Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

TINJAUAN KEGIATAN
4.1 Reseach and Development (R&D)
Bagian R&D atau disebut juga bagian penelitian dan pengembangan produk
di industri farmasi merupakan departemen yang bertugas dalam melakukan
pengembangan bahan aktif menjadi produk, baik obat, suplemen, obat tradisional
ataupun kosmetik dan kemasan apa yang sesuai untuk produk tersebut.
Pengembangan metode analisa juga dilakukan dalam rangka memastikan produk
yang telah dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dalam
spesifikasi produk. Departemen R&D terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Pengembangan Formula atau Produk.
Fungsi bagian pengembangan Formula atau produk sebagai berikut:
a) Pengembangan produk baru
Bagian pengembangan produk melakukan studi literatur, mencari
metode pembuatan formula yang sesuai diawali dengan trial, scale up,
pilot hingga produk dapat diproduksi untuk batch komersial.
b) Penanganan bahan baku aktif dan alternatif
Sebagai dukungan bagi departemen procurement atau pengadaan dalam
mendapatkan prinsipal untuk mengantisipasi ketidaktersediaan
(stock out) bahan baku dan meningkatkan efisiensi. Bagian R&D akan
bekerjasama dengan bagian pengadaan dalam mendapatkan supplier
terkait bahan baku utama atau alternatif yang dibutuhkan. Supplier akan
mengirimkan sampel untuk dilakukan pemeriksaan oleh bagian terkait
(R&D/Andev) dan dilakukan trial skala lab atau skala pilot untuk melihat
stabilitas dan mutu dari produk oleh R&D formulasi. Semua bahan aktif
atau eksipien yang memenuhi persyaratan mutu baru dapat digunakan
untuk produksi komersial.
c) Evaluasi formula dan proses produksi
Setiap perubahan dalam produksi termasuk perubahan eksipien, sumber
bahan baku, dll terkait dengan formula maka dilakukan evaluasi terhadap
perubahan tersebut.
 
2. Bagian Pengembangan Bahan Pengemas
Fungsi bagian Pengembangan Bahan Pengemas sebagai berikut:
a) Penanganan bahan pengemas alternatif 
b) Membuatkan desain bahan pengemas
c) Evaluasi bahan pengemas
d) Standarisasi bahan pengemas
3. Bagian Pengembangan Metode Analisa
Bagian Pengembangan Metode Analisa atau disebut juga bagian analytical
development (Andev) memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
a) Mengembangkan metode analisa bahan awal dan obat jadi untuk
semua produk baru maupun reformulasi yang dilakukan internal maupun 
eksternal dengan mencari lab independen.
b) Melakukan perbaikan terus menerus terhadap metode analisa berdasarkan
referensi kompendial terbaru.
c) Mentransfer metode analisa ke departemen R&D Formulasi, QA dan QC.
d) Membuat spesifikasi bahan awal obat jadi untuk semua obat produk dan
reformulasi.
e) Melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku awal, dimana sampel yang
masuk ke andev dilakukan proses analisa sesuai dengan CoA yang
diberikan oleh supplier. 
Bagian andev melakukan pengembangan metode analisa dengan cara
melakukan studi literatur resmi seperti farmakope, USP, dan literatur resmi
lainnya. Jika alat atau bahan tidak dapat terpenuhi atau tidak tersedia maka dapat
dilakukan modifikasi pengembangan metode analisa oleh bagian andev. Metode
yang digunakan dalam penetapan kadar bahan baku zat aktif, penetapan kadar
obat jadi dan metode disolusi obat jadi harus divalidasi terlebih dahulu. Validasi
metode analisa dilakukan jika ada modifikasi pengembangan metode yang
dilakukan oleh bagian andev, sedangkan verifikasi metode analisa dilakukan jika
metode yang digunakan sama dengan yang tercantum pada literatur resmi. Pada
saat melakukan verifikasi metode analisa parameter yang diuji adalah presisi,
akurasi dan spesifitas, sedangkan untuk validasi metode analisa parameter yang
diuji adalah akurasi, presisi, linearitas, rentang, spesifitas, robustness, uji
kesesuaian sistem, LOD (Limit of Detection), LOQ (Limit of Quantity).
4.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Proses produksi di PT. Nusantara Beta Farma dimulai dari perencanaan
tahunan yang telah dibuat oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory
Control). PPIC adalah suatu bagian yang melaksanakan perencanaan dan
pengendalian terhadap produksi, menyediakan aliran kerja organisasi mulai dari
bahan awal, bahan pengemas sampai produk jadi. PPIC juga bertugas untuk
merencanakan dan mengendalikan material kedalam dan keluar pabrik sehingga
posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat tercapai.
