Anda di halaman 1dari 38

1

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1

B. DEFINIS .............................................................................................................. 3

C. TUJUAN .............................................................................................................. 4

BAB II RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Penerapan Budaya Keselamatan Pasien ....................... 5

B. Dimensi Budaya kn jKeselamatan Pasien .................................................... 6

C. Sasaran Keselamatan Pasien ................................................................ 8

D. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien ....................................... 12

E. Kerangka Budaya Keselamatan Pasien ...................................................... 16

BAB III TATA LAKSANA

A. Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien................................................... 20

B. Penerapan Dimensi Budaya Keselamatan Pasien .................................... 21

C. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Budaya Keselamatan Pasien ....... 21

BAB IV METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 23

2. populasi Penelitian ................................................................................ 23

3. Kreteria subjek penelitian ............................................................................... 23

4. Besar Sampel Penelitian ....................................................................... 23

5. Variabel , Cara Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional ............ 24

6. Alur Penelitian .................................................................................................. 24

7. Analisis Penelitian ........................................................................................... 24

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................... 25

BAB VI KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Kesimpulan ............................................................................................... 31

Rencana Tindak Lanjut ............................................................................. 31

BAB VII PENUTUP ............................................................................................... 32

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 1i


LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 1i
KATA PENGANTAR

Kami mengucap syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


y a n g t e l a h memberikan anugerah-Nya yang besar sehingga Komite Mutu
UPTD RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau dapat bekerja dengan
semakin baik lagi dan pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tentang
Survei Budaya Keselamatan Pasien diRumah Sakit. Laporan ini merupakan
salah satu bentuk penyajian data dan informasi pelaksanaan program
peningkatan mutu dan diharapkan dapat dijadikan sarana untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian program PMKP yang telah dilaksanakan serta
sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan program mutu selanjutnya. Laporan
tentang Survei Budaya Keselamatan Pasien ini berisi data dan informasi
mengenai gambaran budaya keselamatan baik ditingkat unit maupun
ditingkat rumah sakit. Kami berharap laporan ini dapat lebih meningkatkan
tingkat budaya keselamatan pasien UPTD RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap Laporan tentang
Survei Budaya Keselamatan Pasien ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, Juni 2022

Komite PMKP

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 1i


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang
mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan
sampai meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit.Patient safety (keselamatan pasien) belum menjadi
budaya yang harus diperhatikan oleh rumah sakit di Indonesia. Perubahan
paradigma dalam lembaga pelayanan kesehatan yang saat ini beralih pada patient
centered care belum benar-benar dijalankan dengan baik. Masih ada rumah sakit
yang berorientasi pada kepentingann manajemen yang pada akhirnya melupakan
keselamatan pasien di rumah sakit. Undang-undang Kesehatan no. 36 tahun 2009
sudah dengan jelas bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan
keselamatan pasien diatas kepentingan yang lain sehingga sudah seharusnya
rumah sakit berkewajiban menerapkan budaya keselamatan pasien.
Tidak ada lagi alasan bagi setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan
budaya keselamatan pasien karena bukan hanya kerugian secara materi yang
didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien. Apabila masih ada
rumah sakit yang mengabaikan keselamatan pasien sudah seharusnya diberi
sanksi yang berat baik untuk rumah sakit maupun petugas pelayanan kesehatan.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit bahkan petugas
pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi apapun sehingga menjadikan
penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Sudah
seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak rumah sakit
yang mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak hanya sanksi
internal tetapi juga sudah masuk ke ranah pidana. Inilah yang sampai saat ini
belum berjalan sehingga masyarakat yang dirugikan karena lemahnya penegakan
hukum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu saja.
Ada beberapa faktor yang menajdi penyebab kenapa budaya keselamatan
pasien belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit. Pertama,
rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa
dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien
terutama dari masyarakat yang tidak mampu. Kedua, beban kerja petugas
kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat. Perawatlah yang
bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien sedangkan disisi
lain masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang
menjadikan beban kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia
juga masih kekurangan dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak
merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 1i


sakit. Ketiga, orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini
masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas
kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan semata
tanpa mempedulikan keselamatan pasien. Keempat, lemahnya pengawasan yang
dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya
pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel
yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas
kesehatan.
Keempat hal tersebut diatas yang setidaknya menjadi penghalang
terwujudnya budaya keselamatan pasien di setiap rumah sakit. Jika hal ini tidak
segera diselesaikan maka kasus-kasus yang mengancam keselamatan pasien
akan terus terjadi sehingga perlu upaya yang maksimal untuk mewujudkan budaya
keselamatan pasien. Mulai diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah
sakit versi 2012 menjadi sebuah harapan baru agar budaya keselamatan pasien
bisa diterapkan diseluruh rumah sakit di Indonesia. Selain itu, harus ada upaya
untuk meningkatkan kesadaran para pemberi pelayanan kesehatan tentang
pentingnya menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan
pelayanan kesehatan. Dan juga diperlukan sosialisasi yang masif kepada
masyarakat terutama yang akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki perilaku mereka dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Upaya-upaya ini harus segera dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan
malpraktik yang dapat merugikan masyarakat sehingga mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit bisa meningkat. Dengan meningkatkan kepedulian
terhadap pasien maka dengan mudah budaya keselamatan pasien bisa
dijalankan. Jangan sampai hanya karena kesalahan sedikit yang dilakukan oleh
rumah sakit bisa berakibat pada rusaknya citra dunia perumahsakitan di Indonesia
dimata internasional.

