Polewali, 2022
1
DAFTAR ISI
BABI PENDAHULUAN...................................................................... 4
BABII LATAR BELAKANG................................................................ 6
BABIII TUJUAN..................................................................................... 8
BABIV KEGIATAN................................................................................ 7
BABV CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN................................. 13
BABVI SASARAN.................................................................................. 14
BABVII JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN................................ 16
BABVIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
PELAPORANNYA................................................................... 20
BABIX PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI................ 22
2
BABI
PENDAHULUAN
4
BAB II
LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit
menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit harus memiliki sumber
daya manusia yang professional baik di bidang teknis medis maupun administrasi
kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai
suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu dan keselamatan pasien di semua
tingkatan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit sudah diawali dengan
penilaian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada
tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai
standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat menilai
diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang
lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan
masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
Indikator rumah sakit disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata
sesuai standar yang ditetapkan.
Pelayanan kesehatan berisiko bagi pasien, survei menunjukkan bahwa satu
diantara sepuluh orang yang dirawat di rumah sakit mengalami insiden keselamatan
pasien (Healy & Dugdale2009; Vincent2010). Studi dibeberapa tempat menunjukkan
hasil serupa. Di London, suatu studi retrospektif pada 1014 rekam medis menunjukkan
adanya insiden keselamatan pasien pada10,8% rekam medis (sekitar50% diantaranya
dapat dicegah dan sepertiganya menyebabkan cacat serta kematian (Vincent
etal.,2001). Studi di Kanada (2004) menemukan adanya insiden keselamatan pasien
sebesar 7,5% per 100 admisi, 39,6% diantaranya dapat dicegah dan 20,8%
menyebabkan kematian (Baker et al., 2004).
Insiden keselamatan pasien di negara berkembang lebih serius dari pada di
negara industri. Tahun 2006 dilakukan studi oleh the World Health Organisation
(WHO), Eastern Mediterranean Regions (EMRO) dan African Regions (AFRO), dan
5
WHO Patient safety di 8 negara berkembang. Hasilnya insiden keselamatan pasien
terjadi pada 2,5%-18,4% dari 15.548 rekam medis di 26 rumah sakit, 83% diantaranya
dapat dicegah, 30% berhubungan dengan kematian pasien dan 34% berkaitan dengan
kesalahan terapeutik pada situasi klinik yang relative tidak komplek (Wilson et al.,
2012).
WHO melaporkan studi pada 58 rumah sakit di Argentina, Colombia, Costa
Rica, Mexicoand Peruoleh IBEAS (The Latin American Study of Adverse Events) dan
melibatkan 11.379 pasien rawat inap. Hasilnya 10% admisi mengalami insiden
keselamatan pasien akibat pelayanan kesehatan. Risiko meningkat dua kali lipat ketika
durasi rawat inap dipertimbangkan (WHO, 2011). Di Indonesia, meskipun publikasi
tentang malpraktik cukup sering muncul dimedia massa, namun data resmi insiden
keselamatan pasien masih jarang ditemui. Penelitian pertama tentang keselamatan
pasien di Indonesia dilakukan di 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik. Hasilnya
menunjukkan angka insiden keselamatan pasien berkisar antara 8,0%-98,2% untuk
kesalahan diagnosis dan4,1% - 91,6%untuk kesalahan pengobatan (Utariniet al., 2000
cit. Utarini, 2012).
Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya
dirumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di rumah sakit terdapat
ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya,
bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan
pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Berdasarkan data pada tahun 2011, KKP-RS melaporkan insiden
keselamatan pasien sebanyak 34 insiden yang terdiri dari KNC 18,5%, KTD14,4%,
dan 22,65%diantaranya meninggal. Data tentang KTD di Indonesia belum mewakili
kejadian KTD yang sebenarnya terjadi. Dalam kenyataanya masalah kesalahan medis
dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang
terdeteksi adalah kejadian adversevent yang ditemukan secara kebetulan saja.
Melihat hal tersebutdi atas maka program Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien mutlak menjadi keharusan yang harus dijalankan oleh RS Bhakti Kasih.
6
BAB III
TUJUAN
A. UMUM
Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan RS yang memenuhi standar
pelayanan, keselamatan pasien dan memberikan kepuasan kepada pasien secara
berkelanjutan dan berkesinambungan.