4.2.1 Perencanaan Bahan Awal
1) Petugas gudang bahan awal memeriksa persediaan stok bahan baku dan
bahan pengemas
2) Melakukan pencatatan bahan baku dan bahan pengemas yang sudah mulai
menipis
3) Membuat perhitungan kebutuhan perencanaan bahan baku dan bahan
pengemas yang dilengkapi dengan buffer stok
4) Melakukan pemesanan bahan tersebut kepada supplier yang disetujui
5) Pemesanan yang dilakukan oleh PPIC diketahui oleh pihak R&D dan
disetujui oleh finance accounting (pengembangan produk).
4.2.2 Cara Pemesanan Bahan Awal
1) Mengirimkan blanko pemesanan yang telah disetujui kepada supplier via
email, pax atau cara lain
2) Melakukan follow-up untuk memastikan bahwa supplier telah menerima
surat pesanan tersebut.
4.2.3 Syarat Pembelian Bahan Baku dari Supplier
1) Pemasok memiliki nama atau alamat yang jelas
2) Mempunyai izin dan memiliki penanggungjawab
3) Membeli bahan baku kepada pemasok yang telah disetujui
4) Pemasok telah di audit dan memenuhi standae penilaian
4.3 Gudang Bahan Awal
4.3.1 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Awal
Barang pesanan datang diantar oleh ekpedisi dengan membawa dokumen-
dokumen seperti surat jalan dan lainnya. Ketika bagian ekspedisi sampai di
Industri, security akan memeriksa kembali kelengkapan dokumen seperti CoA
(certifikat of analysis), MSDS (Material safety data sheet). Adanya dokumen bisa
dilihat apakah barang yang datang sesuai dengan spesifikasi dan data yang
terdapat di dokumen tersebut. Dokumen berfungsi sebagai bukti bahwa barang
yang dipesan mempunyai kualitas yang baik dan bisa dipertanggung jawabkan
apabila ada pemeriksaan dari Balai POM. Jika dokumen lengkap, maka ekspedisi
diperbolehkan masuk ke dalam industri.
Barang pesanan akan diterima oleh bagian gudang dan PPIC, selanjutnya
dimasukkan ke gudang karantina bahan awal (bahan baku/bahan pengemas) dan
dilakukan pengecekan kembali kesesuaian dokumen dengan barang yang diterima,
seperti nama barang, jumlah, no. bets, expired date dan lainnya. Kemudian diisi
blanko tanda terima barang masuk yang dibuat rangkap 5 (lima), yaitu untuk :
a. Gudang bahan awal
b. Manajer produksi
c. Ekspedisi
d. Kantor pusat
e. Satpam
Barang yang datang kemudian dibawa ke ruang karantina bahan awal, diberi
label kuning yang berarti “dalam karantina belum boleh diproses”. Kemudian
petugas bagian karantina membuat surat permohonan periksa/uji kebagian QC
yang dibuat rangkap 5 (lima), masing-masing untuk:
a. Bagian gudang bahan awal
b. Bagian QC
c. Bagian QA
d. Bagian produksi
e. Kantor pusat
Ketika bahan baku datang, maka dilakukan pengujian organoleptis dan
pengujian kadar. Kadar harus memasuki range/spesifikasi untuk bisa dinyatakan
lolos. Untuk bahan pengemas dilakukan pengujian seperti pengujian diameter
tutup botol, sedangkan untuk etiket dilakukan pengujian seperti lebar, panjang
etiket dan bentuk tulisan dari etiket, apakah etiketnya bagus, warnanya cerah/tidak
pudar, tulisan dan pemotongannya tidak miring. Kemudian disortir bahan
pengemas yang bagus dan bahan pengemas yang rusak, dibuat laporan berapa
bahan pengemas yang bagus dan yang rusak. Apabila hasil uji bahan baku, analisa
dan periksa memenuhi syarat (sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan) bagian
QC akan memberi label hijau yang berarti “DILULUSKAN”, bahan baku yang
memenuhi syarat dipindahkan dan disimpan digudang bahan baku sesuai dengan
sifat bahan dan di gudang bahan pengemas. Bila hasil tidak memenuhi syarat
diberi label merah yang berarti “DITOLAK”, barang akan dipindahkan ke ruang
reject untuk sementara waktu dan dikembalikan ke pemasok (suplier) dengan
melampirkan surat pengembalian barang.
