TINJAUAN KEGIATAN
4.1 Reseach and Development (R&D)
Bagian R&D atau disebut juga bagian penelitian dan pengembangan produk
di industri farmasi merupakan departemen yang bertugas dalam melakukan
pengembangan bahan aktif menjadi produk, baik obat, suplemen, obat tradisional
ataupun kosmetik dan kemasan apa yang sesuai untuk produk tersebut.
Pengembangan metode analisa juga dilakukan dalam rangka memastikan produk
yang telah dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dalam
spesifikasi produk. Departemen R&D terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Pengembangan Formula atau Produk.
Fungsi bagian pengembangan Formula atau produk sebagai berikut:
a) Pengembangan produk baru
Bagian pengembangan produk melakukan studi literatur, mencari
metode pembuatan formula yang sesuai diawali dengan trial, scale up,
pilot hingga produk dapat diproduksi untuk batch komersial.
b) Penanganan bahan baku aktif dan alternatif
Sebagai dukungan bagi departemen procurement atau pengadaan dalam
mendapatkan prinsipal untuk mengantisipasi ketidaktersediaan
(stock out) bahan baku dan meningkatkan efisiensi. Bagian R&D akan
bekerjasama dengan bagian pengadaan dalam mendapatkan supplier
terkait bahan baku utama atau alternatif yang dibutuhkan. Supplier akan
mengirimkan sampel untuk dilakukan pemeriksaan oleh bagian terkait
(R&D/Andev) dan dilakukan trial skala lab atau skala pilot untuk melihat
stabilitas dan mutu dari produk oleh R&D formulasi. Semua bahan aktif
atau eksipien yang memenuhi persyaratan mutu baru dapat digunakan
untuk produksi komersial.
c) Evaluasi formula dan proses produksi
Setiap perubahan dalam produksi termasuk perubahan eksipien, sumber
bahan baku, dll terkait dengan formula maka dilakukan evaluasi terhadap
perubahan tersebut.
2. Bagian Pengembangan Bahan Pengemas
Fungsi bagian Pengembangan Bahan Pengemas sebagai berikut:
a) Penanganan bahan pengemas alternatif
b) Membuatkan desain bahan pengemas
c) Evaluasi bahan pengemas
d) Standarisasi bahan pengemas
3. Bagian Pengembangan Metode Analisa
Bagian Pengembangan Metode Analisa atau disebut juga bagian analytical
development (Andev) memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
a) Mengembangkan metode analisa bahan awal dan obat jadi untuk
semua produk baru maupun reformulasi yang dilakukan internal maupun
eksternal dengan mencari lab independen.
b) Melakukan perbaikan terus menerus terhadap metode analisa berdasarkan
referensi kompendial terbaru.
c) Mentransfer metode analisa ke departemen R&D Formulasi, QA dan QC.
d) Membuat spesifikasi bahan awal obat jadi untuk semua obat produk dan
reformulasi.
e) Melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku awal, dimana sampel yang
masuk ke andev dilakukan proses analisa sesuai dengan CoA yang
diberikan oleh supplier.
Bagian andev melakukan pengembangan metode analisa dengan cara
melakukan studi literatur resmi seperti farmakope, USP, dan literatur resmi
lainnya. Jika alat atau bahan tidak dapat terpenuhi atau tidak tersedia maka dapat
dilakukan modifikasi pengembangan metode analisa oleh bagian andev. Metode
yang digunakan dalam penetapan kadar bahan baku zat aktif, penetapan kadar
obat jadi dan metode disolusi obat jadi harus divalidasi terlebih dahulu. Validasi
metode analisa dilakukan jika ada modifikasi pengembangan metode yang
dilakukan oleh bagian andev, sedangkan verifikasi metode analisa dilakukan jika
metode yang digunakan sama dengan yang tercantum pada literatur resmi. Pada
saat melakukan verifikasi metode analisa parameter yang diuji adalah presisi,
akurasi dan spesifitas, sedangkan untuk validasi metode analisa parameter yang
diuji adalah akurasi, presisi, linearitas, rentang, spesifitas, robustness, uji
kesesuaian sistem, LOD (Limit of Detection), LOQ (Limit of Quantity).
