Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PKPA FARMASI INDUSTRI


GELOMBANG 1
“KOMPETENSI KHUSUS 21, 22, 23”

NAMA : NUR SYAFITRI S

STAMBUK : 15120200184

KELOMPOK : 7 (TUJUH)

PEMBIMBING : apt. VINA PURNAMASARI, S.Farm., M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KK-21 “Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi”
Menurut CPOB, 2018
Kalibrasi adalah Serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk
menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem
ukur, atau nilai yang direpresentasikan dari pengukuran bahan dan
membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar
pada kondisi tertentu (hal. 420)
Kalibrasi merupakan pembuktian bahwa instrumen atau peralatan tertentu
memberikan hasil dalam batas yang ditentukan dengan membandingkan hasil
yang diperoleh terhadap acuan atau standar yang dapat ditelusuri pada suatu
rentang pengukuran yang tepat.(hal. 341)
 Peralatan untuk pengendalian, penimbangan, pengukuran, pemantauan dan
pengujian yang kritis untuk memastikan mutu produk antara atau BAO
hendaklah dikalibrasi sesuai dengan prosedur tertulis dan jadwal yang
ditetapkan.(hal. 289)
 Kalibrasi peralatan hendaklah dilakukan dengan menggunakan standar yang
dapat ditelusur terhadap standar yang tersertifikasi, jika ada.
 Catatan kalibrasi tersebut hendaklah disimpan.
 Status kalibrasi terkini untuk peralatan kritis hendaklah diketahui dan dapat
diverifikasi.
 Instrumen yang tidak memenuhi kriteria kalibrasi tidak boleh digunakan.
 Penyimpangan dari standar kalibrasi yang telah disetujui untuk instrument
kritis hendaklah diselidiki untuk menentukan apakah hal tersebut
kemungkinan dapat berdampak pada mutu produk antara atau BAO yang
dibuat menggunakan alat tersebut sejak kalibrasi terakhir.
 Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan
metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut
hendaklah disimpan.
KK-22 “Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan corrective
action & preventive action (CAPA)”

Inspeksi Diri ( menurut CPOB, 2018)


Inspeksi diri merupakan Audit yang dilakukan oleh orang dalam organisasi
sendiri untuk memastikan pemenuhan terhadap CPOB dan peraturan pemerintah.
Tujuan dari inspeksi diri yaitu untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan.Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan
CPOB secara objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang.Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah
dilaksanakan.Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan
standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan
mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
1. personel;
2. bangunan-fasilitas termasuk fasilitas untuk personel;
3. pemeliharaan bangunan dan peralatan;
4. penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
5. peralatan;
6. produksi dan pengawasan selama-proses;
7. pengawasan Mutu;
8. dokumentasi;
9. sanitasi dan higiene;
10. program validasi dan revalidasi;
11. kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
12. prosedur penarikan obat jadi;
13. penanganan keluhan;
14. pengawasan label; dan
15. hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program
yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian
Mutu.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personel
perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri
yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB.
Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali Dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis
dalam prosedur inspeksi diri.
Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:
1. semua hasil pengamatan yang dilakukan selama pemeriksaan dan, bila
memungkinkan; dan
2. saran untuk tindakan perbaikan.
Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat.
Hendaklah ada program penindaklanjutan yang efektif. Kemudian
manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi baik laporan inspeksi diri
maupun tindakan perbaikan bila diperlukan.

Audit ( menurut CPOB, 2018)


Audit Mutu
Audit mutu adalah suatu inspeksi dan penilaian independen terhadap seluruh
atau sebagian dari sistem mutu dengan tujuan tertentu untuk meningkatkan sistem
mutu tersebut.Tersedia proses inspeksi diri dan/atau audit mutu yang
mengevaluasi efektivitas dan penerapan Sistem Mutu Industri Farmasi secara
berkala.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap Pemasok dan penerima kontrak.

Audit dan Persetujuan Pemasok


Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung
jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang
dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan.
Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan
bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan dikaji ulang.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan
ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar
CPOB.
Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara berkala.

