GAMBARAN KHUSUS
produk farmasi mulai dari penerimaan bahan, proses pengolahan, pengemasan dan
pengemasan ulang, penandaan hingga menghasilkan produk jadi. Salah satu produk
Kloramfenikol merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus, juga
merupakan antibiotika luas yang aktif, tidak hanya terhadap bakteri, tetapi juga
bahan baku yang digunakan diperiksa terlebih dahulu identitasnya, dan jumlah yang
digunakan untuk produksi sesuai dengan yang tertera pada CPOB: lingkungan,
ruangan dan peralatannya yang digunakan dicek kebersihannya dan harus mendapat
persetujuan laboratorium sebelum digunakan; setiap wadah yang berisi produk diberi
label yang menyatakan tahap pengolahannya, tiap mesin cetak hanya mencetak satu
jenis produk untuk satu siklus pencetakan, air yang digunakan dalam proses produksi
Alur barang dimulai dari bagian PPPI dimana PPPI menyusun perencanaan
pengadaan barang berdasarkan data dari pihak pemasaran dan stok barang (produk)
pembelian akan mengeluarkan Surat Pesanan (SP) kepada supplier dan ditembuskan
pada bagian bagian PPPI, pergudangan dan keuangan. Selanjutnya, pihak gudang
akan mencatat pesanan barang dalam KKPK (Kartu Kontrol Pesan Barang). Barang
dikirim oleh supplier dan diterima oleh Bagian Gudang untuk diperiksa kesesuaian
dengan SP. Pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan kemasan, label, etiket, tanggal
ED, dan juga no. batch. Apabila diketahui barang yang dikirim ternyata etiketnya
berbeda dengan pesanan, atau kemasan yang diterima bagian gudang dalam keadaan
Bila barang yang diminta sesuai dengan pesanan maka pihak gudang akan
Pengujian dan pada gudang sendiri yang akan disimpan sebagai arsip. Selanjutnya
barang tersebut sesuai dengan spesifikasi apa tidak. Sehingga Bagian Laboratorium
Pengujianlah yang menyatakan barang tersebut diterima atau ditolak. Bila barang
tersebut ditolak maka akan diserahkan ke supplier lagi, dan bila diterima akan
disimpan dibagian gudang. Bagian Laboratorium Pengujian akan memberikan
Laporan Analisa (LA) sebagai bukti bahwa barang telah diuji dan memenuhi
pemerian serbuk hablur, licin, putih, bau lemah, rasa tawar, identifikasi kemurnian,
kadar, dll. Tanda lulus pengujian dengan menempelkan label diterima yang bewarna
hijau disertai nomor Laporan Analisa (LA), sedangkan yang tidak lulus pengujian
dengan menempelkan label ditolak yang bewarna merah yang juga disertai dengan
nomor Laporan Analisa (LA). Bahan/produk yang masih diperiksa diberi label
kualitas bahan. Untuk menyimpan hormon, OKT (Obat Keras Terbatas) seperti
FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out) sehingga mencegah
bahan expired. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk bahan-bahan yang disimpan
lama. Untuk bahan obat yang mudah terurai, seperti vitamin diperiksa 6 bulan sekali,
bahan aktif seperti parasetamol diperiksa setahun sekali, dan untuk bahan kemas dan
dijaga untuk menghindari kerusakan bahan baku dan bahan kemas. Suhu ruangan
proses produksi hingga pengemasan primer maupun sekunder. Jika produk telah jadi,
Supervisor Produk akhir (SPA) akan memeriksa dan memberikan Acc, setelah itu
baru produk jadi boleh masuk gudang obat jadi dengan dilampiri Bon Barang Jadi
oleh bagian produksi. Produk jadi disimpan di gudang obat jadi dan selanjutnya
Gudang yang dikepalai oleh seorang superviser. Setelah PPPI menurunkan SPK
Produksi ke bagian Produksi yang dilampiri dengan BSTBB dan CPB, bagian
produksi akan membuat memo kepada seksi PS untuk menimbang bahan baku. Seksi
jenisnya.
terlebih dahulu dari pada bahan yang disimpan di gudang PS kecuali ED bahan yang
di gudang lebih cepat dari pada bahan yang ada di gudang PS. Urutan penimbangan
bahan di PS ialah bahan pembantu, bahan aktif dan terakhir bahan pewarna. Pada
dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan bahan yang tercecer. PS memberi label
yang berisi nama bahan, nama produk, nomor batch, jumlah yang ditimbang dan
tanggal penimbangan. Biasanya lama penyimpanan bahan yang ditimbang di PS
selama 1 – 2 hari, sedangkan waktu permintaan bahan ke gudang satu hari sebelum
penimbangan.
