Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH CPOB

PEMBUATAN SEDIAAN TABLET CTM

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I

WENDA NOOR MEIDA ARDIANI


1543700235

GEBBIE PRISILIYA LUMENTUT


1543700248

SKOLASTIKA INA
1543700240

INDAH DWI SEPTIANI 1543700241

ANDRYANSYAH DJAINI
1543700239

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2016

1. Latar Belakang
Dalam rangkaian pembuatan obat di Industri farmasi memiliki system
yang sangat untuk menjamin kualitas, keamanan dan khasiat dari obat yang
diproduksi. Pedoman untuk menjaga 3 kriteria obat tersebut hasilnya setiap
industry harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) atau GMP
(Good Manufacturing Product). Saat ini BPOM sudah merevisi CPOB 2006
dengan CPOB 2012. Salah satu aspek penting yang terdapat pada CPOB adalah
adanya Aspek Sistem Manajemen Mutu. Prinsip dari aspek ini adalah industri
farmasi harus membuat obat dengan sedemikian proses agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, selain itu memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar serta tidak menimbulkan resiko yang membahayakan bagi konsumennya
karena tidak aman, mutunya rendah serta tidak efektif. Dalam setiap produksi
yang sedang berlangsung, atau sesudah menjadi produk jadi dilakukan evaluasi
yang disebut dengan Annual Product Review (APR) tetapi pada pedoman CPOB
2012 istilahnya diganti menjadi Product Quality Review (PQR) atau Pengkajian
Mutu Produk. Evaluasi ini dimaksudkan untuk:
1. Mengurangi resiko produk complain, pengembalian produk dan produk
Recall
2. Mengurangi adanya resiko produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang
di persyaratkan oleh CPOB
3. Mencegah kesalahan dan adanya kerugian
4. Meningkatkan kegiatan produksi
5. Memperbanyak kalibrasi dan memelihara interval
6. Meningkatkan komunikasi diantara karyawan bagian produksi, bagian
teknisi (Engineering), bagian pengawasan mutu (Quality control), bagian
pemastian mutu (Quality Control), standar aturan pabrik
7. Memeriksa status validasi
8. Memperbaharui persyaratan minimum
9. Memeriksa kesesuaian produk dengan ketentuan izin edar (nomor
registrasi) dan kesesuaian barang dari supplier dalam waktu yang kontinu.
Adapun hal hal yang dimuat dalam PQR adalah sebagai berikut:
Evaluasi mulai dari API (Active Pharmaceutical Ingredient) atau Bahan
Aktif Farmasi, bahan pengemas (Packaging Materials), terutama stabilitas
dari zat aktif karena panjangnya proses distribusi dari supplier
Evaluasi pengawasan pada setiap titik kritis proses produksi ( Critical In
Process Control) dan analisis hasil produk yang jadi
Evaluasi terhadap semua bets yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan, dan langkah investigasi yang bersangkutan
Evaluasi terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang muncul
secara signifikan, dan efektifitas koreksi juga tindakan pencegahan
Evaluasi terhadap semua perubahan proses produksi dan uji coba metode
Evaluasi kesesuaian produk dengan izin edar dan adanya perubahan
notifikasi
Evaluasi terhadap hasil pengujian stabilitas dan data tren analisis
Evaluasi terhadap seluruh produk complain dan Recall
Evaluasi terhadap seluruh tindakan perbaikan yang berkaitan dengan proses
dan peralatan
Evaluasi terhadap segala kondisi yang diterima sebagai bagian dari izin
edar dan perubahan notifikasi
Kualifikasi status bangunan dan peralatan seperti system HVAC,
Pengolahan air dan Mesin Gas
I. Perencanaan dan Pengadaan Bahan Baku

Alur Produksi Bahan Baku / Bahan Awal

P ee r n e n c a n a a n
ednaPg na a re d no cn n a d dn u a k n s i d a n
aPd n ea a n l i g e n d a l i a n
aBnlIa i n n n a a B v n h P e a a r n h n o t a od nK r u i e k m s i a s
PB r a o kh ua n
P r o
d u
d u k
k s i
s i
Bagian PPPI bertanggung jawab memenuhi pesanan pemasaran secara
tepat, baik tepat mutu, tepat jumlah maupun tepat waktu, fungsi dari PPPI antara
lain adalah :
1. Menerima target pesanan dari pemasaran sesuai dengan prosedur
system mutu penanganan pesanan
2. Menyusun bahan kebutuhan bahan sesuai dengan pesanan
3. Evaluasi kapasitas produksi
4. Melakukan pemesanan bahan baku/ bahan kemas
5. Melakukan perencanaan dan pengendalian produksi
6. Monitoring kedatangan bahan dan pengendalian bahan
Alur barang dimulai dari bagian PPPI dimana PPPI menyusun
perencanaan pengadaan barang berdasarkan data dari pihak pemasaran dan stok
barang (produk) yang tersisa. Susunan perencanaan pengadaan barang tersebut
selanjutnya diserahkan ke bagian pembelian untuk dilakukan pemesanan kepada
pemasok. Pihak pembelian akan mengeluarkan Surat Pesanan (SP) kepada
supplier dan ditembuskan pada bagian PPPI, pergudangan dan keuangan.
Selanjtnya pihak gudang akan mencatat pesanan barang dalam KKPB (Kartu
Kontrol Pesan Barang). Barang dikirim oleh supplier dan diterima oleh bagian
gudang untuk diperiksa kesesuaian dengan Surat Pesanan (SP). Pemeriksaan
disini meliputi pemeriksaan kemasan, label, etiket tanggal ED, dan nomer batch.
Apabila diketahui barang yang dikirim ternyata etiketnya berbeda dengan
pesanan, atau kemasan yang diterima dalam keadaan tidak baik, maka bagian
gudang akan menolak barang tersebut.
Bila barang yang datang sesuai dengan pesanan, maka pihak gudang akan
mengeluarkan Bukti Terima Barang Sementara (BTBS) yang diberikan kepada
pemasok atau supplier dan ditembuskan ke bagian PPPI, Pembelian,
Laboratorium pengujian dan pada gudang sendiri yang akan disimpan sebagai
arsip. Selanjutnya bagian laboratorium pengujian melakukan sampling terhadap
barang yang baru datang tersebut untuk dilakukan serangkaian pemeriksaan dan
pengujian apakah barang tersebut sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Sehingga
bagian laboratorium pengujian yang menyatakan barang tersebut diterima atau
ditolak. Bila barang terebut ditolak maka akan doserahkan ke supplier lagi, dan
bila diterima akan disimpan di bagian gudang. Bagian laboratorium pengujian
akan memberikan laporan analisa (LA) sebagai bukti bahwa barang telah diuji dan
memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Selanjutya pihak gudang akan
mengeluarkan Bukti Penerimaan Barang (BPB) rangkap enam, lembar pertama ,
ketiga, kelima diserahkan ke bagian pembelian yang akan diteruskan ke supplier, ,
lembar kedua, keempat diserahkan ke bagian keuangan dan lembar keenam
digunakan sebagai arsip gudang. Kemudian petugas gudang akan memindahkan
barang atau bahan pesanan ketempatnya.
Berikut Alur Pengadaan Bahan Produksi Oleh Bagian Pembelian
II. Pengadaan Bahan Awal
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam produksi adalah pengadaan
bahan awal. Bahan awal merupakan semua bahan, baik yang berkhasiat atau tidak
berkhasiat, yang berubah atau tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan
obat walaupun tidak semua bahan tersebut akan tertinggal di dalam produk ruahan
(Priyambodo, 2007).
Pengadaan atau pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan
oleh karena itu hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus
dan menyeluruh perihal pemasok. Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari
pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila
memungkinkan, langsung dari produsen.Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat
oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok.Sangat
menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut,
termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga
prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat
dan pemasok (BPOM, 2012).
Proses pengadaan bahan awal terdiri dari (BPOM, 2012):
a. Pengadaan Bahan
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
Semua penerima, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot,
tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal
daluwarsa bila ada.
Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah
memenuhi spesifikasi dan diberi label dalam spesifikasinya. Singkatan,
kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak di pakai.
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan
yang akan menunjukan identitas pengiriman atau bets selama
penyimpanan dan pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum
pada label wadah untuk memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang
pengiriman atau bets yang akan dipasang.
Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk
tujuan pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap
sebagai bets terpisah.
b. Penerimaan Bahan
Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang
kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan
adanya kerusakan bahan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan
label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode
yang telah disetujui oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu.

