STAMBUK : 15120200184
KELOMPOK : 7 (TUJUH)
Registrasi Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Kategori 1: Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi, termasuk Produk
Biosimilar.
b. Kategori 2: Registrasi Obat Generik dan Obat Generik Bermerek.
c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat dengan teknologi
khusus, dapat berupa transdermal patch, implant, dan beads.
Registrasi Variasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kategori 4: Registrasi Variasi Major adalah Registrasi Variasi yang
berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan dan/atau mutu Obat.
b. kategori 5: Registrasi Variasi Minor adalah Registrasi Variasi yang tidak
termasuk kategori Registrasi Variasi Major maupun Registrasi Variasi
Notifikasi.
c. kategori 6: Registrasi Variasi Notifikasi adalah Registrasi Variasi yang
berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek
khasiat, keamanan, dan/atau mutu Obat, serta tidak mengubah informasi pada
Izin Edar
Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c masuk ke dalam
kategori 7
Dokumen registrasi terdiri dari empat bagian sebagai berikut (BPOM, 2017 h.61):
1. Bagian I :
Dokumen Administratif dan Informasi Produk terdiri dari :
a. Daftar Isi Keseluruhan
b. Dokumen Administratif
c. Informasi Produk dan Label
2. Bagian II :
Dokumen Mutu terdiri dari :
a. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
b. Dokumen Mutu
c. Daftar Pustaka
3. Bagian III :
Dokumen Nonklinik terdiri dari :
a. Tinjauan Studi Nonklinik
b. Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
c. Laporan Studi Nonklinik (jika perlu)
d. Daftar Pustaka
4. Bagian IV :
Dokumen Klinik terdiri dari :
a. Tinjauan Studi Klinik
b. Ringkasan Studi Klinik
c. Matriks Studi Klinik
d. Laporan Studi Klinik
e. Daftar Pustaka
Dokumen registrasi dapat berupa hardcopy atau softcopy.
1. Dokumen Registrasi Hardcopy Setiap bagian pada dokumen registrasi harus
dilengkapi daftar isi yang menunjukkan letak masing-masing dokumen dan
diberi kertas pembatas antarbagian dan antardokumen. Pembatas antarbagian
diberi judul sesuai nama bagian (contoh: Bagian IV.A. Tinjauan Studi Klinik)
atau judul dokumen sesuai dengan format dokumen registrasi. Setiap bagian
dokumen registrasi harus dibundel dalam ordner/map terpisah atau beberapa
bagian dokumen registrasi dapat digabungkan dalam ordner dengan kertas
pembatas di antara setiap dokumen tersebut. Penggunaan ordner/map
disesuaikan dengan banyaknya dokumen registrasi.
2. Dokumen Registrasi Softcopy Untuk dokumen registrasi softcopy dapat
merujuk Petunjuk Teknis Registrasi Aplikasi Elektronik Obat.
3. Tambahan Data Selain untuk Registrasi Baru, pedoman penyusunan dokumen
registrasi dapat juga untuk penyusunan dokumen tambahan data. Surat-
menyurat umum harus dimasukkan pada Bagian I.
Menurut BPOM No.24 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat,
2017
Registrasi obat dibagi 3 yaitu (BPOM, 2017 h. 10) :
a) Registrasi baru
- Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk produk biologi sejenis
(PBS) / similar biotherapeuutic product (SBP)
- Registrasi obat generik dan obat generik bermerek
- Registrasi sediaan lain yang mengandung obat dengan teknologi khusus
b) Registrasi variasi
- Variasi major
- Variasi minor yang memerlukan persetujuan
- Variasi minor dengan notifikasi
c) Registrasi ulang
Alur registrasi obat yaitu :
- Melakukan permohonan praregistrasi dengan : mengisi formulir,
menyerahkan bukti pembayaran biaya pra-registrasi
- Dilakukan permohonan registrasi dengan melampirkan dokumen registrasi
- Registrasi dibagi menjadi : registrasi lisensi, kontrak, registrasi obat impor,
registrasi obat dalam negeri, registrasi narkotika
- Dimana yang melakukan pendaftaran untuk untuk registrasi lisensi adalah
industry yang menerima lisensi,
- Untuk registrasi kontrak pendaftaran registrasi hanya dapat dilakukan oleh
pemberi kontrak
- Untuk registrasi obat impor untuk program kesehatan masyarakat, obat
penemuan baru dan obat yang dibutuhkan tapi tidak diproduksi dalam negeri,
dimana pada pendaftaran dilengkapi dengan justifikasi jika obat tidak dapat
diproduksi di indonesia
- Registrasi narkotika harus memiliki izin khusus dari kementrian kesehatan
- Memiliki izin industry farmasi
- Memiliki paling sedikit 1 fasilitas produk sediaan lain yang memenuhi
persyaratan CPOB
- Dilakukan penyerahan dokumen registrasi
- Maksimal 40 hari penerimaan registrasi
- Berlaku selama 1 tahun
- Jika ada penambahan data untuk dokumen administratif.
