Anda di halaman 1dari 15

BAB III

GAMBARAN KHUSUS

Produksi adalah semua pelaksanaan yang terlibat dalam penyiapan suatu

produk farmasi mulai dari penerimaan bahan, proses pengolahan, pengemasan dan

pengemasan ulang, penandaan hingga menghasilkan produk jadi. Salah satu produk

yang diproduksi di PT.Kimia Farma (persero) Tbk yaitu suspensi Kloramfenikol.

Kloramfenikol merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus, juga

merupakan antibiotika luas yang aktif, tidak hanya terhadap bakteri, tetapi juga

terhadap mikro-organisme lain seperti risketsia. (Hoan, 2007).

Proses produksi yang dilakukan memerlukan persiapan terlebih dahulu yaitu,

bahan baku yang digunakan diperiksa terlebih dahulu identitasnya, dan jumlah yang

digunakan untuk produksi sesuai dengan yang tertera pada CPOB: lingkungan,

ruangan dan peralatannya yang digunakan dicek kebersihannya dan harus mendapat

persetujuan laboratorium sebelum digunakan; setiap wadah yang berisi produk diberi

label yang menyatakan tahap pengolahannya, tiap mesin cetak hanya mencetak satu

jenis produk untuk satu siklus pencetakan, air yang digunakan dalam proses produksi

adalah aqua demineralisata.


PENGADAAN BAHAN BAKU & BAHAN KEMAS

Alur barang dimulai dari bagian PPPI dimana PPPI menyusun perencanaan

pengadaan barang berdasarkan data dari pihak pemasaran dan stok barang (produk)

yang tersisa di ULS. Susunan perencanaan pengadaan barang tersebut selanjutnya

diserahkan ke Bagian Pembelian untuk dilakukan pemesanan kepada pemasok. Pihak

pembelian akan mengeluarkan Surat Pesanan (SP) kepada supplier dan ditembuskan

pada bagian bagian PPPI, pergudangan dan keuangan. Selanjutnya, pihak gudang

akan mencatat pesanan barang dalam KKPK (Kartu Kontrol Pesan Barang). Barang

dikirim oleh supplier dan diterima oleh Bagian Gudang untuk diperiksa kesesuaian

dengan SP. Pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan kemasan, label, etiket, tanggal

ED, dan juga no. batch. Apabila diketahui barang yang dikirim ternyata etiketnya

berbeda dengan pesanan, atau kemasan yang diterima bagian gudang dalam keadaan

tidak baik, maka bagian Gudang akan menolak barang tersebut.

Bila barang yang diminta sesuai dengan pesanan maka pihak gudang akan

mengeluarkan Bukti Terima Barang Sementara (BTBS) yang diberikan kepada

pemasok/supplier dan ditembuskan ke bagian PPPI, Pembelian, Laboratorium

Pengujian dan pada gudang sendiri yang akan disimpan sebagai arsip. Selanjutnya

Bagian Laboratorium Pengujian melakukan sampling terhadap barang yang baru

datang tersebut untuk dilakukan serangkaian pemeriksaan dan pengujian apakah

barang tersebut sesuai dengan spesifikasi apa tidak. Sehingga Bagian Laboratorium

Pengujianlah yang menyatakan barang tersebut diterima atau ditolak. Bila barang

tersebut ditolak maka akan diserahkan ke supplier lagi, dan bila diterima akan
disimpan dibagian gudang. Bagian Laboratorium Pengujian akan memberikan

Laporan Analisa (LA) sebagai bukti bahwa barang telah diuji dan memenuhi

spesifikasi yang ditentukan, antara lain yaitu identifikasi organoleptic dengan

pemerian serbuk hablur, licin, putih, bau lemah, rasa tawar, identifikasi kemurnian,

kadar, dll. Tanda lulus pengujian dengan menempelkan label diterima yang bewarna

hijau disertai nomor Laporan Analisa (LA), sedangkan yang tidak lulus pengujian

dengan menempelkan label ditolak yang bewarna merah yang juga disertai dengan

nomor Laporan Analisa (LA). Bahan/produk yang masih diperiksa diberi label

karantina bewarna kuning.