2. Definisi
Budaya keselamatan di rumah sakit dapat diartikan sebagai berikut yaitu,
sebuah lingkungan kolaboratif yang menekankan pada prilaku semua staf yang
menekankan pada keselamatan pasien, petugas, sarana prasarana dan
lingkungan. Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku dari individu maupun kelompok, yang
menentukan komitmen terhadap keselamatan, serta kemampuan manajemen
rumah sakit, dicirikan dengan komunikasi yang berdasarkan rasa saling percaya,
dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan
keyakinan akan manfaat langkah-langkah pencegahan.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 1i


Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (PERMENKES RI NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011).
Pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah sakit sering kali belum berjalan
optimal dikarenakan belum optimalnya peran perawat dalam pelaksanaan
keselamatan pasien. Penelitian Gunes (2016) dalam Haryati, et all, 2019,
menunjukkan hasil bahwa banyak perawat di Turki masih memiliki persepsi yang
negatif terhadap budaya keselamatan pasien dalam institusi mereka. Hal ini juga
diungkapkan oleh Freixas Sala et all (2017) bahwa hanya 16% perawat
berdedikasi secara purna waktu dalam program keselamatan pasien.
Keselamatan pasien merupakan unsur penting guna meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit sebagai bentuk implementasi dan
refleksi sentuhan hasil kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan sarana dan
prasarana layanan serta sistem manajemen dan administrasi dalam siklus
pelayanan terhadap pasien. Untuk menjamin keselamatan pasien maka organisasi
pelayanan kesehatan harus mampu membangun sistem yang membuat proses
perawatan pasien lebih aman, baik bagi pasien,petugas kesehatan , maupun
masyarakat sekitarnya (keluarga,pengunjung), serta manajemen rumah sakit.
Sistem keselamatan pasien ditujukan untuk mengurangi resiko, mencegah
terjadinya cedera akibat proses pelayanan pasien,serta tidak terulangnya insiden
keselamatan pasien melalui penciptaan budaya keselamatan pasien.

3. Tujuan Budaya Keselamatan Pasien


a. Tujuan Umum
Menciptakan hubungan yang harmonis semua yang terlibat dalam sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit, saling meghormati dan saling
menghargai orang lain.
b. Tujuan Khusus
1. Terlaksana budaya keselamatan pasien di semua Unit pelayanan
RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
2. Terlaksana keselamatan seluruh petugas di lingkungan RSUDSiti
Aisyah Kota Lubuklinggau
3. Terlaksana keselamatan sarana prasarana di rumah sakit
4. Terlaksana keselamatan lingkungan di rumah sakit dan sekitar rumah
sakit.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 2i


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di RSUD Siti


Aisyah Kota Lubuklinggau
1. Instalasi Rawat Jalan
a. Poli Bedah
b. Poli Penyakit Dalam
c. Poli Kebidanan
d. Poli Anak
e. Poli Neurologi
f. Poli MCU
g. Poli THT
h. Poli Gigi
i. Poli Paru
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Bedah Central
4. Intensive Care Unit
5. Instalasi Rawat Inap
a. Ruangan Al-Fath
b. Ruangan Al-Mulk
c. Ruangan al-amin
d. Ruangan Al-Ikhkas
e. Ruangan Al-Insan
f. Ruangan Al-Atfal
6. Instalasi Kebidanan dan kandungan
7. Instalasi Hemodialisa
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Gizi
10. Instalasi Radiologi
11. Instalasi Laboratorium
12. Instalasi Sanitasi
13. Instalasi Pemulasaran Jenazah
14. Instalasi Rekam Medik
15. CSSD
16. Laundry
17. Bidang Tata Usaha
18. Sub Bidang Keuangan
19. Bidang Pelayanan Medis
20. Bidang Keperawatan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 3i


A. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau

1. Keterbukaan komunikasi
Dengan adanya keterbukaan komunikasi diharapkan staf medis dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar pada saat serah terima/pengoperan
pasien yang meliputi keluhan pasien, terapi yang sudah maupun akan
diberikan serta insiden terkait keselamatan pasien jika ada dan juga merasa
bebas untuk bertanya kepada yang lebih berwenang. Keterbukaan komunikasi
juga harus dilakukan antara manajer dengan staf selain diantara sesama staf
untuk peningkatan keselamatan pasien.
2. Umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan
Diartikan sebagai sejauh mana staf diberitahu tentang kesalahan yang
dilakukan, menerima umpan balik masukan dari staf dan mendiskusikan
upaya untuk mencegah kesalahan tidak terulang kembali.
3. Frekuensi pelaporan kejadian Kesalahanyang dilaporkan yaitu dalam bentuk :
a. Kesalahan yang diketahui dan diperbaiki karena menyangkut pasien
b. Kesalahan yang tidak berpotensi membahayakan pasien.
c. Kesalahan yang dapat membahayakan pasien.
4. Handoff dan transisi
Pertukaran informasi mengenai perawatan pasien disebarkan antar unit dalam
rumah sakit dan disebarkan ketika pergantian shift jaga.
5. Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien
Manajemen rumah sakit menyediakan lingkungan kerja yang mempromosikan
keselamatan pasien dan menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan
prioritas dalam manajemen rumah sakit.
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan yang
dilakukan
Staf merasa bahwa kesalahan dan kejadian yang dilaporkan tidak ditujukan
untuk menyalahkan dirinya, dan kesalahan tersebut tidak hanya menjadi
masalah pribadinya saja.
7. Organizational learning - pembelajaran berkelanjutan
Kesalahan akan mendorong perubahan positif dan perubahan tersebut akan
dievaluasi untuk menilai keefektifannya.
8. Persepsi keseluruhan tentang keselamatan pasien
Diartikan persepsi dari seluruh staf berkaitan dengan KP termasuk
pemahaman tentang prosedur dan sistem yang baik untuk mencegah
kesalahan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 4i


9. Staffing
Salah satu prinsip yang direkomendasikan IOM dalam laporannya ”To Err is
Human” (2000) untuk implementasi patient safety di RS adalah mendesain
pekerjaan dengan memperhatikan faktor manusia. Ini berarti dalam
penataannya harus memperhitungkan jam kerja, beban kerja,
rasio staffing dan juga sistem shift dengan memperhatikan faktor kelelahan,
siklus tidur, dan lain-lain. Mendesain pekerjaan untuk safety juga termasuk
melakukan training, memberi tugas pada orang yang tepat dan memposisikan
seseorang pada posisi yang tepat.
10. Harapan dan tindakan supervisor/ manajer dalam promosi keselamatan
Diartikan sejauh mana supervisor/manajer mempertimbangkan saran staf
untuk peningkatan keselamatan , tidak mengabaikan masalah keselamatan
dan memberi penghargaan pada staf yang menerapkan pelaksanaan
keselamatan .
11. Kerjasama antar unit
Diartikan sejauh mana setiap unit dalam RS saling bekerjasama dan
berkoordinasi antar unit dengan tujuan yang sama yaitu memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien.
12. Kerjasama dalam unit Staf dalam unit
Saling mendukung satu sama lain, saling menghargai satu sama lain dan
bekerja sama sebagai satu tim.