Dari segi peralatan, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. - Plant Bandung telah
bejalan dengan lancar. Peralatan produksi dibersihkan dan perawatan terjadwal oleh
tiap bagian mengikuti prosedur yang telah dibuat. Mesin dicek dan dibersihkan
sebelum dan sesudah produksi dan hanya peralatan yang dinyatakan memenuhi
persyaratan saja yang boleh digunakan dalam proses produksi. Setiap ruang proses
produksi hanya terdapat satu jenis alat saja untuk mengerjakan produk yang sama.
Hal ini untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan yang lain.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur dan menguji harus diperiksa
ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi secara periodik. Hasil pemeriksaan dan
kalibrasi dicatat dan disimpan untuk mengetahui pemeriksaan berikutnya. Dalam hal
ini Plant Bandung mempunyai supervisor kalibrasi untuk melakukan kalibrasi seluruh
peralatan pengujian yang ada di Plant Bandung dan mengendalikan semua alat di
Pengecekan dan tara timbangan dilakukan setiap hari dan kalibrasi timbangan
udara yang disalurkan kedalam ruang produksi dari dua sumber yaitu udara di
sirkulasi kembali (80%) dan udara bebas (20%) dengan suhu tidak lebih dari 23 oC,
lantai dan langit-langit terbuat dari epoksi dengan permukaan yang halus, rata dan
licin serta pertemuan antara dinding dengan lantai tidak membentuk sudut sehingga
lebih mudah dibersihkan, tidak menyerap lembab serta tidak menahan debu. Ruang
produksi juga telah dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang dapat mengurangi
debu dengan pengaturan tekanan udara sehingga dapat menekan kontaminasi silang.
Selain itu terdapat juga ruang antara yang memisahkan Grey Area dan Black Area.
PT. Kimia Farma Plant Bandung terdapat 2 area yaitu grey area dan black area.
primer dan akan diberi kemasan sekunder dilakukan di Black area. PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. - Plant Bandung tidak memiliki White area karena Plant Bandung
tidak memproduksi sediaan steril. Sedangkan tekanan udara pada ruang produksi juga
telah diatur sesuai dengan CPOB, dimana tekanan udara pada koridor relatif lebih
No. Registrasi :
No. Batch :
4 Polisorbatum 80 Pengawet 1g
6 Aquadest Pelarut 5 ml
produksi dari PPPI yang disahkan oleh Plant Manager yang disertai CPB
(Catatan Pengolahan Batch) dan BSTBB (Bon Serah Terima Bahan Baku)
2. Bagian Penimbangan Sentral (PS) merekap kebutuhan bahan baku dan meminta
selama proses produksi dilakukan IPC (oleh bagian produksi) pada titik-titik
kritis
Analisis (LA), maka PPPI akan menurunkan SPK pengemasan yang disahkan
Plant Manager beserta Catatan Kemasan Batch (CKB) dan Bon Serah Terima
Pada proses produksi, ada beberapa parameter kritis yang harus diperhatikan
karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk seperti viskositas, ukuran partikel,
pH, bobot jenis, dll. Selama proses produksi ada parameter kritis yang harus
diperhatikan karena pada parameter tersebut rawan terjadi perubahan yang dapat
mempengaruhi mutu produk akhir. Oleh karena itu selama proses produksi dilakukan
perbaikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dihadapi. Apabila kesalahan dinilai
berat, maka proses produksi dihentikan dulu dan dilakukan investigasi untuk
dilakukan.