Ruangan tempat penyimpanan barang diatur dan dikendalikan untuk menjaga

kualitas bahan. Untuk menyimpan hormon, OKT (Obat Keras Terbatas) seperti

psikotropik, harus dipisahkan dan terkunci. Sistem penyimpanan di atur menurut

FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out) sehingga mencegah

bahan expired. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk bahan-bahan yang disimpan

lama. Untuk bahan obat yang mudah terurai, seperti vitamin diperiksa 6 bulan sekali,

bahan aktif seperti parasetamol diperiksa setahun sekali, dan untuk bahan kemas dan

bahan pembantu seperti amilum manihot diperiksa 2 tahun sekali.

Suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan di ruang penyimpanan harus

dijaga untuk menghindari kerusakan bahan baku dan bahan kemas. Suhu ruangan

tanpa AC dijaga 15-30ºC dengan kelembaban 30-75%. Untuk suhu di ruang

penyimpanan yang menggunakan AC, suhu dijaga maksimal 25ºC dengan

kelembaban 30-75%. Barang-barang di gudang disanggah dengan pallet sehingga


tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Bagian PPPI menurunkan Surat Perintah

Kerja Produksi (SPKP) kepada produksi disertai BSTBB/BSTBK. Selanjutnya

BSTBB diserahkan ke Penimbangan Sentral dan BSTBK ke Bagian Penandaan.

Barang yang diminta akan diserahkan ke bagian produksi untuk dilakukan

proses produksi hingga pengemasan primer maupun sekunder. Jika produk telah jadi,

Supervisor Produk akhir (SPA) akan memeriksa dan memberikan Acc, setelah itu

baru produk jadi boleh masuk gudang obat jadi dengan dilampiri Bon Barang Jadi

oleh bagian produksi. Produk jadi disimpan di gudang obat jadi dan selanjutnya

dikirim ke ULS sesuai instruksi dari ULS.

Penimbangan Sentral (PS), merupakan salah satu seksi dibawah Bagian

Gudang yang dikepalai oleh seorang superviser. Setelah PPPI menurunkan SPK

Produksi ke bagian Produksi yang dilampiri dengan BSTBB dan CPB, bagian

produksi akan membuat memo kepada seksi PS untuk menimbang bahan baku. Seksi

PS akan merekap jumlah bahan yang diperlukan dan dikelompokkan menurut

jenisnya.

Penimbangan Sentral akan menimbang bahan baku yang ada di gudang PS

terlebih dahulu dari pada bahan yang disimpan di gudang PS kecuali ED bahan yang

di gudang lebih cepat dari pada bahan yang ada di gudang PS. Urutan penimbangan

bahan di PS ialah bahan pembantu, bahan aktif dan terakhir bahan pewarna. Pada

penggantian penimbangan bahan pada setiap tahapnya, ruangan dan timbangan

dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan bahan yang tercecer. PS memberi label

yang berisi nama bahan, nama produk, nomor batch, jumlah yang ditimbang dan
tanggal penimbangan. Biasanya lama penyimpanan bahan yang ditimbang di PS

selama 1 – 2 hari, sedangkan waktu permintaan bahan ke gudang satu hari sebelum

penimbangan.

Alur Pengadaan Bahan Produksi oleh Bagian Pembelian

Bagian PPPI membuat BPPBB/K

Dilampirkan spesifikasi BB/BK. Untuk BK disertai contoh

Disahkan Plant Manager

Disahkan Bagian Pembelian

Bag. Pembelian mengundang supplier untuk mendapatkan


penawaran harga (yang diundang dari daftar supplier handal).

Evaluasi : harga murah, sesuai spesifikasi, barang tersedia

Terbit Surat Pesanan : 7 rangkap


3 lembar Bag Keuangan/Pembukuan
1 lembar asli supplier
1 lembar gudang
1 lembar PPPI
1 arsip pembelian

SP disahkan Plant Manager

Monitoring (minimal ± seminggu sebelum jadwal)

Barang datang (diterima gudang)

Terbit LA (MPM) – diterima/ditolak.