B. Sasaran Keselamatan Pasien Nasional


Di lndonesia secara nasional untuk seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan,
diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari :
SKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SKP.3 Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
SKP.4 Meningkatkan Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur
Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar
SKP.5 Mengurangi Risiko lnfeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

SASARAN 1: MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR


Fasilitas pelayanan Kesehatan menyusun pendekatan untuk memperbaiki
ketepatan identifikasi pasien

MAKSUD DAN TUJUAN


Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya kesalahan dalam

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 5i


mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius I tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat
tidur, kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan, mungkin mengalami
disabilitas sensori, atau akibat situasi lain. Tujuan ganda dari sasaran ini adalah :
pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya mengidentifikasi pasien
sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau
pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang
digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau
produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien). Nomor kamar atau lokasi
pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi
yang berbeda di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di pelayanan rawat jalan,
unit gawat darurat, atau kamar operasi. ldentifikasi terhadap pasien koma yang
tanpa identitas, juga termasuk. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk memastikan telah mengatur
semua situasi yang memungkinkan untuk diidentifikasi.

SASARAN 2: MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi diantara
para petugas pemberi perawatan semakin efektif.
Maksud Dan Tujuan
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan
peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon
unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito. Fasilitas
pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan
(atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan
oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 6i


dan dibacakan ulang dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi
alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD atau lCU.

SASARAN 3: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS


DIWASPADAI
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
Maksud Dan Tujuan
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat
yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahanlerror dan/atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak
mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip NORUM, atau Look-Alike
Sound-Alikel LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di
WHO. Yang sering disebutsebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium/potasium klorida
[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)1, kalium/potasium fosfat [(sama
dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)1, natrium/sodium klorida fiebih pekat dari
0.9%1, dan magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekatl. Kesalahan ini
bisa terjadi bila staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan
pasien, bila perawat kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap
unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat daruraUemergensi. Cara yang
paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah
dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi. Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga
mengidentifikasi area mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis
sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD
atau kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta
bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga
membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-
hati.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 7i


SASARAN 4: MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,
PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, operasi. suatu pendekatan dan tepat pasien
Maksud Dan Tujuan
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota
tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping
itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis
tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota
tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor
kontribusi yang sering terjadi. Fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur yang efektif di dalam
mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi
dari operasi yang memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang
menginvestigasi dan/atau mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada tubuh
manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan
kesempatan diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di fasilitas
pelayanan kesehatan dimana prosedur ini dijalankan. Praktek berbasis bukti,
seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety
(2009. Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda
yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan; dan harus dibuat oleh orang yang akan
melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi
operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple,
tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang). Maksud dari proses
verifikasi praoperatif adalah untuk : memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien
yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto, dan hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan Memverifikasi keberadaan
peralatan khusus atau implant yang dibutuhkan.

SASARAN 5: MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN


KESEHATAN
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 8i


Maksud Dan Tujuan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
lnfeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemihterkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections)
dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari
eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh
dari WHO, fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau
mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk
implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan Kesehatan

SASARAN 6: MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud Dan Tujuan
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera
pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat
dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor baik
konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkah-
langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak
benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan
cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun. Program
tersebut harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.

C. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN


Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat menilai
kemajuan yang telah dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih aman.
Dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Fasilitas pelayanan Kesehatan
dapat memperbaiki keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan
pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini akan membantu
memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan jika terjadi
sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang tepat. Tujuh

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 9i


langkah ini juga bisa membantu Fasilitas pelayanan Kesehatan mencapai
sasaran-sasarannya untuk Tata Kelola Klinik, Manajemen Risiko, dan
Pengendalian Mutu.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien terdiri dari:


1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah
penerapan:
 Untuk Rumah Sakit : Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang
menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,
bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan
dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden. Tumbuhkan budaya pelaporan
dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit. Lakukan asesmen
dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
 Untuk Unit/Tim: Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk
berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai
di rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi
yang tepat.

2. Pimpin dan Dukung Staf


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di rumah sakit. Langkah penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang
bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien. Identifikasi di tiap bagian
rumah sakit, orang orang yang dapat diandalkan untuk menjadi
”penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien. Prioritaskan
Keselamatan Pasien dalam agenda rapat direksi/ pimpinan maupun rapat-
rapat manajemen rumah sakit. Masukkan Keselamatan Pasien dalam
semua program latihan staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini
diikuti dan diukur efektivitasnya.
 Untuk Unit/Tim: Nominasikan ”penggerak” dalam tim sendiri untuk
memimpin Gerakan Keselamatan Pasien. Jelaskan kepada tim relevansi
dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan
Keselamatan Pasien. Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai
pelaporan insiden.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 10i


3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf. Kembangkan indikator-
indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
Direksi/Pimpinan rumah sakit. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
 Untuk Unit/Tim: Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan
isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien
dalam proses asesmen risiko rumah sakit. Lakukan proses asesmen risiko
secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut. Pastikan
penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. Kembangkan Sistem Pelaporan


Pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS). Langkah penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden
ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPP-RS
 Untuk Unit/Tim: Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi
tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah
penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien
dan keluarganya. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi
yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden. Berikan dukungan, pelatihan dan
dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan
keluarganya.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 11i


 Untuk Unit/Tim: Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden. Prioritaskan pemberitahuan
kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan
kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat. Pastikan, segera
setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.