Audit Internal
Dalam rangka memverifikasi pemenuhan terhadap persyaratan CPBBAOB
hendaklah dilakukan audit internal secara berkala sesuai jadwal yang telah
disetujui.
Temuan audit dan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan serta
disampaikan kepada manajemen penanggungjawab perusahaan untuk menjadi
perhatiannya. Tindakan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan
secara tepat waktu dan efektif.

Audit Bahan Aktif


Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan distributor bahan
aktif untuk memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara Pembuatan
Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dan Cara Distribusi Obat yang Baik. Pemegang
izin pembuatan hendaklah memverifikasikepatuhan tersebut baik oleh dirinya
sendiri maupun melalui entitas yangbertindak atas namanya di bawah suatu
kontrak.
Audit hendaklah dilakukan dalam durasi waktu dan ruang lingkup yang
tepat untuk memastikan bahwa penilaian CPOB yang lengkap dan jelas dilakukan;
pertimbangan hendaklah diberikan pada potensi kontaminasi silang dari bahan
lain di lokasi. Laporan hendaklah sepenuhnya mencerminkan apa yang telah
dilakukan dan diamati saat audit dengan segala ketidaksesuaian yang
diidentifikasi dengan jelas. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan
hendaklah dilaksanakan.
Audit lebih lanjut hendaklah dilakukan pada interval yang ditentukan
berdasarkan proses manajemen risiko mutu untuk memastikan pemeliharaan
standar dan penggunaan berkelanjutan dari rantai pasokan yang disetujui
Pabrik pembuat obat hendaklah melakukan audit, baik dilakukan sendiri
maupun oleh pihak ketiga, pada interval yang tepat berdasarkan risiko lokasi
pelaksanaan pengujian bahan awal (termasuk pengambilan sampel) untuk
memastikan kepatuhan terhadap CPOB dan spesifikasi serta metode pengujian
yang tertera pada dokumen registrasi (hal. 41)
Audit berkala untuk pemasok bahan baku hendaklah dilakukan untuk
memverifikasi pemenuhan terhadap ketentuan pengawasan bahan pada berbagai
tahap pembuatan. Masalah hendaklah diinvestigasi hingga tingkat kedalaman
yang sesuai, di mana hendaklah tersedia dokumentasi yang lengkap. Hendaklah
tersedia sistem untuk memastikan bahwa tindakan korektif dan tindakan preventif
yang efektif telah diambil (h.189)

