jantung kita dengan pola "garis-garis".

Oke, Jadi Bagaimana Gambaran Aktivitas Jantung Yang Normal di EKG?

Jadi, hal prinsip yang utama dalam membaca EKG adalah mampu membedakan apakah hasil EKG ini normal atau abnormal.
Sepakat ya?

Jadi, untuk tau gambaran EKG normal kita harus tahu, Bagaimana sih Gambaran Aktivitas Jantung yang Normal hasil
rekaman EKG?

Aktivitas jantung listrik yang normal artinya jantung berfungsi secara fisiologis, menjalankan fungsinya sebagai pemompa
"darah bersih" ke seluruh tubuh, dan memompa "darah kotor" ke paru-paru untuk dibersihkan. Artinya juga, aktivitas jantung
listrik yang normal adalah pola yang sama yang didapatkan hampir lebih dari 90% hasil EKG pasien yang sehat, tanpa
keluhan penyakit jantung.
Oke, jadi prinsipnya ada 5 komponen dasar yang harus dimiliki sebuah gambaran EKG yang normal

1. Gelombang P. Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan
kiri. Kelainan pada atrium akan menyebabkan kelainan pada gelombang ini.
2. Segmen PR. Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan gelombang QRS.
Menggambarkan aktivitas listrik dari atrium ke ventrikel. Gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel akan
menyebabkan perubahan pada segmen PR.
3. Gelombang Kompleks QRS. Gelombang kompleks QRS ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombang Q yang
merupakan gelombang ke bawah yang pertama, gelombang R yang merupakan gelombang ke atas yang pertama,
dan gelombang S yang merupakan gelombang ke bawah pertama setelah gelombang R.
4. Gelombang ST. Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.
5. Gelombang T. Gelombang T merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.

Sebenarnya masih ada satu komponen lagi, yaitu Gelombang U. Namun, gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak
ada. Asal gelombang ini masih belum jelas.

Kalau kamu bisa mengenali 5 komponen dasar tersebut ada dalam sebuah gambaran EKG, artinya kemungkinan besar
aktivitas listrik jantung pasien tersebut NORMAL.

Kalau ada satu atau lebih komponen yang tidak dapat kamu temukan, tentu artinya kamu harus curiga, apakah EKG ini
abnormal, Betul?

Satu hal yang penting adalah aktivitas listrik jantung yang normal selalu diawali dengan depolarisasi otot jantung di SA node
(sistem sinus). SA node secara anatomis terletak di atrium. SA node disebut sebagai "dirigen" tertinggi dalam sistem
konduksi listrik jantung. Istilah ilmiahnya SA node mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi
jantung.
Depolarisasi atrium ini digambarkan dalam EKG sebagai gelombang P. Sederhananya, jika dalam gambaran EKG kamu
tidak dapat menemukan gelombang P, pasti gambaran EKG itu abnormal. Lebih khususnya, tanpa gelombang P kamu harus
pertimbangkan pasien mengalami aritmia (mis Ventrikel Fibrilasi dan Ventrikel Takikardia).

EKG Normal atau Abnormal?

Baik, mari kita evaluasi dulu pemahaman kita untuk membedakan apakah sebuah gambaran EKG normal atau tidak normal.

Di bawah ini ada 4 gambaran EKG, kamu boleh tebak gambar no 1, 2, 3, dan 4 Normal atau nggak. Jawaban dan
pembahasan akan disertakan di akhir tulisan.

No cheating, Please^^

1. Gambaran EKG No 1, Normal atau Abnormal?

2. Gambaran EKG No 2, Normal atau Abnormal?

3. Gambaran EKG No 3, Normal atau Abnormal?


4. Gambaran EKG No 4, Normal atau Abnormal?

Jawaban dan Pembahasan

Oke, kamu sudah tebak ya 4 gambar EKG diatas. Normal atau abnormal?