Gamb
ar 2.1 Penerimaan Bahan awal

Wadah dari mana sampel bahan diambil hendaklah diberi identifikasi.


Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi,
dalam keadaan tertentu. Pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap
spesifikasi dapat ditunjukan dengan sertifikat analisis yang diperkuat
dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.
Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada
suatu pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan
pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah termasuk oleh
pemasok.
Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan
diluluskan untuk pemakaian oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu.
c. Penandaan
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut: Nama
bahan dan bila perlu nomor kode bahan:
- Nomor bets/control yang diberikan pada saat penerimaan bahan ;
- Status bahan (misal : karantina sedang diuji, diluluskan, ditolak,);
- Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu ;
- Jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang
divalidasi lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam
bentuk tulisan yang terbaca pada label.

Ga
mbar 2.2 Proses Pemeriksaan Bahan Awal oleh QC

Label yang menunjukan status bahan awal hendaklah ditempelkan personil


yang di tunjuk oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah
kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang
digunakan oleh pemasok misalnya dengan mencantumkan nama atau logo
perusahaan. Bila status bahan mengalam perubahan, maka label penujuk
status hendaklah juga diubah.
Gambar Label Produk dalam proses analisis/pemeriksaan

Gambar Label produk diluluskan

Gambar Label Bahan Awal Ditolak


d. Penyimpanan
Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk
menyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar,
dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah
dilakukan pengambilan sampel dan pengujian ulang secara berkala
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan
sampel ulang hendaklah diawali dengan penempelan lebel uji ulang dan /
atau dengan mengunakan sisitem dokumentasi yang sama efektifnya.

Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar


pada panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya
dikendalikan dengan ketat. Bahan yang peka terhadap kelembaban dan
atau cahaya hendaklah disimpan dengan benar di dalam ruangan yang
dikendalikan kondisinya.
Penyimpanan bahan awal baik pada saat proses karantina selama
pemeriksaan maupun setelah diluluskan harus disesuaikan dengan persyaratan
penyimpanan yang tercantum dalam label bahan awal atau Certificate of
Analysis (COA) yang disertakan dari bahan baku tersebut. Berikut adalah
contoh temperatur ruang penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
awal:
a. Suhu ruang (ambient): suhu ruang tidak lebih dari 30C
b. Suhu ruang berpendingin udara (AC): suhu ruang di bawah 25C;
c. Suhu dingin: suhu ruang antara 28C; dan
d. Suhu beku: suhu ruang di bawah 0C.
Simpan bahan awal pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan
nama bahan awal yang tertera pada rak tersebut, jangan menaruh bahan awal
di lokasi yang tidak sesuai dengan nama bahan awal yang tercantum pada rak
tersebut. Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan dengan lantai
gudang, simpan bahan awal di atas rak atau pallet. Gudang penyimpanan
bahan awal harus selalu dipantau kondisinya sehingga selalu memenuhi
persyaratan. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang
mencolok, ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada
pemasoknya.
e. Penyerahan/Distribusi Bahan
Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan
hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang sesuai
dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan
hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat
dilakukan.
Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi
persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang.
Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberikan penandaan untuk
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
Persyaratan dari penimbangan antara lain:
Dilakukan oleh personil berwenang
Sesuai prosedur tertulis
Memastikan penimbangan bahan yang benar
Penimbangan secara akurat
Wadah penimbangan bersih
Kebenaran label
Diperiksa secara independen dan dicatat
Bahan untuk setiap bets dikumpulkan dan diberi label secara jelas.
Dokumen penting yang perlu disiapkan dalam pengadaan bahan awal, antara
lain (Priyambodo, 2007):
Kualifikasi pemasok,
Pre-audit Questionnaire for Manufacturer of Starting Material,
Daftar Periksa Audit Mutu / Sistem Mutu,
Daftar pemasok (supplier/vendor) yang disetujui, dapat berupa
produsen atau distributor bahan awal. Daftar pemasok tersebut berisi
antara lain nama pemasok, nama dan alamat pabrik pembuat serta
nama bahan yang dipasok. Daftar tersebut harus disetujui oleh Bagian
Pengadaan dan Pemastian Mutu, dan
Quality Assurance Agreement antara pemasok dan pengguna yang
antara lain memuat persetujuan spesifikasi, persetujuan audit,
pemberitahuan atas perubahan yang dilakukan oleh produsen bahan
baku obat, misal perubahan lokasi pabrik, perubahan teknologi
pembuatan bahan baku obat.