4.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Proses produksi di PT. Nusantara Beta Farma dimulai dari perencanaan
tahunan yang telah dibuat oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory
Control). PPIC adalah suatu bagian yang melaksanakan perencanaan dan
pengendalian terhadap produksi, menyediakan aliran kerja organisasi mulai dari
bahan awal, bahan pengemas sampai produk jadi. PPIC juga bertugas untuk
merencanakan dan mengendalikan material kedalam dan keluar pabrik sehingga
posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat tercapai.
4.2.1 Perencanaan Bahan Awal
1) Petugas gudang bahan awal memeriksa persediaan stok bahan baku dan
bahan pengemas
2) Melakukan pencatatan bahan baku dan bahan pengemas yang sudah mulai
menipis
3) Membuat perhitungan kebutuhan perencanaan bahan baku dan bahan
pengemas yang dilengkapi dengan buffer stok
4) Melakukan pemesanan bahan tersebut kepada supplier yang disetujui
5) Pemesanan yang dilakukan oleh PPIC diketahui oleh pihak R&D dan
disetujui oleh finance accounting (pengembangan produk).
4.2.2 Cara Pemesanan Bahan Awal
1) Mengirimkan blanko pemesanan yang telah disetujui kepada supplier via
email, pax atau cara lain
2) Melakukan follow-up untuk memastikan bahwa supplier telah menerima
surat pesanan tersebut.
4.2.3 Syarat Pembelian Bahan Baku dari Supplier
1) Pemasok memiliki nama atau alamat yang jelas
2) Mempunyai izin dan memiliki penanggungjawab
3) Membeli bahan baku kepada pemasok yang telah disetujui
4) Pemasok telah di audit dan memenuhi standae penilaian
4.3 Gudang Bahan Awal
4.3.1 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Awal
Barang pesanan datang diantar oleh ekpedisi dengan membawa dokumen-
dokumen seperti surat jalan dan lainnya. Ketika bagian ekspedisi sampai di
Industri, security akan memeriksa kembali kelengkapan dokumen seperti CoA
(certifikat of analysis), MSDS (Material safety data sheet). Adanya dokumen bisa
dilihat apakah barang yang datang sesuai dengan spesifikasi dan data yang
terdapat di dokumen tersebut. Dokumen berfungsi sebagai bukti bahwa barang
yang dipesan mempunyai kualitas yang baik dan bisa dipertanggung jawabkan
apabila ada pemeriksaan dari Balai POM. Jika dokumen lengkap, maka ekspedisi
diperbolehkan masuk ke dalam industri.
Barang pesanan akan diterima oleh bagian gudang dan PPIC, selanjutnya
dimasukkan ke gudang karantina bahan awal (bahan baku/bahan pengemas) dan
dilakukan pengecekan kembali kesesuaian dokumen dengan barang yang diterima,
seperti nama barang, jumlah, no. bets, expired date dan lainnya. Kemudian diisi
blanko tanda terima barang masuk yang dibuat rangkap 5 (lima), yaitu untuk :
a. Gudang bahan awal
b. Manajer produksi
c. Ekspedisi
d. Kantor pusat
e. Satpam
Barang yang datang kemudian dibawa ke ruang karantina bahan awal, diberi
label kuning yang berarti “dalam karantina belum boleh diproses”. Kemudian
petugas bagian karantina membuat surat permohonan periksa/uji kebagian QC
yang dibuat rangkap 5 (lima), masing-masing untuk:
a. Bagian gudang bahan awal
b. Bagian QC
c. Bagian QA
d. Bagian produksi
e. Kantor pusat
Ketika bahan baku datang, maka dilakukan pengujian organoleptis dan
pengujian kadar. Kadar harus memasuki range/spesifikasi untuk bisa dinyatakan
lolos. Untuk bahan pengemas dilakukan pengujian seperti pengujian diameter
tutup botol, sedangkan untuk etiket dilakukan pengujian seperti lebar, panjang
etiket dan bentuk tulisan dari etiket, apakah etiketnya bagus, warnanya cerah/tidak
pudar, tulisan dan pemotongannya tidak miring. Kemudian disortir bahan
pengemas yang bagus dan bahan pengemas yang rusak, dibuat laporan berapa
bahan pengemas yang bagus dan yang rusak. Apabila hasil uji bahan baku, analisa
dan periksa memenuhi syarat (sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan) bagian
QC akan memberi label hijau yang berarti “DILULUSKAN”, bahan baku yang
memenuhi syarat dipindahkan dan disimpan digudang bahan baku sesuai dengan
sifat bahan dan di gudang bahan pengemas. Bila hasil tidak memenuhi syarat
diberi label merah yang berarti “DITOLAK”, barang akan dipindahkan ke ruang
reject untuk sementara waktu dan dikembalikan ke pemasok (suplier) dengan
melampirkan surat pengembalian barang.