Pembayaran di PT. Nusantara Beta Farma dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara COD (cash of delivery) atau pembayaran secara langsung yang dilakukan
diawal penerimaan barang, dimana ketika barang datang di perusahaan maka
langsung dilakukan pembayaran ke supliernya. Selanjutnya pembayaran secara
kredit yaitu dilakukan dengan pemberian tempo oleh suplier selama 1 bulan
setelah barang diterima oleh industri, pembayaran secara kredit biasanya untuk
pemesanan barang yang bersifat kontrak dan dalam jumlah banyak seperti
pemesanan talcum.
4.4 Pengawasan Mutu (Quality Control)
Quality Control atau Pengawasan mutu adalah bagian yang essensial dari
CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaian. Prinsip dasar quality control adalah
bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian
serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan.
Pengawasan mutu merupakan bagian yang berperan penting dalam industri
farmasi yang menjaga secara konsisten mutu produk, mulai dari bahan awal
sampai produk akhir agar sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
dilakukan selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk
obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kemurnian dan
karakteristik lainnya menurut standar yang telah ditetapkan. QC berperan dalam
penetapan spesifikasi, pengambilan sampel dan pengujian, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang menjamin bahwa pengujian yang diperlukan benar-benar
dilaksanakan dan penelusuran bahan awal serta pelulusan produk tidak akan
diberikan sebelum mutunya dinilai memuaskan. Dokumen pokok yang umumnya
digunakan dalam pengawasan mutu adalah catatan pengujian, penetapan kadar,
hasil pelulusan atau penolakan bahan awal, produk antara dan produk jadi. Bagian
pengawasan mutu membawahi laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi,
pack material inspection dan QC service.
4.4.1 Tugas Quality Control
Bagian pengawasan mutu dipimpin oleh seorang Apoteker, secara garis besar
bagian pengawasan mutu mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dan pengujian bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)
Bahan awal sebelum diproduksi harus dilakukan pengujian terlebih dahulu
agar bahan yang akan digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang ada, hal ini
merupakan hal yang paling utama dan penting untuk dilakukan. Apabila mutu
produk ternyata kurang bagus dan tetap dilakukan produksi, maka akan
menyebabkan produk yang dihasilkan juga tidak bermutu bagus. Begitu juga
dengan bahan pengemas sebelum digunakan harus diperiksa seluruhnya agar
proses produksi terlaksana dengan baik. Apabila bahan awal setelah diperiksa
kadarnya tidak sesuai dengan spesifikasi, maka bahan awal tersebut akan
dikembalikan ke supplier nya.
b. Pemeriksaan dan pengujian selama proses pengolahan/Produksi (IPC)
Pemeriksaan selama proses pengolahan disebut juga pengujian produk
ruahan, dimana setelah proses produksi harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
produk di kemas dalam pengemasan primer yang bertujuan untuk menjaga agar
mutu produk tetap bagus. Apabila didapatkan hasilnya melebihi range atau kurang
dari kadar seharusnya, maka akan dicari solusi yaitu berupa penambahan zat aktif
atau zat tambahan sehingga kadarnya bisa mencapai range dan efek terapi dari
obat/produk tersebut tetap bagus.
c. Pemeriksaan dan pengujian setelah dikemas primer/kemas sekunder
Setelah pengemasan primer dan pengemasan sekunder, dilakukan
pemeriksaan oleh QC atas permintaan periksa oleh gudang. Tidak semua barang
diperiksa, pemeriksaan dilakukan secara acak dengan sampling pola N (√n+1).
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan adalah no.bets, ED,
kebocoran, kerapian etiket. Setelah pengujian dan dinyatakan lulus oleh QC, QC
akan memberi stempel pada box produk dan menyerahkan data pemeriksaan ke
QA, QA yang akan menentukan produk tersebut lulus atau tidak.
d. Pemeriksaan dan pengujian obat kembali
Apabila ada keluhan obat dari konsumen atau ada obat yang hampir expired,
maka QC akan melakukan pemeriksaan berupa organoleptis, pH, kadar, dan
pemeriksaan lainnya.
e. Pemeriksaan dan pengujian retain sample
Retain sample adalah sampel pertinggal yang disimpan di industri. Tujuan dari
retain sampel adalah untuk menangani keluhan konsumen, permasalahan dengan
BPOM dan untuk dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran apabila terjadi
keluhan produk.