ALUR PRODUKSI SUSPENSI KLORAMFENIKOL
dimulai dengan pengayakan bahan aktif dan CMC, kemudian dilakukan penimbangan
Pembuatan sirupus simplex dilakukan seperti pada sirup, sedangkan untuk pembuatan
suspending agent, dibuat dengan cara, menaburkan CMC Na pada air panas dalam
Mixing Tank, didiamkan semalam lalu diaduk. Besoknya dibuat sirupus simplex
dalam Melting Tank dicampur dengan suspending agent dalam Mixing Tank,
dicampur selama 30 menit dan diputar dengan kecepatan 150-200 rpm lalu
Zat aktif setelah diayak dan ditimbang, selanjutnya dibasahkan dengan cara
dilakukan penghalusan partikel dengan Colloid Mill. Sementara itu juga dilakukan
pelarutan zat tambahan dengan pelarut aquadest, kemudian baru dicampur antara
larutan zat tambahan, bahan aktif yang sudah dihaluskan dan campuran suspending
agent-sirupus simplex pada mesin Ultra Turax selama 1 jam pada kecepatan 200
ppm. Hasil pencampuran disimpan di Storage Tank dan dikarantina untuk dilakukan
pemeriksaan yang meliputi pemerian, berat jenis, viskositas, pH dan kadar. Setelah
lulus uji maka dilakukan proses pengisian ke dalam botol menggunakan One Line
Filling Machine dan pada tahap ini dilakukan IPC mengenai volume cairan dalam
botol. Setelah dilakukan pengisian ke dalam botol maka dilakukan penutupan botol
penutupan.
juga dilakukan IPC meliputi estetika, kelengkapan etiket pada botol. Botol yang
sudah disealing dan diberi etiket ini akan dikemas dalam kemasan sekunder dan akan
dikemas lagi dalam kardus/box. Pada proses ini dilakukan IPC estetika, kelengkapan
etiket dan penandaan. Jika sudah dinyatakan memenuhi syarat maka akan dikirim ke
Perintah Kerja Pengemasan disertai Bon Serah Terima Bahan Kemas (BSTBK) dan
Setelah proses pengemasan selesai, obat jadi diserahkan ke gudang obat jadi yang
PEMBAHASAN
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. plant Bandung merupakan salah satu BUMN
dalam bidang kesehatan yang memproduksi obat dengan tujuan meningkatkan derajat
Sebagai suatu industri yang memproduksi obat, maka seluruh aspek CPOB
pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan terhadap hasil pengamatan, keluhan dan
Proses produksi dan pengolahan telah memenuhi aturan CPOB yaitu antara lain
pelaksanaan produksi sesuai prosedur tertulis yang ditetapkan CPOB, bahan baku
yang digunakan diperiksa terlebih dahulu identitasnya, dan jumlah yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan yang tertera pada CPOB: lingkungan, ruangan dan
laboratorium sebelum digunakan; setiap wadah yang berisi produk diberi label yang
menyatakan tahap pengolahannya, tiap mesin cetak hanya mencetak satu jenis produk
untuk satu siklus pencetakan, air yang digunakan dalam proses produksi adalah aqua
demineralisata.
udara yang disalurkan kedalam ruang produksi dari dua sumber yaitu udara di
sirkulasi kembali (80%) dan udara bebas (20%) dengan suhu tidak lebih dari 23 oC,
lantai dan langit-langit terbuat dari epoksi dengan permukaan yang halus, rata dan
licin serta pertemuan antara dinding dengan lantai tidak membentuk sudut sehingga
lebih mudah dibersihkan, tidak menyerap lembab serta tidak menahan debu. Ruang
produksi juga telah dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang dapat mengurangi
debu dengan pengaturan tekanan udara yaitu HEPA sehingga dapat menekan
kontaminasi silang. Selain itu terdapat juga ruang antara yang memisahkan Grey Area
kembali.
Secara keseluruhan penerapan CPOB di PT. Kimia Farma Plant Bandung telah
dilaksanakan dengan baik, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa terjaga mutu atau
jawabnya untuk mengelola perusahaan, baik dalam hal sumber daya manusia,
maupun yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dalam hal ini proses produksi
V.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKP) yang di PT. Kimia Farma
Plant Bandung dapat disimpulkan bahwa penerapan CPOB di PT. Kimia Farma Plant
baik, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa terjaga mutu atau kualitasnya.
V.2 Saran
dalam mengetahui secara detail mengenai penerapan ilmu farmasi di industri farmasi