KUALIFIKASI PERALATAN

Dari segi peralatan, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. - Plant Bandung telah

menempatkan peralatan produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat

bejalan dengan lancar. Peralatan produksi dibersihkan dan perawatan terjadwal oleh

tiap bagian mengikuti prosedur yang telah dibuat. Mesin dicek dan dibersihkan

sebelum dan sesudah produksi dan hanya peralatan yang dinyatakan memenuhi

persyaratan saja yang boleh digunakan dalam proses produksi. Setiap ruang proses

produksi hanya terdapat satu jenis alat saja untuk mengerjakan produk yang sama.

Hal ini untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan yang lain.

Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur dan menguji harus diperiksa

ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi secara periodik. Hasil pemeriksaan dan

kalibrasi dicatat dan disimpan untuk mengetahui pemeriksaan berikutnya. Dalam hal

ini Plant Bandung mempunyai supervisor kalibrasi untuk melakukan kalibrasi seluruh

peralatan pengujian yang ada di Plant Bandung dan mengendalikan semua alat di

laboratorium pengujian baik masalah kalibrasi maupun kerusakan.

Pengecekan dan tara timbangan dilakukan setiap hari dan kalibrasi timbangan

dilakukan setiap 6 bulan sekali. Penyimpangan timbangan diatas 0,5% maka

timbangan dinyatakan rusak. Seksi PS akan membuat surat permintaan perbaikan ke

Bagian Pemeliharaan, setelah selesai diperbaiki timbangan terlebih dahulu dikalibrasi

lagi sebelum dipakai.


RUANGAN CLEARANCE

Produksi suspensi kloramfenikol dilakukan di zona E (non steril) dimana suplai

udara yang disalurkan kedalam ruang produksi dari dua sumber yaitu udara di

sirkulasi kembali (80%) dan udara bebas (20%) dengan suhu tidak lebih dari 23 oC,

jumlah maksimum partikel/m3 yaitu ukuran 0,5 um 3.500.000 5 um 20.000. Dinding,

lantai dan langit-langit terbuat dari epoksi dengan permukaan yang halus, rata dan

licin serta pertemuan antara dinding dengan lantai tidak membentuk sudut sehingga

lebih mudah dibersihkan, tidak menyerap lembab serta tidak menahan debu. Ruang

produksi juga telah dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang dapat mengurangi

debu dengan pengaturan tekanan udara sehingga dapat menekan kontaminasi silang.

Selain itu terdapat juga ruang antara yang memisahkan Grey Area dan Black Area.

PT. Kimia Farma Plant Bandung terdapat 2 area yaitu grey area dan black area.

Grey area diperuntukkan untuk ruang penimbangan, ruang granulasi, ruang

pencetakan, ruang pengemasan primer. Sedangkan produk yang sudah dikemas

primer dan akan diberi kemasan sekunder dilakukan di Black area. PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. - Plant Bandung tidak memiliki White area karena Plant Bandung

tidak memproduksi sediaan steril. Sedangkan tekanan udara pada ruang produksi juga

telah diatur sesuai dengan CPOB, dimana tekanan udara pada koridor relatif lebih

positif dibanding ruang produksi.


VALIDASI MASTER FORMULA

Formula suspensi kloramfenikol

Formula asli : Suspensi Kloramfenikol

Nama produk : Suspensi Kloramfenikol

Jumlah produk : 1000 botol

No. Registrasi :

No. Batch :

Tiap 5 ml kloramfenikol mengandung :

No Nama Bahan Fungsi Jumlah

1 Kloramfenikol palmitat Bahan aktif 125 mg

2 Na CMC Suspending agent 50 mg

3 Propilenglikol Pengental, pelarut 25 mg

4 Polisorbatum 80 Pengawet 1g

5 Sirupus simpleks Pemanis 5g

6 Aquadest Pelarut 5 ml

Alur kegiatan Bagian Produksi :

1. Bagian produksi bekerja berdasarkan (Surat Perintah Kerja Produksi) SPK

produksi dari PPPI yang disahkan oleh Plant Manager yang disertai CPB

(Catatan Pengolahan Batch) dan BSTBB (Bon Serah Terima Bahan Baku)
2. Bagian Penimbangan Sentral (PS) merekap kebutuhan bahan baku dan meminta

bahan baku ke bagian gudang, kemudian bahan baku ditimbang

3. Proses produksi dimulai

 selama proses produksi dilakukan IPC (oleh bagian produksi) pada titik-titik

kritis

 setelah produksi selesai dan bagian laboratorium pengujian telah menyatakan

produk ruahan tersebut memenuhi spesifikasi dan mengeluarkan Laporan

Analisis (LA), maka PPPI akan menurunkan SPK pengemasan yang disahkan

Plant Manager beserta Catatan Kemasan Batch (CKB) dan Bon Serah Terima

Bahan Kemas (BSTBK)