4.4.2 Kegiatan Quality Control
1) Pengambilan sampel
2) Pemeriksaan dan pengujian bahan awal & bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi
3) Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk
ruahan
4) Penanganan sampel pertinggal
5) Uji stabilitas
6) Program pemantauan lingkungan
7) Validasi metode analisa
8) Evaluasi produk kembalian
9) Menyimpan catatan analisis (Dokumentasi)

4.5 Pemastian Mutu (Quality Assurance)


Pemastian mutu (Quality Assurance) merupakan salah satu personil kunci
disuatu perusahaan. Peran QA sangat besar mulai dari awal barang datang sampai
menjadi produk jadi, dimana QA memastikan pembuatan produk sudah sesuai
dengan CPOB. QA akan membuat protap yang nantinya protap tersebut akan
dilaksanakan oleh QC. QA dan QC bekerja sejalan, serta ada juga dari produksi
dan R&D juga akan beriringan dalam melakukan produksi di industri. Selain
membuat protap dan memastikan bahwa semua yang ada di industri sudah sesuai
dengan CPOB, QA juga berperan didalam pelulusan produk jadi yang dikarantina
di ruang karantina. Produk yang dikarantina akan diperiksa oleh QC lalu hasil
pemeriksaan dilaporkan ke QA, jika produk tersebut ditolak maka diberi label
merah oleh QA. Sedangkan untuk produk yang memenuhi syarat diberi label hijau
oleh QA. Selain itu QA juga akan melakukan inspeksi pada pemasok (supplier)
dengan membuat protap, sehingga pemasok yang akan menyalurkan bahan baku
dan pengemas akan terkualifikasi. Sehingga dengan pemasok yang terkualifikasi
akan menjamin mutu dari bahan baku tersebut bagus.
4.6 In Proces Control (IPC)
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu yaitu
pemastian mutu (quality assurance) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi
yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses
berjalan.
Pemeriksaan terhadap produk yang sedang diproses dilakukan terhadap
produk setengah jadi yang belum dimasukkan ke dalam wadah. Pengawasan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa produk yang telah diproduksi memenuhi
standar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan
dengan cara mengambil sampel dan mengadakan pemeriksaan, pengujian terhadap
sampel sesuai dengan prosedur tetap masing-masing. Apabila memenuhi syarat
diberi label hijau yang artinya “ memenuhi syarat untuk diproses”.
a. Pemeriksaan Proses meliputi:
1. Pengawasan dalam proses pengolahan yang dilaksanakan oleh bagian
produksi untuk menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi produk yang ditetapkan.
2. Pengawasan dalam proses pengolahan yang dilakukan oleh bagian
pengawasan mutu yang menyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada
tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum
dilakukan proses berikutnya.
3. Pengawasan selama proses meliputi:
 Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
 Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan
selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan
spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang
ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk.
Hasil pemeriksaan selama proses tersebut dicatat, digabungkan dengan catatan
pengolahan batch dan pengemasan batch yang bersangkutan (batch record).
Produk ruahan yang telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos oleh QC,
maka proses selanjutnya dapat dilaksanakan. Tetapi, jika produk ruahan belum
memenuhi persyaratan seperti kadar zat aktif yang terlalu tinggi atau rendah dari
rentang yang ditetapkan atau pH sediaan yang tidak sesuai maka akan dilakukan
pengambilan sampel dan diuji kembali. Proses pengujian kembali dilakukan
minimal tiga kali dengan sampel baru dan personel yang berbeda. Jika hasil
pengujian menunjukkan produk ruahan belum memenuhi persyaratan maka
bagian produksi akan mencari solusi sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
melalui penelusuran catatan bets (batch record).
4.7 Produksi
Departemen Produksi dipimpin oleh seorang Manajer Produksi yang
merupakan seorang Apoteker yang bertanggung jawab dalam proses produksi
mulai dari penimbangan bahan baku sampai proses pengemasan untuk
menghasilkan produk jadi. Dalam melaksanakan tugasnya, manajer produksi
dibantu oleh beberapa supervisor dan leader yang mengatur, mengkoordinasi dan
mengawasi pelaksanaan teknik produksi secara langsung. Semua peralatan yang
digunakan harus memiliki prosedur tetap (protap) cara penggunaan dan protap
cara pembersihan. Alat-alat harus dilakukan pemeriksaan kebersihan sebelum atau
sesudah digunakan.
Alur produksi di PT. Nusantara Beta Farma yaitu:
1. Bagian produksi membuat rencana produksi produk berdasarkan permintaan
dari PPIC/marketing.
2. Petugas produksi meminta bahan awal yang dibutuhkan untuk proses
produksi ke gudang bahan awal.
3. Petugas gudang akan menyiapkan bahan sesuai dengan permintaan dari
bagian produksi. Untuk bahan pengemas primer langsung diantar ke ruang
produksi dan untuk botol/pot dilakukan proses pencucian terlebih dahulu,
untuk bahan pengemas sekunder di antar langsung diruang kemas sekunder.