KK-30 “Mengenal profil industri farmasi tempat ber-PKPA”
1. Sejarah
- Tahun 1950 didirikan sebuah unit farmasi di lingkungan kesehatan
Angkatan Laut (AL) yang hanya memiliki 1 Apoteker yaitu Drs. H.
Mochamad Kamal.
- Tahun 1995 didirikanlah DEPO Obat Angkatan Laut Djakarta (DOAL-D)
yang berlokasi di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta. DOAL-D adalah badan
farmasi TNI AL pertama yang merupakan gabungan dari Bagian
Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang Kesehatan
Angkatan Laut dengan Pusat Perbekalan Barang dan Seksi Farmasi yang
berfungsi sebagai pusat pengadaan perbekalan barang serta distribusi obat
untuk keperluan Angkatan Laut
- Tanggal 19 Juni 1962 didirikan 2 pabrik yaitu Pabrik Farmasi Angkatan
Djakarta (PAFAL-D) yang berlokasi di Jakarta dan Pabrik Farmasi
Angkatan Surabaya (PAFAL-S) yang berlokasi di Surabaya yang
bertujuan untuk memudahkan kegiatan pembuatan obat-obatan di
lingkungan Angkatan Laut (AL)
- Tanggal 22 Agustus 1963 dibangun Pabrik Farmasi dan Laboatorium
Angkatan Laut di Jalan Bendungan Jatiluhur No. 1, Jakarta Pusat yang
diresmikan oleh Deputi II Menteri/Panglima AL Brigadir Jenderal KKO
Ali Sadikin bersama Direktur PAFAL-D Kapten Drs. R. Soekaryo, Apt
sehingga setiap tanggal 22 Agustus diperingati sebagai Hari Jadi Lembaga
Farmasi TNI AL (LAFIAL)
- Tanggal 5 November 1963 juga didirikan Laboratorium Kimia dan
Farmasi Angkatan Laut (LKF-AL) yang ditandatangani oleh
Menteri/Panglima AL Laksamana Muda Laut R.E. Martadinata
- Bulan Agustus 1976 dilakukan peleburan 2 instansi yaitu PAFAL-D dan
LKF-AL menjadi Lembaga Farmasi TNI-AL (LAFIAL) yang dilakukan
oleh Bapak KADISKESAL Laksamana Pertama TNI Dr. Soedibjo
Sardadi, MPH., dan yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Farmasi TNI-
AL pertama adalah Letkol Laut (K) Drs. Sugiyanto, Apt.
- Berdasarkan Surat Keputusan KASAL No. Skeo/4832/IX/2005 LAFIAL
berganti nama menjadi LAFIAL Drs. Mochamad Kamal.
- Pada tahun 1988 LAFIAL memperoleh sertifikat CPOB oleh Departemen
Kesehatan melalui Kepala Badan POM. Produk lafial yang memperole
sertifikat CPOB sebanyak 14 bentuk sediaan.