4. Produk jadi yang dihasilkan akan dikirim ke gudang obat jadi

Pada proses produksi, ada beberapa parameter kritis yang harus diperhatikan

karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk seperti viskositas, ukuran partikel,

pH, bobot jenis, dll. Selama proses produksi ada parameter kritis yang harus

diperhatikan karena pada parameter tersebut rawan terjadi perubahan yang dapat

mempengaruhi mutu produk akhir. Oleh karena itu selama proses produksi dilakukan

IPC. Apabila diketemukan ketidaksesuaian spesifikasi maka segera dilakukan

perbaikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dihadapi. Apabila kesalahan dinilai

berat, maka proses produksi dihentikan dulu dan dilakukan investigasi untuk

menemukan penyebab kesalahan agar dapat ditentukan langkah perbaikan yang

dilakukan.
ALUR PRODUKSI SUSPENSI KLORAMFENIKOL

Sediaan suspensi yang diproduksi antara lain suspensi chloramphenicol. Proses

dimulai dengan pengayakan bahan aktif dan CMC, kemudian dilakukan penimbangan

di Penimbangan Sentral. Bahan tambahan yang dibutuhkan untuk proses produksi

juga ditimbang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam pembuatan suspensi, diperlukan sirupus simplex dan suspending agent.

Pembuatan sirupus simplex dilakukan seperti pada sirup, sedangkan untuk pembuatan

suspending agent, dibuat dengan cara, menaburkan CMC Na pada air panas dalam

Mixing Tank, didiamkan semalam lalu diaduk. Besoknya dibuat sirupus simplex

dalam Melting Tank dicampur dengan suspending agent dalam Mixing Tank,

dicampur selama 30 menit dan diputar dengan kecepatan 150-200 rpm lalu

didinginkan di Ultra Turax

Zat aktif setelah diayak dan ditimbang, selanjutnya dibasahkan dengan cara

dimasukkan dalam campuran air dan surfaktan (Polisorbatum 80) Kemudian

dilakukan penghalusan partikel dengan Colloid Mill. Sementara itu juga dilakukan

pelarutan zat tambahan dengan pelarut aquadest, kemudian baru dicampur antara

larutan zat tambahan, bahan aktif yang sudah dihaluskan dan campuran suspending

agent-sirupus simplex pada mesin Ultra Turax selama 1 jam pada kecepatan 200

ppm. Hasil pencampuran disimpan di Storage Tank dan dikarantina untuk dilakukan

pemeriksaan yang meliputi pemerian, berat jenis, viskositas, pH dan kadar. Setelah

lulus uji maka dilakukan proses pengisian ke dalam botol menggunakan One Line
Filling Machine dan pada tahap ini dilakukan IPC mengenai volume cairan dalam

botol. Setelah dilakukan pengisian ke dalam botol maka dilakukan penutupan botol

dengan Cap Sealing Machine. Pemeriksaan IPC dilakukan terhadap kekencangan

penutupan.

Setelah proses produksi selesai, selanjutnya dilakukan penempelan etiket dan

juga dilakukan IPC meliputi estetika, kelengkapan etiket pada botol. Botol yang

sudah disealing dan diberi etiket ini akan dikemas dalam kemasan sekunder dan akan

dikemas lagi dalam kardus/box. Pada proses ini dilakukan IPC estetika, kelengkapan

etiket dan penandaan. Jika sudah dinyatakan memenuhi syarat maka akan dikirim ke

Gudang Obat Jadi.

Setelah proses produksi berakhir kemudian PPPI akan mengeluarkan Surat

Perintah Kerja Pengemasan disertai Bon Serah Terima Bahan Kemas (BSTBK) dan

Catatan Pengemasan Batch (CKB) untuk selanjutnya dilakukan proses pengemasan.