4. Untuk bahan baku dilakukan penimbangan oleh petugas gudang yang
disaksikan oleh tim QC. Lalu petugas gudang mengisi identitas sampel dan
mengisi bets record. Bahan baku dimasukkan ke ruang staging dan
dilakukan serah terima bahan baku dengan petugas produksi.
5. Petugas produksi mengambil bahan baku di ruang staging dan dibawa
keruang formulasi untuk dilakukan proses produksi.
6. Setelah bahan baku diproduksi dan didapatkan produk ruahan, maka bagian
produksi akan membuat surat permohonan periksa ke tim QC dan
menyerahkan sampel produk ruahan.
7. Tim QC akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan spesifikasi produk
seperti penetapan kadar, BJ, pH, organoleptis dan pengujian lainnya.
8. Jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan, maka tim QC akan memberi
label hijau yang berarti “memenuhi syarat boleh diproses” ke bagian
produksi. Bagian QC akan melampirkan hasil pemeriksaan produk di bets
record.
9. Setelah dinyatakan lulus oleh tim QC, bagian produksi akan melakukan
pengemasan primer (proses filling) dan pengemasan sekunder.
10. Produk yang sudah dikemas sekunder akan dipindahkan ke ruang karantina
produk jadi dan dilakukan serah terima ke bagian gudang obat jadi dengan
membawa form SPPJ (Surat Penyerahan Produk Jadi).
Contoh produk-produk PT. Nusantara Beta Farma meliputi:
a. Obat: OBH (Obat Batuk Hitam) Sirup
b. Obat Kuasi: Boraks Gliserin, Salaf 2–4, Salaf Ichtiol, Salaf AAV 1 dan
Salaf AAV 2
c. PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga): Alkohol 70%, Kaporit,
Rivanol, Gentian Violet, PK atau Kalium Permanganat, Hand Sanitizer.
d. Kosmetika: Salisil Talk Wangi (STW) Sachet, Salisil Talk Wangi (STW)
Tabung, Gliser Kosmetik, Mollisa face powder, Molisa hair and body mist,
Mollisa hand & body lotion, Mollisa perfume talc powder, Handshop,
Sandiana face powder oil control, Hebta, Glozz minyak kemiri, lotion dan
parfum, Glozz baby kids powdery lotion, Bedak kocok dewasa dan anak-
anak.
4.8 Gudang Produk Jadi
Gudang merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan,
mengatur dan mengendalikan semua bahan baik bahan baku, bahan pengemas,
maupun produk yang telah jadi, yang diatur sedemikian rupa sehingga mudah
diawasi, dicari saat dibutuhkan dan terhindar dari kerusakan.
4.8.1 Persyaratan Gudang
a. Aman
b. Bersih dan tidak lembab
c. Tidak terkena cahaya matahari langsung
d. Tersedia alat pemadam kebakaran
e. Tersedia alat perangkap tikus
4.8.2 Sistem Penyimpanan Gudang
a. Berdasarkan jenis bahan yaitu bahan awal dan bahan kemas
b. Berdasarkan barang yang sering digunakan
c. Barang yang sering digunakan disimpan pada rak paling bawah sehingga
memudahkan dalam pengambilan
d. Berdasarkan sifat barang
4.9 Pemasaran atau Distribusi
Pemasaran produk PT. Nusantara Beta Farma masih sebatas pulau
Sumatera. Pemasaran produk PT. Nusantara Beta Farma dilakukan oleh Pedagang
Besar Farmasi (PBF) PT. Panay Farma Lab yang berkedudukan di Jl. Sawahan.
PT. Nusantara Beta Farma dalam melakukan pemasaran berpatokan kepada:
a. Kebijaksanaan produksi
Kebijaksanaan produksi PT. Nusantara Beta Farma berdasarkan bahwa
produk yang diproduksi tersebut dapat digunakan dan dibutuhkan oleh
masyarakat.
b. Kebijaksaan harga
Dalam menentukan harga berpatokan pada harga pokok yang digunakan.
Untuk menentukan harga dipasaran berdasarkan survei harga di pasar, jika dapat
dijangkau oleh masyarakat maka harga tersebut merupakan harga jadi, demikian
juga halnya jika PT. Nusantara Beta Farma ingin menaikkan harga barang.
c. Kebijaksanaan promosi
Promosi dilakukan sebelum produk dilempar ke pasaran untuk
meningkatkan daya beli masyarakat melalui media massa seperti sosal media
bahkan artist.
d. Kebijaksanaan distribusi
Kebijaksanaan distribusi dilakukan melalui PBF PT. Panay Farmalab,
salesman, apotik, toko obat, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Sistem penjualan
ada 2 macam yaitu:
 Sistem Taking Order
Mencari pesanan yang di lakukan oleh salesman yang berada pada
cabang masing-masing kota dan menagih piutang dengan menggunakan
sarana seperti sepeda motor ataupun mobil.