- Tanggal 18 Mei 2017 LAFIAL menerima 4 (empat) sertifikat CPOB yang
berdasarkan CPOB tahun 2012
- Tanggal 16 Februari 2017 LAFIAL memperoleh izin industri
2. Struktur Organisasi Lafial Drs. Mochamad Kamal
5. Bangunan
LAFIAL memiliki 3 gudang penyimpanan awal bahan ketika datang
yaitu gudang bahan baku, gudang pengemasan dan gudang cairan. Dimana
ketiga gudang tersebut dibawahi oleh bagian Matkes (Material Kesehatan)
1. Gudang Bahan Baku (Raw material).
Gudang ini berisikan bahan aktif dan bahan pendukung (eksipien),
gudang ini dilengkapi dengan AHU, AC dan selalu dinyalakan untuk
menjaga suhu dalam ruangan yaitu 26oC (suhu ruangan), alat pengukur
suhu ruangan, alat pemadam kebakaran, dan fast box yang berfungsi untuk
memudahkan dalam pendistribusian bahan baku ke ruangan produksi.
Penyimpanan bahan baku disusun secara teratur dan rapi berdasarkan
alphabet dan secara FIFO serta disimpan dalam rak besi tidak bersentuhan
dengan lantai. Lama penyimpanan bahan baku sesuai dengan ED (Expired
Date) dari bahan baku, dan atau maksimal 5 tahun. Proses serah terima
bahan baku oleh petugas gudang yang nantinya bekerja sama dengan
bagian Wastu (QC) dan pemastian mutu (QA). Penerimaan bahan baku
oleh personil gudang harus memperhatikan dan melakukan pengecekkan
tdengan melihat fisik dari bahan baku (kemasan, jumlah, tanggal
kadaluwarsa, no. bets, dan lot) serta dokumen terlampir (faktur dan CoA)
bahan baku. Setelah itu dilakukan karantina, dimana dalam gudang sendiri
terdapat area karantina, dimana penyimbanan bahan baku yang dikarantina
disimpan diatas pallet agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai yang
dibatasi oleh rantai besi berwarna kuning dan bahan baku diberi label
berwarna kuning untuk karantina yang ditempelkan oleh personil bagian
wastu (QC). Kemudian bahan baku disampling dengan menggunakan pola
1+√𝑛, lalu diperiksa mutunya sesuai dengan spesifikasi yang tercntum
dalam CoA (Certificate of Analysis). Setelah pengujian selesai maka
diberikan label hijau untuk bahan baku yang lulus dan memenuhi
persyaratan sedangkan label merah untuk bahan baku yang ditolak atau
tidak memenuhi persyaratan.
2. Gudang Bahan Pengemas
Bahan pengemas seperti pengemas primer, sekunder, dan tersier
disimpan pada gudang ini. Dimana gudang bahan pengemas dilengkapi
dengan AHU, AC, Alat pengatur suhu, dan alat pemadam kebakaran.
Penyimpanan bahan pengemas sendiri disusun secara teratur berdasarkan
alphabet dan bentuk bahan kemasannya yang disimpan dalam rak besi dan
tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Setiap kemasan harus
disampling terlebih dahulu sebelum digunakan agar tidak terjadi
kekeliruan ataupun kesalahan dalam pemilihan kemasan karena kemasan
untuk tiap obat berbeda-beda ukurannya
3. Gudang Bahan Cair
Gudang ini hampir sama dengan gudang bahan baku yang
dilengkapi dengan AHU, AC, Alat pengukur suhu ruangan dimana suhu
ruang bahan cair yaitu 24oC, alat pemadam kebakaran dan fast box.
Perbedaannya, gudang bahan cair memiliki lantai dan dinding yang licin,
kuat dan tidak menyerap cairan sehingga aman bagi bahan cairan untuk
diletakkan dilantai. Penyimpanan bahan cair disimpan secara teratur dan
rapi. Untuk lama penyimpanan sesuai dengan ED (Expired Date) dari
bahan cair tersebut atau maksimal selama 5 tahun. Penerimaan bahan cair
dilakukan oleh personil gudang dengan melihat fisik dari tempat bahan
cair serta memeriksa kelengkapan dokumen lainnya (faktur dan CoA).
Contoh produk cair yang diproduksi yaitu Naval drink.
6. Persyaratan Bangunan Ruang Produksi
Persyaratan dinding dan lantai di ruang produksi harus diepoksi, licin, tidak
berserat dan sudut antara lantai dan dinding hendaklah membentuk
lengkungan serta mudah untuk dilakukan pembersihan.
Pemasangan lampu di ruang produksi dalam posisi tertanam dilangit-langit
ruangan.