Gambar Form Pemasok Bahan Baku


Gambar Contoh format spesifikasi bahan awal

III. Alur Produksi Pembuatan Sediaan

Alur kegiatan Bagian Produksi :

1. Bagian produksi bekerja berdasarkan SPK produksi dari PPPI yang


disahkan oleh Plant Manager yang disertai CPB dan Bon Serah Terima
Bahan Baku (BSTBB)
2. Bagian Penimbangan Sentral (PS) merekap kebutuhan bahan baku dan
meminta gudang kemudian bahan baku ditimbang
3. Proses produksi dimulai :
- Selama proses produksi dilakukan IPC (oleh bagian produksi) pada
titik kritis
- Setelah produksi selesai dan bagian laboratorium pengujian telah
menyatakan produk ruahan tersebut memenuhi spesifikasi dan
mengeluarkan Laporan Analisa (LA) maka Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Inventori (PPPI) akan memberitahukan SPK
pengemasan yang disahkan Plant Manager beserta Catatan Kemasan
Batch (CKB) dan Bon Serah Terima Bahan Kemas (BSTBK)
4. Produk jadi yang dihasilkan akan dikirim ke gudang Obat jadi.

Karakteristik Zat Aktif Chlorpeniramin maleat

No Sifat Keterangan

1 Struktur Kimia dan CTM atau klorofeniramin maleat


karakteristik mengandung gugus klor, 2-dimetilamino-etil
benzil dan gugus piridina maleat.
CTM atau klorfeniramin maleat memiliki
2 Bobot molekul
berat molekul 390,67 g/mol.

3 Monografi Pemerian , berupa serbuk hablur,


putih, dan tidak berbau. Larutan mempunyai
pH antara 4 dan 5. Kelarutan : mudah larut
dalam air; larut dalam etanol dan dalam
kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam
benzena (Ditjen POM, 1995).

CTM adalah obat bebas terbatas


4 Perundang-undangan
artinya yaitu obat keras dengan batasan
jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada
tanda peringatan (P) boleh dijual bebas. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis
tepi berwarna hitam.

5 Mekanisme obat CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin


pada pembuluh darah, bronkus dan
bermacam-macam otot polos. AH1 juga
bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas dan keadaan lain yang
disertai pelepasan histamin endogen berlebih.
Klorfeniramin maleat merupakan antihistamin
jenis antagonis reseptor H-1 yang bekerja
dengan cara memblokir reseptor H-1 dengan
menyaingi histamin pada resptornya di otot
licin didnding pembuluh darah dan dengan
demikian menghindarkan timbulnya reaksi
alergi (Tjay, 2002).

6 Indikasi Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal


dengan CTM merupakan salah satu
antihistaminika yang memiliki efek sedative
(menimbulkan rasa kantuk).

7 Dosis Dosis pemakaian CTM adalah sebagai


berikut: untuk dewasa dosisnya, 3 4 kali
sehari 0.5 sampai 1 tablet. Untuk anak-anak 6
12 tahun, dosis pemakaiannya, 0.5 x dosis
dewasa. Sedangkan untuk anak-anak 1 6
tahun, dosisnya adalah 0.25 x dosis dewasa.
Prosedur analisis kimia CTM
8 Metode Analisis
dilakukan menggunakan metode
Spektrofotometri dengan menganalisis
serapan cahaya oleh gugus kromofor yang
terdapat dalam struktur kimia CTM. Dari
serapan cahaya ini dapat diketahui nilai
serapannya (absorbansi). Dengan demikian
dapat diketahui kadar dari tablet CTM yang
dibuat dengan cara memplot nilai absorbansi
yang diperoleh pada persamaan regresi linier
dari kurva baku CTM.
Karakteristik Zat aktif dan Zat Tambahan
No Nama Zat Keterangan
1 Klorfeniramin Maleat -Evaluasi organoleptik
Pemerian berupa serbuk hablur, putih, dan
tidak berbau.
-Evaluasi kelarutan
Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5.
Kelarutan : mudah larut dalam air; larut
dalam etanol dan dalam kloroform; sukar
larut dalam eter dan dalam benzena (Ditjen
POM, 1995).

2 Magnesium stearat -Evaluasi organoleptik


Pemerian berupa serbuk halus dan
voluminus, putih, bau khas dan mudah
melekat di kulit dan bebas dari butiran.
-Evaluasi kelarutan
Kelarutannya tidak larut dalam etanol, air
dan eter.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Alasan penggunaannya karena bersifat
lemak dan tersedia dalam ukuran partikel
kecil. Logam stearat meerupakan
yangpaling efisien dan lazim digunakan.
Pada umumnya lubrikan ini tidak reaktif,
tetapi sedikit bersifat basa. Logam stearat
berfungsi sebagai glidan dan anti adheren.

3 talk -Evaluasi organoleptik


Pemerian berupa serbuk hablur sangat
halus, putih atau putih kelabu dan berkilat,
tidak berbau dan mudah melekat di kulit
dan bebas dari butiran.
-Evaluasi kelarutan
Tidak larut dalam etanol, air dan praktis
tidak larut dalam eter
Penyimpanannya dalam wadah tertutup
baik. Talk berfungsi sebagai lubrikan dan
glidan. Talk digunakan secara luas dan
mempunyai sifat menguntungkan yaitu
lebih unggul daripada pati dalam
meminimalkan setiap kecenderungan zat
yang melekat pada permukaan pons, suatu
sifat yang kadang kadang digolongkan
sebagai antiaderen.

4 amilum -Evaluasi organoleptik


Bentuknya berupa serbuk sangat halus,
putih dan tidak berbau.
-Evaluasi kelarutan
Mudah larut dalam NaOH dan praktis tidak
larut dalam air dan asam diluet dan pelarut
organik lainnya
Penyimpananya dalam wadah tertutup
tertutup rapat. Digunakan sebagai pengikat
serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdesintegrasicepat dan granulasi yang
hanya dibuat dengan menggunakan pati
sebagai pengikat internal dan digranulasi
dengan air. Pati merupakan pengabsorsi
minyak yang baik. Selain itu dapat
digunakan sebagai desintegran yang
membantu hancurnya tablet.
5 Selulosa mikrokristal Evaluasi organoleptik
Selulosa mikrokristal adalah selulosa yang
dimurnikan secara parsial, berwarna putih,
tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal
yang terdiri atas partikel-partikel yang
menyerap. Selulosa mikrokristal secara
komersial tersedia dalam berbagai ukuran
partikel dan tingkat kelembapan sehingga
mempunyai sifat dan penggunaan yang
berbeda ( Rowe, et al., 2009).

a. Formulasi Baru tablet CTM


Formula tablet CTM dengan bahan pengisi selulosa mikrokristal dari nata
de coco. Dibuat formula untuk 10000 tablet, berat pertablet 200 mg dan
penampang tablet 9 mm.
Berat 1000 tablet = 10000 tablet x 0,2 gram = 2000
gram
Klorfeniramin maleat = 10000 tablet x 0,004 gram =
40gram
Amilum manihot 5 % = 5% x 2000 gram = 100 gram
Magnesium Stearat = 1% x 2000 gram = 20 gram
Talkum = 1% x 2000 gram = 20 gram
Selulosa mikrokristal = 2000 gram ( 100 + 20 +20+ 40)
gram = 1820 gram

b. Aturan Pakai
Menurut buku Formularium Nasional Edisi ke-II tahun 1978. Resep dari Tablet
Klorfrniramina adalah :
Komposisi Tiap tablet mengandung:
Chlorpheniramini Maleas :4 mg
Zat tambahan yang cocok secukupnya
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
Dosis:
Dewasa: 3- 4 kali sehari setengah sampai 1 tablet.
Anak: bayi. 3 sampai 4 kali sehari seperempat tablet. Anak berumur
dibawah 12 tahun, 3 sampai 4 kali sehari setengah tablet.