1. Gambaran EKG ini abnormal

Coba tunjukkan, adakah gelombang P? TIDAK TERLIHAT JELAS

2. Gambaran EKG ini normal

kamu bisa temukan pola gelombang P yang diikuti kompleks QRS

3. Gambaran EKG ini normal

kamu bisa temukan pola gelombang P yang diikuti kompleks QRS

4. Gambaran EKG ini abnormal

Coba tunjukkan, adakah gelombang P? TIDAK ADA

Oke, kita sudah membahas aspek paling dasar bagaimana membedakan EKG yang normal dan yang (kemungkinan)
abnormal. Mudah-mudahan di lain kesempatan kita bisa belajar bagaimana membaca EKG secara lebih mendalam.
Memahami Lagi tentang Airway Management

Airway yang berarti jalan napas, merupakan istilah yang merujuk pada struktur anatomi yang menghubungkan hidung dan
mulut ke paru-paru. Jalan napas yang paten merupakan suatu kebutuhan vital bagi manusia sebab jika udara tidak dapat
mencapai paru-paru, kematian dapat terjadi dalam hitungan menit.

Tidak tercapainya udara ke paru-paru menunjukkan adanya obstruksi jalan napas yang merupakan kondisi terhalangnya
udara masuk ke dalam paru-paru sehingga saturasi oksigen pada darah berkurang dengan cepat dan menyebabkan hipoksia,
sering terjadi pada area perawatan emergensi.

Ketika pasien dalam kondisi kritis, yang pada umumnya memiliki risiko tinggi terhadap potensi buruk jalan napas karena
perubahan fungsi neurologis, administrasi obat sedatif dan analgesik, atau perjalanan penyakit yang mendasarinya.

Airway management atau manajemen jalan napas adalah bagian sentral dari praktik perawatan emergensi yang meliputi
penilaian, perencanaan, dan serangkaian prosedur medis yang diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan ventilasi
atau pernapasan individu.

Dengan mempertahankan jalan napas untuk terbuka, udara dapat mengalir dari hidung dan mulut ke paru-paru, dan hal ini
merupakan prioritas pertama dalam menangani pasien dengan kondisi tidak stabil. Untuk itu, airway management menjadi
sebuah keterampilan yang wajib dimiliki seorang dokter khususnya di area perawatan emergensi.

Seorang dokter harus memiliki konsep berpikir yang sederhana, melakukan tindakan yang sistematik dengan keterampilan
yang memadai dalam airway management yang tepat. Khususnya, mekanisme obstruksi jalan napas, tanda-tanda obstruksi
jalan napas, manuver sederhana yang dapat mengembalikan aliran udara, dan alat yang digunakan untuk mempertahankan
patensi jalan nafas. 

Mekanisme Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi jalan napas terjadi akibat adanya trauma langsung pada jalan napas atau struktur sekitarnya, diantaranya :

1. Cedera atau kompresi maksilofasial/laring/trakea karena hematoma leher anterior;


2. Edema terkait luka bakar pada mulut, faring, laring;
3. Kontaminasi saluran napas karena kotoran, misalnya adanya muntahan/darah/gigi palsu atau benda asing lainnya;
4. Hilangnya tonus faring karena cedera kepala atau keracunan obat-obatan/alkohol;
5. Posisi yang salah, umum pada bayi akibat hiperfleksi karena oksiputnya yang besar.

Tanda Obstruksi Jalan Napas

Terjadinya masalah pada jalan napas dapat ditandai dengan :

1. Peningkatan frekuensi pernapasan;

2. Gerakan paradoks dada dan perut;

3. Penggunaan otot aksesori dengan resesi sternum, interkostal dan subkostal;

4. Obstruksi intratoraks (trakea atau bronkus) dapat muncul dengan mengi atau ekspirasi yang memanjang;

5. Obstruksi ekstratoraks dapat muncul dengan stridor/suara serak atau perubahan suara lain seperti gemericik akibat adanya
kontaminasi oro-faring atau mendengkur sebagai manifestasi kehilangan nada faring karena penurunan tingkat kesadaran
yang menyebabkan oklusi jalan napas;

6. Sianosis/SpO2 rendah;

7. Pembengkakan yang terlihat pada lidah, faring atau leher;

8. Tanda-tanda eksternal cedera pada wajah, mulut, mandibula atau leher;

9. Efek non spesifik pada sistem organ lain seperti takikardia/penurunan keadaan sadar/gelisah;
10. Pada pemeriksaan leher anterior ditemukan tanda-tanda yang dapat diingat menggunakan mnemonic TWELVE-C, yaitu :

a. Trachea deviation/deviasi trakea yang dapat disebabkan oleh tension pneumothorax atau hemotoraks masif 