 Sistem Canvashing
Menjual barang ke daerah tertentu menggunkan mobil kanvas, diberikan
tenggang waktu 5 hari (senin – jumat), sistemnya menjual tunai.

4.10 Sarana Penunjang


4.10.1 Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit (AHU) atau sering juga disebut HVAC (Heating
Ventilating and Air Conditioning) adalah suatu sistem unit yang berfungsi
mengatur kondisi (kebersihan, temperatur, kelembaban pada jumlah udara
tertentu) sesuai dengan kondisi yang diinginkan. AHU salah satu faktor yang
menentukan kualitas obat yang dilihat ialah kondisi lingkungan dimana produk
dibuat seperti cahaya, suhu, kelembaban relatif (RH), kontaminasi mikroba, dan
kontaminasi partikel.
AHU memiliki seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban,
tekanan udara, pola aliran udara serta pergantian udara di ruang produksi sesuai
dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan. AHU (Air Handling Unit)
yang digunakan dalam industri dapat dibagi menjadi :
1. AC Window: Compressor dan blower terletak dalam satu unit
2. AC Split: Compressor dan blower letaknya terpisah
3. AC Central: Proses pendinginan udara terpusat pada satu lokasi yang
kemudian di distribusikan ke semua lokasi yang dihubungkan dengan AC
sentral tersebut.
AC Window dan AC Split digunakan untuk ruangan kelas F dan kelas G,
sedangkan AC Sentral digunakan untuk Ruang produksi (kelas E) dengan sistem
AHU.
PT. NBF memiliki 5 unit AC sentral, masing-masing terdiri dari:
1. HVAC I (1 indoor, 4 outdoor) untuk daerah larutan/salep, kemas primer
larutan dan salep.
2. HVAC II (1 Indoor, 4 outdoor) untuk daerah produksi tablet.
3. HVAC III (1 indoor, 4 outdoor) untuk daerah serbuk dan Salisil Talc Wangi
(STW).
4. HVAC IV (1 indoor, 4 outdoor) untuk daerah produksi kosmetik HBL.
5. HVAC V (1 indoor, 1 outdoor) untuk ruangan laboratorium QC.

a. Pembagian AHU
1. Cooling Coil (Evaporator)
Mengontrol suhu dan kelembaban relatif (RH) udara yang akan
didistribusikan. Proses itu terjadi karena adanya kontak antara udara (campuran
udara dari ruangan dan udara bebas) dengan kisi-kisi (coil) evaporator yang akan
menghasilkan udara dengan suhu yang lebih rendah.
2. Blower (Static Pressure Fan)
Blower disebut juga kipas digunakan untuk menggerakkan udara
disepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya.
3. Filter (Penyaring)
Filter digunakan menyaring dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme yang mengontaminasi udara.
4. Ducting (Cerobong Udara)
Ducting berfungsi sebagai saluran udara yang menghubungkan blower
dengan ruangan.
5. Dumper (Pembagi Udara)
Dumper merupakan bagian dari ducting yang berfungsi untuk mengatur
jumlah udara yang masuk ke ruangan.
b. Sistem Aliran Udara di Ruangan
1. Input
Berfungsi sebagai tempat keluarnya udara ke ruangan. Dari In door, udara
dikeluarkan melalui inlet di masing- masing ruangan.
2. Output
Berfungsi membawa udara panas dari ruangan ke out door, dimana
terdapat kondensor yang mendinginkan udara kembali.
c. Sistem Kerja AHU
Sistem Kerja AHU dimana udara yang akan disalurkan berasal dari 2
sumber yaitu udara dari kelas E yang di sirkulasi kembali dan udara bebas (free
air), kemudian udara tersebut melewati filter yang terdapat di dalam filter house,
yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%,
medium filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 95%, dan hepa filter
yang memiliki efisiensi penyaringan 99,99%. Medium filter berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel udara yang masuk. Sedangkan HEPA filter berfungsi
untuk menyaring bakteri-bakteri yang masuk bersama udara.