Setiap ruangan harus memiliki sistem pengendalian udara AHU dan alat
magnehelic didalam ruang produksi yang berfungsi untuk melihat selisih
tekanan udara.
Ruang Produksi terdiri dari :
A. Ruang ganti : tempat personil mengganti pakaian menggunakan APD
sesuai ketentuan yang berlaku
B. Ruang antara : tempat singgah untuk masuknya personil ke ruang produksi
C. Fast Box : tempat pendistribusian bahan baku dari gudang ke ruang
produksi
D. Ruang Penimbangan Bahan
Bahan baku yang ditimbang harus dilewati melalui pass box (kelas E)
yang di tempatkan antara gudang bahan baku dengan ruang produksi.
Kemudian dimasukkan ke dalam ruang penimbangan (LAF). Prosedur
operasi alat penimbangan yaitu :
Pastikan arus listrik telah tersambung
Hidupkan tombol lamp on => tombol supply on => Return on =>
pengatur speed. Kemudian diamkan selama 5 menit
Untuk mematikan alat : pengatur speed kembalikan ke nol (0) =>
tombol Return off => Suply off => Tombol Lamp off
Dalam melakukan penimbangan, sekurang-kurangnya terdapat 2
petugas di dalam ruangan yaitu dari bagian gudang dan bagian
produksi.
E. Ruang Produksi
Ruang Pencampuran terdapat alat mixing bahan
Ruang pencetakan tablet dibagi lagi berdasarkan jumlah tablet yang
dicetak, diantaranya yaitu :
a. Ruang Cetak Tablet 1 : Courtoy (maksimal 20.000 tablet/jam)
b. Ruang Cetak Tablet 2 : ZPY Double Layer (maksimal 55.000
tablet/jam)
c. Ruang Cetak Tablet 3 : JCMCO Double Layer (maksimal 40.000
tablet/jam)
d. Ruang Cetak Tablet 4 : Rimex (maksimal 50.000 tablet/jam)
e. Ruang Cetak Tablet 5 : Cad Mach (maksimal 75.000 tablet/jam)
f. sebelum lakukan pencetakan tablet terlebih dahulu diatur terkait
bobot tablet yang dicetak setelah itu diatur kekerasan tablet.
Setelah dilakukan pencetakan maka tablet akan dilakukan pengujian
IPC (In Process Control) oleh bagian Pengawasan Mutu yang di ruang
Produksi. Pengujian IPC terkait dengan :
a. Uji keseragaman bobot;
b. Uji keseragaman ukuran
c. Uji keregasan
d. Uji fribilitas dengan alat friabilator dilakukan dengan cara
menimbang 20 tablet lalu dimasukkan ke dalam mesin dan diatur
selama 4 menit dengan 25 rpm (100 putaran), dengan persyaratan
tidak boleh lebih dari 1%
e. Uji kebocoran dengan alat vakum, biasanya menggunakan larutan
metilen blue untuk memudahkan dalam pengujian kebocoran
terhadap kemasan obat dengan kecepatan 400 rpm selama 15 menit
untuk awalnya, kemudian dilanjutkan selama 1 jam
Tahap selanjutnya yaitu pengemasan tablet dengan menggunakan
mesin kemasan strip dan kemasan blister. Setelah itu dilakukan
pengujian IPC terkait dengan uji kebocoran kemasan dimana tablet
yang telah dikemas dalam bentuk strip dan blister akan di masukkan ke
dalam alat Vakum yang berisi cairan metilen blue. Pemilihan kemasan
secara system random. Pengamatannya pada 15 menit pertama dan
setelah 1 jam. Apabila tabletnya berwarna biru, maka kemasannya
bocor atau tidak layak. Maka harus dilakukan pengemasan ulang.