b. Wounds/luka berupa luka tumpul atau tembus pada leher yang dapat langsung melukai jalan napas, atau menyebabkan
pembengkakan  progresif yang akan menghalangi jalan napas

c. Emphysema subkutis yang menunjukkan pneumotoraks atau pneumomediastinum telah terjadi

d. Laryngeal tenderness/nyeri tekan laring yang dapat menjadi tanda adanya fraktur laring 

e. Vein distention/distensi vena yang dapat berhubungan dengan syok obstruktif sekunder akibat tension pneumothorax
maupun tamponade jantung

f. Esophageal injury/cedera esofagus yang tidak mungkin terjadi jika pasien dapat menelan dengan mudah. Hal ini
sebenarnya bukan ancaman hidup secara langsung, tapi perforasi esofagus dikaitkan dengan risiko kematian yang tinggi 

g. Carotid hematoma/bruit/pembengkakan yang berkembang pesat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke berikutnya.

Strategi Manajemen Jalan Napas

Dalam melakukan manajemen jalan napas, strategi yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Memastikan ventilasi dengan menggunakan manuver sederhana seperti jaw thrust dan head tilt-chin life, oksigenasi, dan
menilai kondisi jalan napas berdasarkan prinsip "CHANNEL" pada bagan. Perlu diingat bahwa keselamatan pasien selalu
menjadi tujuan utama.

Perlu dipahami bahwa manuver head tilt-chin lift hanya boleh digunakan jika dokter yakin tidak ada risiko cedera pada c-
spine. Manuver ini dilakukan dengan berdiri di sisi kanan pasien, tangan kiri dokter digunakan untuk menekan dahi untuk
memperpanjang leher. Permukaan volar dari ujung telunjuk dan jari tengah digunakan untuk mengangkat mandibula yang
akan mengangkat lidah dari faring posterior.

Sementara jaw thrust adalah manuver yang digunakan di mana ada risiko cedera tulang belakang, seperti pasien yang tidak
sadarkan diri akibat cedera kepala, jalan napas harus dibuka menggunakan manuver yang tidak memerlukan gerakan leher.
Jaw thrust dilakukan dengan dokter berdiri di kepala pasien melihat ke bawah pada pasien.

Jari tengah tangan kanan diletakkan pada sudut rahang pasien di sebelah kanan. Jari tengah tangan kiri juga ditempatkan di
sudut rahang di sebelah kiri. Tekanan ke atas diterapkan untuk mengangkat mandibula yang akan mengangkat lidah dari
faring posterior.
2. Memastikan kondisi jalan napas dan membuat jalan napas buatan. Pada tahap ini, periksa jalan napas dengan laringoskopi,
dan putuskan siapa yang akan melaksanakan intubasi dan peralatan mana yang harus digunakan.

Saat menangani jalan napas yang sulit, gunakan prinsip "prioritaskan ventilasi dan oksigenasi" dan hindari upaya sulit yang
berlebihan sebab seluruh pengambilan keputusan manajemen jalan napas mengikuti prinsip penggunaan metode intubasi
yang paling sederhana dan paling tidak berbahaya.

Algoritma Manajemen Jalan Napas

Algoritma pengambilan keputusan klinis untuk manajemen jalan napas darurat menggunakan prinsip "CHANNEL", yaitu:

1. Crash airway/rusaknya jalan napas

Mengacu pada pasien yang mengalami henti jantung, koma dalam atau hampir mati, yang tidak dapat mempertahankan
ventilasi dan oksigenasi. Rusaknya jalan napas harus dikelola dengan cepat sesuai dengan diagram alur di atas yaitu
menggunakan ventilasi bag valve mask (BVM) dan secara cepat berganti ke laringoskopi.

2. Hypoxemie/hipoksemia

Tujuan manajemen jalan napas darurat adalah untuk mengatasi hipoksemia. Pada pasien dengan pernapasan spontan yang
stabil, nasal kanul dan perangkat oksigen aliran tinggi seperti non-rebreather masks adalah cara umum untuk memberikan
terapi oksigen.

Pada pasien dengan respirasi spontan yang tidak stabil serta hipoksemia meskipun pengobatan di atas, ventilasi BVM
diperlukan. Semua pasien hipoksemia membutuhkan ventilasi yang tepat untuk menghindari retensi karbon dioksida.