Pembayaran di PT. Nusantara Beta Farma dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara COD (cash of delivery) atau pembayaran secara langsung yang dilakukan
diawal penerimaan barang, dimana ketika barang datang di perusahaan maka
langsung dilakukan pembayaran ke supliernya. Selanjutnya pembayaran secara
kredit yaitu dilakukan dengan pemberian tempo oleh suplier selama 1 bulan
setelah barang diterima oleh industri, pembayaran secara kredit biasanya untuk
pemesanan barang yang bersifat kontrak dan dalam jumlah banyak seperti
pemesanan talcum.
4.4 Pengawasan Mutu (Quality Control)
Quality Control atau Pengawasan mutu adalah bagian yang essensial dari
CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaian. Prinsip dasar quality control adalah
bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian
serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan.
Pengawasan mutu merupakan bagian yang berperan penting dalam industri
farmasi yang menjaga secara konsisten mutu produk, mulai dari bahan awal
sampai produk akhir agar sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
dilakukan selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk
obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kemurnian dan
karakteristik lainnya menurut standar yang telah ditetapkan. QC berperan dalam
penetapan spesifikasi, pengambilan sampel dan pengujian, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang menjamin bahwa pengujian yang diperlukan benar-benar
dilaksanakan dan penelusuran bahan awal serta pelulusan produk tidak akan
diberikan sebelum mutunya dinilai memuaskan. Dokumen pokok yang umumnya
digunakan dalam pengawasan mutu adalah catatan pengujian, penetapan kadar,
hasil pelulusan atau penolakan bahan awal, produk antara dan produk jadi. Bagian
pengawasan mutu membawahi laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi,
pack material inspection dan QC service.
4.4.1 Tugas Quality Control
Bagian pengawasan mutu dipimpin oleh seorang Apoteker, secara garis besar
bagian pengawasan mutu mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dan pengujian bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)
Bahan awal sebelum diproduksi harus dilakukan pengujian terlebih dahulu
agar bahan yang akan digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang ada, hal ini
merupakan hal yang paling utama dan penting untuk dilakukan. Apabila mutu
produk ternyata kurang bagus dan tetap dilakukan produksi, maka akan
menyebabkan produk yang dihasilkan juga tidak bermutu bagus. Begitu juga
dengan bahan pengemas sebelum digunakan harus diperiksa seluruhnya agar
proses produksi terlaksana dengan baik. Apabila bahan awal setelah diperiksa
kadarnya tidak sesuai dengan spesifikasi, maka bahan awal tersebut akan
dikembalikan ke supplier nya.
b. Pemeriksaan dan pengujian selama proses pengolahan/Produksi (IPC)
Pemeriksaan selama proses pengolahan disebut juga pengujian produk
ruahan, dimana setelah proses produksi harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
produk di kemas dalam pengemasan primer yang bertujuan untuk menjaga agar
mutu produk tetap bagus. Apabila didapatkan hasilnya melebihi range atau kurang
dari kadar seharusnya, maka akan dicari solusi yaitu berupa penambahan zat aktif
atau zat tambahan sehingga kadarnya bisa mencapai range dan efek terapi dari
obat/produk tersebut tetap bagus.