6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien


Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul. Langkah penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah ( Root Cause Analysis /RCA) atau Failure
Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus
mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun
untuk proses risiko tinggi.
 Untuk Unit/Tim: Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien


Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan. Langkah penerapan:
 Untuk Rumah Sakit: Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh
dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran
ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan
pasien. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKP-RS. Beri umpan balik
kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan.
 Untuk Unit/Tim: Libatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Telaah kembali
perubahan-perubahan yang dibuat tim dan pastikan pelaksanaannya. Pastikan
tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 12i


D. KERANGKA BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

Pembelajaran Dukungan
Organisasi Struktural

Budaya Keselamatan Outcome


Pasien Karyawan
Kerjasama Tim dan lndikator
Kolaborasi Keselamatan

Gambar. Kerangka Budaya Keselamatan Pasien

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 13i


BAB III
TATA LAKSANA

Mengacu kepada Standar Keselamatan Pasien, maka RSUD siti Aisyah


mendesign (merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden keselamatan pasien dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja. Proses perancangan tersebut mengacu pada Visi, Misi dan
Tujuan RSUD siti Aisyah, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan " Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Rumah Sakit". Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan
perihal tujuh langkah keselamatan pasien tersebut.

A. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN ADALAH


SEBAGAI BERIKUT

Tabel. 1. Langkah Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien di


RSUDSiti Aisyah(Ciptakan budaya yang terbuka dan adil)

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti Memastikan memiliki kebijakan yang menjabarkan
Aisyah apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi
insiden, bagaimana langkahlangkah pengumpulan
fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
 Memastikan RSUD Siti Aisyah memiliki
Kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
 Menumbuhkan Budaya Pelaporan dan
belajar dari insiden yang terjadidi.
 RSUD Siti Aisyah Melakukan
Assesmen dengan menggunakan survey
penilaian keselamatan pasien

2 Komite Mutu  Memastikan seluruh karyawan mampu


dan berlcicara mengenai kepedulian mereka dan
Keselamatan berani melaporkan bilamana ada
Pasien dan  Mendemonstrasikan kepada seluruh
Satuan Kerja satuan kerja tentang ukuran-ukuran yang
Terkait. dipakai di RSUD Siti Aisyah untuk
memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/ solusi yang tepat.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 14i


Tabel.2. Langkah Pimpin dan Dukung StafRSUD Siti Aisyah
(Membangun komitmen tentang Keselamatan Pasien )

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti  Memastikan ada Pimpinan yang
Aisyah bertanggung jawab atas keselamatan Pasien
 Mengidentifikasi di tiap satuan kerja
orang-orang yang diandalkan menjadi
"Penggerak" dalam Gerakan Keselamatan
Pasien
 Memprioritaskan Keselamatan Pasien
dalam agenda rapat Pimpinan maupun rapat-
rapat manajemen RSUD Siti Aisyah.
 Memasukkan Keselamatan Pasien
dalam semua program latihan staf RSUD Siti
Aisyah dan memastikan pelatihan tersebut
diikuti dan diukur efektifitasnya
2 Komite Mutu  Menominasikan "Champions" di
dan masing-masing Satuan Kerja untuk memimpin
Keselamatan Gerakan Keselamatan Pasien di Satuan Kerja
Pasien dan masing-masing.
Satuan Kerja  Menjelaskan kepada seluruh anggota
Terkait. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien serta
"Penggerak" tentang relevansi dan
pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan Gerakan Keselamatan
Pasien .
 Menumbuhkan sikap kesatria dan
menghargai pelaporan insiden

Tabel.3. Langkah lntegrasikan Aktifitas Pengelolaan Risiko


(Mengembangkan Sistem dan Proses Pengelolaan Risiko )

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti  Menelaah kembali struktur dan proses
Aisyah yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
non klinis serta memastikan hal tersebut
mencakup terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan Staf.
 Mengembangkan indikator- indikator
kinerja bagi sistem pengelolaan yang dapat
dimonitor oleh Direksi/ Pimpinan RSUD Siti
Aisyah.Menggunakan informasi yang benar
dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan assesmen risiko untuk
dapat secrra proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
2 Komite Mutu  Membentuk forum-forum dalam RSUD
dan Siti Aisyah untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Keselamatan Pasien guna memberikan
Pasien dan umpan balik kepada manajemen
LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 15i
Satuan Kerja  Memastikan ada penilaian risiko pada
Terkait. individu pasien dalam proses assesmen risiko
RSUD Siti Aisyah.
 Melakukan proses assesmen risiko
secara teratur untuk menentukan aksetabilitas
setiap risiko dan mengambil langkahlangkah
yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut.
 Memastikan penilaian risiko tersebut
disampaikan sebagai masukan proses
assesmen dan pencatatan risiko RSUD Siti
Aisyah

Tabel.4. Langkah Kembangkan Sistem Pelaporan


(Staf di RSUD Siti Aisyah melaporkan kejadian/ insiden)

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti Aisyah  Melengkapi rencana implementasi
sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar yang harus dilaporkan ke
KKPRS.
2 Komite Mutu dan  Memberikan semangat kepada
Keselamatan seluruh staf dan rekan kerja untuk
Pasien dan secara aktif melaporkan setiap insiden
Satuan Kerja yang terjadi dan insiden yang telah
Terkait. dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang
penting.

Tabel.5. Langkah Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien


( Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan
pasien)

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti Aisyah  Memastikan RSUD Siti Aisyah
memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang
insiden dengan para pasien dan
keluarganya.
 Memastikan pasien dan keluarga
mereka mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terladi insiden.
 Memberikan dukungan, pelatihan
dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terlcuka kepada pasien dan
keluarganya.
2 Komite Mutu dan  Memastikan anggota Komite Mutu
Keselamatan dan Keselamatan Pasien serta
Pasien dan "Champions' menghargai dan
Satuan Kerja mendukung keterlibatan pasien dan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 16i


Terkait. keluarganya bila terjadi insiden.
 Memprioritaskan pemberiitahuan
kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden dan segera memberikan
kepada mereka informasi yang jelas dan
benar secara tepat.
 Memastikan, segera setelah
kejadian, KMKP dan "Penggerak"
menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya..