Pada kasus hipoksemia persisten tidak akan cukup untuk diatasi menggunakan terapi oksigen tersebut sehingga harus
dikelola dengan algoritma jalan napas yang mendesak (urgent airway) yaitu dengan membuat jalan napas buatan sesegera
mungkin dan menyiapkan peralatan jalan napas invasif.
Untuk pasien yang kehilangan perlindungan diri jalan napas yang utuh, terutama disertai perut penuh, manuver Sellick
direkomendasikan untuk mencegah aspirasi dan regurgitasi dengan cara menekan tulang rawan krikoid dengan jari telunjuk
dan ibu jari di bawah kekuatan 20–44 newton ke arah tulang belakang untuk menutup kerongkongan, berikan tekanan
krikoid sampai intubasi endotrakeal selesai dan manset mengembang.

Jika intubasi atau BVM terpengaruh oleh gerakan ini, tekanan krikoid dilepaskan. Tapi, efektivitas manuver ini masih
terbatas karena dokter seringkali melakukan penekanan pada bagian anatomis yang kurang tepat atau menggunakan kekuatan
penekanan yang kurang tepat. Kekuatan penekanan yang tidak adekuat dapat menyebabkan oklusi tidak maksimal, sehingga
refluks isi gaster masih dapat terjadi.

3. Artificial airways/jalan napas buatan

Diberikan untuk pasien yang mampu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi, indikasi intubasi masih harus dievaluasi.
Ada jenis saluran udara buatan non-invasif dan invasif.

Saluran udara non-invasif meliputi intubasi endotrakeal dan teknik supraglotis (laryngeal mask airways (LMA)), dan lain-
lain. Saluran udara invasif meliputi trakeostomi, jarum atau krikotiroidotomi bedah, dan lain-lain. Di antara di atas, intubasi
endotrakeal adalah metode yang paling umum untuk membuat jalan napas buatan.

Indikasi untuk intubasi endotrakeal meliputi ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas atau mempertahankan patensi
jalan napas, kegagalan untuk mencapai ventilasi atau oksigenasi yang memadai, dan antisipasi dari perjalanan klinis yang
memburuk yang pada akhirnya akan mengarah pada situasi yang disebutkan di atas.

Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk prosedur di atas ketika mencoba menyelamatkan pasien. Sementara, kontraindikasi
relatif antara lain edema trakea-laring, faringitis/laringitis akut.

4. Neck mobility/mobilitas leher

Ini sangat penting untuk memposisikan pasien untuk laringoskopi langsung yang optimal. Kekakuan/cedera/fiksasi leher,
atau pasien yang tidak kooperatif menolak untuk memposisikan lehernya dengan benar meningkatkan kesulitan intubasi
endotrakeal. Teknik visualisasi seperti laringoskopi  direkomendasikan dalam kondisi ini.

5. Narrowing/penyempitan

Merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan penurunan diameter endotrakeal, seperti kompresi ekstratrakeal (tumor, abses
lokal, hematoma), benda asing intratrakeal, gangguan di trakea akibat radioterapi lokal atau penyembuhan bekas luka akan
meningkatkan kesulitan intubasi.

6. Evaluation/evaluasi

Diperlukan untuk menyesuaikan sumbu mulut, sumbu faring dan sumbu laring agar sejajar sebanyak mungkin saat
melakukan intubasi orotrakeal. Aturan 3-3-2 digunakan untuk mengevaluasi korelasi ketiga sumbu ini. Ketidakmampuan
untuk memenuhi aturan 3-3-2 menunjukkan kemungkinan eksposur glotis yang sulit di bawah laringoskopi langsung.

Aturan 3-3-2. (A) Lebih dari 3 jari di antara gigi seri yang terbuka, menunjukkan bahwa mulut pasien cukup terbuka untuk
memungkinkan laringoskop mencapai jalan napas; (B) Lebih dari 3 jari sepanjang dari mentum ke tulang hyoid, yang
menunjukkan ruang yang cukup untuk intubasi; (C) Lebih dari 2 jari dari tonjolan laring ke tulang hyoid, kurang dari 2 jari
menunjukkan posisi faring yang tinggi di leher dan kemungkinan sulit untuk terpapar dengan laringoskop langsung.
Jika memungkinkan, gunakan skala Mallampati yang dimodifikasi untuk mengevaluasi struktur faring. Pasien diminta untuk
membuka mulut sambil duduk tegak untuk menilai sejauh mana lidah menghalangi visualisasi glotis. Klasifikasi Mallampati
melibatkan ukuran lidah dalam kaitannya dengan rongga mulut. Semakin lidah menghalangi visualisasi struktur faring,
semakin sulit jalan napasnya. Klasifikasi ini mencakup empat visualisasi:

Kelas I: tampak seluruh bagian palatum mole, seluruh uvula, dan pilar tonsil

Kelas II: seluruh palatum mole dan seluruh uvula masih tampak

Kelas III: tampak palatum mole dan dasar uvula

Kelas IV: palatum mole tidak tampak

Semakin tinggi derajatnya, semakin sulit untuk dilihat di bawah laringoskopi langsung. Kelas 3 dan 4 menunjukkan jalan
napas yang sulit. 

7. Look externally/penilaian luar

Ini perlu dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda intubasi yang berpotensi sulit, seperti leher pendek, obesitas, mandibula
yang surut, gigi taring yang panjang, deformitas traumatis, dan lain-lain.

Jika ditemui kasus jalan napas yang sulit, mulai algoritma manajemen jalan napas yang sulit dengan memastikan ventilasi
dan oksigenasi dengan BVM, dan secara bersamaan mencari bantuan dari operator yang berpengalaman untuk dapat
melakukan advanced airway management dengan metode intubasi yang tentunya memerlukan beberapa hal.

Seperti obat-obatan, premedikasi, obat penenang, dan blokade neuromuskular, peralatan intubasi seperti laringoskopi
langsung dan video dan alat supraglotis, dan pemahaman strategi penyelamatan intubasi, serta manajemen jalan napas pada
populasi pasien yang berbeda seperti pada kasus trauma, serangan jantung, dan pasien ana
Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Gangguan keseimbangan asam basa (pH) adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang.
Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ tubuh.

Kadar asam basa darah berperan penting dalam membantu berbagai fungsi tubuh, seperti pencernaan, metabolisme, dan
produksi hormon. Oleh sebab itu, kadar asam basa harus selalu seimbang agar fungsi tubuh bekerja dengan baik
(homeostasis).

Kadar asam basa dalam darah diukur dengan skala pH, dari 0 (sangat asam) hingga 14 (sangat basa). Normalnya, kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35–7,45.

Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sementara itu, darah
dengan nilai pH lebih besar dari 7,45 dikategorikan terlalu basa dan disebut dengan alkalosis.

Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Tubuh menggunakan mekanisme yang beragam dalam mengatur keseimbangan asam basa dalam darah. Mekanisme ini
melibatkan paru-paru, ginjal, dan sistem penyangga (buffer)

Pengaturan keseimbangan pH darah di paru-paru terjadi pada proses pernapasan. Manusia bernapas dengan menghirup
oksigen (O2) dan membuang karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat yang bersifat asam sehingga jumlah CO2 yang keluar
akan memengaruhi keseimbangan pH darah, baik asidosis maupun alkalosis.

Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik
dan alkalosis respiratorik.

Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi jika produksi asam dan basa dalam tubuh tidak seimbang. Kondisi tersebut terjadi
bila ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis akibat salah satu dari dua
kondisi di atas disebut asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.

Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Penyebab gangguan keseimbangan asam basa tergantung pada jenisnya. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik
disebabkan oleh gangguan pada paru-paru. Sementara, asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh gangguan
pada organ ginjal. Berikut adalah penjelasannya:

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi paru-paru dalam
membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit
CO2.

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Sejumlah kondisi
yang bisa memicu asidosis respiratorik akut adalah:

 Gagal jantung
 Asma
 Penyakit paru obstruktif kronis
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya myasthenia gravis, sindrom Guillain-Barré, atau distrofi otot
 Gangguan pada sistem saraf atau kelemahan pada otot pernapasan akibat penggunaan obat-obatan tertentu

Sedangkan asidosis respiratorik kronis umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:

 Penyakit paru-paru, seperti asma, pneumonia, dan emfisema


 Penyumbatan pada saluran pernapasan
 Sleep apnea
 Obesity hypoventilation syndrome (OHS)
 Kelainan pada sistem otot dan saraf, seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS)

Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam atau saat ginjal hanya mampu membuang sedikit
asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Asidosis ketodiabetik atau diabetic ketoacidosis


Asidosis ketodiabetik terjadi ketika kandungan keton yang bersifat asam meningkat dalam darah akibat tubuh
kekurangan insulin. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
 Asidosis hiperkloremik
Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar natrium bikarbonat dalam tubuh akibat diare
 Asidosis laktat
Asidosis laktat terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Kondisi ini disebabkan oleh konsumsi minuman
beralkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung, kejang, gagal hati, sepsis, atau olahraga berlebihan

Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, dehidrasi berat, dan
keracunan aspirin.

Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu kondisi ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau
terlalu dalam. Akibatnya, CO2 akan banyak terhirup dan masuk ke dalam aliran darah. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh:

 Gangguan cemas
 Serangan panik
 Sepsis atau penyakit infeksi lainnya
 Penyakit liver
 Demam tinggi
 Kehamilan
 Stroke

Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa hal yang dapat memicu
kondisi tersebut adalah:

 Muntah berkepanjangan sehingga tubuh kekurangan elektrolit


 Penggunaan obat diuretik atau obat maag (antasida) secara berlebihan
 Sindrom Cushing

Gejala Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Gejala gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang dialami. Berikut di bawah ini adalah
gejala pada masing-masing gangguan keseimbangan asam basa, yakni:

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis). Umumnya asidosis respiratorik
kronis tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun pada beberapa kasus, penderita dapat mengalami hilang ingatan, gangguan
tidur, dan perubahan kepribadian.

Sedangkan asidosis respiratorik akut awalnya menimbulkan keluhan sakit kepala, cemas, gelisah, bingung, dan penglihatan
kabur. Bila tidak segera ditangani, akan muncul gejala lain seperti lemas, sesak napas, penurunan kesadaran, hingga koma.
Asidosis metabolik

Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini umumnya memiliki napas yang beraroma buah.
Gejala tersebut merupakan tanda ketoasidosis diabetik.

Ketoasidosis diabetik adalah asidosis metabolik yang terjadi pada pasien diabetes. Kondisi ini termasuk berbahaya, karena
dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal.

Gejala dari asidosis metabolik meliputi:

 Pusing
 Sakit kepala
 Mudah lelah
 Mual dan muntah
 Mudah mengantuk
 Hilang nafsu makan
 Napas cepat dan dalam
 Detak jantung meningkat

Alkalosis respiratorik

Gejala umum alkalosis respiratorik adalah napas yang terlalu cepat atau terlalu dalam (hiperventilasi). Gejala lain pada
alkalosis respiratorik adalah:

 Pusing
 Kebingungan
 Tremor
 Kembung
 Mulut kering
 Kram otot di tangan dan kaki
 Kesemutan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Gangguan irama jantung

Alkalosis metabolik

Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau
terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida
dalam tubuh meningkat.

Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah juga sering menyertai alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita
dapat mengalami gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), atau gangguan irama jantung
(aritmia).

Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi:

 Kulit atau kuku membiru


 Napas melambat
 Kram dan kejang otot
 Linglung
 Mudah marah
 Gangguan pernapasan

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti yang telah disebutkan di atas. Anda juga harus
waspada jika terjadi perburukan gejala yang disertai dengan kondisi gawat darurat, seperti:
 Sesak napas
 Linglung
 Penurunan kesadaran atau pingsan
 Kejang

Jika memungkinkan, segera ke IGD atau hubungi ambulans di nomor 119 untuk segera mendapatkan penanganan gawat
darurat.

Diagnosis Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan keseimbangan asam basa, yaitu:

1. Analisa gas darah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah arteri di pergelangan tangan,
lengan, atau selangkangan. Analisa gas darah bertujuan untuk mengukur unsur-unsur yang memengaruhi keseimbangan
asam basa, yaitu:

 pH darah
 Bikarbonat (HCO3-)
 Saturasi oksigen (SaO2)
 Tekanan parsial oksigen (PaO2)
 Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2)

2. Tes darah metabolik

Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah vena
di tangan atau lengan. Selain digunakan untuk mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur gula darah, protein, kalsium,
dan elektrolit.

3. Pemeriksaan paru-paru

Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan Rontgen dada untuk melihat kondisi
paru pasien. Dokter juga dapat menjalankan tes fungsi paru, seperti spirometri, untuk mengukur jumlah udara yang dihirup
dan dikeluarkan.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah plethysmography, yaitu prosedur untuk mengukur volume udara di dalam
paru-paru pasien.