Selanjutnya udara melewati “cooling coil (evaporator)” yang akan
menurunkan suhu dan kelembaban udara dan kemudian di pompa oleh blower ke
dalam ruangan melalui “ducting (saluran udara)”. Jumlah udara yang masuk ke
ruangan diatur dengan menggunakan “volume dumper”, selanjutnya udara di
sirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya. System udara ini berputar secara
rotary.
Didalam ruangan dipasang dua jenis grill yaitu supply grill dan return grill.
Supply Grill berfungsi untuk memasukan udara ke dalam ruangan sedangkan
return girl berfungsi menghisap kembali udara ke dalam untuk dibersihkan.
Kecuali di ruangan produksi Salisil Talk Wangi tidak terdapat return grill karena
ruangan ini hanya punya supply grill agar serbuk-serbuk yang bertebaran tidak
mengganggu ke ruangan lain yang sama-sama berada di unit AC Central.
d. Cara Kerja Pendingin Ruangan
Kompresor yang berada didalam unit outdoor yang berisi cairan Freon akan
dialirkan dengan tekanan tinggi melalui pipa refrigen dan sebelum masuk ke pipa
cooling coil cairan tersebut akan disaring dengan filter drier dan akan menuju ke
pipa ekspansi lu freon akan disemprotkan ke pipa cooling coil. Hal ini
mengakibatkan udara yang berada di dalam pipa cooling coil akan menjadi dingin.
Kompressor akan bekerja secara terus menerus sampai suhu yang diinginkan telah
tercapai. Apabila suhu yang diinginkan telah tercapai kompresor akan mati
dengan sendirinya.
4.10.2 Water PreTreatment System (Sistem Pengolahan Air/SPA)
Sistem pengolahan air merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan
dalam suatu produksi. PT NBF dalam melaksanakan kegiatan menggunakan tiga
jenis sumber air yaitu:
1. Air tanah dikhususkan untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
2. Air hujan digunakan untuk keperluan produksi yang sebelumnya diolah
terlebih dahulu.
3. Air PDAM digunakan untuk keperluan produksi apabila stok air hujan telah
menipis.
Sistem pengolahan air murni (purified water)di PT NBF:
A. Pre-treatment water
Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM ditampung di bak
penampung. Air dialirkan ke tabung 1 yang berisi pasir silica untuk menyaring
koloid/endapan (pasir, kerikil dan ijuk), kemudian mengalir ke tabung 2 yang
berisi karbon. Air mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke filter 0,5μ diteruskan
melalui lampu UV didalam tangki stainless stell untuk membunuh
mikroorganisme air ini dinamakan air layak minum, kemudian masuk ke dalam
bak penampungan pre-treatment water.
1. Reverse osmosis
Air dari bak penampungan kemudian dialirkan ke reverse osmosis (RO1)
dilakukan dengan cara mesin RO1 dihidupkan untuk mengisi tangki RO1 dengan
mengisap air dari bak penampungan pre-treatment water. Air melewati filter 0,3μ
mengalir melalui 4 buah membran yang akan menghasilkan air non mineral.
Kapasitas tangki RO1 adalah 500 L. Setelah tangki RO1 penuh maka
mesin RO1 otomatis akan mati lalu mesin RO2 akan hidup dan akan mengisi
tangki RO2 melewati 4 buah membran dengan kadar mineral adalah 0. Mesin
RO2 hidup sampai air pada tangki RO1 habis.
Kapasitas tangki RO2 adalah 1000 L, sebelum dialirkan pada titik yang
membutuhkan air melalui lampu UV untuk membunuh mikroorganisme. Sistem
distribusi air menggunakan sistem looping, dimana tidak ada air yang tergenang
karena air terus mengalir. Water system harus memiliki kualifikasi, terkalibrasi
dan tervalidasi. Pada water system terdapat pressure gauge yang berguna untuk
melihat tekanan pada water system.
Apabila nilai menunjukan tekanan <1 menandakan bahwa water system
terdapat pengotor dan harus segera dibersihkan dengan 2 cara,yaitu:
 Backwash untuk silica, carbon dan demineralizer
 Backwash microfilter
Evaluasi terhadap water system
 Penggantian filter 1x sebulan
 Regenerasi kation dan anion 1x 6 bulan

Syarat air untuk pembuatan obat :


 Bebas mineral
 Bebas bakteri E. coli & Pseudomonas
Proses pendistribusian air
 Air yang berada pada tabung dialirkan dengan mesin pompa. Sebelum
dialirkan, air tersebut disinari UV untuk membunuh mikroorganisme.