IV. Tahapan Proses Produksi


1. Penimbangan dan penyerahan
a. Penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemasan produk antra dan produk ruahan dianggao sebagai bagian dari
sirklus produksi
b. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut unutk
produksi dari gudang, area penyerahan atau antra bagian produksi, sangat
penting
c. Cara penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan hendaklah tercangkup
pada prosedur tertulis.
d. Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
hendaklah didokumentasikan dengan baik.
e. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal hendaklah
diperiksa kebenaran penandaan, termasuk label pelulusan dari bagain
pengawasan mutu.
f. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai
hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar.
g. Untuk tiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau
ditakar.
h. Ruang timbang dan penyerahan hendaklah dijaga kebersihannya.
i. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan diperiksa
ulang kebenaran dan ditandatangai oleh supervisor produksi sebelum
dikirim ke bagian produksi.
j. Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan unutk tiap bets hendaklah
disimpan dalam satu kelompok dan diber penandaan yang jelas.
2. Pengolahan
a. Semua Bahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai.
b. Kegiatan pembuatan tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan
dalam ruang yang sama.
c. Kondisi lingkungan dipantau
d. Peralatan pengolahan diperiksa sebelum digunakan
e. Produk antara/ ruahan dibuat label karantina-diluluskan oleh bagian
pengawasan mutu
f. Hasil pengolahan dicatat dan dibandingkan dengan hasil teoritis
g. Ditetapkan batas waktu dan kondisi penyimpanan
3. Penomoran Bets
No bets ctm : 601001
Digit pertama (6) menunjukkan tahun produksi
Digit kedua dan ketiga (01) menunjukkan kode produk dari produk ruahan
Digit ke 4,5 dan 6 (001) menunjukkan urutan produksi pada tahun yang
sama
4. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk
ruahan menjadi obat jadi yang dilaksanakan dibawah pengawasan yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas produk jadi yang telah
dikemas. Kegiatan pengemasan dilaksanakan berdasarkan instruksi yang
diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk. Yang perlu diperhatikan:
a. Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemasan primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lainnya diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal
b. Beri perhatian khusus kepada bahan cetak, simpanlah dengan konsidi
keamanan yang memadai dan dilaran untuk masuk baagi orang yagn tak
berkepentingan
1) Label lepas dan bahan cetak lepas lainnya disimpan, diangkut dalam
wadah tertutup untuk menghindari campur baur.
2) Serahkan bahan kemas sesuai prosedur tertulis.
c. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer diberi nomor yang
spesifik atau penandaan yang menunjukan identitasnya.
d. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak tertentu
lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete hendaklah dimusnahkan dan
pemusnahannya dicatat.
e. Untuk menghindari campur baur tertentu saja yang diperbolehkan
diletakan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Beri sekat yang
memadai antara tempat kodifikasi tersebut
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi.

Bahan pengemas
1. Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serrta bahan cetak lain diberi perhatian yang sama
seperti terhadap bahan awal.
2. Berikan perhatian khusus kepada bahan cetak, simpanlah dengan kondisi
keamananan yang memadai dan larangan untuk masuk bagi orang yang
tidak berkepentingan.
a. Label lepas dan bahan cetak lepas lainnya disimpan, diangkut dalan
wadah tertutup untuk menghindari campur baur.
b. Serahkan bahan kemas kepada orang yang berhak sesuai prosedur
tertulis.
3. Tiap peneriamaan atau tiap bets bahan pengemasan primer diberikan
nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukan identitasnya.
4. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak tertentu
lain yang tidak berlaku lagi hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya
dicatat.
Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak
atau bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi
pada saat yang sama. Beri sekat yang memadai antara tempat kodifikasi pada saat
yang sama. Beri sekat yang memadai antara tempat kodifikasi tersebut.
Kemasan yang digunakan dalam sediaan tablet biasanya menggunakan
kemasan Strip/Blister, begitu pula dengan obat CTM yang mempunyai kemasan
yang sama dengan tablet. Strip/blister merupakan kemasan yang menganut sistem
dosis tunggal, biasanya untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain)
per oral. Kemasan strip dibentuk dengan mengisi dua rangkaian lapis tipis yang
fleksibel dan dapat disegel panas melalui suatu gulungan perekat yang
dipanaskan, atau suatu piring yang dapat bergerak dan dipanaskan. Produk
dijatuhkan ke dalam kantung yang dibentuk sebelum akhirnya disegel. Suatu strip
yang panjang terbentuk, umumnya terdiri dari beberapa bungkusan, tergantung
dari kapasitas mesin kemasannya. Strip berisi kemasan obat dipotong panjangnya
sesuai dengan jumlah kemasan yang diinginkan.
Produk yang disegel antara dua lembaran lapisan tipis itu biasanya
mempunyai suatu segel di sekitar setiap tablet, dan biasanya dipisahkan dari
bungkus-bungkus yang berdekatan karena adanya perforasi. Bahan kemasan dapat
berupa kertas, kertas timah (alumunium foil), plastik/selofan, sendiri atau dalam
bentuk kombinasi. Jika penampilan suatu produk dirasa penting, dapat
menggunakan selofan yang dapat disegel panas atau poliester yang dapat disegel
panas. Apalagi bagian muka dan bagian belakang suatu kemasan dapat
menggunakan bahan-bahan yang tidak sama. Pemilihan bahan yang digunakan
tergantung pada tuntutan produk dan mesin.
Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin
termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastik
yang lembek itu ke dalam suatu cetakan. Sesudah mendingin, lembaran dilepas
dari cetakan dan berlanjut ke bagian pengisian dari mesin kemasan.
Blister setengah keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk, dan
ditutup dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan
pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya atau tutupnya, dapat digunakan dari
jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Bahan-bahan yang
umum digunakan untuk blister yang dapat dibentuk dengan panas adalah plivinil
klorida (PVC), kombinasi PVC/polietilen, polistiren, dan polipropilen. Karena
alasan ekonomi dan karena sifat kerja beberapa mesin, blister pada kebanyakan
unit kemasan terbuat dari PVC. Sebagai tambahan perlindungan terhadap lembab,
lapisan poliviniliden klorida (saran) atau poliklorotrifluoroetilen (aclar) boleh
dilaminasikan pada PVC. Daya hambat lembab dari PVC/aclar lebih unggul
dibandingkan dengan PVC yang berlapis saran, terutama jika lama disimpan pada
kelembaban yang sangat tinggi.
Gambar Form Spesifikasi Bahan Pengemas
Alur Produksi Tablet CTM