4. Tes urine

Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat didiagnosis melalui tes urine
(urinalisis). Melalui urinalisis, dokter dapat mengetahui bila ada perubahan kadar asam basa pada pasien.

Pengobatan Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Metode pengobatan gangguan keseimbangan asam basa akan disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini adalah
penjelasannya:

Asidosis respiratorik

Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan pemberian obat-obatan, meliputi:

 Antibiotik, untuk mengatasi infeksi


 Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan
 Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru
 Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan
Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode continuous positive airway pressure (CPAP). Pada terapi ini,
pasien akan diminta memakai masker di hidung dan/atau mulut. Masker tersebut tersambung ke mesin yang mengalirkan
udara ke saluran pernapasan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka.

Asidosis metabolik

Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya, di antaranya:

 Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik


 Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik
 Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik
 Detoksifikasi pada asidosis akibat keracunan obat atau alkohol

Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau suntik pengganti cairan tubuh. Dokter
juga dapat memberikan antibiotik atau terapi oksigen.

Alkalosis respiratorik

Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat menyarankan pasien menghirup karbondioksida
(CO2), yaitu dengan membuang napas ke dalam kantong kertas, kemudian menghirupnya kembali. Cara tersebut harus
diulang hingga beberapa kali untuk membantu menaikkan kadar CO 2 dalam darah.

Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah memastikan gangguan keseimbangan asam
basa terjadi akibat hiperventilasi. Jika Anda baru pertama kali mengalami gejala tersebut, segera cari pertolongan medis ke
rumah sakit.

Alkalosis metabolik

Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini untuk mengatasi alkalosis metabolik:

 Diuretik, seperti acetazolamide atau spironolactone


 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone
 Pemberian suplemen kalium
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen
 Pemberian cairan melalui infus

Komplikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Gangguan keseimbangan asam basa yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi. Pada asidosis, komplikasi yang
dapat terjadi antara lain:

 Gangguan ginjal
 Penyakit tulang
 Terhambatnya proses tumbuh kembang
 Kerusakan fungsi organ
 Kegagalan sistem pernapasan
 Syok

Seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, yaitu:

 Gangguan irama jantung (aritmia)


 Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia
 Koma
Pencegahan Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Asidosis tidak dapat dicegah sepenuhnya. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan
risikonya. Cara pencegahan tersebut tergantung pada jenis asidosis yang dialami, yaitu:

Pencegahan asidosis respiratorik:

 Berhenti merokok untuk mencegah kerusakan paru-paru


 Menjaga berat badan ideal, karena berat badan berlebih dapat membuat Anda mengalami gangguan pernapasan

Pencegahan asidosis metabolik:

 Menjaga cairan tubuh tetap cukup dengan banyak minum


 Mengontrol gula darah untuk mencegah ketoasidosis, bila Anda menderita diabetes melitus
 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol untuk mencegah penumpukan asam laktat

Sedangkan alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menjalani pola makan yang sehat. Memilih
makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu mencegah kekurangan elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium
tinggi adalah bayam, kacang-kacangan, pisang, dan wortel.

Untuk mencegah dehidrasi, dokter akan menyarankan sejumlah hal berikut:

 Minum 8–10 gelas air putih perhari


 Rutin minum sebelum, saat, dan setelah olahraga
 Minum pengganti elektrolit saat sedang menjalani olahraga berat
 Hindari minuman berkadar gula tinggi, seperti soda
 Batasi minuman berkafein, seperti kopi dan teh

Khusus untuk alkalosis respiratorik, pencegahan dapat dilakukan dengan menangani penyebab hiperventilasi, seperti stres
dan panik. Caranya adalah dengan melakukan meditasi, latihan pernapasan, atau olahraga rutin.
PEMERINTAH KAB. BANDUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALAYA

BUKTI KUITAN SI
PELATIHAN KEPERAWATAN INTENSIF DASAR
TANGGAL 6-10 MARET 2023

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALAYA


KABUPATEN BANDUNG
Jl. Raya Cipaku Nomor 87 Paseh Telp. 022- 5950035 Fax. 022-
5950035
pA

Anda mungkin juga menyukai