Tabel.6. Langkah Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang


Keselamatan Pasien ( Staf RSUD Siti Aisyah melakukan analisis akar
masalah )

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti Aisyah  Memastikan staf dan satuan kerja
terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab.
 Mengembangkan Kebijakan yang
menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisa Akar Masalah (Roof
Cause Analysis/ RCA) yang mencakup
insiden yang terjadi.
2 Komite Mutu dan  Mendiskusikan bersama Komite
Keselamatan Mutu dan Keselamatan Pasien serta
Pasien dan Satuan Kerja terkait tentang pengalaman
Satuan Kerja dari hasil analisis insiden. .
Terkait. Mengidentifikasi satuan kerja lain yang
mungkin terkena dampak di masa depan
dan membagi pengalaman tersebut
secara lebih luas

Tabel.7. Langkah Cegah Cedera melalui lmplementasi Sistem


Keselamatan Pasien (Menggunakan informasi yang ada tentang
proses pelayanan untuk melakukan perubahan/ redesign)

No Satuan Kerja Langkah penerapan


1 RSUD Siti  Menggunakan informasi yang benar
Aisyah dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, assesmen risiko, kajian insiden
dan audit serta analisis untuk menentukan
solusi setempat. .
 Solusi tersebut mencakup
penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/
atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrument yang menjamin keselamatan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 17i


pasien.
 Melakukan assesmen risiko untuk
setiap perubahan yang direncanakan.
 Mensosialisasikan solusiyang
dikembangkan oleh (KKP-RS).
 Memberi umpan balik kepada Staf
tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
 Minimum satu kali pertahun
melakukan Failurc Modes and Effect
Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

2 Komite Mutu  Melibatkan anggota Komite Mutu


dan dan Keselamatan Pasien serta "
Keselamatan Champions" dalam mengembangkan
Pasien dan berbagai cara untuk membuat asuhan
Satuan Kerja pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
Terkait.  Menelaah kembali perubahan-
perubahan yang dibuat KMKP dan
memastikan pelaksanaannya.
 Memastikan KMKP dan Para
Penggerak menerima umpan balik atas
setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.

B. PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Penerapan Sasaran keselamatan pasien meliputi
1. Mengidentifikasi Pasien Denga Benar
2. Meningkatkan Komuni kasi Yan g Efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,
Pembedahan Pada PasienYang Benar
5. Mengurangi Risiko lnfeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
C. PENERAPAN 12 DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
Dimensi dalam budaya keselamatan pasien yaitu.
1. Keterbukaan komunikasi
2. Feedback dan komunikasi tentang kesalahan yang terjadi
3. Frekuensi pelaporan kejadian.
4. Handoff dan transisi
5. Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien.
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan
yang dilakukan
7. Organizational learning - pembelalaran berkelanjutan.
8. Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 18i


9. Staf yang cukup.
10. Supervisor/ harapan manajer dan tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan keselamatan pasien
11. Kerjasama lintas unit
12. Kerjasama antar unit / dalam unit.

D. MELAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI BUDAYA KESELAMATAN


PASIEN
1. MONITORING DAN EVALUASI DILAKUKAN OLEH KOMITE MUTU
DAN KESELAMATAN PASIEN
a. Monitoring 6 sasaran keselamatan pasien menggunakan indikator
mutu, yang mana pengambilan data dilakukan oleh petugas pengambil
data mutu unit.
b. Monitoring tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan 12 dimensi
keselamatan pasien dengan menggunakan survey pada seluruh ruang
lingkup penerapan budaya keselamatan pasien
c. Petugas penyiapan kebutuhan survey adalah komite Mutu dan
keselamatan pasien
d. Petugas monitoring /survey adalah penanggung jawab pengambil data
di setiap unit
e. Petugas analisa data adalah komite mutu dan keselamatan pasien
f. Petugas pembuat laporan pelaksanaan kegiatan komite mutu dan
keselamatan pasien
g. Survey Budaya keselamatan pasien menggunakan Kuesioner dari
HSOPC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) yang
dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and
Quality) 2016.dan disesuaikan dengan kondisi RSUD Siti Aisyah kota
Lubuklinggau.

2. WAKTU PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan monitoring 6 sasaran keselamatan pasien dilakukan
setiap hari dan data direkap setiap bulan
b. Pelaksanaan monitoring 7 langkah dan dimensi budaya keselamatan
pasien menggunakan survey dilakukan 1 tahun sekali,
c. Sebelum dilakukan survey dilakukan Sosialisasi pelaksanaan survey
d. Waktu Pelaksanaan survey dilakukan dalam waktu 1 minggu
e. Tabulasi dan analisa hasil survey dilakukan dalam waktu 2 minggu
f. Pembuatan laporan pelaksanan survey dalam waktu 1 minggu.

3. MELAKUKAN ANALISA

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 19i


a. Analisa 6 sasaran keselamatan pasien dilakukan setiap 6 bulan
b. Analisa dimensi budaya keselamatan pasien,dilakukan setiap
dimensi budaya Keselamatan pasien
c. Analisa dibuat menggunakan Tabel
d. Analisa mencakup analisa pencapaian dan permasalahan
e. Hasil pengumpulan data dan analisa dilaporkan pada
pimpinan/direktur RSUD Siti Aisyah.

4. MELAKUKAN TINDAK LANJUT PERBAIKAN


Data yang telah dianalisa , apabila sudah baik dipertahankan atau
ditingkatkan, namun apabila masih kurang dilakukan upaya perbaikan
berupa PDCA.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 20i


BAB IV
METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian
Penelitian deskriptif dilakukan dengan menggunakan rancang potong lintang
(cross sectional) untuk mencari gambaran budaya keselamatan pasien di
RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

2. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai RSUDSiti Aisyah Kota
Lubuklinggautanpa memandang status kepegawaian yang terdiri dari Badan
Layanan Umum Daerah(BLUD) Pegawai Negeri Sipil (PNS), Traning, atau
Magang.

3. Kriteria Subyek Penelitian


Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pegawai tersebut telah bekerja
selama ≥ 6 bulan di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau dan mendapatkan
Link kuesioner yang telah di bagikan oleh Tim Komite PMKP RSUD Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau.