Audit Trails Berdasarkan penilaian risiko hendaklah dipertimbangkan


membangun sistem yang memuat catatan data yang diubah atau dihapus (sistem
audit trail). Perubahan atau penghapusan data terkait CPOB hendaklah
didokumentasikan. Audit trail hendaklah tersedia dan dapat dikonversi ke format
yang dapat dipahami secara umum dan dikaji secara berkala. (h.269)
CAPA (Corrective Action & Preventive Action)
Menurut journal A review on corrective action and preventive action
(CAPA), 2016
Tindakan korektif dan tindakan pencegahan (CAPA) adalah bagian yang
sangat penting dari sistem mutu farmasi dan industri yang memproduksi peralatan
medis. Setelah ditemukan bahwa ada kelemahan, termasuk kegagalan dalam
produksi dan/atau pengujian obat-obatan, investigasi penyebabnya harus dimulai.
Tindakan harus diambil untuk memperbaiki ketidaksesuaian atau masalah kualitas
produk yang ada (tindakan korektif) dan untuk mencegah terulangnya masalah
(tindakan pencegahan).
Tindakan Korektif (Corrective Action)
Tindakan korektif adalah untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
yang terdeteksi atau situasi yang tidak diinginkan lainnya. Mungkin ada lebih dari
satu penyebab ketidaksesuaian.Tindakan korektif diambil untuk mencegah
terulangnya masalah. Tindakan korektif dapat muncul dari penyimpangan
manufaktur, investigasi OOS (Out Of Specification), keluhan, temuan audit,
penarikan kembali, dll. Prosesnya meliputi:
1. Meninjau dan mendefinisikan masalah atau ketidaksesuaian.
2. Menemukan penyebab masalah.
3. Kembangkan rencana tindakan untuk memperbaiki masalah dan mencegah
terulangnya kejadian tersebut.
4. Menerapkan rencana tersebut.
5. Mengevaluasi efektivitas koreksi.
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
Tindakan pencegahan adalah proses untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian potensial atau situasi yang tidak diinginkan lainnya. Mungkin ada
lebih dari satu penyebab potensi ketidaksesuaian. Tindakan pencegahan diambil
untuk mencegah terjadinya masalah. Tindakan pencegahan dapat dihasilkan dari
tren data proses, data analitik, temuan audit, tren akar masalah untuk
ketidaksesuaian atau keluhan, dari ulasan produk tahunan, analisis risiko kualitas,
dll. Prosesnya meliputi:
1. Identifikasi potensi masalah atau ketidaksesuaian.
2. Temukan penyebab masalah potensial.
3. Kembangkan rencana untuk mencegah kejadian tersebut.
4. Laksanakan rencana tersebut.
5. Tinjau tindakan yang diambil dan efektivitasnya dalam mencegah masalah.
Proses CAPA
Ada 7 langkah dasar CAPA untuk industri farmasi atau peralatan medis:
1. Identifikasi - Tentukan masalahnya.
2. Evaluasi - Menilai besarnya dan dampak potensial.
3. Investigasi - Identifikasi akar penyebab masalah.
4. Analisis - Lakukan penilaian menyeluruh dengan dokumentasi.
5. Rencana Tindakan - Menentukan tindakan korektif dan preventif.
6. Implementasi - Menjalankan rencana aksi.
7. Follow UP - Verifikasi dan nilai efektivitasnya.
Penutupan dan Verifikasi CAPA
1. Setelah menyelesaikan tindakan, kepala departemen harus menyatakan bahwa
CAPA yang diusulkan selesai dan diimplementasikan bersama dengan
tindakan terkait.
2. QA akan memverifikasi implementasi dan penyelesaian CAPA dengan
meninjau dokumen pendukung dan menyatakan hal yang sama.
3. Setiap perubahan yang diajukan sebagai hasil CAPA harus melalui SOP
(Prosedur Operasi Standar) tentang referensi kontrol perubahan; hal yang
sama harus disebutkan dalam format CAPA.
4. Semua kontrol perubahan, penyimpangan, perbedaan, laporan kejadian yang
memunculkan CAPA harus ditangani melalui formulir CAPA.
5. Semua peningkatan fasilitas, persyaratan pembelian modal, perubahan besar
dalam sistem mutu dan kepatuhan terhadap komitmen peraturan yang
menghasilkan CAPA harus diatasi melalui formulir CAPA.
6. Catatan setiap CAPA harus disimpan.
7. Salinan CAPA yang telah diisi harus diberikan kepadakepala departemen
yang bersangkutan oleh QA.
8. QA harus mengumpulkan informasi CAPA dan menyerahkan ringkasannya
kepada manajemen selama pertemuan tinjauan manajemen.
9. Manajemen akan mengkaji / memverifikasi triwulanan yang sama, dalam
rapat tinjauan manajemen.
10. Informasi dan dokumen terkait CAPA yang diambil dari audit internal, audit
eksternal / pelanggan, dan inspeksi regulasi dianggap rahasia dan hanya dapat
tersedia untuk tinjauan regulasi jika disetujui oleh direktur teknis dan kepala
QA.

Gambar. Sistem managemen CAPA

KK-23 “Menjelaskan prinsip penanganan keluhan dan obat kembalian”