 Air kemudian disaring dengan water filter 0,3 mikron
 Kemudian air dialirkan ke titik-titik lokasi pendistribusian air. Terdapat
tujuh titik lokasi pendistribusian air, diantaranya:
 Titik lokasi 1 → Ruang formulasi obat dalam
 Titik lokasi 2 → Ruang cuci botol
 Titik lokasi 3 → Laboratorium
 Titik lokasi 4 → Ruang sampling bahan baku
 Titik lokasi 5 → Ruang cuci alat produksi obat
 Titik lokasi 6 → Ruang cuci alat produksi kosmetik
 Titik lokasi 7 → Ruang formulasi obat luar
 Jika tidak ada yang menggunakan air maka air akan otomatis kembali ke
tangki.
Sistem pendistribusian air ini menggunakan sistem looping/rotasi. Air
pada pipa harus terus menerus mengalir untuk mencegah tumbuhnya
mikroorganisme, pengecekan mikrobiologi dilakukan tiap satu bulan dan sampel
diambil dari semua titik lokasi.
Proses pemanasan air di boiler:
 Kran pada tangki boiler dibuka, kemudian air pada tabung kedua (pada
proses sebelumnya) dialirkan ke tangki
 Kemudian air dipanaskan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar
solar
 Air dimasak/dipanaskan hingga mencapai suhu >100°C

4.10.3 Pengolahan Limbah


Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi. Secara umum limbah terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah udara
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
Limbah yang dihasilkan oleh PT Nusantara Beta Farma adalah sebagai
berikut:
1. Limbah cair
Limbah cair berasal dari air cucian alat produksi, cucian botol, cuci alat
laboratorium. Limbah ini harus diolah oleh Instalasi Penanganan Air Limbah
(IPAL) yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Bak Pengumpul
Digunakan untuk menampung seluruh limbah
b. Bak Pengatur pH
Pada bak pengatur pH dilakukan pemeriksaan pH, dimana pH diatur pada
kondisi netral yaitu pH 6 - 9. Bila pH < 6 maka ditambahkan kapur tohor
(basa) dengan tujuan menaikkan pH menjadi 7, bila pH > 9 maka
ditambahkan HCl (asam) untuk menurunkan pH menjadi 7.
c. Bak aerasi
Bak aerasi menggunakan alat aerator untuk menambahkan oksigen ke
dalam air agar mikroorganisme yang berguna untuk menguraikan zat-zat
kimia organik dapat berkembang biak di dalam air.
d. Bak Pengendapan
Air limbah pada bak pengendapan berasal dari bak aerasi, disini air limbah
akan mengalami sedimentasi
e. Bak Biokontrol
Limbah yang keluar dari bak pengendapan ditampung di bak biokontrol,
pada bak biokontrol dapat diketahui apakah air limbah setelah pengolahan
telah layak dibuang ke dalam air dengan cara dimasukkan ikan ke dalam
bak tersebut sebagai indikator. Apabila ikan yang dimasukan ke dalam bak
tersebut dapat hidup maka air limbah dinyatakan layak untuk dialirkan ke
sungai, selain itu air limbah pada bak biokontrol juga dilakukan
pengukuran pH setiap hari dan juga di analisa di laboratorium kesehatan
dengan parameter pemeriksaan:
 COD (Chemical Oxygen Demand): dilakukan satu kali sebulan
 BOD (Biologycal Oxygen Demand): dilakukan satu kali sebulan
 pH limbah: diukur setiap hari
 Zat padat tersuspensi (TSS): dilakukan satu kali sebulan
 Fenol: dilakukan satu kali sebulan
 Nitrogen: dilakukan satu kali sebulan
 Setelah itu limbah dapat dialirkan ke sungai.
2. Limbah padat
Limbah padat industri harus dibuang agar tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan. Pengolahan limbah padat dilakukan dengan cara:
a. Limbah padat memiliki nilai ekonomis seperti kertas, kardus, karton, drum
dapat dikumpulkan dan dijual oleh koperasi.
b. Limbah padat tidak memiliki nilai ekonomis seperti talkum, dikumpulkan
dan diolah dengan cara:
 Limbah talkum ditambahkan air kapur
 Diaduk dan dibiarkan selama 3 jam
 Diuji pH nya
 Setelah pH nya 7 maka limbah dapat ditimbun di dalam tanah.
c. Limbah rumah tangga (domestik)
Contoh: kertas, plastik, sisa-sisa makanan karyawan diolah dengan cara
dibakar.
d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
Limbah B3 disimpan di tempat penyimpanan sementara B3, pengolahan
limbah B3 dilakukan bekerjasama dengan pihak ketiga. Contoh limbah B3
adalah oli bekas, aki bekas, lampu TL dan catridge.

Anda mungkin juga menyukai