c. Evaluasi Sediaan
No Pengujian Hasil
1 Appearance
(penampilan)
shape (bentuk) Tablet
-warna Putih
-permukaan Rata

2 Uji Keseragaman Dilakukan uji keseragaman diambil


bobot tablet klorfeniramin maleat dengan bahan
pengisi selulosa mikrokristal dari nata de coco
dengan persyaratan: Untuk bobot rata-rata
151 mg sampai dengan 300 mg,
penyimpangan untuk kolom A adalah tidak
lebih dari 7,5 % dan kolom B tidak lebih dari
15 %.
Hasil : Memenuhi syarat
3 Uji Friabilitas Tablet Uji Friabilitas Tablet = a-b /a x 100%
Dimana:
a = bobot 20 tablet sebelum diputar dengan
friabilator (gram)
b = bobot tablet sesudah diputar dengan
friabilator (gram)
F = Friabilitas (%)
Syarat friabilitas tablet:
Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8 %
(F 0,8%).
Hasil : memenuhi syarat % friabilitas kurang
dari 0.8%

4 Uji Kekerasan tablet Uji ini dilakukan untuk menjamin


ketahanan tablet terhadap gaya mekanis pada
proses pengemasan dan penghantaran.
Prosedurnya diambil 20 tablet diambil secara
acak lalu diukur kekerasannya menggunakan
hardness tester.
Hasil : memenuhi syarat
5 Uji Waktu Hancur Dilakukan dengan memasukkan 5 tablet
kedalam keranjang, naik turunkan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit, tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal di atas kas, kecuali melalui
melalui fragmen yang berasal dari zat
penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut
Hasil : Memenuhi syarat

d. Analisis Kimia
Identifikasi Zat Aktif
Identifikasi CTM atau klorfeniramin maleat dilakukan dengan cara:
1. Spekturm serapan ultraviolet larutan 0,002 % b/v dalam asam sulfat 0,1 N
setebal 2 cm pada daerah panjang gelombang antara 230 nm dan 350 nm
menunjukkan maksimum hanya pada 265 nm; serapan pada 265 nm lebih
kurang 0,85.

2. Lakukan kromatografi lapis tipis yang tertera pada kromatografi,


menggunakan silikagelG/F-254 P sebagai zat jerap, panaskan lempeng pada
suhu 105 selama 30 menit. Sebagai fasa bergerak digunakan 5 campuran 5
bagian volume etilasetat 3 bagian volume methanol P dan 2 bagian volume
asam asetat encer P. totolkan terpisah masing-masing 2 ul larutan dalam
kloroform P yang mengandung (1) 0,5 % b/v zat uji dan (2) 0,5 % b/v
klorfeniramina maleat PK. Angkat lempeng, biarkan kering diudara, amati
dengan lampu ultraviolet 254 nm. Dua bercak utama yang diperoleh dengan
larutan (1) sesuai dengan bercak yang diperoleh dengan larutan (2). Semprot
lempeng dengan Larutan kaliun iodobismutat encer P. bercak utama yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan bercak yang diperoleh dengan larutan
(2).

3. Larutan 500 mg dalam 5 ml air, tambahkan 2 ml ammonia P. sari 3 kali,


tiap kali dengan 5 ml kloroform P. uapkan lapisan air hingga kering,
tambahkan 0,2 ml asam sulfat encer P dan 5 ml air. Sari 4 kali, tiap kali
dengan 25 ml eter P. uapkan kumpulan sari eter dengan mengalirkan udara
panas; suhu suhu lebur sisa lebih kurang 130.