Menurut CPOB, 2018
Prinsip Penanganan Keluhan
Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur yang
sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi dan meninjau
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif. (hal. 95)
Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Mutu hendaklah diterapkan pada
investigasi, penilaian cacat mutu dan proses pengambilan keputusan terkait
dengan tindakan penarikan produk, tindakan perbaikan dan pencegahan serta
tindakan pengurangan-risiko lain.
Semua otoritas pengawas obat terkait hendaklah diberitahu secara tepat
waktu jika ada cacat mutu yang terkonfirmasi (kesalahan pembuatan, kerusakan
produk, temuan pemalsuan, ketidakpatuhan terhadap izin edar atau spesifikasi
produk, atau isu mutu serius lain) terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat
mengakibatkan penarikan produk atau pembatasan pasokan. Apabila ditemukan
produk yang beredar tidak sesuai dengan izin edarnya, hendaklah dilaporkan
kepada Badan POM dan/atau otoritas pengawas obat terkait sesuai dengan
ketentuan berlaku.
Dalam hal kegiatan alih daya, kontrak hendaklah menggambarkan peran dan
tanggung jawab pabrik pembuat, pemegang izin edar dan/atau sponsor dan pihak
ketiga terkait lainnya dalam kaitan dengan penilaian, pengambilan keputusan, dan
penyebaran informasi dan implementasi tindakan pengurangan-risiko yang
berkaitan dengan produk cacat. Kontrak tersebut juga hendaklah membahas cara
berkomunikasi dengan penanggung jawab dari masing-masing pihak untuk
pengelolaan masalah cacat mutu dan penarikan.
Prosedur Penanganan dan Investigasi Keluhan Termasuk Cacat Mutu yang
Mungkin Terjadi
 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci tindakan yang
diambilsetelah menerima keluhan. Semua keluhan hendaklah
didokumentasikandan dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu
atau masalah lain.
 Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan atau
cacat mutu yang dicurigai berkaitan dengan pemalsuan
 Karena tidak semua keluhan yang diterima diakibatkan oleh cacat mutu,
keluhan yang tidak menunjukkan potensi cacat mutu hendaklah
didokumentasikan dengan tepat dan dikomunikasikan kepada bagian atau
personel yang relevan yang bertanggung jawab atas investigasi dan
pengelolaan keluhan terkait, misal dugaan efek samping.
 Hendaklah tersedia prosedur untuk memfasilitasi permintaan investigasi mutu
dari suatu bets obat dalam rangka investigasi dugaan efek samping yang
dilaporkan.
 Ketika investigasi cacat mutu dimulai, hendaklah tersedia prosedur yang
setidaknya mencakup hal-hal berikut:
1. deskripsi cacat mutu yang dilaporkan.
2. penentuan luas dari cacat mutu. Hendaklah dilakukan pemeriksaan atau
pengujian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal, dan dalam
kasus tertentu, peninjauan catatan produksi bets, catatan sertifikasi bets
dan catatan distribusi bets (khususnya untuk produk yang tidak tahan
panas) hendaklah dilakukan.
3. kebutuhan untuk meminta sampel atau produk cacat yang dikembalikan
dan bila sampel telah tersedia, kebutuhan untuk melakukan evaluasi yang
memadai.
4. penilaian risiko yang ditimbulkan oleh cacat mutu, berdasarkan tingkat
keparahan dan luas dari cacat mutu.
5. proses pengambilan keputusan yang akan digunakan terkait dengan
kemungkinan kebutuhan tindakan pengurangan-risiko dalam jaringan
distribusi, seperti penarikan bets/produk atau tindakan lain.
6. penilaian dampak dari tindakan penarikan obat terhadap ketersediaannya
di peredaran bagi pasien, dan kebutuhan untuk melaporkan dampak
penarikan obat kepada otoritas terkait.
7. komunikasi internal dan eksternal yang perlu dilakukan sehubungan
dengan cacat mutu dan investigasi.
8. identifikasi potensi akar masalah dari cacat mutu.
9. kebutuhan untuk melakukan identifikasi dan mengimplementasikan
Tindakan Korektif dan Pencegahan yang tepat, dan penilaian terhadap
efektivitasnya.
Obat Kembalian
Produk kembalian adalah Obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kedaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan (Hal. 425)
Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan
industri farmasi hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi
label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya
masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut
meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk
didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk
memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil
hendaklah dicatat dengan baik (hal. 63)
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
2. produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
3. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
1. identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
2. penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
3. penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
4. evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah
produk dapat diproses ulang atau tidak; dan
5. pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
6. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.
Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah
disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap
kontaminasi lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang
yang tidak mempunyai wewenang.
Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi
hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan
ditandatangani oleh personel yang melaksanakan dan personel yang menyaksikan
pemusnahan.
DAFTAR PUSTAKA

Raj, A 2016, A Review on Corrective Action and Preventive Action (CAPA),


African Journal of Pharmacy and Pharmacology, vol 10 (1), pp. 1-6

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34, Tahun 2018, “Pedoman
Cara Pembuatan Obat Yang Baik”

Anda mungkin juga menyukai