Suhu pada ruang pencetakan tablet yaitu 27,9oC dan dilengkapi dengan
dust collector
F. Ruang Coating
Ruang coating digunakan sebagai tempat untuk menyalut tablet dengan
menggunakan mesin Thai soater-25 kaps maksimal 13 kg/2 jam dengan
suhu ruangan 42oC dan kelembaban 32
G. Ruang Pembuatan sediaan semi solid,
Mesin minoga vacum emulsify mixing equipment yang dapat
digunakan untuk membuat sediaan emulsi seperti lotion
Automatic tube filler yang dapat membuat maksimal 30 tube/menit,
dimana pada tahap ini dilakukan IPC setiap 10 menit
Mesin cuci botol semi automatic rotary forecm
Alat pemanas yang disebut triple jacket dimana pada 3 tabungnya, ada
yang kosong, ada yang diisi gliserin, dan ada yang diisi air
Mesin homomixer
H. Alat mixing untuk suspending agent yaitu draiswerke
I. Ruang pengemasan Primer,
1. Ruang strip : ada beberapa ruang strip diantaranya menggunakan
mesin Namlyon roll (kaps. Maks 28.000 tab/jam)
2. Ruang blister : contoh produk yang dikemas dalam ruang blister yaitu
PCT kaplet, dan Ponstal
J. Ruang pencucian alat
K. Ruang IPC
7. Pengolahan Limbah
Limbah di industri farmasi terdiri dari limbah padat, limbah cair, limbah
udara, dan limbah suara. Adapun limbah yang dihasilkan oleh Lafial ialah
berupa limbah padat dan limbah cair.
1. Limbah padat : berupa wadah atau kemasan bahan baku yang termasuk ke
dalam B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dibuang di tempat sampah dan
sisa pengolahan limbah B3 harus diolah kembali di PPLI (Prasada Pamuna
Limbah Industri). Untuk limbah padat yang berupa debu yang dihasilkan
dari proses produksi dikumpulkan kedalam dust collector yang terdapat di
ruang produksi, yang kemudian dibakar dengan incenerator pada suhu
1000-15000oC selama + 4 jam. Sisa dari proses pembakaran limbah padat
tersebut yang berupa abu dapat ditanam atau langsung dibuang. Untuk
penanganan limbah padat dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.
Mintoharjo Jakarta.
2. Limbah cair di Lafial berasal dari limbah domestik dan limbah produksi
Limbah cair tersebut ditampung dalam bak penampungan flokulasi,
kemudian dialirkan ke dalam bak penampungan sedimentasi yang akan
bergabung ke bak limbah domestik. Kemudian di cek lagi dengan
ditampung ke dalam bak yang berisi CaOCl, masuk ke bak proses
augmentasi, kemudian masuk ke bak flokulasi dan kemudian dialirkan ke
kolam pengendapan sedimentasi. Di kolam pengendapan tersebut limbah
diberi arang aktif untuk mengendapkan partikel-partikel. Selanjutnya air
limbah tersebut dialirkan ke kolam indikator yang berisi ikan mas. Apabila
ikan mas tersebut tidak mati maka aman hasil pengolahan air limbah
tersebut dialirkan ke sungai. Apabila ikan mas tersebut mati maka ada
kesalahan dalam pengelolaannya air limbah tersebut.
6. Validasi Dan Kualifikasi
Untuk Validasi pada LAFIAL sudah sesuai dengan CPOB dimana
ada validasi proses validasi prospektif, validai konkiren, validasi
restropesktif. Validasi metod analisa dalam pengujian maupun pengawaan
mutu, senantiaa mencapai hsil yang diinginkan secara konsisten (terus
menerus). Validasi Pengemasan dilakukan sesuai dengan PROTAP, operator
yang melakukan pengemasan ialah personil yang kompoten serta mengikuiti
pelatihan. Validasi pembersihan membersihkan suatu peralatan pengolahan,
hingga pengemasan primer maupun membersihkan sisa bahan aktif obat dan
deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dan juga dapat
mengendalikan cemaran mikroba pada tempat yang dapat diterima.
Kulifikasi ada 4 yaiut kualifikasi Desain, Kualifikasi, Kualifikasi
Instalasi, Kualifikasi Operasional, Kualifikas Kinerja Kualifikasi ini harus
dilakukan dengan berurutan. LAFIAL AL sudah melaukan dengan seusia tapi
ada beberapa alat yang tidak dilakukan Kualifikasi desain karena Pada
LAFIAL ada peralatan yang sudah sangat lama dan pada saat itu CPOB
belum menerapkan Kualifikasi . tapi unutk alat alat yang baru LAFIAL AL
sdh menerapkan 4 kualifikasi tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2017, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor 24 tahun 2017 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat, Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2017, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor 34 tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, Jakarta