e. Etiket Brosur
Komposisi
Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramini maleas 4 mg
Indikasi
AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan
mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. AH1 berguna untuk mengobati alergi
tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan utkaria.
Efek Farmakologi
Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamine yang
dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AH 1 tidak berpengaruh
terhadap intensitas reaksi antigen-antibodi yang merupakan penyebab berbagai
gangguan alergik. Keadaan ini dapat diatasi hanya dengan menghindari allergen
dan desensitisasi. AH1 dapat menghilangkan bersin, rinore dan gatal pada mata,
hidung dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. AH1 efektif terhadap
alergi yang disebabkan oleh debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak
dan kontaknya lama. Kongesti hidung kronik lebih refrakter terhadap AH 1. AH1
tidak efektiv pada rhinitis vasomotor.
Manfaat CTM
Manfaat AH1 untuk mengobati batuk pada anak dengan asma diragukan,
karena AH1 mengentalkan sekresi bronkus, sehingga dapat menyulitkan
ekspektorasi. AH1 efektif untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan pada urtikaria
kronik hasilnya kurang baik. Kadang-kadang AH1 dapat mengatasi dermatitis
atopic, dermatitis kontak dan gigitan serangga.
AH1 efektif untuk dua per tiga kasus verigo, mual dan muntah. AH 1 efektif
sebagai anti muntah pasca bedah, mual dan muntah waktu hamildan setelah
radiasi. AH1 juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit meniere dan
gangguan vestibularlain. Penggunaan AH1 lain ialah untuk mengobati pasien
paralisis agitans (penyakit Parkinson) yaitu mengurangi rigiditas dan tremor. Sifat
anastetik local AH1 digunakan untuk menghilangkan gatal-gatal. Tetapi harus
diingat bahwa pada penggunaan topical, AH1 ini bias menyebabkan sensitivitas
kulit.
Kontraindikasi
Pasien dengan riwayat hipersensitif (memiliki alergi) terhadap obat
antihistamin
Efek Samping
Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang
bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Terdapat
variasi yang besar dalam toleransi terhadap obat antar individu, kadang-kadang
efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan. Efek
samping yang paling sering adalah sedasi. Pada anak-anak, obat ini akan
mengentalkan dahak sehingga menyulitkan kerja ekspektoran. CTM juga kurang
bermanfaat sebagai dekongestan. Mereka bisa mengatasi penyempitan bronkos
tetapi tidak cukup kuat untuk menjadi bronkodilator. CTM mempunyai sifat
antikolinergik sehingga bisa menimbulkan kesukaran pada buang air kecil. Obat
ini jarang dijual dalam bentuk tunggal dan sering menimbulkan mulut kering serta
gangguan buang air kecil. Gejala lainnya dapat berupa mual dan muntah sehingga
obat ini harus dimakan sesudah makan. Ancaman keracunan obat ini terbuka lebar
karena sering tersedia dirumah. Sekitar 20-30 tablet yang dimakan seorang anak
dapat menyebabkan kematian.
Perhatian
Selama minum obat ini, jangan mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin.
Dosis
Dosis terapi 4 mg dalam satu tablet dimana AH1 umumnya menyebabkan
penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya
kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Dosis pemakaian CTM adalah
sebagai berikut: untuk dewasa dosisnya, 3 4 kali sehari 0.5 sampai 1 tablet.
Untuk anak-anak 6 12 tahun, dosis pemakaiannya, 0.5 x dosis dewasa.
Sedangkan untuk anak-anak 1 6 tahun, dosisnya adalah 0.25 x dosis dewasa.
Dalam dosis terapi, AH1 tidak memperlihatkan efek berarti pada sistem
kardiovaskular.
Penyimpanan
Di simpan pada tempat yang kering, terlindung dari cahaya matahari dan
tertutup rapat.
Interaksi Obat
- Antidepresan trisiklik akan berinteraksi dengan antihistamin dan dapat
memperparah efek samping mengantuknya. Antihistamin mizolastine juga
dapat berinteraksi dengan beberapa obat lain dan dapat menyebabkan
gangguan irama jantung yang serius. Antihistamin yang satu ini hanya bisa
dibeli dengan resep dokter.
- Beberapa jenis obat anti jamur (panu, kadas, kurap) seperti ketokonazol,
dan antibiotik seperti eritromisin dapat meningkatkan kadar antihistamin
non-sedatif dalam tubuh.
- Dilarang meminum alkohol selama mengonsumsi antihistamin sedatif
karena dapat meningkatkan efek samping mengantuknya.
-MAO inhibitor memperpanjang dan meningkatkan efek antikolinergik dari
antihistamines
V. Pengkajian Mutu Produk
Berikut simulasi Protap Pengkajian Mutu Produk (PMP)

Bahan Awal dari Supplier

karantina

Pemeriksaan visual yang meliputi:


Ceceran dan dan kemungkinan
adanya kerusakan bahan
Kesesuaian catatan pengiriman
dengan label dari supplier
Sampling pemeriksaan oleh kepala
bagian Quality Control (Pengawasan
Mutu)
Keutuhan wadah dan segelnya

Diluluskan oleh
Disimpan digudang dengan suhu yang Pengawasan mutu
sesuai dengan stabilitasnya, diberi
tanda label telah diluluskan oleh kepala
bagian QC.

Penyerahan bahan awal di lakukan oleh


personil yang berwenang di Grey area.
Setiap bahan yang ditimbang untuk setiap
bets didokumentasikan dan diberi label serta
ditanda tangani oleh petugas tersebut.

dispensing
Diserahkan menuju ruang produksi.

in process control (IPC)


Proses Produksi: misal Tabletasi

Evaluasi atau Sampling yang meliputi


produk ruahan dan produk antara oleh
Kepala bagian Pengawasan mutu (QC).

Approved Final Product.


Diperiksa kembali oleh Kepala bagian
pemastian mutu (QA: Quality
Assurance)

Diluluskan/ release
Pengemasan Produk/ Pack aging

Shipping/ Pengiriman

Kantor administrasi

Receiving Area

Receiving Quarantine

Disimpan digudang Produk Jadi


dengan suhu yang disesuaikan dengan
stabilitasnya.
Dari serangkaian proses produksi sampai terbentuk produk jadi tersebut
semuanya harus dapat dipertanggungjawabkan oleh masing masing petugasnya.
Berikut simulasi laporan Pengkajian Mutu Produk.

PT_________________________
PENGKAJIAN MUTU PRODUK (PMP)
Nama Produk : Chlorpheniramine maleat
Kode Produk : xxxxxx
Bentuk kemasan: Tablet
Ukuran Bets : xxxxx
Periode: xx/xx

Dibuat Oleh Nama Tanda Tangan


Bagian Pemastian Mutu Mr.X Mr.X

Diperiksa Oleh
Kepala Produksi Mr.T Mr.T

Disetujui
Kepala Pemastian Mutu Mr.Y Mr.Y
PT_________________________
Kajian Ringkas:
1. Rekomendasi dari PMP sebelumnya:

2. Jumlah Bets yang diproduksi:

3. Jumlah Bets yang ditolak

4. Jumlah Bets yang diterima

5. Jumlah penyimpangan

6. Jumlah uji diluar Spesifikasi

7. Keluhan produk jadi

8. Penarikan produk jadi

9. Jumlah stock keeping unit yang dikembalikan


VI. Prosedur Registrasi Obat
Proses registrasi diawali dengan proses pra-registrasi. Permohonan pra-
registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar secara tertulis kepada Kepala
BPOM dilampiri dengan dokumen pra-registrasi atau dokumen registrasi.
Dokumen registrasi disusun sesuai dengan format ASEAN Common Technical
Dossier (ACTD). Selain dilakukan dengan cara manual (mendatangi kantor
BPOM), kini tahapan registrasi dapat dilakukan secara elektronik yaitu dengan
AeRO (Aplikasi e-Registrasi Obat). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan No HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat mengatur semua proses ini.
A. Alur Registrasi Obat
Secara umum, proses registrasi dimulai dari tahap pra-registrasi dan
kemudian dilanjutkan dengan tahap registrasi. Alur registrasi dapat dilihat dalam
gambar dibawah ini.