4. Besar Sampel Penelitian


Sampel diperoleh dengan cara stratified random sampling yaitu pegawai di
bagi berdasar unit kerja setingkat instalasi. Kelompok lain di luar instalasi
adalah kelompok struktural , komite medis (klinisi), pegawai administrasi.
Dengan menggunakan perbandingan proporsi jumlah pegawai di masing-
masing unit tersebut didapatkan jumlah sampel di unit kerja. Stratifikasi dan
randomisasi dilanjutkan di dalam unit kerja hingga diperoleh sampel yang
mewakili masing–masing profesi di dalam unit kerja . Bila terdapat pegawai
yang mempunyai tugas rangkap di beberapa unit, maka pegawai tersebut
dikelompokkan ke dalam unit di mana pegawai tersebut bekerja dengan
proporsi waktu terbesar.
Estimasi besar sampel penelitian ini menggunakan rumus untuk data
deskriptif. Dengan menggunakan nilai α ( level of significance )= 0,5, besar
populasi 611 dan dengan mempertimbangkan respon rate 90%, maka
didapatkan estimasi besar sampel sebesar 265 orang.

5. Variabel , Cara Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional


Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner budaya keselamatan
pasien dari Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)tahun 2006

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 21i


yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan disetujui
penggunaannya oleh PERSI. Kuesioner yang terdiri dari 5 elemen , yang
mencakup 44 pertanyaan.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert untuk 5 pilihan jawaban mulai dari
“sangat tidak setuju”, sampai “ sangat setuju” atau mulai “tidak pernah” sampai
“selalu”. Hasil skala Likert dalam kuesioner dibagi atas pernyataan positif (
“setuju” dan “sangat setuju” atau “ selalu” dan “sering” ) serta pernyataan
negatif (“sangat tidak setuju” dan “tidak setuju” atau “ tidak pernah” dan
“jarang” ).

6. Alur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara paper-based survey pada bulan 16 Mei – 19
Mei tahun 2022. Untuk meningkatkan response rate, maka survei dilakukan
selama 4 hari melalui google form berupa link, yang dibuat oleh tim komite
mutu RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau. Responden dibagi dalam 3
kelompok secara acak untuk menentukan waktu pengisian.Cara pengisian
kuesioner sesuai dengan petunjuk dari HSoPSC.

7. Analisis data
Data yang telah diperoleh dari penelitian dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program pengolah data Excell 2010. Jumlah respon positif dari
digunakan untuk menilai budaya keselamatan pada masing – masing dimensi.
Jika Nilai budaya< 50% maka dianggap sebgai nilai budaya Tidak Baik, jika
Nilai budaya 50% sampai 75% maka dianggap nilai budaya Cukup Baik, dan
Jika Nilai budaya 75% sampai 90% maka dianggap sebagai nilai budaya yang
Baik, jika >90% maka nilai budaya dianggap sangat Baik.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 22i


BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Survey budaya keselamatan pasien dilakukan di RSUD Siti Aisyah Kota


Lubuklinggaupada tanggal 16 Mei 2022, dengan jumlah sampel 265 orang yang
merupakan semua Karyawan aktif yang bekerja dilingkungan RSUD Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau. Yangmana sebanyak 113 orang (42,6%) berprofesi sebagai
perawat, dan 63 orang (23,8%) profesi sebagai Bidan, dan sebanyak 5 orang
(1,9%) profesi dokter umum dan spesialis, dan 18 orang (6,8%) dari manajemen
Rumah Sakit, dan 25 orang (9,4%) dari profesi penunjang, dan 10 orang (3,8%)
dari profesi farmasi, dan 31 orang (12%) dari profesi lainnya.

Respon

Respon

Respon

Respon

Respon
Negatif

Persen
positif

Netral

Total

Total
No Dimensi Item Dimensi

1. Karyawan unit kami


saling mendukung,
tidak saling 219 29 17 265 83%
menyikut

Unit kami memiliki


cukup staf untuk
menangani beban 141 41 83 265 53%
kerja yang berlebih

Bila unit kami ada


pekerjaan yang
harus dilakukan
dalam waktu cepat,
maka karyawan
diunit kamilah yang 237 19 9 265 89%
Unit Kerja

akan bekerjasama
sebagai tim untuk
menyelesaikan
pekerjaan tersebut 64%

Petugas diunit kami


saling menghargai,
sesame rekan kerja, 234 24 7 265 88%
maupun atasan

Karyawan diunit
kami bekerja
dengan waktu yang
lebih lama dari 79 86 100 265 30%
normal untuk
perawatan pasien

Unit kami secara


aktif melakukan
kegiatan untuk
238 21 6 265 90%
meningkatkan
keselamatan pasien

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 23i


Karyawan unit kami
sering merasa
bahwa, kesalahan
yang terkadang
tanpa sadar mereka
152 54 59 265 57%
lakukan sering
digunakan untuk
menyalahkan
mereka

Diunit kami
kesalahan yang
terjadi digunakan
untuk membuat
245 12 8 265 92%
perubahan kearah
yang positif dan
lebih baik lagi

Hanya karena
kebetulan saja bila
insiden yang lebih
serius dan sangat 123 69 73 265 46%
serius tidak terjadi
diunit kami

Bila salah satu area


diunit kami sangat
sibuk, maka area
162 69 34 265 61%
lain dari unit kami
akan membantu

Bila unit kami


melaporkan suatu
insiden, sering kali
yang dibicarakan
128 47 90 265 48%
adalah pelakunya
bukan masalah dan
solusinya

Sesudah membuat
perubahan-
perubahan untuk
meningkatkan
keselamatan pasien 228 31 6 265 86%
kami melakukan
evaluasi tentang
efektivitasnya

Kami seolah bekerja


dalam keadaan
113 45 107 265 43%
“Maklum” atas
semua hal yang
LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 24i
terjadi diunit kami

Karyawan merasa
khawatir kesalahan
yang mereka buat
akan dicatat
diberkas pribadi 105 29 131 265 40%
mereka, bukan
untuk mencari akar
masalahnya

Diunit kami banyak


masalah terkait
keselamatan pasien 78 61 126 265 29%
untuk dilaporkan

Kami sangat sigap


dalam mencegah
terjadinya eror
dalam prosedur dan 235 20 10 265 89%
system diunit kami

Manajemen/case
2. Manajer/Ka.
Manajemen/caseManajer/Ka. Instalasi/Ka.