c. Pemeriksaan dan pengujian setelah dikemas primer/kemas sekunder
Setelah pengemasan primer dan pengemasan sekunder, dilakukan
pemeriksaan oleh QC atas permintaan periksa oleh gudang. Tidak semua barang
diperiksa, pemeriksaan dilakukan secara acak dengan sampling pola N (√n+1).
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan adalah no.bets, ED,
kebocoran, kerapian etiket. Setelah pengujian dan dinyatakan lulus oleh QC, QC
akan memberi stempel pada box produk dan menyerahkan data pemeriksaan ke
QA, QA yang akan menentukan produk tersebut lulus atau tidak.
d. Pemeriksaan dan pengujian obat kembali
Apabila ada keluhan obat dari konsumen atau ada obat yang hampir expired,
maka QC akan melakukan pemeriksaan berupa organoleptis, pH, kadar, dan
pemeriksaan lainnya.
e. Pemeriksaan dan pengujian retain sample
Retain sample adalah sampel pertinggal yang disimpan di industri. Tujuan dari
retain sampel adalah untuk menangani keluhan konsumen, permasalahan dengan
BPOM dan untuk dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran apabila terjadi
keluhan produk.
4.4.2 Kegiatan Quality Control
1) Pengambilan sampel
2) Pemeriksaan dan pengujian bahan awal & bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi
3) Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk
ruahan
4) Penanganan sampel pertinggal
5) Uji stabilitas
6) Program pemantauan lingkungan
7) Validasi metode analisa
8) Evaluasi produk kembalian
9) Menyimpan catatan analisis (Dokumentasi)
a. Pembagian AHU
1. Cooling Coil (Evaporator)
Mengontrol suhu dan kelembaban relatif (RH) udara yang akan
didistribusikan. Proses itu terjadi karena adanya kontak antara udara (campuran
udara dari ruangan dan udara bebas) dengan kisi-kisi (coil) evaporator yang akan
menghasilkan udara dengan suhu yang lebih rendah.
2. Blower (Static Pressure Fan)
Blower disebut juga kipas digunakan untuk menggerakkan udara
disepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya.
3. Filter (Penyaring)
Filter digunakan menyaring dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme yang mengontaminasi udara.
4. Ducting (Cerobong Udara)
Ducting berfungsi sebagai saluran udara yang menghubungkan blower
dengan ruangan.
5. Dumper (Pembagi Udara)
Dumper merupakan bagian dari ducting yang berfungsi untuk mengatur
jumlah udara yang masuk ke ruangan.
b. Sistem Aliran Udara di Ruangan
1. Input
Berfungsi sebagai tempat keluarnya udara ke ruangan. Dari In door, udara
dikeluarkan melalui inlet di masing- masing ruangan.
2. Output
Berfungsi membawa udara panas dari ruangan ke out door, dimana
terdapat kondensor yang mendinginkan udara kembali.
c. Sistem Kerja AHU
Sistem Kerja AHU dimana udara yang akan disalurkan berasal dari 2
sumber yaitu udara dari kelas E yang di sirkulasi kembali dan udara bebas (free
air), kemudian udara tersebut melewati filter yang terdapat di dalam filter house,
yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%,
medium filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 95%, dan hepa filter
yang memiliki efisiensi penyaringan 99,99%. Medium filter berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel udara yang masuk. Sedangkan HEPA filter berfungsi
untuk menyaring bakteri-bakteri yang masuk bersama udara.
Selanjutnya udara melewati “cooling coil (evaporator)” yang akan
menurunkan suhu dan kelembaban udara dan kemudian di pompa oleh blower ke
dalam ruangan melalui “ducting (saluran udara)”. Jumlah udara yang masuk ke
ruangan diatur dengan menggunakan “volume dumper”, selanjutnya udara di
sirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya. System udara ini berputar secara
rotary.