B. KHUSUS
1. Implementasi siklus PDSA dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
2. Peningkatan mutu klinis pelayanan rumah sakit berkelanjutan.
3. Peningkatan mutu manajemen rumah sakit berkelanjutan.
4. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien.
7
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A.KEGIATAN POKOK
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik Klinis (PPK)
dan Clinical Pathway (CP) secara bertahap
2. Monitoring mutu melalui indikator mutu
3. Keselamatan Pasien
4. Manajemen Risiko
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Program PMKP di unit kerja
7. Pencatatan dan pelaporan
8. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
B.RINCIAN KEGIATAN
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway (CP) secara bertahap
a. Penyusunan panduan standarisasi asuhan klinis (PPK dan CP)
b. Pemilihan dan penetapan 15 CP prioritas penyakit yaitu prosedur tindakan
untuk distandarisasi yaitu 5 CP Pelayanan Prioritas, 5 CP KSM Bedah dan 5
CP KSM Non Bedah
1) 5 CP Pelayanan Prioritas :
a) Persalinan normal
b) PEB
c) Abortus inkomplit
d) Kehamilan lewat waktu
e) Hiperemesis gravidarum
2) 5 CP Bedah :
a) Tumor mamae
b) Appendicitis
c) Sectio Cesaria
d) Hernia
e) Tonsilitis
8
3) 5 CP Non Bedah :
a) Chronic Heart Failure
b) GEA
c) Pneumonia
d) Hipertensi
e) Lung TB
c. Penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway (CP)
d. Edukasi ke staf klinis
e. Uji coba implementasi
f. Perbaikan PPK dan CP serta sistem implementasi
g. Implementasi PPK dan CP
h. Monitoring implementasi PPK dan CP melalui audit klinis
i. Pelaporan hasil audit
j. Rencana Tindak Lanjut
2. Monitoring Mutu
a. Identifikasi indikator yang sudah dimonitor di RS
b. Pemilihan indikator area klinis, manajerial dan sasaran keselamatan pasien
(SKP) yang akan dimonitoring
1. Indikator Area Klinis (IAK):
a) Kelengkapan asesmen medis dalam waktu 24 jam setelah pasien
masuk rawat inap
b) Waktu Tunggu Pemeriksaan Laboratorium Pasien Kebidanan
c) Pemberian Antibiotik Profilaksis pada pasien Operasi kebidanan
d) Ketidaklengkapan Catatan Medis Pasien Kebidanan
e) Infeksi Daerah Operasi (IDO) Pasien Kebidanan
f) Kematian ibu melahirkan karena pendarahan
g) Kematian ibu melahirkan karena eklampsia
h) Keterlambatan Operasi Sectio Caesarea (>30 Menit)
i) Kejadian Tidak Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bayi
j) Pemeriksaan ulang radiologi
k) Penundaan Operasi Elektif
l) Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
m) Kejadian Reaksi Transfusi
9
n) Kesalahan diet pasien
o) Ketidaklengkapan catatan medis pasien
p) Kematian pasien di IGD
q) Waktu Tanggap Pelayanan Gawat Darurat ≤ 5 menit Emergency
Respon Time
r) Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium
s) Pasien yang kembali ke Instalasi Pelayanan Intensif (ICU) dengan
kasus yang sama < 72 jam
t) Ketidaklengkapan pengisian resume medis rawat jalan
u) Waktu Tunggu Rawat Jalan
v) Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif selama rawat
inap
w) Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis
x) Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
c. Penetapan indikator area klinis, manajemen dan SKP yang akan dimonitoring
d. Penyusunan standar pencatatan, pengumpulan laporan, analisis, validasi,
laporan ke Direktur RS, feed back ke unit kerja, dan publikasi data
10
e. Edukasi staf penanggung jawab pengumpul data
f. Pelaksanaan pengumpulan data (pencatatan sensus harian)
g. Validasi data indikator mutu area klinis
h. Analisis data indikator
i. Penyusunan laporan mutu keDirektur
j. Feed back hasil mutu ke unit kerja
k. Pertemuan berkala dengan Komite PPI untuk membahas hasil
surveilans/indikator area klinis yang berkaitan dengan PPI
3. Keselamatan Pasien
a. Penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
(IKP).
b. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
c. Risk grading
d. Investigasi dan analisis
4. Manajemen Risiko
a. Penyusunan Panduan Manajemen Risiko
b. Analisis manajemen risiko melalui Root Cause Analysis (Risk Grading)
c. Penyusunan register asesmen risiko (Risk Register)
d. Penyusunan Hospital Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
5. Surveillance PPI
a. Area surveilans:
1) Flebitis
2) IDO (Infeksi Daerah Operasi)
b. Alur Pelaporan Surveilance
1) Surveilance oleh IPCLN (di lembar di berkas RM Pasien)
2) Laporan surveillance dari IPCLN ke Tim PPI
3) Analisis oleh Tim PPI (IPCN dan IPCD)
4) Laporan dari Tim PPI ke Komite PPI
5) Laporan dari Komite PPI kepada Direktur
c. Bila terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB), dilaporkan kepada Tim Investigasi
Outbreak KLB.
11
6. Pendidikan dan Pelatihan
a. Sasaran
1) Manajemen (Direktur, Kabid, Kasi)
2) Komite PMKP
3) Komite lainnya
4) Kepala Ruang
5) Staf Klinis
6) Penanggung jawab pengumpul dan validator data
b. Materi
1) Manajemen Risiko :
a) Riskgrading
b) Root Cause Analysis (RCA)
c) Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
2) Keselamatan Pasien (pelaporan IKP, 6 SKP)
3) Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
4) Pengumpulan, validasi, analisis, dan publikasi data
12
2) Rapat Mutu Untuk Koordinasi Kegiatan
Rapat koordinasi kegiatan dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan yang
bukan termasuk kegiatan rutin.
13
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
14
BAB VI
SASARAN
Sasaran program peningkatan mutu adalah target pertahun yang spesifik dan
terukur untuk mencapai tujuan-tujuan program.
A. Indikator Area Klinis (IAK),
16
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
17
Bulan Tahun 2022
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Standarisasi Asuhan Klinis (PPK dan CP) secara bertahap
Penyusunan panduan standarisasi
asuhan klinis (PPK dan CP)
Pemilihan dan penetapan 5 area prioritas penyakit
dan prosedur tindakan untuk distandarisasi
Penyusunan Panduan Praktik
Klinis (PPK) dan clinical pathway (CP)
Edukasi ke staf klinis
Implementasi PPK dan CP
Monitoring implementasi PPK dan CP melalui
audit klinis
Pelaporan hasil audit
Rencana Tindak Lanjut
2 Monitoring Mutu
Identifikasi indikator yang sudah dimonitor di RS
Pemilihan indikator mutu area klinis, manajemen
dan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang akan
dimonitor
Penetapan indikator mutu area klinis,manajemen
dan SKP yang akan dimonitoring
Penyusunan standar pencatatan, pengumpulan
laporan, analisis, validasi, laporan ke Direktur RS,
feedback ke unit kerja, dan publikasi data.
Edukasi staf penanggung jawab pengumpul data
Pelaksanaan pengumpulan data (pencatatan
indikator mutu harian)
Analisis data indikator
Validasi data indikator mutu area klinis
Penyusunan laporan mutu ke Direktur
Feedback hasil mutu ke unit kerja
Pertemuan berkala dengan Komite PPI untuk
membahas hasil surveilance/indikator area klinis 18
3 Keselamatan Pasien
Penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan IKP
Pencatatan dan pelaporan IKP
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
20
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
21
4) Grade merah : investigasi komprehensif/analisis akar
masalah/ RCA oleh tim KPRS,waktu
pelaksanaan maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan
laporan insiden ke Tim KPRS
g. Tim KPRS akan menganalisis kembali hasil investigasi dan laporan insiden
untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan
melakukan re-grading.
h. Setelah melakukan RCA, tim KPRS akan membuat laporan dan rekomendasi
untuk perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk/aturan baru/safetyalert
untuk mencegah kejadian terulang kembali.
i. Hasil RCA, rekomendasi, dan rencana tindak lanjut dilaporkan ke Direktur
j. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait.
k. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerja masing-
masing.
l. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KPRS.
22