Instalasi/Ka.
Ruangan/Ka. Tim
diunit kami
memberi reward
jika melihat 162 60 43 265 61%
pekerjaan
diselesaikan sesuia
prosedur
keselamatan pasien
yang berlaku
Ruangan

Manajemen/case
Manajer/Ka.
69%
Instalasi/Ka.
Ruangan/Ka. Tim
kami member
pujian jika melihat 177 59 29 265 67%
pekerjaan
diselesaikan sesuai
prosedur
keselamatan pasien

Manajemen/case
Manajer/Ka.
Instalasi/Ka.
206 45 14 265 78%
Ruangan/Ka. Tim
dengan serius
memperimbangkan
LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 25i
masukan staf untuk
meningkatkan
keselamatan pasien

Bila beban kerja


tinggi
Manajemen/case
Manajer/Ka.
Instalasi/Ka.
Ruangan/Ka. Tim
kami minta kami
162 49 54 265 61%
bekerja cepat
meskupun
pekerjaan kami
tumpang tindih dan
mengakibatkan hasil
kurang maksimal

Manajemen/case
Manajer/Ka.
Instalasi/Ka.
Ruangan/Ka. Tim
kami selalu
mengabaikan 78%
206 24 35 265
masalah
keselamatan pasien
yang terjadi
berulang kali diunit
kami

3. Karyawan diunit
kami mendapatkan
umpan balik/tindak
lanjut mengenai
perubahan yang 85 117 63 265 32%
dilaksanakan atas
dasar hasil laporan
insiden
Komunikasi

Karyawan diunit
kami bebas bicara
jika melihat sesuatu 46%
yang dapat
122 82 61 265 46%
berdampak negative
pada pelayanan
pasien

Karyawan diunit
kami mendapatkan
informasi mengenai
139 94 32 265 52%
insiden apapun yang
terjadi diunit ini.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 26i


Karyawan diunit
kami merasa bebas
untuk
mempertanyakan
97 100 68 265 37%
keputusan atau
tindakan yang
diambil oleh atasan

Diunit kami
didiskusikan cara
untuk mencegah
183 55 27 265 69%
agar insiden tidak
terulang Kembali

Karyawan diunit
kami takut bertanya
jika terjadi hal yang
142 78 45 265 54%
kelihatannya tidak
benar

Bila terjadi
kesalahan, tetapi
tidak berpotensi
menciderai pasien, 94 90 81 265 35%
seberapa sering hal
ini dilaporkan

4. Bila terjadi
kesalahan, terapi
Frekuensi pelaporan insiden dan Grading

sempat diketahui
dan dikoreksi
sebelum berdampak 122 76 67 265 46%
pada pasien,
seberapa sering hal
ini dilaporkan

Bila terjadi
kesalahan, tetapi
tidak berpotensi
menciderai pasien, 96 90 79 265 36%
Risk

seberapa sering hal


ini dilaporkan 42%

Bila terjadi
kesalahan yang
dapat mencederai
pasien tetapi
ternyata tidak 98 81 86 265 37%
terjadi cedera,
seberapa sering hal
ini dilaporkan

Dalam 12 bulan
terakhir jumlah
218 0 47 265 82%
laporan kejadian
yang telah anda isi
LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 27i
dan kirimkan

Westafel di salah
satu unit mengalami
kebocoran sehingga
mengakibatkan
lantai basah dan
icin, dalam situasi
tersebut 2 orang
dari keluarga pasien 23 31 211 265 9%
mengalami luka
robek didaerah
pelipis mata, table
resiko terkait
termasuk dalam
tingkat resiko?

Berdasarkan kasus
sebelumnya, dari
tabel resiko terkait
probabilitas berikut
termasuk dalam 103 0 162 265 39%
tingkat resiko
manakah kasus di
atas

5. Pilih tingkat
keselamatan pasien 190 65 10 265 72%

Menejemen RS
membuat suasana
Tingkat keselamatan Pasien

kerja mendukung 171 80 14 265 63%


keselamatan pasien

Antar unit di RS
kami tidak saling
berkoordinasi 43 95 127 265 16%
dengan baik

Bila terjadi 50,3


pemindahan pasien %
dari unit ke unit
lain, pasti
menimbulkan 75 110 80 265 28%
masalah terkait

dengan informasi
dan status pasien

Terdapat kerjasama
yang baik antar unit
di RS yang 167 85 13 265 63%
dibutuhkan untuk
menyelesaikan

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 28i


pekerjaan bersama

Informasi penting
mengenai
pelayanan pasien
sering hilang saat 145 86 34 265 55%
pergantian jaga
(Shif)

Sering kali tidak


menyenangkan
bekerja dengan staf 146 98 21 265 55%
dari unit lain di RS

Masalah sering
timbul dalam
pertukaran
informasi antar unit
di RS tindakan
manajemen RS 100 102 63 265 38%
menunjukan bahwa
keselamatan pasien
merupakan
perioritas utama

Manajemen RS
kelihatan tertarik
pada keselamatan
104 88 73 265 39%
pasien hanya
sesudah terjadi KTD

Unit RS
berkerjasama
dengan baik untuk
memberikan 195 64 6 265 74%
pelayan yang
terbaik untuk pasien

Dari hasil analisa data diatas, didapatkan bahwa setiap Elemen dimensi sebagai
berikut:

1. Dimensi Unit kerja, yang terdiri dari 16 elemen pertanyaan, didapatkan Nilai
64%, diartikan budaya keselamatan pasien terkait dimensi unit kerja masuk
dalam kategori Cukup Baik.
2. Dimensi Manajemen/Case Manager/Kepala Instalasi/Kepala Ruangan yang
terdiri dari 5 elemen pertanyaan, didapatkan Nilai 69%, diartikan nilai budaya
keselamatan pasien terkait Dimensi Manajemen/Case Manager/Kepala
Instalasi/Kepala Ruangan Cukup Baik.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 29i


3. Dimensi Komunikasi, yang terdiri dari 7 elemen pertanyaan, didapatkan nilai
46%, diartikan Budaya Keselamatan pasien terkait Dimensi Komunikasi Tidak
Baik.
4. Dimensi Frekuensi Pelaporan Insiden dan Grading Risk yang terdiri dari 6
elemen pertanyaan, didapatkan nilai 41,5%, diartikan nilai budaya keselamatan
pasien terkait dimensi Frekuensi Insiden dan Grading Risk Tidak Baik.

5. Dimensi Tingkat Keselamatan Pasien, yang terdiri dari 10 elemen pertanyaan


didapatkan Nilai 50,3%, diartikan nilai budaya keselamatan pasien terkait
Dimensi Tingkat keselamatan Pasien Cukup Baik.

Persepsi terhadap budaya keselamatan pasien terlihat mempunyai


kesesuaian dengan nilai total di rumah sakit. Dalam penelitian diambil sub analisis
hanya terhadap unit kerja yang berhubungan langsung dengan pasien , dimana
seluruhnya berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Dengan rentang
nilai positif tertinggi sebesar 64% (Dimensi Unit Kerja). memberikan arti bahwa
budaya positif di unit masih membutuhkan pengawasan dan perbaikan khususnya
pada Dimensi frekuensi pelaporan Insiden dan Grading Risk dan dimensi
Komunikasi yang mempunyai nilai di bawah 50%.

Selain dimensi yang belum sesuai dengan standar , dari penelitian ini
menunjukkan bahwa RS Siti Aisyah mempunyai kekuatan yang dapat digunakan
sebagai modal dalam melakukan perbaikan dalam budaya keselamatan pasien.
Dimensi – dimensi Kerjasama staf dalam satu unit, Dukungan manajemen
terhadap upaya keselamatan pasien dan Perbaikan yang berkesinambungan
itulah yang harus dioptimalkan. Smits (2009) menyebutkan bahwa budaya
keselamatan pasien di unit kerja merupakan faktor utama yang menggambarkan
budaya keselamatan di rumah sakit dan tinggi rendahnya insiden keselamatan
pasien. Dimensi yang menggambarkan budaya di tingkat menejemen rumah sakit
hanya tiga yaitu, Kerjasama antar unit, Penempatan pegawai, dan Dukungan
manajemen terhadap upaya peningkatan keselamatan pasien. Selebihnya dimensi
yang lain menggambarkan aktifitas budaya di unit kerja.

Melakukan investasi dalam praktek–praktek yang memperkuat upaya


keselamatan pasien merupakan hal yang krusial bagi rumah sakit untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan. Keselamatan pasien harus
diintegrasikan dalam program pendidikan bagi para profesional kesehatan dan
tertulis di dalam visi dan misi pelayanan dan struktur organisasi. Selain itu
dukungan manajemen dalam bentuk kebijakanm tata kelola dan struktur pelaporan
akan menjamin kelangsungan upaya ini. Dengan adanya dukungan dari standar –
standar akreditasi, perlu dilakukan penilaian dan evaluasi secara berkala terhadap
segala upaya yang telah dilakukan . Penilaian dapat menunjukkan daerah yang
LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 30i
membutuhkan perbaikan dan bantuan upaya yang terfokus pada target. Perlu
dicatat bahwa menilai survei ini hanya langkah awal dalam sebuah proses panjang
perbaikan. Wujud perbaikan akan diimplementasikan dalam bentuk rencana dan
evaluasi secara berkala.

Kekuatan penelitian ini antara lain adalah pada tingkat respon kehadiran
yang cukup tinggi dengan cara pengambilan sampel secara stratified random
sampling dan melibatkan seluruh unit kerja. Selain itu penggunaan kuesioner
HSoPSC yang sudah terstandarisasi merupakan poin penting dalam penilaian.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 31i


BAB VI

KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Kesimpulan

1. Nilai positif budaya keselamatan pasien di RSUD Siti Aisyah Kota


Lubuklinggau masih di bawah standar yaitu 54,1 %
2. Dimensi budaya keselamatan pasien yang mempunyai nilai yang tertinggi
adalah dimensi Manajemen/Case Manager/Kepala Instalasi/Kepala Ruangan
(69%),
3. Dimensi Budaya keselamatan pasien yang memiliki nilai terendah dan harus
mendapatkan prioritas untuk perbaikan adalah dimensi Frekuensi Pelaporan
Insiden dan Grading Risk (42%)

Rencana Tindak Lanjut

1. Mengadakan acara pencanangan ulang gerakan “Budaya Keselamatan


Pasien” di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggaudengan tujuan menyamakan
persepsi dan menyatukan langkah untuk membudayakan keselamatan pasien
sebagai budaya kerja
2. Melakukan sosialisasi kembali mengenai “Budaya Keselamatan Pasien”
melalui berbagai media di rumah sakit
3. Mengaktifkan audit klinis dan audit medik secara rutin untuk menekan
terjadinya insiden keselamatan pasien
4. Membuat penilaian rutin dan memberi penghargaan terhadap unit kerja yang
secara aktif memberikan laporan insiden keselamatan pasien, serta
diundangkan di media informasi di lingkup RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau
5. Mengevaluasi kembali Kuesioner Survey untuk dapat menggunakan kuesioner
versi AHRQ yang terbaru (Versi II), yaitu 12 Dimensi.
6. Mengevaluasi kembali penempatan staf dengan lebih cermat sesuai dengan
kompetensi staf dan beban kerja unit.

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 32i


BAB VII
PENUTUP

Demikianlah Laporan Survei Budaya Keselamatan ini dibuat yang


menunjukkan gambaran tingkat budaya keselamatan di RSUD Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau. Dengan harapan ke depannya dapat dijadikan acuan
penyusunan program keselamatan pasien RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau tahun berikutnya.

Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap Laporan
tentang Survei Budaya Keselamatan Pasien ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Ketua Komite PMKP


UPTD RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

drg. Yosi Pebriasari, M.M


Pembina Tk.I
NIP. 19840221 201001 2 014

LAPORAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TAHUN 2022 33i

Anda mungkin juga menyukai