Didalam ruangan dipasang dua jenis grill yaitu supply grill dan return grill.
Supply Grill berfungsi untuk memasukan udara ke dalam ruangan sedangkan
return girl berfungsi menghisap kembali udara ke dalam untuk dibersihkan.
Kecuali di ruangan produksi Salisil Talk Wangi tidak terdapat return grill karena
ruangan ini hanya punya supply grill agar serbuk-serbuk yang bertebaran tidak
mengganggu ke ruangan lain yang sama-sama berada di unit AC Central.
d. Cara Kerja Pendingin Ruangan
Kompresor yang berada didalam unit outdoor yang berisi cairan Freon akan
dialirkan dengan tekanan tinggi melalui pipa refrigen dan sebelum masuk ke pipa
cooling coil cairan tersebut akan disaring dengan filter drier dan akan menuju ke
pipa ekspansi lu freon akan disemprotkan ke pipa cooling coil. Hal ini
mengakibatkan udara yang berada di dalam pipa cooling coil akan menjadi dingin.
Kompressor akan bekerja secara terus menerus sampai suhu yang diinginkan telah
tercapai. Apabila suhu yang diinginkan telah tercapai kompresor akan mati
dengan sendirinya.
4.10.2 Water PreTreatment System (Sistem Pengolahan Air/SPA)
Sistem pengolahan air merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan
dalam suatu produksi. PT NBF dalam melaksanakan kegiatan menggunakan tiga
jenis sumber air yaitu:
1. Air tanah dikhususkan untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
2. Air hujan digunakan untuk keperluan produksi yang sebelumnya diolah
terlebih dahulu.
3. Air PDAM digunakan untuk keperluan produksi apabila stok air hujan telah
menipis.
Sistem pengolahan air murni (purified water)di PT NBF:
A. Pre-treatment water
Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM ditampung di bak
penampung. Air dialirkan ke tabung 1 yang berisi pasir silica untuk menyaring
koloid/endapan (pasir, kerikil dan ijuk), kemudian mengalir ke tabung 2 yang
berisi karbon. Air mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke filter 0,5μ diteruskan
melalui lampu UV didalam tangki stainless stell untuk membunuh
mikroorganisme air ini dinamakan air layak minum, kemudian masuk ke dalam
bak penampungan pre-treatment water.
1. Reverse osmosis
Air dari bak penampungan kemudian dialirkan ke reverse osmosis (RO1)
dilakukan dengan cara mesin RO1 dihidupkan untuk mengisi tangki RO1 dengan
mengisap air dari bak penampungan pre-treatment water. Air melewati filter 0,3μ
mengalir melalui 4 buah membran yang akan menghasilkan air non mineral.
Kapasitas tangki RO1 adalah 500 L. Setelah tangki RO1 penuh maka
mesin RO1 otomatis akan mati lalu mesin RO2 akan hidup dan akan mengisi
tangki RO2 melewati 4 buah membran dengan kadar mineral adalah 0. Mesin
RO2 hidup sampai air pada tangki RO1 habis.
Kapasitas tangki RO2 adalah 1000 L, sebelum dialirkan pada titik yang
membutuhkan air melalui lampu UV untuk membunuh mikroorganisme. Sistem
distribusi air menggunakan sistem looping, dimana tidak ada air yang tergenang
karena air terus mengalir. Water system harus memiliki kualifikasi, terkalibrasi
dan tervalidasi. Pada water system terdapat pressure gauge yang berguna untuk
melihat tekanan pada water system.
Apabila nilai menunjukan tekanan <1 menandakan bahwa water system
terdapat pengotor dan harus segera dibersihkan dengan 2 cara,yaitu:
Backwash untuk silica, carbon dan demineralizer
Backwash microfilter
Evaluasi terhadap water system
Penggantian filter 1x sebulan
Regenerasi kation dan anion 1x 6 bulan