Setelah proses pengemasan selesai, obat jadi diserahkan ke gudang obat jadi yang

selanjutnya akan dikirim ke Unit Logistik Sentral (ULS).


BAB IV

PEMBAHASAN

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. plant Bandung merupakan salah satu BUMN

dalam bidang kesehatan yang memproduksi obat dengan tujuan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat secara optimal.

Sebagai suatu industri yang memproduksi obat, maka seluruh aspek CPOB

harus diterapkan meliputi aspek personalia (SDM dan Struktur Organisasi),

bangunan, peralatan, sanitasi, dan hygiene (temasuk pengolahan limbah), produksi,

pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan terhadap hasil pengamatan, keluhan dan

penarikan kembali obat yang telah beredar, dan dokumentasi.

Proses produksi dan pengolahan telah memenuhi aturan CPOB yaitu antara lain

pelaksanaan produksi sesuai prosedur tertulis yang ditetapkan CPOB, bahan baku

yang digunakan diperiksa terlebih dahulu identitasnya, dan jumlah yang digunakan

untuk produksi sesuai dengan yang tertera pada CPOB: lingkungan, ruangan dan

peralatannya yang digunakan dicek kebersihannya dan harus mendapat persetujuan

laboratorium sebelum digunakan; setiap wadah yang berisi produk diberi label yang

menyatakan tahap pengolahannya, tiap mesin cetak hanya mencetak satu jenis produk

untuk satu siklus pencetakan, air yang digunakan dalam proses produksi adalah aqua

demineralisata.

Produksi suspensi kloramfenikol dilakukan di zona E (non steril) dimana suplai

udara yang disalurkan kedalam ruang produksi dari dua sumber yaitu udara di
sirkulasi kembali (80%) dan udara bebas (20%) dengan suhu tidak lebih dari 23 oC,

jumlah maksimum partikel/m3 yaitu ukuran 0,5 um 3.500.000 5 um 20.000. Dinding,

lantai dan langit-langit terbuat dari epoksi dengan permukaan yang halus, rata dan

licin serta pertemuan antara dinding dengan lantai tidak membentuk sudut sehingga

lebih mudah dibersihkan, tidak menyerap lembab serta tidak menahan debu. Ruang

produksi juga telah dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang dapat mengurangi

debu dengan pengaturan tekanan udara yaitu HEPA sehingga dapat menekan

kontaminasi silang. Selain itu terdapat juga ruang antara yang memisahkan Grey Area

dan Black Area.

Ketidaksesuaian selama proses produksi dicatat di catatan produk tidak sesuai

(Non Conforming Product) dan ditelusuri penyebab ketidaksesuaian serta

merekomendasikan tindak perbaikannya sehingga kesalahan yang sama tidak terulang

kembali.

Secara keseluruhan penerapan CPOB di PT. Kimia Farma Plant Bandung telah

dilaksanakan dengan baik, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa terjaga mutu atau

kualitasnya. Apoteker dengan dasar ilmu kefarmasian dan manajerial yang

dimilikinya hendaknya dapat memahami seluruh kegiatan kefarmasian di industri

farmasi dan aspek-aspek manajemen sehubungan dengan tugas dan tanggung

jawabnya untuk mengelola perusahaan, baik dalam hal sumber daya manusia,

maupun yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dalam hal ini proses produksi

sediaan farmasi. Di industri farmasi apoteker mempunyai peran yang penting

berkaitan dengan pencapaian mutu produk, jadi kompetensi apoteker di industri


farmasi bisa di tiap bagian, misalnya di bagian pembelian, di bagian produksi, di

bagian pengujian, maupun di bagian riset dan pengembangan produk.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKP) yang di PT. Kimia Farma

Plant Bandung dapat disimpulkan bahwa penerapan CPOB di PT. Kimia Farma Plant

Bandung pada proses produksi suspensi kloramfenikol telah dilaksanakan dengan

baik, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa terjaga mutu atau kualitasnya.

V.2 Saran

Sebaiknya pendamping saat kunjungan lapangan adalah sesorang yang ahli

dalam mengetahui secara detail mengenai penerapan ilmu farmasi di industri farmasi

serta penerapan aspek CPOB atau CPKB.

Anda mungkin juga menyukai