Gambar Alur Registrasi Obat (BPOM RI, 2011)

Keterangan:

1. Industri Farmasi melakukan pendaftaran kepada Kepala Badan POM,


sekaligus tahapan pra-registrasi yang akan menentukan jalur evaluasi dan
kategori registrasi. Pada tahap ini dilakukan pula penyerahan dokumen pra-
registrasi.
2. Pemberitahuan hasil pra-registrasi secara tertulis dari BPOM
3. Pengajuan registrasi dengan menyerahkan berkas registrasi, mengisi
formulir registrasi dan disket, menyerahkan bukti pembayaran biaya
evaluasi dan pendaftaran, serta hasil pra-registrasi
4. Evaluasi berkas registrasi obat oleh Komnas Penilai Obat Jadi yang
dibentuk oleh Badan POM
5. Komnas Penilai Obat Jadi memberitahukan hasil evaluasi secara tertulis
kepada industri farmasi pendaftar dan memberikan rekomendasi kepada
kepala Badan POM
6. Kepala Badan POM memberikan keputusan berupa pemberian izin edar
atau penolakan pemberian izin edar. Keputusan ini disampaikan secara
tertulis kepada Industri Farmasi yang bersangkutan. Pemberian keputusan
diberikan selambat-lambatnya berkisar antara 40-100 hari kerja (tergantung
kategori dan jalur evaluasi) setelah menerima berkas registrasi yang
lengkap
7. Setelah mendapatkan izin edar, Industri Farmasi yang bersangkutan boleh
mulai memproduksi obat jadi tersebut untuk kemudian diedarkan
8. Badan POM melaporkan pemberian izin edar obat jadi kepada Menteri
Kesehatan setiap satu tahun sekali.

B. Pra-Registrasi
Tahapan pra-Registrasi dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi,
dan penentuan dokumen registrasi obat. Pada tahap ini pemohon mengisi formulir,
menyerahkan bukti pembayaran biaya pra-registrasi, dan melampirkan dokumen
yang sesuai.
Hasil Pra-Registrasi (HPR) akan diberikan oleh kepala BPOM paling lama
40 hari sejak diterima permohonan pra-registrasi. HPR bersifat final dan
mengikat, serta berlaku selama satu tahun sejak tanggal dikeluarkan. Pemohon
diberikan kesempatan untuk melengkapi data apabila dirasa data yang diserahkan
ke BPOM belum lengkap, dan diberikan jangka waktu paling lama 20 hari sejak
diberikan surat permintaan tambahan data. Apabila selama waktu tersebut
pemohon tidak dapat melakukan tambahan data, maka pra-registrasi dinyatakan
ditolak dan biaya yang sudah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali.

C. Registrasi
Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi
dengan mengisi formulir registrasi dan disket disertai bukti pembayaran biaya
evaluasi dan pendaftaran dan hasil pra-Registrasi. Berkas registrasi terdiri dari
formulir registrasi dengan dokumen administratif dan dokumn penunjang. Yang
termasuk dalam dokumen penunjang yaitu :
1. Dokumen mutu dan teknologi untuk menjamin mutu obat
2. Dokumen Uji pre-klinik yang menggambarakan profilfarmakodinamika,
farmakokinetika, maupun toksisitas yang aman
3. Dokumen uji klinik harus dapat mmbuktikan efikasi dan keamanan obat
jadi secara meyakinkan dengan rincian sesuai.
Untuk keperluan evaluasi mutu, pendaftar harus menyerahkan contoh obat
untuk 3 (tiga) kali pengujian dan bahan baku pembanding sesuai dengan
spesifikasi dan metode pengujian zat aktif yang dimaksud.
Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus/ bungkus luar, strip/blister,
catch cover, ampul/vial dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkusan
dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat yang akan
diedarkan dan dapat dilengkapi dengan rancangan warna.

D. Jalur Evaluasi
Jalur evaluasi dibagi menjadi 4 jalur, yaitu :
1. Jalur 40 hari
a. Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan
b. Registrasi obat khusus ekspor
2. Jalur 100 hari
a. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk
terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia atau menular
kepada orang lain, dan belum ada atau kurangnya terapi yang aman dan
efektif
b. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk
penyakit serius dan langka
c. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang ditujukan untuk
program kesehatan masyarakat
d. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang dikembangkan oleh
industri farmasi atau inststitusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan
uji kliniknya dilakuakn di Indonesia
e. Registrasi baru obat copy esensial generik
f. Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (stinel)
g. Registrasi variasi mayor indikasi baru
h. Registrasi variasi mayor yang tidak termasuk pada poin g.
3. Jalur 150 hari
a. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru, yang telah disetujui di negara yang telah menerapkan
sistem evaluasi terharmonisasi atau sistem evaluasi yang telah dikenal
baik
b. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru, yang telah disetujui paling sedikit di tiga negara dengan
sistem evaluasi yang telah dikenal baik
c. Registrasi baru obat copy tanpa stinel
4. Jalur 300 hari
Registrasi yang tidak termasuk dalam jalur evaluasi baik pada poin dua
maupun tiga.

E. Evaluasi dan Pemberian Keputusan


Tujuan dari kegiatan pemeriksaan adalah melihat kesesuaian sarana
produksi dan distribusi terhadap peraturan yang berlaku, serta melakukan
pemantauan terhadap periklanan di pasaran. Ruang lingkup pemeriksaan sarana
produksi adalah industri farmasi, makanan, obat tradisional, dan kosmetika.
Sedangkan ruang lingkup pemeriksaan sarana distribusi adalah pedagang besar
farmasi, apotek, toko obat, toko obat tradisional, sarana kesehatan lain
(puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan, gudang farmasi dan lain-lain), toko
penjualan makanan dan kosmetika.
Dokumen registrasi yang telah dinyatakan lengkap akan dilakukan evaluasi
sesuai dengan kriteria obat. Evaluasi dilakukan sesuai dengan jalur evaluasi, dan
perhitungan waktu evaluasi pun sesuai dengan jalurnya. Untuk melakukan
evaluasi, maka dibentuk,
1. Komite Nasional (Komnas) Penilai Obat, yaitu membahas, merumuskan,
memberikan pertimbangan dan keputusan hasil evaluasi obat melalui
forum rapat berkala
2. Panitia Penilai Khasiat Keamanan, bertugas melakukan evaluasi terhadap
aspek khasiat dan keamanan untuk dibahas dalam rapat Komnas
3. Panitia Penilai Mutu, yaitu melakukan evaluasi terhadap aspek mutu
4. Panitia Penilai Informasi Produk dan Penandaan, bertugas melakukan
evaluasi terhadap aspek informasi produk dan penandaan.
Berdasarkan hasil evaluasi data khasiat dan keamanan, Komnas penilai
obat dapat memberikan rekomendasi kepada Kepala Badan. Apabila diperlukan
klarifikasi atau penjelasan teknis secara rinci dari dokumen yang diserahkan,
Komnas penilai obat dapat merekomendasikan untuk dilakukan dengan pendapat
oleh pendaftar. Pemberian keputusan yaitu bahwa permohonan registrasi diterima
atau ditolak.

F. Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar


Izin edar obat hanya diberikan kepada pendaftar yang memenuhi persyaratan
yaitu administrasi dan teknis (berupa hasil evaluasi efikasi, keamanan, mutu,
kemanfaatan dan penandaan). Izin edar obat berlaku 5 (lima) tahun selama
memenuhi ketentuan yang berlaku. Pemberlakuan kembali izin edar obat
ditetapkan tersendiri oleh Kepala Badan.

G. Aplikasi e-Registrasi Obat (AeRO)


Aplikasi eRegistrasi Obat dan Produk Biologi (AeRO) ini ditujukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan industri farmasi akan prosedur pengajuan
registrasi obat dan produk biologi yang lebih efektif, efisien, cepat, mudah dan
transparan. Untuk dapat login ke dalam aplikasi eRegistrasi, user harus
mendaftarkan akun industri farmasi terlebih dahulu melalui Registrasi Akun
AeRO.
Gambar. Proses Registrasi Akun AeRo (BPOM RI, 2011)

Adapun yang harus dilakukan oleh pendaftar registrasi obat dengan


menggunakan AeRO adalah sebagai berikut :
1. Registrasi akun AeRo dilakukan secara online dan hanya dilakukan
sebanyak satu kali
2. Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri
farmasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
3. Industri farmasi harus menunjuk seorang penanggung jawab akun dengan
melampirkan surat penunjukan atau surat keterangan penanggung jawab
akun.
Adapun alur proses pendaftaran perusahaan pada aplikasi e-Registration
sebagai berikut:
Gambar Alur proses pendaftaran perusahaan (BPOM RI, 2011)

Sistem aplikasi registrasi obat secara online ini (AeRO) mempunyai


kelebihan, yaitu :
1. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan edar obat menjadi singkat.
Misalnya waktu pelayanan registrasi obat copy berkisar antara 150-200
hari kerja, diharapkan dengan sistem e-Registrasi bisa memangkas waktu
hingga di bawah 150 hari.
2. Pemohon tidak perlu datang sendiri ke BPOM dan bisa mengurangi man to man
meeting
3. Berkurangnya pertemuan langsung antara pemohon dengan pejabat terkait
diharapkan bisa mengurangi potensi kecurangan dalam pemberian izin
edar.
Kelemahan dari sistem AeRO ini yaitu penggunaan sistem yang masih
terbatas, karena sistem e-registrasi obat pada tahap awal hanya ditujukan untuk
obat copy, yaitu obat yang mengandung zat aktif yang sama dengan obat yang
sudah terdaftar, sedangkan untuk registrasi obat kategori lain belum tersedia dan
masih memakai manual.

i. Dokumen Registrasi Obat


Dokumen Registrasi Bagian I
Terdiri dari:
1. Surat pengantar
2. Formulir registrasi
Warna order atau map

j. Nomor Registrasi Obat


Nomor Registrasi Obat yang didapatkan setelah selesai registrasi terdiri
dari 15 digit dan nomor registrasi dari sediaan tablet CTM adalah sebagau berikut:
D T L 1 6 1 7 6 0 5 2 1 0 A 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan :
Digit 1 : D : menunjukkan nama dagang
G : menunjukkan nama generic
Digit 2 : K : Golongan obat keras
T : Golongan obat bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
P : Golongan obat Psikotropika
N : Golongan obat Narkotika
H : Golongan obat hewan
Digit 3 : I : Obat jadi impor
L : Obat jadi produksi lokal
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
X: Obat jadi untuk keperluan khusus (misalnya untuk
keperluan program)
Digit 4, 5 : Membedakan periode pendaftaran obat jadi, Misal 88
= Obat jadi yang telah disetujui pada periode 88
Digit 6, 7, 8 : menunjukkan nomor urut pabrik (jumlah pabrik yang
ada lebih dari 100 dan kurang dari 1000)
Digit 9, 10, 11 : menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk
masing- masing pabrik (jumlah obat jadi untuk masing-
masing pabrik ada yang lebih dari 100 dan diperkirakan
tidak lebih dari 1000
Digit 12, 13 : menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (macambentuk
sediaan yang ada lebih dari 26 macam)

Digit 14 : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi


A : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang
pertama disetujui
B : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang
kedua disetujui
C : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang
ketiga disetujui dst
Digit 15 : Menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama,
kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara


Pembuatan
Obat yang Baik 2012 Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI.
Behin, J., Mikaniki, F., dan Fadaei, Z. (2008). Dissolving Pulp (alpha-cellulose)
from Corn Stalk by Kraft Process. Iranian Journal of Chemical
Engineering. 5: hal. 14

Bhimte, N.A., dan Tayade, P.T. (2007). Evaluation of Microcrystalline Cellulose


Prepared From Sisal Fibers as aTablet Excipient: A Technical Note. AAPS
PharmSciTech. 8 (1) : hal. 1

Chawla, P.R., Bajaj, I.B., Survase, S.A., dan Singhal, R.S. (2008). Microbial
Cellulose: Fermentative Production and Applications.Food Technol.
Biotechnol. 47 (2): hal. 108 Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ejikeme, P.M. (2008). Investigation of the Physicochemical Properties of
Microcrystalline Cellulose from Agricultural Wastes I: Orange Mesocarp.
Cellulose. 15: hal. 141-142

Gausepohl, Dr. Christian., 2013. Product Quality Review and Annual Product
Review.
Maas and Peither AG-GMP Publishing. Germany.

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogjakarta: Global Pustaka


Utama
Yogjakarta.

Rowe, C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Exipients. Sixth Edition. Chicago: Pharmaceutical Press. hal.131

Tjay,T.H., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan


Dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Yanuar, A., Rosmalasari, E., dan Effionora, A. (2003). Preparasi dan


Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dari Nata de coco untuk Bahan
Pembantu Pembawa Tablet. ISTECS JOURNAL. Volum IV : hal. 71-78

BPOM. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


RepublikIndonesia Nomor HK..00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang
Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan. Badan Pengawas Obat
DanMakanan RI, Jakarta.

BPOM. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


NomorHK. 03.1.23.12.10.11983 tentang Kriteria dan Tata Cara
Pengajuan Notifikasi Kosmetik. Badan POM RI, Jakarta.

BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


RepublikIndonesia Nomor HK. 03.123.10.11.08481 Tahun 2011
tentangKriteria Tata Laksana Registrasi Obat. Badan Pengawas
Obatdan Makanan RI, Jakarta.

BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


NomorHK.03.1.5.12.11.09956 tentang Tata Laksana Pendaftaran
Pangan Olahan. Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
RepublikIndonesia, Jakarta.

Menkes. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor1010/Menkes/Per/XI/2008 temtang Registrasi Obat.
DepartemenKesehatan RI, Jakarta.
Menkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik.
DepartemenKesehatan RI, Jakarta.

Menkes. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007


Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai